Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL RESEARCH TEAM

PEMBUATAN SABUN BATANGAN DARI HASIL PEMURNIAN


MINYAK BEKAS

BIDANG KEGIATAN :
PKM-RISET EKSAKTA

Diusulkan Oleh :
Aegil Sherly Nur Apriany 20303241004 2020
Fadhila Fathin Zahra 21309144007 2021
Respa Ardian 21307141041 2021

KELOMPOK 17
KELOMPOK STUDI ILMIAH MIPA SAINTIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................3
1.5 Luaran Penelitian ............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
2.1 Minyak Jelantah ..............................................................................................3
2.2 Proses Pemurnian Minyak ..............................................................................4
2.3 Adsorben Kulit Pisang Kepok ........................................................................4
2.4 Sabun ..............................................................................................................4
2.5 Reaksi Saponifikasi ........................................................................................5
BAB 3 METODE PENELITIAN ..........................................................................6
3.1 Jenis Penelitian ...............................................................................................6
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ...........................................................................6
3.3 Variabel Penelitian..........................................................................................6
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................................6
3.5 Alat dan Bahan ...............................................................................................6
3.6 Prosedur Penelitian .........................................................................................6
3.7 Teknik Analisis Data ......................................................................................8
3.8 Skema Penelitian ............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................9

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai
sarana pengolahan bahan makanan. Minyak goreng sebagai media penggoreng
sangat penting dan kebutuhannya semakin meningkat (Ramdja dkk, 2020).
Selain berfungsi sebagai media perpindahan panas, minyak goreng juga
berperan sebagai penambah cita rasa makanan dan meningkatkan cita rasa
makanan dengan membentuk warna kuning kecoklatan saat digoreng (Hidayati
dkk, 2016).
Menurut Rahayu dkk (2020), minyak goreng khususnya minyak sawit
dalam kategori pangan mencapai 9,86 juta ton secara nasional pada 2019,
meningkat 49 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah ini sesuai
dengan total konsumsi di sektor industri dan domestik. Konsumsi di tingkat
rumah tangga juga meningkat rata-rata 4,72 dari 1,94 juta minyak goreng
dalam penggunaannya. Hal tersebut berpotensi dapat menghasilkan minyak
jelantah yang semakin banyak juga.
Minyak jelantah (minyak goreng bekas) adalah minyak goreng yang sudah
berkali-kali digunakan konsumen. Minyak jelantah mengandung radikal bebas
yang selalu siap mengoksidasi organ tubuh secara perlahan. Minyak jelantah
kaya akan asam lemak bebas. Mengonsumsi minyak jelantah terlalu
sering dapat meningkatkan risiko kanker dalam tubuh (Pakpahan dkk, 2013).
Untuk mengurangi risiko kesehatan dari penggunaan minyak goreng bekas,
maka perlu dilakukan pengolahan minyak bekas untuk meningkatkan
kualitasnya. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas minyak jelantah
adalah dengan adsorpsi. Untuk meregenerasi minyak goreng bekas dilakukan
upaya untuk mengadsorbsi komponen minyak goreng bekas dengan adsorben
yang terbuat dari bahan alam (Rahayu dkk, 2014). Salah satu bahan alam yang
dapat digunakan sebagai adsorben yaitu kulit pisang.
Kulit pisang merupakan salah satu limbah pertanian yang belum digunakan
secara maksimal (Koni dkk, 2013). Kulit pisang bersifat penyerap, yaitu
menyerap zat lain di permukaannya tanpa reaksi kimia. Minyak goreng yang
direndam dalam kulit pisang selama 10 menit dapat mengurangi lemak jenuh.
Minyak goreng menjadi transparan dan tidak berbau. Kulit pisang terbaik
adalah kulit pisang kepok (Erviana dkk, 2019).
Naomi dkk (2013) menyatakan bahwa sehubungan dengan banyaknya
minyak goreng bekas yang berasal dari limbah industri dan rumah tangga dalam
jumlah yang banyak serta pengetahuan tentang bahaya mengkonsumsi minyak
goreng bekas, maka perlu pemanfaatan minyak goreng bekas tersebut
sedemikian rupa agar tidak terbuang percuma dan mencemari lingkungan.
2

Penggunaan minyak goreng bekas ini dapat dimurnikan sehingga dapat


digunakan kembali sebagai media menggoreng (Susinggih et al., 2005).
Minyak goreng bekas sebenarnya dapat digunakan kembali setelah proses
pemurnian, namun karena keamanan pangan dari mengkonsumsi minyak
goreng bekas masih sangat kontroversial karena dugaan senyawa akrolein, yang
dapat menyebabkan keracunan manusia, alternatif lain
adalah memanfaatkannya sebagai bahan baku industri non pangan seperti
sabun. Cara pembuatan sabun terbilang sangat mudah dan tidak membutuhkan
waktu lama. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan
larutan alkali membebaskan gliserol (Naomi dkk, 2013).
Sabun umumnya dikenal dalam dua bentuk, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama antara kedua bentuk sabun ini adalah alkali yang digunakan
dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida
(NaOH) sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai
alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi bentuk
sabun yang dibuat. Minyak kelapa adalah sabun yang lebih kuat daripada
minyak kedelai, minyak kacang tanah, dan minyak biji kapas. Dalam penelitian
ini minyak yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun mandi padat
adalah minyak goreng bekas, hal ini bertujuan untuk mengurangi
jumlah limbah minyak jelantah yang terlepas ke lingkungan dengan mengubah
limbah menjadi suatu produk yang dapat bermanfaat kepada masyarakat (Arlofa
dkk, 2021).
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk
memanfaatkan minyak bekas untuk pembuatan sabun melalui reaksi
saponifikasi setelah dimurnikan dengan adsorben pisang kepok.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang muncul dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana metode pengolahan untuk menjernihkan kembali minyak
jelantah menggunakan adsorben kulit pisang kepok?
1.2.2 Bagaimana formula terbaik untuk menghasilkan sabun
yang mengandung minyak hasil pemurnian minyak jelantah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, program kreativitas mahasiswa ini
bertujuan untuk:
1.3.1 Mendapatkan metode pengolahan untuk menjernihkan kembali minyak
jelantah dengan adsorben kulit pisang kepok.
1.3.2 Menghasilkan formulasi terbaik sabun yang mengandung minyak hasil
pemurnian minyak jelantah.
3

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi dunia akademik, dapat memberikan informasi potensi kulit
pisang untuk memurnikan minyak bekas pakai sebagai bahan
pembelajaran dan bahan acuan serta perbandingan untuk penelitian
sejenis.
1.4.2 Bagi masyarakat, dapat memberikan solusi bersifat ramah lingkungan
dalam menangani limbah minyak goreng dan limbah kulit pisang yang
dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
1.4.3 Bagi peneliti, dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
pengalaman belajar peneliti sebagai mahasiswa.
1.5 Luaran Penelitian
Luaran yang diharapkan dari program kreativitas mahasiswa ini meliputi
produk sabun dari pemurnian minyak jelantah, laporan kemajuan, laporan akhir
dan artikel ilmiah yang memuat data penelitian.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Jelantah


Minyak jelantah pada umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti
sawit, jagung, minyak sayur, dan minyak samin, yang telah digunakan untuk
menggoreng. Setelah digunakan, minyak goreng akan mengalami perubahan,
dan apabila dilihat dari segi komposisi kimia, minyak jelantah mengandung
senyawa yang bersifat karsinogenik yang terjadi pada saat proses
penggorengan, yang menjadikan minyak goreng tidak layak lagi menjadi bahan
makanan (Rosita dan Widasari, 2009). Dimana senyawa karsinogenik ini dapat
memicu pertumbuhan sel kanker apabila secara terus-menerus digunakan untuk
menggoreng.
Kebanyakan dari minyak jelantah sebenarnya merupakan minyak yang telah
rusak. Pada minyak goreng yang telah digunakan berulang kali, yang mana
diikuti dengan pemanasan akan memicu perubahan komposisi kimia.
Terjadinya oksidasi komponen dalam minyak akibat pemanasan yang tinggi.
Banyak komposisi menjadi parameter dalam minyak jelantah ini diantaranya,
adanya kandungan kadar air, densitas, asam lemak, bau agak anyir, serta warna
minyak yang coklat keruh. Suatu minyak goreng yang telah mengandung bahan
tersebut sudah tidak layak lagi untuk digunakan dan akan mencemari
lingkungan apabila dibuang (Fitriyana dan Safitri, 2015).
Terlepas dari semua hal itu minyak jelantah sebenarnya dapat dimanfaatkan
kembali dengan menggunakan proses pemurnian minyak yang dapat diolah
menjadi suatu bahan baku industri non pangan misal sabun (Naomi, 2013).
4

2.2 Proses Pemurnian Minyak


Pemurnian merupakan suatu tahap awal yang dapat kita lakukan untuk
melakukan pemanfaatan minyak goreng bekas yang telah digunakan berulang
kali, pemurnian ini bertujuan untuk membuat minyak tersebut dapat digunakan
kembali menjadi suatu bahan baku industri atau suatu produk yang dapat
digunakan misalnya sabun. Tujuan dari pemurnian minyak jelantah ini adalah
untuk menghilangkan bau tidak sedap, warna keruh yang kurang menarik, serta
untuk memperpanjang daya simpan sebelum nantinya digunakan kembali
(Susinggih, dkk,2005).
Menurut Ketaren (2008), pemurnian minyak jelantah ini dapat dilakukan
melalui tiga tahapan yaitu tahap penghilangan bau (despicing), tahap netralisasi,
dan tahap pemucatan (bleaching).
2.3 Adsorben Kulit Pisang Kepok
Adsorben merupakan metode alternatif dalam pengolahan limbah. Minyak
jelantah merupakan limbah rumah tangga yang dapat diolah kembali menjadi
barang yang bernilai salah satunya menjadi sabun. Sebelum dijadikan sabun
terlebih dahulu minyak goreng dijernihkan dahulu menggunakan kulit pisang
kepok. Berdasarkan pendapat Kasyfita, N. (2007), kulit pisang yang paling baik
digunakan yaitu kulit pisang kepok sebagai adsorben. Kulit pisang yang sudah
dikeringkan kemudian dapat direndam kedalam minyak jelantah, hal ini dapat
mengurangi kadar asam lemak jenuh yang bisa berdampak bagi kesehatan dan
memperbaiki kualitas minyak. Dalam hal ini limbah minyak goreng dan juga
kulit pisang dapat dimanfaatkan kembali menjadi suatu hal yang bernilai.
2.4 Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan
membersihkan. Molekul sabun terdiri atas rantai hidrokarbon yang panjang,
dimana hidrokarbon tersebut terdiri dari atom karbon dengan gugus polar atau
ionic pada suatu ujungnya. Rantai karbon bersifat lipofilik (terlarut dalam lemak
dan minyak), dan ujung polar yang hidrofilik (larut dalam air). Dengan adanya
cairan ini, butiran minyak akan distabilkan dalam larutan air, sebab muatan
permukaan yang negatif dari minyak mencegah penggabungan (Gusviputri,
2013).
Sifat lain sabun yang menonjol yaitu tegangan permukaan yang sangat
rendah, yang membuat larutan sabun memiliki daya pembersih yang lebih baik
dibandingkan hanya dengan air saja. Maka dari itu sabun disebut sebagai
golongan zat surfaktan. Kerja permukaan suatu sabun memungkinkan untuk
melepas kotoran, lemak, dan partikel minyak dipermukaan tubuh yang sedang
dibersihkan (Gusviputri, 2013). Sabun terdiri dari sabun mandi batang dan
sabun mandi cair, dimana sabun mandi batang atau padat, merupakan
pembersih kulit berbentuk padat yang dapat dibuat melalui proses saponifikasi
atau penetralisasi dari lemak, minyak, dan bahan lainnya tanpa menimbulkan
5

efek iritasi pada kulit (Badan Standardisasi Nasional, 2016). Suatu persyaratan
mutu sabun yang baik berdasarkan SNI 3532:2016 yaitu sebagai berikut.

No Parameter Uji Satuan Persyaratan Mutu


1. Kadar Air % fraksi massa Maks. 15%
2. Total Lemak % fraksi massa Min. 65%
3. Bahan Tak Larut % fraksi massa Maks. 5%
4. Dalam Etanol % fraksi massa Maks. 0,1%
5. Alkali Bebas % fraksi massa Maks. 2,5%
(dihitung sebagai
NaOH)
6. Kadar Klorida (Cl) % fraksi massa Maks. 1%

7. Lemak Tidak % fraksi massa Maks. 0,5%


Tersabunkan

Derajat keasaman atau PH menjadi suatu hal yang penting dalam


menentukan kelayakan sabun. Pada umumnya, sabun bersifat basa terhadap
larutan air. Nilai PH sabun yang tidak sesuai dapat mempengaruhi PH kulit.
Diketahui bahwa kulit sehat umumnya memiliki PH 5,4 sampai 5,9 (Habit et
al., 2016; Mendes, Shimabukuro, Uber, and Abagge, 2016; Vivian et al., 2014).
Tinggi rendahnya PH sabun dipengaruhi oleh proses saponifikasi. Beberapa
penelitian melaporkan bahwa sabun pada umumnya memiliki PH sekitar 9,01
sampai 10 dan sedikit produk yang memiliki PH yang sesuai dengan PH kulit
(Tarun, J. dkk, 2014).
2.5 Reaksi Saponifikasi
Saponifikasi merupakan suatu proses hidrolisis basa terhadap lemak dan
minyak, reaksi ini bukanlah suatu reaksi kesetimbangan, yang mana reaksi ini
biasanya dikenal sebagai reaksi untuk proses pembuatan sabun. Hasil mula-
mula dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa.
Setelah campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat.
Istilah dari saponifikasi digunakan untuk menggambarkan proses kimia dalam
pembuatan sabun. Persamaan stoikiometri reaksi saponifikasi dinyatakan dalam
persamaan reaksi berikut:
C3H5(OOCR)3 + 3KOH → 3KOOCR + C3H5(OH)3
Secara umum reaksi saponifikasi trigliserida terjadi melalui dua tahap
reaksi. Langkah pertama yaitu Langkah hidrolisis ester menjadi gliserol dan tiga
molekul asam lemak. Tahapan yang kedua yaitu mereaksikan asam lemak
dengan larutan alkali menghasilkan garam asam lemak dan air (Warra, A. A.
2013).
6

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen laboratorium.
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah minyak bekas.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sabun dari hasil pemurnian minyak bekas.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Bebas
Variabel Bebas pada penelitian ini adalah dengan variasi konsentrasi
NaOH (0,125; 0,25; 0,5; 1,0 dan 2,0) N dan arang kulit pisang kepok
dengan variasi 2,5; 5,0; 7,5; 10,0 dan 12,5%.
3.3.2 Variabel Kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah waktu, suhu, konsentrasi
NaOH untuk pembuatan sabun, konsentrasi pewarna, pewangi dan
essensial oil.
3.3.3 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah pH, hasil uji organoleptic, sifat
fisik sabun.
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu untuk penelitian adalah selama tiga bulan sedangkan untuk tempat
pelaksanaan akan dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia FMIPA UNY.
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, saringan,
stirer, gelas beker, erlenmeyer, spatula, corong pemisah, gelas ukur,
penangas air, labu ukur, hot plate, titrasi digital, klem dan statif, pipet
tetes, oven, ph meter, timbangan analitik, indikator PP.
3.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah arang tumbuk,
kulit pisang kepok, minyak goreng bekas 3 kali pemakaian, larutan
NaOH, parfum non alkohol, pewarna makanan, pewangi dan essensial
oil.
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Prosedur Pemurnian Minyak Jelantah
3.6.1.1 Proses Penyaringan Minyak Jelantah
Timbang 100 gram minyak jelantah sawit (bekas 3 kali
pemakaian) yang akan dimurnikan kemudian dimasukan kedalam
7

gelas beker 1000 ml, pisahkan minyak jelantah sawit dari


kotorannya dengan menggunakan kertas saring.
3.6.1.2 Proses Netralisasi
Dibuat larutan NaOH dengan variasi konsentrasi NaOH
(0,125; 0,25; 0,5; 1,0 dan 2,0) N dilarutkan didalam 100 ml
aquades) dan arang kulit pisang dengan variasi 2,5; 5,0; 7,5; 10,0
dan 12,5% masing-masing diperoleh dengan menimbang 2,5 g;
5,0 g; 7,5 g; 10,0 g dan 12,5 g dalam 100 mL minyak goreng
bekas sebagai adsorben. Kulit pisang dibersihkan kemudian
dikeringkan dengan sinar matahari. Kemudian kulit pisang
dikeringkan dalam oven pada suhu 105C untuk mengurangi kadar
airnya. Kemudian arang dihaluskan. setelah itu minyak jelantah
hasil penyaringan dipanaskan pada suhu ± 40°C, dan dimasukan
larutan NaOH dan arang kulit pisang, kemudian campuran diaduk
menggunakan stirer selama 10 menit kemudian disaring kembali
dengan kertas saring.
3.6.1.3 Proses Pemucatan (Bleaching)
Dipanaskan minyak goreng hasil netralisasi sampai suhu
70°C, karbon aktif 500 mesh dengan berbagai variasi mulai dari
7,5%, 8,5% dan 10% dari 100 gram minyak jelantah sawit hasil
netralisasi. Larutan diaduk dengan stirer selama 60 menit
kemudian dipanaskan pada suhu 150°C. Kemudian disaring
kembali menggunakan kertas saring untuk memisahkan kotoran,
sehingga minyak jelantah hasil pemurnian siap digunakan dalam
pembuatan sabun. Sebelum digunakan untuk pembuatan sabun,
bahan baku minyak jelantah hasil penyaringan diuji standar
mutunya terlebih dahulu.
3.6.2 Prosedur Pembuatan Sabun
Proses pembuatan sabun padat Dibuat larutan NaOH dengan
konsentrasi 40% (40gram dilarutkan dalam 100 ml aquades). Minyak
jelantah hasil pemurnian dipanaskan pada suhu proses 55˚C, lalu larutan
NaOH dengan kosentrasi 40% dipanaskan pada suhu 55˚C. Kemudian
campurkan NaOH 40% dengan minyak jelantah dengan perbandingan
1:2 (50 gram NaOH 40% : 100 gram minyak jelantah) kemudian
campurkan NaOH 40% kedalam minyak jelantah secara perlahan-lahan
sambil diaduk dan dipanaskan diatas heater hingga suhu ± 60ºC selama
45 menit sampai mengental. Setelah mengental ditambahkan pewarna,
pewangi dan minyak essensial dengan jumlah maksimal 3% dari volume
total campuran. Kemudian diaduk sampai merata dan menuang hasil
saponifikasi ke dalam cetakan.
8

3.7 Teknis Analisis Data


Untuk pengujian organoleptik, hedonik, anti bakteri dan penentuan pH
masing-masing dilakukan pengolahan data dengan uji Anova satu arah untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata terhadap masing-masing
perlakuan. Parameter tersebut kemudian diplotkan dalam kurva untuk
memperoleh hubungan banyaknya NaOH dan jumlah arang kulit pisang
dengan masing-masing parameter tersebut. Parameter organoleptic, hedonic,
anti bakteri dan pH kemudian dibandingkan dengan standar sabun padat yang
ada.
3.8 Skema Penelitian
3.8.1 Skema Pemurnian Minyak Jelantah
9

3.8.2 Skema Pembuatan Sabun dari Hasil Pemurnian

DAFTAR PUSTAKA
Arlofa, Nina dkk. 2021. Pembuatan Sabun Mandi Padat dari Minyak Jelantah.
Jurnal Chemtec. 7(1): 17-21.
Badan Standardisasi Nasional. 2016. Standar Nasional Indonesia Sabun Mandi
Padat (SNI 3532). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Elbine Parawitasari Pardede, Aprilia Mularen. 2020. Pemurnian Minyak Jelantah
Menggunakan Adsorben Berbasis Cangkang Telur. Jurnal Atmosphere. 1(1).
Erviana, Vera Yuli, Iis Suwartini dan Ahmad Ahid Mudayana. 2019. Penjernihan
Limbah Minyak Jelantah Menggunakan Kulit Pisang Kepok. Jurnal Pengabdian
Masyarakat MIPA dan Pendidikan MIPA. 3(1): 27-29.
Fitiriyana dan Eka Safitri. 2015. Pemanfaatan Cangkang Telur Ayam Sebagai
Adsorben Untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Jelantah. Jurnal Konversi.
4(1): 12-16.
Gusviputri, Arwinda, dkk. 2013. Pembuatan Sabun Dengan Lidah Buaya (Aloe
Vera) Sebagai Antiseptik Alami. Jurnal Widya Teknik. 12(1): 11-21.
10

Hajar, Era Wati Ibnu, dkk. 2016. Proses Pemurnian Minyak Jelantah
Menggunakan Ampas Tahu Untuk Pembuatan Sabun Padat. Jurnal Integrasi
Proses. 6(2): 57-63.
Hidayati, Fitri Choiria, Masturi, dan Ian Yulianti. 2016. Pemurnian Minyak Goreng
Bekas Pakai (Jelantah) dengan Menggunakan Arang Bonggol Jagung. Jurnal
Ilmu Pendidikan Fisika. 1(2): 67-70.
Kasyifita, N. 2007. Efektivitas Penggunaan Adsorben Kulit Pisang Kepok (Musa
normalis) dalam Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng Bekas. Jurnal Kimia
Mulawarman. 4(2): 19-25.
Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Koni, Theresia Nur Indah, Jublina Bale-Therik, dan Pieter Rihi Kale. 2013.
kasyJurnal Veteriner. 14(3): 365-370.
Naomi, Phatalina, Anna M. Lumban Gaol, dan M. Yusuf Toha. 2013. Pembuatan
Sabun Lunak Dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau Dari Kinetika Reaksi Kimia.
Jurnal Teknik Kimia. 19(2).
Pakpahan, Julius Fenando dkk. 2013. Pengurangan FFA dan Warna dari Minyak
Jelantah dengan Adsorben Serabut Kelapa dan Jerami. Jurnal Teknik Kimia
USU. 2(1).
Rahayu, Sri, Hikmatul Aliyah, dan Tukasno. 2020. Pemanfaatan Minyak Jelantah
dan Arang Kayu untuk Membuat Sabun Daur Ulang. Jurnal Pengabdian KITA.
3(1).
Ramdja, A. Fuadi, Lisa Febriana, dan Daniel Kristanto. 2010. Pemurnian Minyak
Jelantah Menggunakan Ampas Tebu Sebagai Adsorben. Jurnal Teknik Kimia.
17(1): 7-14.
Rosita, Alinda Fradiani dan Wenti Arum Widasari. 2009. Peningkatan Kualitas
Minyak Goreng Bekas Dari Kfc Dengan Menggunakan Adsorben Karbon Aktif.
In: "Seminar Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Kimia UNDIP 2009". Jurusan
Teknik Kimia UNDIP.
Susinggih, Wijaya, dkk. 2005. Mengolah Minyak Goreng Bekas. Surabaya: Trubus
Agrisarana.
Tarun, J. dkk. 2014. Evaluation of pH of Bathing Soaps and Shampoos for Skin and
Hair Care. Indian Journal of Dermatology. 59(5): 442–444.
Warra, A. A. 2013. A report on soap making in Nigeria using indigenous
technology and raw materials. African Journal of Pure and Applied Chemistry
7(4): 139-145.

Anda mungkin juga menyukai