Anda di halaman 1dari 3

FAMILY IN CHRIST

By Ev. Christin Jedidah


Christ Mercy Center Sunday Celebration – 28 Oktober 2018

Kristus menciptakan kita serupa dengan-Nya dalam satu iman dan satu keluarga. Gereja tidak
berbicara mengenai nama denominasi, organisasi, maupun gedung tempat beribadah. Namun, gereja
adalah sebuah organisme kehidupan. Gereja merupakan sebuah keluarga. Sudahkah kita merasa bahwa
gereja ini keluarga di dalam Kristus, bahwa gereja ialah keluarga rohani kita? Jika ada hubungan keluarga
jasmani, persahabatan, pertemanan, ada juga ada hubungan yang dinamakan hubungan dalam satu
keluarga rohani. Gereja juga bukan sekedar komunitas, tempat kumpul saja, berkumpul bersama-sama
karena tidak ada kerjaan, paksaan, atau karena ada banyak makanan pada saat itu.
Apa itu keluarga? Tentu kita tidak asing lagi dengan kata yang satu ini. Keluarga sendiri memiliki
arti yaitu sebagai bagian terkecil yang membentuk masyarakat. Dalam keluarga, kita mulai mempelajari
tentang berbagai hal. Keluarga merupakan bagian terdekat dalam hidup kita. Seringkali, kita cenderung
tampil apa adanya pada keluarga kita. Ada keterbukaan, baik itu dalam hal penampilan, cara bicara, dan
lain sebagainya.

Keluarga Rohani
Keluarga rohani ialah keluarga yang dipersatukan dalam Kristus, yaitu orang-orang yang
ditemukan oleh kasih anugerah-Nya dan disatukan dalam rencana-Nya yang mulia. Ada beberapa ciri
keluarga rohani yang benar, yaitu:
1. Di dalam sebuah keluarga rohani, seseorang tidak perlu mengenakan topeng.
Seorang anggota keluarga belajar untuk membuka setiap topeng dan kubu pikiran
mereka untuk dipulihkan dan disempurnakan dalam Kristus. Ada suatu dasar kasih yang benar,
bahwasanya teguran dari pemimpin ialah suatu bentuk kasih sayang dalam keluarga. Amsal 27:6
menyatakan, “Seorang kawan memukul dengan maksud baik.” Demikian pula kawan-kawan kita
dalam persekutuan di dalam Kristus.
2. Di dalam sebuah keluarga rohani, ada rasa percaya antara satu anggota dengan anggota
keluarga yang lain.
Ciri kedua yang terdapat dalam sebuah keluarga yaitu rasa percaya. Rasa percaya
mengalahkan segala kebimbangan dan keraguan dalam hati. Sebab di dalam kasih tidak ada
ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung
hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih (1 Yohanes 4:18). Adanya rasa
percaya berarti ketiadaan rasa curiga antar tubuh Kristus. Dari sinilah muncul sebuah kesatuan
hati. Sudahkah kita membangun rasa percaya, sehati, dan sepikir di dalam Kristus?
3. Di dalam sebuah keluarga rohani, Yesus merupakan kepala keluarga dan gereja ialah tubuh-Nya.
Iblis sangat menyukai perpecahan. Bilamana ada damai sejahtera, Iblis selalu mengambil
celah untuk masuk dan memporakporandakan keadaan tersebut. Oleh karena itu, apabila terjadi
perpecahan di dalam tubuh Kristus, yakni antar sesama anggota keluarga rohani, ingatlah Efesus
6:12. Bahwasanya, “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi
melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu
dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Oleh karena itu, jangan biarkan Iblis
mencuri kasih dan damai sejahtera Allah melalui ketegangan yang ada di antara kita. Tetapi,
milikilah karakter kasih Allah agar kita dimampukan untuk memaafkan kesalahan anggota
keluarga kita. Pernahkah Anda mendengar mengenai “mantan keluarga”? Sungguh aneh bukan?
Sebab, tidak ada istilah demikian. Seorang anak yang mengalami perseteruan di dalam keluarga,
tidak pernah pergi dan mencari keluarga lain. Ia mungkin kabur dari rumah, terhilang dan
tersesat, tetapi keluarganya selalu ada untuk menerima dia kembali untuk pulang ke rumah
yakni keluarganya yang sejati.
4. Di dalam sebuah keluarga rohani, ada kasih tak bersyarat.
Beberapa keluarga jasmani mungkin memaparkan kasih yang bersyarat, karena pada
dasarnya, kita memang masih hidup dan berinteraksi di dunia dengan manusia yang penuh
keterbatasan dalam mengasihi. Namun dalam keluarga rohani yang benar, ada kasih yang benar
pula yakni bentuk kasih yang tak bersyarat. Paulus menyatakan dalam surat 1 Korintus 13:1,
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang
gemerincing.”
Dalam sebuah hubungan, entah seperti apa pun bentuknya, yaitu keluarga, jalinan
kasih, persahabatan, diperlukan kasih dan pengampunan untuk mempertahankan hubungan
tersebut. Kita memiliki kecenderungan untuk membentuk suatu benteng-benteng tertentu di
dalam pikiran kita. Luka-luka lama yang terbentuk dari hubungan yang tidak berakhir dengan
baik di masa lalu kita membawa banyak sekali masalah dalam hubungan-hubungan kita
berikutnya di masa depan. Bahwasanya, hati ini bagaikan sebuah cermin, ketika ia menerima
sesuatu, ia cenderung memberikan hal serupa kepada orang lain. Tetapi kita tidak perlu
khawatir, karena seperti yang dinyatakan dalam 2 Korintus 10:4-5 bahwa, “…senjata kami dalam
perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah,
yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan setiap
kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami
menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus.”

Mengapa Gereja disebut sebagai sebuah Keluarga?


Ada hubungan yang spesial dalam sebuah jalinan darah dalam keluarga. Seorang pegawai tidak
mungkin akan mendapatkan sepeser pun dari si bos apabila ia resign dari tempat kerjanya. Namun
bagaimana dengan seorang anak? Tentu ia berhak untuk mendapatkan warisan dari si bos, sang ayah.
Begitu pula dalam gereja. Gereja disebut sebagai keluarga karena ada suatu warisan jubah karunia-
karunia, tongkat estafet para pemimpin. Seperti Elia yang menyerahkan jubahnya kepada Elisa, demikian
pula orang tua rohani kita akan memberikan juga suatu harta untuk diwariskan kepada kita (1 Raja-raja
19:19-21). Ada suatu genetik rohani yang dapat diturunkan kepada anak rohani, yang berakar dari
Kristus. Inilah pentingnya suatu komitmen dalam sebuah keluarga, agar seorang anak siap menerima
warisan yang diperuntukkan baginya.

Untuk direnungkan:
Apakah Anda sudah memiliki keluarga rohani?
Jika belum, kubu-kubu pikiran apa yang menghambat Anda untuk memperolehnya?

Ketika memiliki hati yang dipulihkan, kita dimampukan untuk memikirkan hal-hal yang baik di mata
Tuhan (Filipi 4:8).
Lawanlah kejahatan dengan kebaikan, cara satu-satunya untuk mengalahkan Iblis yaitu dengan memiliki
sifat dan karakter Allah yang penuh kasih dan pengampunan, bukan dengan memiliki karakter Iblis yang
penuh dendam dan perpecahan.

Anda mungkin juga menyukai