TUGAS
Pak Sahar
November , 2020
27
Merujuk pada pengertian diatas maka di dapatkan tiga komponen utama dalam
lalu lintas di jalan dapat dimengerti bahwa komponen terjadinya lalu lintas yaitu
Manusia/Orang sebagai pengguna, Kendaraan sebagai Sarana dan Jalan
sebagai Prasarana, yang saling berinteraksi dalam pergerakan didalam ruang lalu
lintas.
1
di melakukan Uji Tipe Kendaraan Bermotor, Uji Tipe adalah pengujian yang
dilakukan
2
terhadap fisik Kendaraan Bermotor atau penelitian terhadap rancang bangun dan
rekayasa Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan sebelum
Kendaraan Bermotor dibuat dan/atau dirakit dan/atau diimpor secara massal serta
Kendaraan Bermotor yang dimodifikasi. Didalam Ruang Lalu Lintas Kendaraan
digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan
kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan
ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas.
b. Jalan Kolektor
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan
kolektor meliputi jalan kolektor primer dan jalan kolektor sekunder.
3
Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala
wilayah,
4
sedangkan jalan kolektor sekunder dalam skala perkotaan; Angkutan
pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat mengumpulkan
angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan utama dan
sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk
diteruskan ke angkutan setempat.
c. Jalan Kolektor
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi
jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer
merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal sedangkan
jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan setempat
adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi.
d. Jalan Lokal
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata
rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal meliputi
jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder. Jalan lokal primer
merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat lokal sedangkan
jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan. Angkutan setempat
adalah angkutan yang melayani kebutuhan masyarakat setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, dan frekuensi
ulang-alik yang tinggi.
e. Jalan Lingkungan
Merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-
rata rendah. Yang dimaksud dengan jalan lingkungan meliputi jalan
lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder. Jalan lingkungan
primer merupakan jalan lingkungan dalam skala wilayah tingkat
lingkungan seperti di kawasan perdesaan di wilayah kabupaten,
sedangkan jalan lingkungan sekunder merupakan jalan lingkungan
dalam skala perkotaan seperti di lingkungan perumahan,
perdagangan, dan pariwisata di kawasan perkotaan.
c. Jalan kabupaten
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang
menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan,
antar ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
d. Jalan Kota
Merupakan jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan
pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil, serta
menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
e. Jalan Desa
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan
dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
b. Jalan Kelas II
Merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi
2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200
(empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton.
6
c. Jalan Kelas III
Merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi
2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 (tiga
ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 (delapan)
ton.
7
Keterkaitan OJK Di Dalam Ruang Lalu Lintas
1. Orang
• Pejalan Kaki
Pejalan Kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas
Jalan menurut UU No. 29 tahun 2009. Pejalan kaki mempunyai hak
istimewa di dalam ruang lalu lintas, yaitu prioritas keselamatan
sebagaimana dalam pasal 106 yang isinya, Setiap orang yang
mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengutamakan
keselamatan Pejalan Kaki dan pesepeda. Pejalan Kaki diberi prioritas
keselamatan dan kenyamanan. Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan
fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan
fasilitas lain. Tak hanya itu, pejalan kaki juga berhak mendapatkan
prioritas pada saat menyeberang Jalan di tempat penyeberangan.
Sementara untuk pejalan kaki penyandang cacat (disabilitas) harus
mengenakan tanda khusus yang jelas dan mudah dikenali Pengguna Jalan
lain.
• Pengemudi Kendaraan Bermotor.
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi. Surat Izin Mengemudi
terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Perseorangan
i. Surat Izin Mengemudi A berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah berat yang
diperbolehkan tidak melebihi 3.500 kg. Dengan syarat pengemudi 17
tahun.
ii. Surat Izin Mengemudi B I berlaku untuk mengemudikan mobil
penumpang dan barang perseorangan dengan jumlah erat yang
diperbolehkan lebih dari 3.500 kg. Dengan syarat pengemudi 20
tahun. Dimana untuk memiliki SIM BI harus memiliki Sim A sekurang
kurangnya 12 bulan.
iii. Surat Izin Menngemudi B II berlaku untuk mengemudikan kendaraan
alat berat , kendaraan penarik, atau kendaraan bermotor
dengan menarik kereta tempelan atau gandingan perseorangan
dengan berat yang diperbolehkan untuk kereta tempelan atau
gandingan lebih dari
1.000 Kg. Dengan syarat pengemudi 21 tahun. Dimana untuk
memiliki
SIM BII harus memiiki SIM BI sekurang kurangnya 12
bulan.
8
iv. Surat Izin Mengemudi C berlaku untuk mengemudikan
kendaraan khusus bagi peyandang cacat. dengan syarat pengemudi
17 tahun.
b. Surat Izin Mengemudi Kendaraan Bermotor Umum.
9
Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi Kendaraan Umum
Calon Pengemudi wajib mengikuti Pendidikan dan pelatihan Pengemudi
Angkutan Umum yang diselenggarakan oleh Lembaga yang
mendapatkan izin dan terakreditasi dari pemerintah. SIM yang diperoleh
adala SIM A Umum dengan syarat umur pengemudi 20 tahun, SIM BI
Umum denga syarat umur pengemudi 22 tahun, SIM BII Umum untuk
pengemudi 23 tahun.
1
f. Dimuka pintu
g. Tempat yang dapat menutupi rambu
h. Berdekatan dengan hidran atau sumber air.
1
i. Angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui 1 (satu)
daerah provinsi.
1
ii. Angkutan dengan tujuan
tertentu. iii. Angkutan pariwisata.
b. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampaui
lebih
dari 1 (satu) daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
c. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk angkutan taksi dan
angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam
wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
d. Bupati/walikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang
wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupaten/kota.
2. Kendaraan
• Kendaraan Bermotor
1
Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas
rel. Contohnya : Sepeda Motor, Mobil Penumpang, Mobil Bus, Mobil,
Barang, dll.
1
• Kendaraan Tidak Bermotor
Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan
oleh tenaga manusia dan/atau hewan.
Contohnya : Becak, Delman, Sepeda ongkel, dll
1
a. Dapat mendaki kemiringan minimum 8% pada kecepatan
20 km/jam
b. Motor penggerak dapat dihidupkan di tempat duduk pengemudi
1
c. PWR untuk kendaraan
sepeda motor, mobil bus, mobil barang = 4,5 kw/ton
PWR untuk kendaraan berat
Kontarainer, angkutan alat besar = 5,5 kw/ton
1
I. Persyaratan Komponen
Pendukung a. Pengukur
kecepatan
b. Kaca spion
c. Penghapus kaca
d. Klakson
e. Spakbor
f. Bumper
Jumlah Berat yang diizinkan. JBI adalah Jumlah berat kendaraan beserta
berat muatannya disesuaikan dengan kelas jalan yang akan di lintasi. Yang
menetapkan JBI adalah pemerintah melalui kemenrian perhubungan.
1
Muatan sumbu terberat. MST adalah Beban maksimal yang bisa diberikan
pada setiap sumbu kendaraan yang besarnya tidak boleh melebihi kekuatan
rancang jalan.
3. Jalan
• Pembuatan Jalan
Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan
kabel. Di dalam pembuatan Jalan Pada dasarnya adalah proses pembukaan
ruangan lalu lintas yang mengatasi berbagai rintangan geografi. Proses ini
2
melibatkan pengalihan muka bumi, pembangunan jembatan dan
terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin
melibatkan penebasan
2
hutan). Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk
proses ini. Didalam pembangunan Jalan Muka bumi harus diuji untuk
melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan.
2
melakukan inspeksi terhadap perlengkapan jalan dan fasilitas
pendukung untuk Jalan.
2
• Perlengkapan Jalan
Perlengkapan Jalan termasuk kedalam prasarana Jalan sebagaimana
dijelaskan pada pengartian Undang-undang nomor 22 tahun 2009, untuk
Prasarana Lalu Lintas merupakan Ruang Lalu Lintas, Terminal, dan
Perlengkapan Jalan yang meliputi marka, rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat pengawasan
dan pengamanan Jalan, serta fasilitas pendukung. Yang diperuntukkan bagi
gerak pindah Kendaraan, orang dan/atau barang yang berupa Jalan dan
Fasilitas pendukung.
2
peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis
melintang, garis
2
serong, serta lambang yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu
lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
6. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan pasal 1 ayat 19, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas adalah
perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat
dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang
dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada ruas Jalan.
7. Alat Penerangan Jalan
Berdsarkan PM Perhubungan nomor 27 tahun 2018 tentang Alat
Penerangan Jalan pasal 1 ayat 1, Alat Penerangan Jalan adalah lampu
penerangan jalan yang berfungsi untuk memberi penerangan pada
ruang lalu lintas.
8. Alat Pengendali
Berdasarkan PM Perhubungan nomor 82 Tahun 2018 tentang
Alat Pengendali Dan Pengamanan, Alat Pengendali merupakan alat
yang membantu mengendalikan dan mengamankan lalu lintas seperti:
Speed Bump, Speed Hump, Speed Table, Pagar Pengaman, Cermin
Tikungan, Patok Lalu Lintas atau Delineator, Pulau Lalu Lintas, Pita
Penggaduh, Jalur Penghentian Darurat, Pembatas Lalu Lintas.
9. Alat Pengawasan dan Pengamanan Jalan
Berdasarkan PP nomor 79 tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan, Alat Pengawasan Dan Pengamanan Jalan berupa
alat penimbangan yang dapat dipasang secara tetap atau alat timbang
yang dapat dipindah-pindahkan.
10. Fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat
11. Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang
berada di jalan dan di luar badan jalan.
2
5. Sistem keselamatan angkutan umum (KEMENHUB)
6. Sistem Intergrasi (KEMENHUB)
Pilar 2 safer road ( jalan berkeselamatan )
1. Ruang Milik Jalan
2. Ruang Pengawasan jalan
3. Ruang Manfaat jalan
Pilar 3 safer vehicle ( kendaraan berkeselamatan
) Pilar 4 safer people ( perilaku berkeselamatan )
1. Penegakan hukum terhadap lalulintas
Pilar 5 post crash ( penanganan kecelakaan )
2
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 Tentang
Jaringan Jalan dan Angkutan jalan Pasal 119, Lajur sepeda adalah Jajur
yang disediakan untuk pesepeda. Jalur sepeda pada badan jalan dipisahkan
secara fisik dan/atau marka berupa :
1. lajur yang terpisah dengan badan jalan; dan
2. lajur yang berada pada badan jalan.
2
bidang Lalu Lintasdan Angkutan Jalan kepada penyandang cacat,
manusia usia lanjut,
2
anak-anak, wanita hamil, dan orang sakit sesuai pasal 242 dalam UU Nomor
22 Tahun 2009. Yang dimasudkan perlakuan khusus adalah
aksessbilitas, prioritas Pelayanan, fasilitas Pelayanan.
1. Fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik Jalan dapat berupa
taman parkir dan/atau gedung parkir.
2. Fasilitas parkir untuk umum di luar ruang milik Jalan diperuntukkan untuk
sepeda dan kendaraan bermotor. Fasilitas parkir sepeda
sebagaimana dimaksud pada ayat
3. harus berupa lokasi yang mudah diakses, aman, dan nyaman.
4. Penetapan lokasi fasilitas parkir harus memperhatikan:
a. rencana umum tata ruang.
b. analisis dampak lalu lintas.
c. kemudahan bagi pengguna jasa.
d. kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3
e. Lokasi fasilitas parkir ditetapkan oleh:
3
i. gubernur untuk lokasi parkir yang berada di wilayah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
ii. bupati untuk lokasi parkir yang berada di wilayah administrasi
Kabupaten.
iii. walikota untuk lokasi parkir yang berada di wilayah
administrasi kota.
• Konektifitas Simpul
Didalam konektifias antar simpul tidak luput dengan adanya terminal
sebagai salah satu contoh simpul suatu moda transportasi. Terminal adalah
pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan
orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan. Diantara
simpul-simpul transportasi terdapat halte-halte yang berfungsi sebagai titik
kumpul penumpang dalam menggunakan moda transportasi umum untuk
menuju kesuatu simpul simpul atau tujuan dari setiap
penumpang.Pengertian Halte sendiri adalah tempat pemberhentian
Kendaraan Bermotor Umum untuk menaikkan dan menurunkan
penumpang.
Terminal menunjang perpindahan orang dan barang serta
keterpaduan intramoda dan antarmoda. Terminal dibagi menjadi Terminal
Penumpang dan Terminal Barang. Pada terminal penumpang dikelompokan
menurut pelayanannya yaitu tipe A yang ditetapkan oleh menteri, tipe B
yag ditetapkan oleh gubenur, dan tipe C yang ditetapkan oleh
bupati/walikota. Rencana kebutuhan terminal yang merupakan bagian dari
Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Dalam Pembangunan lokasi terminal perlu adanya aspek aspek yang
perlu diperhatikan, yang terdapat pada PP Nomor 79 Tahun 2013
pasal
67yaitu:
a. tingkat aksesibilitas pengguna jasa angkutan.
b. kesesuaian lahan dengan rencana tata ruang wilayah nasional,
rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota.
c. kesesuaian lahan dengan rencana pengembangan dan/atau
kinerja
jaringan jalan dan jaringan trayek.
d. kesesuaian dengan rencana pengembangan dan/atau pusat
kegiatan. e. keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan lain.
f. permintaan angkutan.
g. kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi.
h. keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan
Jalan. i. kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3
Di dalam terminal terdapat fasilitas utama dan fasilitas
penunjang. Yang dimaksud dengan fasilitas utama adalah terdapatnya
fasilitas jalur
3
keberangkatan, fasilitas jalur kedatangan, fasilitas ruang tunggu
penumpang baik pengantur maupun penjemput, fasilitas tempat naik turun
penumpang, fasilitas parkir kendaraan, fasilitas pengolahan lingkungan
hidup, fasilitas perlengkapan Jalan, fasilitas Informasi, kantor
penyelenggara terminal, dan lokasi penjualan tiket.
3
6. Mengamankan Barang
Bukti
7. Melakukan Penyidikan
Perkara
3
Didalam Kecelakaan disebabkan karena kelalaian pengguna
Jalan, terdapat tiga jenis kecelakaan yaitu:
1. Kecelakaan Lalu Lintas Ringan
Merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
pada kendaraan atau barang.
2. Kecelakaan Lalu Lintas Sedang
Merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan
dan kerusakaan Kendaraan dan atau barang
3. Kecelakaan Lalu Lintas Berat
Merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal
dunia atau luka berat