Anda di halaman 1dari 37

PERTEMUAN 3

TUGAS
Pak Sahar

November , 2020
27

muhammad ilham fathoni


XXXV.1.017
Pengertian Lalu Lintas

Lalu Lintas mempunyai peran strategis dalam mendukung dan pembangunan


dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan
umum. Didalam lalu lintas terdapat jaringan lalu Lintas, Menurut Undang-undang
nomor 22 tahun 2009 Jaringan Lalu Lintas adalah serangkaian Simpul dan/atau
ruang kegiatan yang saling terhubungkan untuk penyelenggaraan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.

Jariangan Lalu Lintas termasuk kedalam sistem transportasi yang harus


dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan Angkutan Jalan dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah.

Lalu Lintas Sendiri menurut Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan


sebagai gerak Kendaraan dan Orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. jika
pengetiannya digabungkan dengan angkutan moda transportasi di jalan, maka
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu
Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta
pengelolaannya. Sedangkan Ruang Lalu Lintas sendiri dalam pengertiannya
merupakan prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah Kendaraan, orang,
dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.

Merujuk pada pengertian diatas maka di dapatkan tiga komponen utama dalam
lalu lintas di jalan dapat dimengerti bahwa komponen terjadinya lalu lintas yaitu
Manusia/Orang sebagai pengguna, Kendaraan sebagai Sarana dan Jalan
sebagai Prasarana, yang saling berinteraksi dalam pergerakan didalam ruang lalu
lintas.

Manusia/Orang merupakan Manusia sebagai pengguna dapat berperan


sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai
kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dll).
Perbedaan- perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan phisik dan
psykologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca,
penerangan/lampu jalan dan tata ruang.

Kendaraan yang dijelaskan dalam PP Nomor 55 Tahun 2012 merupakan suatu


sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak
Bermotor. Jika kendaraan tersebut termasuk kendaraaan bermotor maka haruslah

1
di melakukan Uji Tipe Kendaraan Bermotor, Uji Tipe adalah pengujian yang
dilakukan

2
terhadap fisik Kendaraan Bermotor atau penelitian terhadap rancang bangun dan
rekayasa Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan sebelum
Kendaraan Bermotor dibuat dan/atau dirakit dan/atau diimpor secara massal serta
Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi. Didalam Ruang Lalu Lintas Kendaraan
digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan
kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan
ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas.

Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan


bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut
direncanakan untuk mampu mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan
mampu mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga dapat
meredam angka kecelakaan lalu-lintas.didalam Jalan terdapat banyak ruas ruas
Jalan yang saling terhubung satu sama lain. Ruas Jalan adalah bagian atau penggal
jalan di antara dua simpul/persimpangan sebidang atau tidak sebidang baik yang
dilengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas ataupun tidak. Di dalam lalu
lintas setiap ruas jalan terbagi lagi menjadi 2 yaitu Jalur Lalu Lintas dan Lajur Lalu
Lintas. Jalur Lalu lintas adalah keseluruhan perkerasan jalan yang diperuntukan
untuk lalu lintas kendaraan, bisanya ditandai dari bagian jalan yang diaspal atau
dibeton pada jalan dengan perkerasan kaku/rigid pavement. Sedangkan Lajur Lalu
Lintas adalah bagian dari jalur lalu lintas tempat lalu lintas bergerak, untuk satu
kendaraan. Lebar satu lajur yang dijadikan acuan adalah 3,5 meter, sehingga bila
dilewati oleh kendaraan dengan lebar maksimum 2,5 meter masih ada ruang bebas
sebesar 0,5 meter di kiri kanan kendaraan. Untuk penggunaan jalan di dalam lalu
lintas dibedakan berdasarkan 3 hal yaitu menurut fungsi Jalan, Status Jalan, dan
Kelas Jalan. Yang di mana karakteristik Jalan dibedakan berdasarkan tipe Jalan.

1. Berdasarkan Fungsi Jalan


a. Jalan Arteri
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan
arteri meliputi jalan arteri primer dan arteri sekunder. Jalan arteri
primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat nasional,
sedangkan jalan arteri sekunder merupakan jalan arteri dalam
skala perkotaan. Angkutan utama adalah angkutan bernilai ekonomis
tinggi dan volume besar.

b. Jalan Kolektor
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan
kolektor meliputi jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder.

3
Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala
wilayah,

4
sedangkan jalan kolektor sekunder dalam skala perkotaan; Angkutan
pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan
angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan
sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk
diteruskan ke angkutan setempat.
c. Jalan Kolektor
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi
jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer
merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal sedangkan
jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan setempat
adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi.

d. Jalan Lokal
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi
jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer
merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal sedangkan
jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan setempat
adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi.

e. Jalan Lingkungan
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-
rata rendah. Yang dimaksud dengan jalan lingkungan meliputi jalan
lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan lingkungan
primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat
lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten,
sedangkan jalan lingkungan sekunder merupakan jalan lingkungan
dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan,
perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.

2. Berdasarkan Status Jalan


a. Jalan Nasional
Merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
5
b. Jalan Provinsi
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota
kabupaten/kota, atau antar ibu kota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.

c. Jalan kabupaten
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang
menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan,
antar ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.

d. Jalan Kota
Merupakan jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

e. Jalan Desa
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

3. Berdasarkan Kelas Jalan


a. Jalan Kelas I
Merupakan jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
(delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu
dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton.

b. Jalan Kelas II
Merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi
2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
(empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton.

6
c. Jalan Kelas III
Merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi
2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga
ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan)
ton.

d. Jalan Kelas Khusus


Merupakan jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter,
ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu) milimeter,
ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan
muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.

4. Berdasarkan Tipe Jalan

7
Keterkaitan OJK Di Dalam Ruang Lalu Lintas

Berikut Merupakan peranan dari Masing-Masing Komponen Pengguna Jalan di


dalam Sistem Ruang Lalu Lintas yang berkaitan satu sama lainnya. Pengguna
Jalan adalah orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu lintas.

1. Orang
• Pejalan Kaki
Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas
Jalan menurut UU No. 29 tahun 2009. Pejalan kaki mempunyai hak
istimewa di dalam ruang lalu lintas, yaitu prioritas keselamatan
sebagaimana dalam pasal 106 yang isinya, Setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengutamakan
keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda. Pejalan Kaki diberi prioritas
keselamatan dan kenyamanan. Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan
fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan
fasilitas lain. Tak hanya itu, pejalan kaki juga berhak mendapatkan
prioritas pada saat menyeberang Jalan di tempat penyeberangan.
Sementara untuk pejalan kaki penyandang cacat (disabilitas) harus
mengenakan tanda khusus yang jelas dan mudah dikenali Pengguna Jalan
lain.
• Pengemudi Kendaraan Bermotor.
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi. Surat Izin Mengemudi
terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Perseorangan
i. Surat Izin Mengemudi A berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan tidak melebihi 3.500 kg. Dengan syarat pengemudi 17
tahun.
ii. Surat Izin Mengemudi B I berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah erat yang
diperbolehkan lebih dari 3.500 kg. Dengan syarat pengemudi 20
tahun. Dimana untuk memiliki SIM BI harus memiliki Sim A sekurang
kurangnya 12 bulan.
iii. Surat Izin Menngemudi B II berlaku untuk mengemudikan kendaraan
alat berat , kendaraan penarik, atau kendaraan bermotor
dengan menarik kereta tempelan atau gandingan perseorangan
dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau
gandingan lebih dari
1.000 Kg. Dengan syarat pengemudi 21 tahun. Dimana untuk
memiliki
SIM BII harus memiiki SIM BI sekurang kurangnya 12
bulan.

8
iv. Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk mengemudikan
kendaraan khusus bagi peyandang cacat. dengan syarat pengemudi
17 tahun.
b. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum.

9
Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Umum
Calon Pengemudi wajib mengikuti Pendidikan dan pelatihan Pengemudi
Angkutan Umum yang diselenggarakan oleh Lembaga yang
mendapatkan izin dan terakreditasi dari pemerintah. SIM yang diperoleh
adala SIM A Umum dengan syarat umur pengemudi 20 tahun, SIM BI
Umum denga syarat umur pengemudi 22 tahun, SIM BII Umum untuk
pengemudi 23 tahun.

Fungsi SIM sendiri adalah sebagai bukti kompetensi mengemudi,


sebagai registrasi pengemudi kendaraan bermotor yang memuat identitas
lengkap pengemudi, dan sebagai pendukung kegiatan penyelidikan,
penyidikan, dan identifikasi forensik kepolisian.

Kewajiban pengemudi / pengendara kendaraan bermotor sebagai


Pengguna Jalan agar menciptakan Jalan yang berkesalamatan.
1. Berperilaku tertib
2. Pengemudi wajib mematuhi
a. Rambu perintah, rambu larangan, rambu petunjuk,
rambu peringatan
b. Marjka jalan
c. Apill
d. Berhenti dan parkir
e. Peringatan dengan bunyi dan sirine
f. Kecepatan maksimal, batas kecepatan
g. Tata cara penempelan atau gandengan dengan kendaraan lain
3. Tata cara mengemudi
a. Pengemudi wajib mengemudikan kendaraan dengan wajar
dan konsentrasi
4. Mengutamakan keselamatan pesepeda dan pejalan kaki.
5. Wajib mematuhi APILL
6. Memakai sabuk pengaman, airback, helm SNI dan teknologi
keselmatan yang lainnya.
7. Pengemudi harus memiliki SIM.
8. Kendaraan harus wajib memiliki STNK.
9. Kendaraan bermotor mempunnyai dan terpasang nomer polisi.
10.Mendahulukan kereta api
11.Memprioritasakn kendaraan dalam pasal
134 a. Pemadam kebakaran
b. Ambulans
c. Kendaraan pimpinan lembaga
negara d. Kendaraan pembawa jenazah
e. Konvoi
12.Dilarang parkir dan berhenti
di a. Tempat peyebrangan
b. Jalur pejalan kaki
c. Tikungan
d. Di atas jembatan
e. Di simpang

1
f. Dimuka pintu
g. Tempat yang dapat menutupi rambu
h. Berdekatan dengan hidran atau sumber air.

• Penumpang Kendaraan Bermotor


Dalam UU No. 29 tahun 2009, Penumpang adalah orang yang berada
di Kendaraan selain Pengemudi dan awak Kendaraan. Keselamatan
penumpang dalam mengunakan sepeda motor di ruang lalu lintas
terdapat pada pasal
106, yang isinya:
a. Setiap orang yang mengemudikan Sepeda Motor dan Penumpang
Sepeda Motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar
nasional Indonesia.
b. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat
atau lebih di Jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib
mengenakan sabuk keselamatan
c. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat
atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di Jalan
dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk
keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar nasional
Indonesia.

• Perusahaan Angkutan Umum


Pengusaha Angkutan Umum adalah Pengusaha Baik dari negeri
maupun swasta yang memiliki perusahaan yang begerak dibidang
transportasi. Perusahaan Angkutan Umum yang dimaksud adalah badan
hukum yang menyediakan jasa angkutan orang dan/atau barang dengan
Kendaraan Bermotor Umum. Adapun Peraturan terkait Perusahaan
Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan orang dan/atau
barang yang wajib memiliki:
a. izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;
b. izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek;
dan/atau c. izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat
berat.

Mengenai Ketentuan lebih lanjut izin penyelenggaraan angkutan


orang dalam trayek diatur dengan peraturan Menteri yang bertanggung
jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (
pasal 178 ) Untuk Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 diberikan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang melayani:

1
i. Angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui 1 (satu)
daerah provinsi.

1
ii. Angkutan dengan tujuan
tertentu. iii. Angkutan pariwisata.
b. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui
lebih
dari 1 (satu) daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
c. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk angkutan taksi dan
angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam
wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
d. Bupati/walikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang
wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupaten/kota.

Untuk Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 diberikan oleh:
a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan Prasarana
Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan untuk penyelenggaraan angkutan orang
yang melayani:
i. trayek lintas batas negara sesuai dengan perjanjian antarnegara.
ii. trayek antarkabupaten/kota yang melampaui wilayah 1 (satu)
provinsi.
iii. trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1 (satu)
provinsi.
iv. trayek perdesaan yang melewati wilayah 1 (satu) provinsi.
b. gubernur untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:
i. trayek antarkota yang melampaui wilayah 1 (satu)
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
ii. trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1 (satu)
kabupaten/kota dalam satu provinsi.
iii. trayek perdesaan yang melampaui wilayah 1 (satu) kabupaten
dalam satu provinsi.
c. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk
penyelenggaraan
angkutan orang yang melayani trayek yang seluruhnya berada
dalam wilayah Provins dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
d. Bupati untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:
i. trayek perdesaan yang berada dalam 1 (satu) wilayah
Kabupaten. ii. trayek perkotaan yang berada dalam 1 (satu)
wilayah kabupaten.
e. walikota untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani
trayek

2. Kendaraan
• Kendaraan Bermotor

1
Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas
rel. Contohnya : Sepeda Motor, Mobil Penumpang, Mobil Bus, Mobil,
Barang, dll.

1
• Kendaraan Tidak Bermotor
Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan
oleh tenaga manusia dan/atau hewan.
Contohnya : Becak, Delman, Sepeda ongkel, dll

• Pengujian Kendaraan Bermotor


Terdapat 2 macam pengujian yaitu uji tipe dan uji berkala. Uji Tipe
yaitu uji yang dimana uji tersebut untuk semua jenis kendaraan pribadi
maupun umum. Sedangkan Uji Berkala yaitu uji yang dimana uji tersebut
untuk semua jenis kendaraan angkutan umum yang beroperasi.

Uji Tipe Kendaraan Bermotor adalah pengujian yang dilakukan


terhadap fisik Kendaraan Bermotor atau penelitian terhadap rancang
bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan atau Kereta
Tempelan sebelum Kendaraan Bermotor dibuat dan/atau dirakit
dan/atau diimpor secara massal serta Kendaraan Bermotor yang
dimodifikasi.
Uji Berkala adalah Pengujian Kendaraan Bermotor yang dilakukan
secara berkala terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan,
dan
Kereta Tempelan, yang dioperasikan di jalan.

Persyaratan uji tipe dan uji berkala merupakan persyaratan teknis


dan laik Jalan. Berikut merupakan persyaratn teknis menurut UU Nomor 22
Tahun
2009 Psal 48:
i. Susunan
ii. Perlengkapan
iii. Ukuran Karoseri
iv. Rancangan teknis kendaraan sesuai
peruntukannya v. Pemuatan
vi. Penggunaan
vii. Pengandengan
viii. Penempelan

Persyaratan Teknis yang dimaskud merupakan sebagai berikut


yang telah dijelaskan pada PP Nomor 55 Tahun 2012 tentang kendaraan:

A. Persyaratan Rangka Landasan


a. Dapat menahan JBB kendaraan dan
bebannya b. Tahan korosi
c. Dapat dikaitkan pengait pada bagian depan dan belakang.

B. Persyaratan Motor Penggerak

1
a. Dapat mendaki kemiringan minimum 8% pada kecepatan
20 km/jam
b. Motor penggerak dapat dihidupkan di tempat duduk pengemudi

1
c. PWR untuk kendaraan
sepeda motor, mobil bus, mobil barang = 4,5 kw/ton
PWR untuk kendaraan berat
Kontarainer, angkutan alat besar = 5,5 kw/ton

C. Persyaratan Sistem Pembuangan


a. Dirancang dan dibuat dari bahan yang cukup kuat
b. Pembuangan dibuat dengan arah tidak mengganggu pengguna
lain. c. Asap dari pembuangan pada tangki bakar
d. Pipa pembuangan tidak melebihi sisi samping dan
belakang kendaraan
e. Memiliki peredam suara

D. Persyaratan Penerus Daya


a. dapat dikendalikan dari tempat duduk pengemudi
b. Kendaraan Bermotor dapat bergerak maju dengan 1 (satu)
atau lebih tingkat kecepatan
c. Kendaraan Bermotor dapat bergerak mundur.

E. Persyaratan Teknis Ban


a. Ban bertekanan harus memiliki adhesi yang cukup, baik pada
jalan kering maupun jalan basah.
b. Pelek dan ban bertekanan harus memiliki ukuran dan kemampuan
yang disesuaikan dengan JBB atau JBKB

F. Persyaratan Sistem Suspensi


a. Harus mampu menaha beban getaran dan kejutan

G. Persyaratan Sistem Rem


a. Ditempatkan dekat dengan pengemudi
b. Bekerja pada semua roda Kendaraan sesuai dengan besarnya
beban pada masing-masing sumbu.

H. Persyaratan Sistem Lampu dan Pemantul Cahaya


a. lampu utama dekat berwarna putih atau kuning
muda b. Lampu utama jauh berwarna putih atau kuning
muda
c. Lampu penunjuk arah berwarna kuning tua dengan sinar kelap-
kelip d. Lampu rem berwarna merah
e. Lampu posisi depan berwarna putih atau kuning
muda f. Lampu posisi belakang berwarna merah
g. Lampu mundur dengan warna putih atau kuning muda kecuali untuk
Sepeda Motor
h. Lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor di
bagian belakang Kendaraan berwarna putih
i. Lampu isyarat peringatan bahaya berwarna kuning tua dengan
sinar kelap-kelip

1
I. Persyaratan Komponen
Pendukung a. Pengukur
kecepatan
b. Kaca spion
c. Penghapus kaca
d. Klakson
e. Spakbor
f. Bumper

Dalam Persyaratan Laik Jalan kinerja minimal kendaraan bermotor


yang diukur sekurang kurangnya terdiri atas:

i. Emisi gas buang


ii. Efisiensi sistem rem utama
iii. Efisiensi sistem rem parkir
iv. Kincup roda depan
v. Suara klakson
vi. Daya pancar dan arah sinar lampu
utama vii. Radius putar
viii. Akurasi alat penunjuk Kecepatan
ix. Kesesuaian kinerja roda dan kondisi
ban
x. Kesesuaian daya mesin penggerak erhadap berat
kendaraan.

Jumlah Berat Kendaraan yang diperbolehkan. JBB adalah jumlah berat


kendaraan besrta muatannya sesuai dengan kekuatannya. Sesuai dengan
kekuatan rancang sumbu depan dan sumbu belakang kendaraan yang
bersangkutan. Yang menetapkan JBB adalah pabrik pembuatan (prinsipalnya)

Jumlah Berat yang diizinkan. JBI adalah Jumlah berat kendaraan beserta
berat muatannya disesuaikan dengan kelas jalan yang akan di lintasi. Yang
menetapkan JBI adalah pemerintah melalui kemenrian perhubungan.

Jumlah Berat Kombinassi Kendaraan yang diperbolehkan. JBKB adalah


jumlah berat rangkaian kendaraan bermotor beserta muatannya sesuai dengan
kekutan rancang sumbu kendaraan yang bersangkutan yang ditetapkan oleh
pabrikan setempat.

Jumlah Berat Kombinassi Kendaraan yang diizinkan. JBKI adalah jumlah


berat rangkaian kendaraan bermotor beserta muatannya sesuai dengan kekutan
1
rancang sumbu kendaraan yang bersangkutan yang ditetapkan oleh kementrian
perhubungan

1
Muatan sumbu terberat. MST adalah Beban maksimal yang bisa diberikan
pada setiap sumbu kendaraan yang besarnya tidak boleh melebihi kekuatan
rancang jalan.

Dalam hukumnya kendaraan Ketika di Jalan terdapat Sifat Oprasional


Kendaraan
Bermotor terhadap Jalan. Seperti yang dijelaskan pada berikut ini:

f. OFFROAD = kendaraan diopeasikan bukan dijalan umum, konsensi


(ruang lingkup) pertambangan, hutan,dll (tidak dierbolehkan melintas dijalan
umum).
g. On ROAD = kendaraan diopeasikan dijalan umum, yang peraturannya
mengacu pada undang undang 22 tahun 2009.
h. OFF and ON = jika kendaraan yang dioperasikan dijalan umum mengikuti
aturan, jika diuar jalan tidak masalah.

Jika kendaraan offroad melewati jalan umum, berlakulah hukum dispensasi


(ijin khusus) kepada pemerintah daerah setempat.

• Perlengkapan Kendaraan Bermotor


Perlengkapan Kendaraan Bermotor merupakan hal hal yang wajib
berada pada kendaraan. Perlengkapan tersebut seperti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) pada PP 55 Tahun 2012, selain Sepeda
Motor terdiri atas, sebagai berikut:
a. sabuk keselamatan.
b. ban cadangan;
c. segitiga pengaman;
d. dongkrak;
e. pembuka roda;
f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi Kendaraan
Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki Rumah-rumah.
g. peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan.

Untuk Sepeda Motor Perlengkapan yang dimaksud untuk


kendaraan sepeda motor adalah helm Standar Nasional Indonesia (SNI).

3. Jalan
• Pembuatan Jalan
Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan
kabel. Di dalam pembuatan Jalan Pada dasarnya adalah proses pembukaan
ruangan lalu lintas yang mengatasi berbagai rintangan geografi. Proses ini
2
melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan
terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin
melibatkan penebasan

2
hutan). Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk
proses ini. Didalam pembangunan Jalan Muka bumi harus diuji untuk
melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan.

Contohnya adalah Ketika tanah tersebut lembut, maka akan diganti


dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan
dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan satu
lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan
dibuat dengan aspal ataupun semen.

Dilam pembuatan Jalan perlu juga memperhatikan tentang


Pengaliran/ drainase air, yang merupakan salah satu faktor yang harus
diperhitungkan dalam pembangunan jalan. Air yang berkumpul di
permukaan jalan setelah hujan tidak hanya membahayakan pengguna
jalan, malahan akan mengikis dan merusakkan struktur jalan. Karena itu
permukaan jalan sebenarnya tidak betul-betul rata, sebaliknya mempunyai
landaian yang berarah ke selokan di pinggir jalan. Dengan demikian, air
hujan akan mengalir kembali ke selokan.

Setelah Jalan dibuat langakah selanjutnya adalah dengan memasang


retroflektor yang pemasangannya dipasang di tempat-tempat yang
berbahaya seperti belokan yang tajam. Di permukaan jalan mungkin juga
akan diletakkan "mata kucing", yakni sejenis benda bersinar seperti
batu yang "ditanamkan" di permukaan jalan. Fungsinya adalah untuk
menandakan batas lintasan.

Didalam Perkerasan Jalan Terdapat macam-macam jenis perkerasan


Jalan yaitu Perkerasan Lentur (flexible pavement), Perkerasan Kaku (rigid
pavement), Perkerasan Komposit (composite pavement).

Dalam meningkatkan tingkat keselamatan pada ruas jalan yang perlu


adanya pemenuhan persyaratan laik fungsi jalan dan fasilitas pendukung
keamanan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2017 Tentang
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 14, Pemenuhan
persyaratan laik fungsi jalan dilakukan dengan cara:
1. melaksanakan pembangunan jalan sesuai dengan
persyaratan keselamatan.
2. melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas di
Jalan
3. melakukan uji laik fungsi Jalan melaksanakan pemantauan dan
penilaian kondisi Jalan melakukan inspeksi Jalan melakukan audit
Jalan Dalam Pasal 48 serta 49 perlu dilakukan suatu Inspeksi
Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan salah satunya dengan

2
melakukan inspeksi terhadap perlengkapan jalan dan fasilitas
pendukung untuk Jalan.

2
• Perlengkapan Jalan
Perlengkapan Jalan termasuk kedalam prasarana Jalan sebagaimana
dijelaskan pada pengartian Undang-undang nomor 22 tahun 2009, untuk
Prasarana Lalu Lintas merupakan Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan
Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan
dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung. Yang diperuntukkan bagi
gerak pindah Kendaraan, orang dan/atau barang yang berupa Jalan dan
Fasilitas pendukung.

Perlengkapan Jalan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79


Tahun
2013 Tentang Jaringan Jalan dan Angkutan Jalan. Perlengkapan Jalan
Merupakan Perlengkapan-Perlengkapan yang ada di jalan untuk
menciptakan Jalan yang berkesalamatan. Hal yang sering terdapat dalam
perlengkapan Jalan yaitu Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, dan Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas atau APILL pada simpang.

Berdasarkan PM Perhubungan nomor 13 tahun 2014 tentang


Rambu Lalu Lintas pasal 1 ayat 1, Rambu Lalu Lintas adalah bagian
perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat, dan/atau
perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau
petunjuk bagi Pengguna Jalan. Pada pasal 3 nya, dinyatakan bahwa Rambu
Lalu Lintas Berdasarkan jenisnya, yaitu:
1. Rambu Petunjuk
Merupakan rambu yang digunakan untuk memandu pengguna
jalan saat melakukan perjalanan atau untuk memberikan informasi lain
kepada pengguna jalan.
2. Rambu Peringatan
Merupakan rambu yang digunakan untuk memberikan informasi
peringatan kemungkinan ada bahaya di jalan atau tempat
berbahaya pada jalan.
3. Rambu Perintah
Merupakan rambu yang digunakan untuk menyatakan perintah yang
wajib dilakukan oleh pengguna jalan.
4. Rambu Larangan
Merupakan rambu yang digunakan untuk menyatakan perbuatan yang
dilarang dilakukan oleh pengguna jalan.
5. Marka Jalan
Berdasarkan PM Perhubungan nomor 13 tahun 2014 tentang Rambu
lalu Lintas pasal 1 ayat 1, Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada
di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi

2
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis
melintang, garis

2
serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu
lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
6. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan pasal 1 ayat 19, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah
perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat
dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang
dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas Jalan.
7. Alat Penerangan Jalan
Berdsarkan PM Perhubungan nomor 27 tahun 2018 tentang Alat
Penerangan Jalan pasal 1 ayat 1, Alat Penerangan Jalan adalah lampu
penerangan jalan yang berfungsi untuk memberi penerangan pada
ruang lalu lintas.
8. Alat Pengendali
Berdasarkan PM Perhubungan nomor 82 Tahun 2018 tentang
Alat Pengendali Dan Pengamanan, Alat Pengendali merupakan alat
yang membantu mengendalikan dan mengamankan lalu lintas seperti:
Speed Bump, Speed Hump, Speed Table, Pagar Pengaman, Cermin
Tikungan, Patok Lalu Lintas atau Delineator, Pulau Lalu Lintas, Pita
Penggaduh, Jalur Penghentian Darurat, Pembatas Lalu Lintas.
9. Alat Pengawasan dan Pengamanan Jalan
Berdasarkan PP nomor 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan, Alat Pengawasan Dan Pengamanan Jalan berupa
alat penimbangan yang dapat dipasang secara tetap atau alat timbang
yang dapat dipindah-pindahkan.
10. Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat
11. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang
berada di jalan dan di luar badan jalan.

• Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas


Keamanan Lalu Lintas adalah suatu keadaan terbebasnya setiap
orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan
hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas.

Keselamatan Lalu Lintas adalah suatu keadaan terhindarnya


setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan
oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.

Pilar 1 safety manajement ( manajemen keselmatan )


1. Koordinasi penjegahan kecelakaan (BAPPENAS)
2. Sistem penelitian (KEMENRISETDIKTI)
3. Sistem informasi yang terpadu (BAPPENAS)
4. Mitra (ansuransi)

2
5. Sistem keselamatan angkutan umum (KEMENHUB)
6. Sistem Intergrasi (KEMENHUB)
Pilar 2 safer road ( jalan berkeselamatan )
1. Ruang Milik Jalan
2. Ruang Pengawasan jalan
3. Ruang Manfaat jalan
Pilar 3 safer vehicle ( kendaraan berkeselamatan
) Pilar 4 safer people ( perilaku berkeselamatan )
1. Penegakan hukum terhadap lalulintas
Pilar 5 post crash ( penanganan kecelakaan )

• Fasilitas Pendukung Jalan


Fasilitas ini sangatlah perlu untuk menunjang fasilitas bagi pengguna
ruang lalu lintas selain kendaraan di ruang lalu lintas seperti pejalan kaki,
pengguna disabilitas, Sepeda ontel, halte, tempat penyebrangan, dll.
Fasilitas Pendukung Jalan merupakan penujang Jalan untuk memberikan
rasa aman, selamat dan nyaman dalam mengguakan ruang lalu lintas baik
orang maupun kendaraan untuk menjadikan Jalan yang berkesalamatan.
Dalam pengaplikasiannya dijalan fasilitas pendukung dapat ada maupun
tidak ada dijalan Contoh yang didapat dari fasilitas pendukung Jalan
adalah trotoar, lajur khusus sepeda, desain trotoar untuk penyandang
disabilitas, lampu penerangan jalan, tempat penyebrangan, dll.

Jalur khusus sepeda merupakan jalur yang diprioritaskan untuk lalu


lintas pengguna sepeda, terpisah dari lalu lintas kendaraan bermotor
untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas pengguna sepeda. Regulasi
mengenai jalur sepeda diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 25 Setiap jalan yang
digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan
jalan berupa fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat.
Selain itu, juga tertuang dalam Pasal 45 bahwa fasilitas pendukung
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi lajur sepeda.

Dalam Pasal 62 juga disebutkan bahwa Pemerintah harus memberikan


kemudahan berlalu lintas bagi pesepeda. Pesepeda berhak atas
fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran
dalam berlalu lintas. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013
Pasal 17 menjelaskan bahwa dalam menentukan jalur khusus sepeda perlu
diperhatikan kelas jalan yang dipakai yaitu :
1. Jalan kelas I meliputi jalan arteri dan kolektor.
2. Jalan kelas II meliputi jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan.
3. Jalan kelas III meliputi jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan.
4. Jalan kelas khusus diatur dalam peraturan pemerintah tersendiri.

2
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Tentang
Jaringan Jalan dan Angkutan jalan Pasal 119, Lajur sepeda adalah Jajur
yang disediakan untuk pesepeda. Jalur sepeda pada badan jalan dipisahkan
secara fisik dan/atau marka berupa :
1. lajur yang terpisah dengan badan jalan; dan
2. lajur yang berada pada badan jalan.

Jajur sepeda harus memenuhi syarat berupa keamanan, keselamatan,


kenyamanan dan ruang bebas gerak individu serta kelancaran lalu lintas.
Aspek dalam ruang jalur khusus sepeda juga berpengaruh pada
perencanaan tata ruang wilayah terhadap lingkungan. Ketentuan
perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten terdapat dalam Undang
Undang RI No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang Pasal 28 dan Pasal 29 yaitu :
1. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau.
2. Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau,dan
3. Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dansarana
jaringan pejalan kaki, angkutan umum,kegiatan sektor informal, dan
ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi
wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat
pertumbuhan wilayah.
4. Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang
terbuka hijau privat.
5. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga
puluh) persen dari luas wilayah kota.
6. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit
2 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

Berikut adalah penentuan untuk dimensi jalur khusus sepeda :


1. Lebar minimum 120 cm, direkomendasikan 150 cm untuk satu arah.
2. Lebar minimum 200 cm,direkomendasikan 300 cm untuk dua arah.
3. Ruang bebas tinggi minimum 225 cm,direkomendasikan 250 cm.
4. Kemiringan jalur sepeda maksimal 7 %, direkomendasikan 5 %.
5. Jalur sepeda di letakan pada tepi luar jalur lalu lintas bermotor dan
searah dengan lalu lintas bermotor.
6. Penerapan lajur sepeda dan penggunaan bersama 2 arah dapat
menimbulkan resiko terjadinya konflik,namun dalam hal kebutuhan
khusus,seperti jalan satu arah , jalur sepeda dapat dibuat 2 arah pada
satu sisi jalur lalu lintas dengan bentuk jalur khusus sepeda.

Selain fasilitas sepeda Pemerintah, pemerintah daerah dan


perusahaan angkutan umum wajib memberikan perlakuaan khusus di

2
bidang Lalu Lintasdan Angkutan Jalan kepada penyandang cacat,
manusia usia lanjut,

2
anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit sesuai pasal 242 dalam UU Nomor
22 Tahun 2009. Yang dimasudkan perlakuan khusus adalah
aksessbilitas, prioritas Pelayanan, fasilitas Pelayanan.

• Fasilitas Ruang Parkir


Fasilitas ruang parkir untuk lalu lintas di Jalan sangatlah penting
karena semakin banyak kendaraan maka akan membutuhkan ruang
parkir yang perlu dibuat. Didalam UU 22 tahun 2009 dijelaskan bahwa
Parkir adalah keadaan Kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk
beberapa saat dan ditinggalkan pengemudinya. Jika parkir tidak
dimanajemen dengan baik terutama pada daerah tataguna lahan di suatu
tempat tarikan perjalan atau tempat tujuan orang seperti daerah
pertokoaan, mall, penginapan dan perkantoran maka akan menjadi salah
satu faktor terhambatnya lalu lintas.

Fasilitas Parkir terdapat pada pasal 43 yaitu menjelaskan


tentang:
1. Penyediaan fasilitas parkir umum hanya dapat diselenggarakan di luar
Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
2. Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan dilakukan oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia
berupa:
a. Usaha Khusus perpakiran
b. Penunjang usaha pokok
3. Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan
di tempat tertentu pada Jalan Kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota
yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, atau marka Jalan.
4. Peraturan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Pada Penjelasan lebih Lanjut tentang Parkir terdapat pada PP. No 79


tahun 2013 pada Pasal 100, seperti yang dijelaskan berikut ini:

1. Fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik Jalan dapat berupa
taman parkir dan/atau gedung parkir.
2. Fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik Jalan diperuntukkan untuk
sepeda dan kendaraan bermotor. Fasilitas parkir sepeda
sebagaimana dimaksud pada ayat
3. harus berupa lokasi yang mudah diakses, aman, dan nyaman.
4. Penetapan lokasi fasilitas parkir harus memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang.
b. analisis dampak lalu lintas.
c. kemudahan bagi pengguna jasa.
d. kelestarian fungsi lingkungan hidup.

3
e. Lokasi fasilitas parkir ditetapkan oleh:

3
i. gubernur untuk lokasi parkir yang berada di wilayah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
ii. bupati untuk lokasi parkir yang berada di wilayah administrasi
Kabupaten.
iii. walikota untuk lokasi parkir yang berada di wilayah
administrasi kota.

• Konektifitas Simpul
Didalam konektifias antar simpul tidak luput dengan adanya terminal
sebagai salah satu contoh simpul suatu moda transportasi. Terminal adalah
pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Diantara
simpul-simpul transportasi terdapat halte-halte yang berfungsi sebagai titik
kumpul penumpang dalam menggunakan moda transportasi umum untuk
menuju kesuatu simpul simpul atau tujuan dari setiap
penumpang.Pengertian Halte sendiri adalah tempat pemberhentian
Kendaraan Bermotor Umum untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang.
Terminal menunjang perpindahan orang dan barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda. Terminal dibagi menjadi Terminal
Penumpang dan Terminal Barang. Pada terminal penumpang dikelompokan
menurut pelayanannya yaitu tipe A yang ditetapkan oleh menteri, tipe B
yag ditetapkan oleh gubenur, dan tipe C yang ditetapkan oleh
bupati/walikota. Rencana kebutuhan terminal yang merupakan bagian dari
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Dalam Pembangunan lokasi terminal perlu adanya aspek aspek yang
perlu diperhatikan, yang terdapat pada PP Nomor 79 Tahun 2013
pasal
67yaitu:
a. tingkat aksesibilitas pengguna jasa angkutan.
b. kesesuaian lahan dengan rencana tata ruang wilayah nasional,
rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
c. kesesuaian lahan dengan rencana pengembangan dan/atau
kinerja
jaringan jalan dan jaringan trayek.
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat
kegiatan. e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain.
f. permintaan angkutan.
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi.
h. keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan
Jalan. i. kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3
Di dalam terminal terdapat fasilitas utama dan fasilitas
penunjang. Yang dimaksud dengan fasilitas utama adalah terdapatnya
fasilitas jalur

3
keberangkatan, fasilitas jalur kedatangan, fasilitas ruang tunggu
penumpang baik pengantur maupun penjemput, fasilitas tempat naik turun
penumpang, fasilitas parkir kendaraan, fasilitas pengolahan lingkungan
hidup, fasilitas perlengkapan Jalan, fasilitas Informasi, kantor
penyelenggara terminal, dan lokasi penjualan tiket.

Sedangkan yang dimaksud dengan fasiitas pendukung didalam


terminal adalah fasilitas penyadang cacat dan ibu hamil atau menyusui,
fasilitas pos Kesehatan, fasilias Kesehatan, fasilitas pribadatan, pos polisi,
alat pemadam kebakaran, dan fasilitas umum.

• Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa
Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau
kerugian harta benda. Untuk Mencegah Kecelakaan Lalu Lintas dapat
dilaksakan seperti yang dijelaskan pada UU Nomor 22 Tahun 2009 pasal
226 yang membahas tentang pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dengan
program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka Panjang
dilaksanakan melalui:
1. Partisipasi para pemangku
kepentingan
2. Pemberdayaan
masyarakat
3. Penegakan hukum
4. Kemitraan global

Dalam program pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dilakukan


oleh forum Lalu Lintas dan Akngkutan Jalan di bawah koordinasi Kepolisian
Republik Indonesia.

Jika terjadi Kecelakaan Lalu Lintas perlu adanya prosses dalam


melakukan penanganan kecelakaan di Jalan. Oleh karena itu pada pasal
227 di UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang tata cara penanganan
Kecelakaaan Lalu Lintas dengan cara:

1. Mendatangi tempat kejadian dengan


segera
2. Menolong korban
3. Melakukan Tindakan pertama di tempat kejadian
perkara
4. Mengolah tempat kejadian
perkara
5. Mengatur kelancaran arus Lalu
Lintas

3
6. Mengamankan Barang
Bukti
7. Melakukan Penyidikan
Perkara

3
Didalam Kecelakaan disebabkan karena kelalaian pengguna
Jalan, terdapat tiga jenis kecelakaan yaitu:
1. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan
Merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
pada kendaraan atau barang.
2. Kecelakaan Lalu Lintas Sedang
Merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan
dan kerusakaan Kendaraan dan atau barang
3. Kecelakaan Lalu Lintas Berat
Merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal
dunia atau luka berat

Anda mungkin juga menyukai