Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2021/2022

PRAKTIKUM IV
ISOLASI FLAVONOID DARI KULIT BUAH MANGGIS

Nama Mahasiswa : Chantika Ilyandari


NIM : 1908010132
Nama Asisten Praktikum : Lutfiana Septianti

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM IV
ISOLASI FLAVONOID DARI KULIT BUAH MANGGIS

1. Identitas Bahan
No. Tanaman Asal Kandungan Kimia Khasiat
a. Nama Indonesia : Manggis Kulit buah manggis Antioksidan,
Nama Ilmiah : Garcinia adalah kulit buah antimikroba,
mangostana L. Garcinia mangostana antifungi,
Famili : Clusiaceae L. yang masak, suku antikanker,
Clusiaceae, antiinflamasi
mengandung α-
mangostin tidak
kurang dari 1,30%
(FHI, 307). Ekstrak
kulit buah manggis
mengandung xanthon
dan antosianin.

2. Prinsip Ekstraksi Metode Maserasi

Ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut
yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, pelarut
akan masuk ke dalam sel dari tanaman melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi
rendah.

3. Prinsip Pemisahan dengan Metode Kromatografi Kolom


Didasarkan pada perbedaan afinitas absorbsi komponen-komponen campuran terhadap
permukaan fase diam. Sampel yang memiliki afinitas besar terhadap absorben akan secara
selektif tertahan dan yang afinitasnya paling kecil akan mengikuti aliran pelarut.

4. Prosedur Kerja Praktikum


EKSTRAKSI DENGAN METODE MASERASI
Menimbang serbuk kulit buah manggis sebanyak 5 gram.

Kemudian masukkan serbuk tersebut kedalam labu Erlenmeyer dan tambahkan etanol 96%
sebanyak 50 ml, kemudian larutan tersebut digojog dan tutup menggunakan alumunium foil

Lakukan penyarian selama 1 jam dengan getaran ultrasonic.

Setelah 1 jam, saring larutan dan simpan filtrate 1 yang telah didapatkan.

Kemudian lakukan remaserasi dengan volume 25 ml pada residu yang tertinggal di kertas
saring tersebut, lakukan sebanyak 2 kali.

Kemudian saring larutan tersebut seperti halnya penyaringan yang pertama.

Kemudian gabungkan semua filtrate yang diperoleh dan dimasukkan pada labu alas bulat.

Uapkan pelarut gabungan tersebut menggunakan vacuum rotary evaporator.

Lalu lanjutkan penguapan diatas penangas air hingga bobot ekstrak kental dan konstan.

PENYIAPAN KOLOM
Siapkan terlebih dahulu kromatografi kolom yang telah diisi penyumbat, larutan n-heksana
dan etil asetat, cawan, Erlenmeyer, corong dan batang pengaduk.

Langkah pertama yaitu menimbang silica Gel 60 dengan menggunakan timbangan dan cawan
sebanyak 5 gram.

Setelah didapatkan silica Gel 60, masukkan silica Gel 60 kedalam Erlenmeyer menggunakan
corong pisah.
Setelah semua silica Gel 60 dimasukkan kedalam Erlenmeyer, maka proses pecampuran silica
Gel 60 dengan larutan campuran n-heksan dan etil astetat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.

Lalu tutup dengan menggunakan alumunium foil untuk dilakukan penggojogan dan dilakukan
sonifikasi sampai silica dapat terdistribusi dengan homogeny.

Setelah didapatkan silica Gel yang sudah homogeny, masukkan larutan campuran silica Gel
60 dengan fase gerak ke kolom secara cepat agat tidak terbentuk gelembung udara. Karena
adanya gelembung udara dapat menyebabkan cracking pada fase diam.

Setelah dimasukkan secara perlahan dan cepat, maka tutup kolom dengan alumunium foil dan
plastic wrap sampai fase diam termampatkan.

Kemudian ambil ekstrak etanol kulit manggis sebanyak 250 mg dan larutkan dengan etanol
secukupnya.

Lalu tambahkan silica Gel 60 maksimal sebanyak berat ekstrak dan aduk rata sampai kering.

Kemudian tuang secara hati-hati pada permukaan atas silica dalam kolom.

Lakukan elusi secara gradient dengan menggunakan eluen n-heksana : etil asetat dengan
perbandingan volume 80:20, 70:30, 60:40, 50:50, 40:60, dan 30:70.

Atur kecepatan elusi 20 tetes per menit dan tampung per 5 ml eluen dalam vial.

Tutup rapat vial dengan menggunakan alumunium foil dan diamkan sampai seluruh proses
kromatografi kolom selesai.

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS


Penyiapan fase gerak untuk KLT. Fase gerak terdiri dari kloroform : etil asetat (7 : 3) dibuat
sebanyak 10 ml. Larutan fase gerak kemudian dimasukkan kedalam chamber dan dilakukan
proses penjenuhan sampai jenuh.

Sambil menunggu proses penjenuhan, siapkan terlebih dahulu fase diam yang berupa
lempeng silica F254 nm, potong sebesar 8x10 cm.

Selanjutnya fase diam dimasukkan kedalam oven dengan suhu 100OC, Lalu tunggu kurang
lebih selama 15 menit dan kemudian keluarkan dari oven.

Selanjutnya membuat garis batas pada lempeng silica gel dengan batas bagian atas 0,5 cm dan
lempeng bagian bawah 1,5 cm dengan menggunakan pensil secara tipis.

Selanjutnya dilakukan penotolan. Totolkan larutan dari bagian bawah lempeng sebesar 0,5
mikroliter atau sekecil mungkin menggunakan pipa kapiler atau mikropipet.

Totolkan sampel, yakni hasil dari isolasi flavonoid kulit buah manggis dan ekstrak etanol
kulit buah manggis, lalu masukan lempeng KLT pada chamber yang berisikan fase gerak
yang telah dijenuhkan pada langkah sebelumnya.

Masukkan lempeng KLT kedalam chamber menggunakan penjepit, kemudian tutup chamber
dan biarkan sampai proses elusi selesai.

Proses elusi selsesai apabila fase gerak telah terelusi sampai batas atas lempeng dan
keringanginkan.

Selanjutnya pendeteksian. Proses pendeteksian dilakukan dibawah sinar tampak UV 254 nm


dan 366 nm.

Setelah dilakukan pendeteksian maka amati bercak dari hasil pendeteksian dibawah sinar
tampak UV 254 nm dan 366 nm.

Setelah diamati maka terlihat bahwa fraksi yang memiliki bercak yang sesuai dengan
pembanding adalah fraksi pada totolan ketiga dan keempat.

Fraksi yang memiliki pola bercak sama digabungkan , lalu diuapkan di lemari asam.

Selanjutnya dilakukan analisis KLT II untuk uji aktivitas antioksidan.


UJI KUALITATIF ANTIOKSIDAN
Fase gerak terdiri dari kloroform : etil asetat (7 : 3) dibuat sebanyak 10 ml.

Kemudian jenuhkan fase gerak yang dimasukan kedalam chamber sampai jenuh.

Sambil menunggu proses penjenuhan, siapkan terlebih dahulu fase diam yang berupa
lempeng silica F254 nm dan potong sebesar ukuran 8x10 cm.

Selanjutnya fase diam dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1000C, tunggu kurang lebih
selaam 15 menit, lalu keluarkan dari oven.

Kemudian totolkan fraksi sesuai dengan fase gerak gradient tadi kedalam lempeng silica.

Setelah semuanya ditotolkan, lakukan elusi dengan memasukan lempeng silica kedalam
chamber.

Elusi dilakukan hingga fase gerak mencapai batas atas lempeng KLT.

Lalu lakukan pendeteksian dibawah sinar tampak UV 254 nm dan 366 nm.

Selanjutnya deteksi dengan pereaksi semprot larutan DPPH 0,04% . Kemudian dilihat apakah
muncul bercak warna kuning dengan latar belakang ungu atau tidak. Jika muncul bercak
kuning maka positif memiliki aktivitas antioksidan.

Setelah melakukan isolasi flavonoid dari kulit buah manggis dan uji identifikasi dengan KLT
maka cocokan hasil praktikum dengan literature FHI.
5. Analisis KLT I
Gambar lempeng KLT
Keterangan :
Fase Diam : Silica gel 60 F254
Fase Gerak : Kloroform
Deteksi : Sinar UV 254 nm dan sinar
UV 366 nm

Sinar UV 254 nm

Sinar UV 366 nm
Deteksi
Nama Sampel Rf*
Sinar UV 254 nm Sinar UV 366 nm
Fraksi A - -
A
-
Fraksi B - -
B
-
Fraksi C Rf bercak 1 = Coklat Biru tua
3/8 = 0,375

C
Rf bercak 2 =
5,9/8 =
0,7375
Fraksi D Rf bercak 1 = Coklat Biru tua
3/8 = 0,375

Rf bercak 2 =
5,9/8 =
D
0,7375

Rf bercak 3 =
7,9/8 =
0,9875
Fraksi E Rf bercak = Coklat Biru tua
E 5,9/8 =
0,7375
Fraksi F Rf bercak = Coklat Biru tua
F
6,2/8 = 0,775
Pembanding α- Rf bercak = Coklat Biru tua
G mangostin 0,1% 6,2/8 = 0,775
dalam methanol
* Perhitungan Rf dilampirkan
Kesimpulan Identifikasi KLT :
Berdasarkan hasil Rf yang diperoleh, sampel F (fraksi F) memiliki nilai Rf yang
sama dengan pembanding α-mangostin 0,1% dalam methanol dengan nilai Rf yaitu 0,775. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mengandung α-mangostin.
6. Analisis KLT II (Uji Aktivitas Antioksidan)
Gambar lempeng KLT
Keterangan :
Fase Diam : Silica gel 60 F254
Fase Gerak : Kloroform : Etil Asetat (7
: 3)
Deteksi : Sinar UV 254 nm, Sinar
UV 366 nm, dan sinar tampak

Sinar UV 254 nm

Sinar UV 366 nm
Sinar tampak

Deteksi
Nama Sampel Rf* Sinar UV 254 Sinar UV 366
Sinar tampak
nm nm
Eks (ekstrak Coklat Biru Kuning
etanol kulit buah Rf bercak 1 =
manggis) 0,5/8 =
0,0625

Rf bercak 2 =
1/8 = 0,125

Rf bercak 3 =
1,6/8 = 0,2
A
Rf bercak 4 =
2,1/8 =
0,2625

Rf bercak 5 =
4,8/8 = 0,6

Rf bercak 6 =
6,7/8 =
0,8375

CD (gabungan Rf bercak 1 = Coklat Biru Kuning


fraksi C dan D) 0,5/8 =
0,0625

Rf bercak 2
=1/8 =0,125

Rf bercak 3 =
1,6/8 = 0,2

B Rf bercak 4 =
2,1/8 =
0,2625

Rf bercak 5 =
4,6/8 = 0,575

Rf bercak 6 =
6,5/8 =
0,8125

E (fraksi E) Rf bercak 1 = Coklat Biru -


1,8/8 = 0,225

C
Rf bercak 2 =
6,5/8 =
0,8125
F (fraksi F) Rf bercak = Coklat Biru -
D
7,8/8 = 0,975
P (pembanding) Rf bercak = Coklat Biru Kuning
E 6,5/8 =
0,8125
* Perhitungan Rf dilampirkan
Kesimpulan Identifikasi KLT :
Berdasarkan hasil Rf yang diperoleh, sampel CD (gabungan fraksi C dan D) pada bercak 6
dan sampel fraksi E pada bercak 2 memiliki nilai Rf yang sama dengan pembanding dengan
nilai Rf yaitu 0,8125. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mengandung α-
mangostin.
7. Pembahasan
Praktikum Fitokimia kali ini berjudul “Isolasi Flavonoid Dari Kulit Buah
Manggis” yang bertujuan agar mahasiswa mampu memahami prinsip isolasi flavonoid
dari kulit buah manggis (Garcinia mangostana) dengan metode kromatografi kolom,
memahami prinsip pemisahan dan identifikasi senyawa flavonoid dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis, serta memahami prinsip uji aktivitas antioksidan secara
kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis – 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (KLT-
DPPH) autografi.
Senyawa kimia yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan merupakan hasil dari
metabolisme tumbuhan itu sendiri. Hasil metabolisme itu ada dua jenis, yaitu metabolit
primer dan metabolit sekunder. Metabolit primer merupakan bahan utama yang disintesis
dan dirombak oleh organisme dalam rangka kelangsungan hidupnya, misalnya
karbohidrat, protein dan lemak. Metabolisme sekunder berperan penting dalam
mempertahankan kehidupan organisme.
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi zat aktif dari kulit buah manggis. Isolasi
adalah suatu cara untuk mengambil satu senyawa aktif yang terdapat di dalam tanaman
untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat dalam tanaman tersebut. Isolasi metabolit
sekunder dari suatu tumbuhan terdiri atas tahapan penyiapan simplisia/sampel, ekstraksi,
fraksinasi, pemurnian, dan karakterisasi senyawa isolat. Isolasi metabolit sekunder dari
berbagai bagian tumbuhan memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan tersebut adalah ada tidaknya metabolit
sekunder mayor dalam sampel dan jauh dekatnya Rf antara berbagai komponen dalam
sampel. Faktor-faktor inilah yang harus dipertimbangkan sebelum merancang sebuah
prosedur isolasi (Hakim, 2016).
Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman yang
memiliki potensi sebagai obat. Potensi terutama ada pada bagian kulit buah manggis.
Pemanfaatan kulit buah manggis secara tradisional digunakan untuk pengobatan penyakit
sariawan, disentri, cystitis, diare, gonorea dan eksim (Putri, 2015). Selain itu, kulit buah
manggis mampu memberikan efek farmakologi seperti antioksidan, antijamur,
antibakteri, dan antikanker. Efek farmakologi tersebut berkaitan dengan kandungan
senyawa kimianya. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini
diantaranya plastic wrap, aluminium foil, rak dan tabung reaksi, gelas ukur, Erlenmeyer,
beaker glass, lempeng silica gel dan chamber, corong, cawan porselen, pipet ukur,
sendok dan batang pengaduk, propipet dan mikropipet, etanol, etil asetat, kloroform,
serbuk kulit buah manggis, dan silica Gel 60.
Tahapan isolasi pertama yaitu ekstraksi kulit buah manggis dengan metode
maserasi. Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan
pelarut organik lainnya. Sedangkan metode maserasi merupakan suatu metode ekstraksi
zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut yang
sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, sehingga
pelarut akan masuk ke dalam sel dari tanaman melewati dinding sel (Tobing, 1989).
Alasan menggunakan metode maserasi untuk mengekstrak senyawa yang ada dalam kulit
buah manggis karena jumlah sampel yang akan digunakan dalam jumlah banyak dan
sifat senyawa yang akan diekstrak belum diketahui apakah tahan panas atau tidak serta
cara ini lebih mudah pengerjaannya. Kulit buah manggis sebelum dimaserasi harus
dirajang halus tujuannya untuk memperluas bidang permukaan sampel sehingga kontak
antar sampel dan pelarut semakin luas serta mempermudah masuknya pelarut kedalam
sel sehingga proses penarikan senyawa yang terkandung dalam sampel ke pelarut yang
digunakan lebih mudah. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi metode maserasi ini
adalah etanol. Proses ekstraksi menggunakan pelarut etanol yang merupakan pelarut
universal yang dapat melarutkan hampir semua zat aktif baik yang bersifat non polar,
semi polar maupun polar. Etanol juga dapat mengendapkan protein serta mampu
menghambat kerja enzim sehingga dapat terhindar dari proses hidrolisis dan oksidasi.
Selain itu, keuntungan etanol sebagai pelarut pengekstraksi adalah sifatnya yang tidak
toksik (aman), mudah didapatkan dan harganya terjangkau. Cara ekstraksi dilakukan
dengan menimbang serbuk kulit buah manggis sebanyak 5 gram. Kemudian masukkan
serbuk tersebut kedalam labu Erlenmeyer dan tambahkan etanol 96% sebanyak 50 ml,
kemudian larutan tersebut digojog dan tutup menggunakan alumunium foil. Lakukan
penyarian selama 1 jam dengan getaran ultrasonic agar dihasilkan suatu ekstrak yang
homogen. Setelah 1 jam, saring larutan dan simpan filtrate 1 yang telah didapatkan.
Kemudian lakukan remaserasi dengan volume 25 ml pada residu yang tertinggal di
kertas saring tersebut, lakukan sebanyak 2 kali. Kemudian saring larutan tersebut seperti
halnya penyaringan yang pertama. Kemudian gabungkan semua filtrate yang diperoleh
dan dimasukkan pada labu alas bulat. Uapkan pelarut gabungan tersebut menggunakan
vacuum rotary evaporator. Tujuannya adalah untuk menurunkan tekanan uap pelarut
sehingga pelarut akan mendidih pada temperatur yang lebih rendah dari titik didih
sebenarnya sehingga komponenkomponen yang ada dalam sampel terhindar dari proses
termolisis. Lalu lanjutkan penguapan diatas penangas air hingga bobot ekstrak kental dan
konstan. Kemudian hitung rendemen ekstrak etanol yang didapatkan. Ekstrak yang
diambil sebanyak 250 mg untuk pemisahan, simpan sisanya.
Setelah didapatkan ekstrak, tahap selanjutnya adalah fraksinasi. Tujuan fraksinasi
adalah untuk memisahkan komponen-komponen senyawa aktif dari ekstrak yang telah
dihasilkan dari tahap ekstraksi. Tahap fraksinasi pada praktikum kali ini menggunakan
kromatografi kolom. Kromatografi kolom adalah suatu teknik pemisahan dengan
menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan komponen-komponen dalam
campuran (Manjang, 1985). Alat tersebut berupa pipa gelas yang dilengkapi suatu kran
di bagian bawah kolom untuk mengendalikan aliran zat cair, ukuran kolon tergantung
dari banyaknya zat yang akan dipindahkan. Pemisahan kromatografi kolom didasarkan
pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap
permukaan fase diam. Langkah pertama dalam proses fraksinasi menggunakan
kromatografi kolom adalah penyiapan kolom. Siapkan terlebih dahulu kromatografi
kolom yang telah diisi penyumbat, larutan n-heksana dan etil asetat, cawan, Erlenmeyer,
corong dan batang pengaduk. Pertama, menimbang silica Gel 60 dengan menggunakan
timbangan dan cawan sebanyak 5 gram. Setelah didapatkan silica Gel 60, masukkan
silica Gel 6 kedalam Erlenmeyer menggunakan corong pisah. Setelah semua silica Gel
60 dimasukkan kedalam Erlenmeyer, maka proses pecampuran silica Gel 60 dengan
larutan campuran n-heksan dan etil astetat dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Lalu tutup
dengan menggunakan alumunium foil untuk dilakukan penggojogan dan dilakukan
sonifikasi sampau silica dapat terdistrubusi dengan homogeny. Setelah didapatkan silica
Gel yang sudah homogeny, masukkan larutan campuran silica Gel 60 dengan fase gerak
ke kolom secara cepat agat tidak terbentuk gelembung udara. Karena adanya gelembung
udara dapat menyebabkan cracking pada fase diam. Setelah dimasukkan secara perlahan
dan cepat, maka tutup kolom dengan alumunium foil dan plastic wrap sampai fase diam
termampatkan. Kemudian ambil ekstrak etanol kulit manggis sebanyak 250 mg dan
larutkan dengan etanol secukupnya. Lalu tambahkan silica Gel 60 maksimal sebanyak
berat ekstrak dan aduk rata sampai kering. Kemudian tuang secara hati-hati pada
permukaan atas silica dalam kolom. Lakukan elusi secara gradient dengan menggunakan
eluen n-heksana : etil asetat dengan perbandingan volume 80:20, 70:30, 60:40, 50:50,
40:60, dan 30:70. Atur kecepatan elusi 20 tetes per menit dan tampung per 5 ml eluen
dalam vial. Tutup rapat vial dengan menggunakan alumunium foil dan diamkan sampai
seluruh proses kromatografi kolom selesai.
Uji identifikasi senyawa dilakukan dengan kromatografi lapis tipis. Fase gerak
terdiri dari kloroform : etil asetat (7 : 3) dibuat sebanyak 10 ml. Larutan fase gerak
kemudian dimasukkan kedalam chamber dan dilakukan proses penjenuhan sampai jenuh.
Sambil menunggu proses penjenuhan, siapkan terlebih dahulu fase diam yang berupa
lempeng silica F254 nm, potong sebesar 8x10 cm. Selanjutnya fase diam dimasukkan
kedalam oven dengan suhu 100OC. Lalu tunggu kurang lebih selama 15 menit dan
kemudian keluarkan dari oven. Selanjutnya membuat garis batas pada lempeng silica gel
dengan batas bagian atas 0,5 cm dan lempeng bagian bawah 1,5 cm dengan
menggunakan pensil secara tipis. Selanjutnya dilakukan penotolan. Totolkan larutan dari
bagian bawah lempeng sebesar 0,5 mikroliter atau sekecil mungkin menggunakan pipa
kapiler atau mikropipet. Totolkan sampel, yakni hasil dari isolasi flavonoid kulit buah
manggis dan ekstrak etanol kulit buah manggis, lalu masukan lempeng KLT pada
chamber yang berisikan fase gerak yang telah dijenuhkan pada langkah sebelumnya.
Masukkan lempeng KLT kedalam chamber menggunakan penjepit, kemudian tutup
chamber dan biarkan sampai proses elusi selesai. Proses elusi selsesai apabila fase gerak
telah terelusi sampai batas atas lempeng dan keringanginkan.
Selanjutnya pendeteksian. Proses pendeteksian dilakukan dibawah sinar tampak UV 254
nm dan 366 nm. Setelah dilakukan pendeteksian maka amati bercak dari hasil
pendeteksian dibawah sinar tampak UV 254 nm dan 366 nm. Setelah diamati maka
terlihat bahwa fraksi yang memiliki bercak yang sesuai dengan pembanding adalah fraksi
pada totolan ketiga dan keempat. Fraksi yang memiliki pola bercak sama digabungkan ,
lalu diuapkan di lemari asam. Berdasarkan hasil Rf yang diperoleh, sampel F (fraksi F)
memiliki nilai Rf yang sama dengan pembanding α-mangostin 0,1% dalam methanol
dengan nilai Rf yaitu 0,775. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut
mengandung α-mangostin. Senyawa bioaktif utama dan merupakan senyawa mayor dari
derivat santon yang terdapat dalam kulit buah manggis adalah α-mangostin. Senyawa α-
mangostin berupa zat berwarna kuning, tidak larut dalam air, larut dalam metanol,
etanol, eter, aseton, etil asetat, dan kloroform (Syamsudin, dkk., 2008).
Selanjutnya dilakukan analisis KLT II untuk uji aktivitas antioksidan. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan dari ekstrak yag dihasilkan
dari kulit buah manggis. Fase gerak terdiri dari kloroform : etil asetat (7 : 3) dibuat
sebanyak 10 ml. Kemudian jenuhkan fase gerak yang dimasukan kedalam chamber
sampai jenuh. Sambil menunggu proses penjenuhan, siapkan terlebih dahulu fase diam
yang berupa lempeng silica F254 nm dan potong sebesar ukuran 8x10 cm. selanjutnya
fase diam dimasukkan kedalam oven dengan suhu 1000C, tunggu kurang lebih selama 15
menit, lalu keluarkan dari oven. Kemudian totolkan fraksi sesuai dengan fase gerak
gradient tadi kedalam lempeng silica. Setela semuanya ditotolkan, lakukan elusi dengan
memasukan lempeng silica kedalam chamber. Elusi dilakukan hingga fase gerak
mencapai batas atas lempeng KLT. Lalu lakukan pendeteksian dibawah sinar tampak UV
254 nm dan 366 nm. Selanjutnya deteksi dengan pereaksi semprot larutan DPPH 0,04% .
Kemudian dilihat apakah muncul bercak warna kuning dengan latar belakang ungu atau
tidak. Jika muncul bercak kuning maka positif memiliki aktivitas antioksidan.
Berdasarkan data praktikum, sampel Eks (ekstrak etanol kulit buah manggis), CD
(gabungan fraksi C dan D) dan pembanding menunjukkan hasil positif memiliki aktivitas
antioksidan karena muncul bercak kuning setelah dideteksi dengan pereaksi semprot
larutan DPPH. Prinsip DPPH adalah adanya atom hydrogen dari senyawa antioksidan yg
berikatan dg electron bebas pada senyawa radikal sehingga menyebabkan perubahan dari
radikal bebas menjadi senyawa non radikal. Sehingga nantinya akan ada perubahan
warna dari warna ungu menjadi kuning (difenil fikril hidrazil). Metode DPPH berfungsi
untuk mengukur aktivitas penghambatan radikal bebas. Metode ini sering digunakan
untu mendeteksi kemampuan artiradikal suatu senyawa sebab hasil terbukti akurat,
reliable dan praktis. Selain itu sederhana, cepat, peka dan memerlukan sedikit sampel.
8. Kesimpulan
1. Mahasiswa dianggap telah mampu memahami prinsip isolasi flavonoid dari
kulit buah manggis (Garcinia mangostana) dengan metode kromatografi kolom,
memahami prinsip pemisahan dan identifikasi senyawa flavonoid dengan metode
Kromatografi Lapis Tipis, serta memahami prinsip uji aktivitas antioksidan secara
kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis – 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
(KLT-DPPH) autografi.
2. Isolasi metabolit sekunder dari suatu tumbuhan terdiri atas tahapan penyiapan
simplisia/sampel, ekstraksi, fraksinasi, pemurnian, dan karakterisasi senyawa isolat.
3. Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa kimia α-
mangostin yang dibuktikan dengan hasil praktikum uji identifikasi menggunakan
kromatografi lapis tipis pada bercak sampel F (fraksi F) memiliki nilai Rf yang sama
dengan pembanding α-mangostin 0,1% dalam methanol dengan nilai Rf yaitu 0,775.
Serta pada uji KLT II menunjukkan hasil positif mengandung α-mangostin pada sampel
CD (gabungan fraksi C dan D) pada bercak 6 dan sampel fraksi E pada bercak 2
memiliki nilai Rf yang sama dengan pembanding dengan nilai Rf yaitu 0,8125. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mengandung α-mangostin.
4. Uji aktivitas antioksidan pada senyawa aktif kulit buah manggis menunjukkan
hasil positif dengan menggunakan metode DPPH.
9. Daftar Pustaka
Hakim, A. 2016. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Bahan Alam Melalui
Praktikum. Mataram: Arga Puji Press.
Manjang, Y. 1985. Kimia Analisis Organik. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi.
Padang: Universitas Andalas.
Putri, I.P. 2015. Effectivity of Xanthone Of Mangosteen (Garcinia mangostana L.) Rind
As Anticancer. J Majority. 4(1):33-38
Syamsudin., Farida., Widowati, D., Faizatun. 2008. Profil Distribusi dan Eliminasi
Senyawa α-Mangostin setelah Pemberian Oral pada Tikus. Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi. 13(2):53-58.
Tobing, R.L. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: P2LPTK.

Anda mungkin juga menyukai