Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pneumoni
konsoliasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Peradangan ini
Bare, 2013).
2. Etiologi Pneumoni
Etiologi pada pneumonia adalah virus pernafasan yang paling sering dan
lazim yaitu Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) penyebaran infeksi terjadi
biasanya terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan
7
3. Klasifikasi Pneumoni
Mikroorganisme yang ditemui dari hasil isolasi spesimen sputum tidak selalu
atipik. Adanya batuk yang produktif adalah ciri pneumonia klasik, sedangkan
paru pada pneumonia atipik terjadi pada jaringan interstisial sehingga tidak
8
4. Pathogenesis Pneumonia
berinteraksi saru sama lain. Interaksi ini akan menentukan klasifikasi dan
empiric, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari pasien (Aru
napas tetap paten (PPNI 2017). Kondisi ketika individu mengalami ancaman
9
6. Penyebab bersihan jalan nafas tidak efektif
neuromuskuler, benda asing dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan,
sekresi yang tertahan, hyperplasia dinding jalan nafas, proses infeksi, respon
Paru adalah struktur kompleks yang terdiri atas kumpulan unit yang
mengenai bagian substansial paada satu atau lebih lobus. Organisme yang biasa
negative, jamur dan virus (paling sering terjadi pada anak-anak ( suddarth &
brunner, 2014).
menderita penyakit jalan napas reaktif (Smeltzer & Bare, 2013). Gejala
umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak
10
8. Tanda dan gejala bersihan jalan napas tidak efektif
Tanda dan gejala pada pasien dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan
Tabel 1
Tanda dan Gejala Pasien Pneumonia Dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Subjektif Subjektif
9. Pemeriksaan penunjang
sebagai berikut:
11
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (virus).
b. GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
d. JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada
pneumoni bacterial.
f. LED: meningkat.
hipoksemia.
12
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Pneumonia dengan
1. Pengkajian
a. Identitas
pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
b. Keluhan utama
keluhan utama pada sistem pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi
sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri dada. Keluhan utama pada bersihan
jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif, mengi, wheezing, atau
gejala mayor minor pada gangguan bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu
tanda gejala mayor batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
13
tanda gejala minor yaitu dispneu, sulit bicara, ortopnea, gelisah, sianosis,
bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah, pola nafas berubah (PPNI,
2017).
c. Riwayat
Misalnya apakah klien pernah dirawat sebelumnya, dengan sakit apa, apakah
pernah mengalami sakit yang berat, pengobatan yang pernah dijalani dan
pertolongan. Misalnya sejak kapan keluhan bersihan jalan napas tidak efektif
dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan
hal yang mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang
batuk dalam jangka waktu lama, sputum berlebih dari generasi terdahulu
(Muttaqin, 2008).
d. Fisiologis
14
Dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang
2. Diagnosa keperawatan
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik yang
klien yang nyata, daan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat
mempertahankan jalan napas tetap paten. Penyebab bersihan jalan napas tidak
neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas buatan,
sekresi yang tertahan hiperplasia dinding jalan napas, proses infeksi, respon
15
Rumusan diagnosa keperawatan adalah bersihan jalan napas tidak efektif
disfungsi neuromuskular, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas
buatan, adanya jalan napas buatan, sekresi yang tertahan hiperplasia dinding
jalan napas, proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologis (misalnya
ortopnea, pasien tampak batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
3. Perencanaan/intervensi keperawatan
yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
utama yang digunakan untuk pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif
tabel berikut:
16
Tabel 2
Intervensi Keperawatan Pada Pasien Pneumonia dengan
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
17
8. Sianosis (skala 5; 3. Pemantauan
menurun) Respirasi:
9. Gelisah (skala 5; a. Monitor
menurun) kemampuan batuk
10. Frekuensi nafas efektif
(skala 5; b. Monitor adanya
membaik) produksi sputum
11. Pola nafas (skala c. Monitor adanya
5; membaik) sumbatan jalan
napas
Sumber: PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). 2018
4. Pelaksanaan/implementasi keperawatan
intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
yang digunakan untuk pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif
18
berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) adalah seperti
tabel berikut:
Tabel 3
Implementasi Keperawatan Pada Pasien Pneumonia dengan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Mengidentifikasi kemampuan
batuk
b. Memonitor adanya retensi sputum
c. Mengatur posisi semi fowler atau
fowler
d. Memasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
e. Membuang sekret pada tempat
sputum
f. Menjelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
2. Manajemen jalan napas
a. Memonitor bunyi napas tambahan
(mis. gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
b. Memonitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
3. Pemantauan Respirasi
a. Memonitor kemampuan batuk
efektif
b. Memonitor adanya produksi
sputum
19
c. Memonitor adanya sumbatan jalan
napas
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan, pada tahap ini
hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi telah
Tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan setelah tindakan yang diberikan
untuk bersihan jalan napas tidak efektif yaitu (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019):
20
j. Frekuensi nafas (skala 5; membaik)
k. Pola nafas (skala 5; membaik)
21
22