Anda di halaman 1dari 4

Nama : Annas Aulia Chan

NIM : 7311420226

Rombel : Manajemen A 2020

1. Apakah pindah kerja melanggar kewajiban loyalitas? Bagaimana dalam situasi khusus,
seperti budaya kerja Jepang? Dan bagaimana halnya dengan job-hopper?

Jawab : Pindah bekerja tidak melanggar kewajiban loyalitas karena setiap karyawan
memiliki hak. Dan hak karyawan antara lain dicantumkan dalam kontrak kerja,
dimana pasti ada ketentuan bahwakaryawan wajib memberitahukan satu, dua, tiga
bulan sebelumnya jika ia mau meninggalkan perusahaan tersebut. Di sini tidak
ada masalah etika. Dalam situasi khusus seperti budaya Jepang. Dari hubungan
keluarga kita tidaak pernah bisa keluar. Begitu pula hubungan kerja dengan
suatu perusahaan di sana diharapkan akan berlangsung seumur hidup. Budaya
kerja seperti itu jelas menuntut loyalitas khusus dan berpindah kerja bisa dinilai
kurang etis. Disisi lain, keadaan itu perusahaan mempunyai tanggung jawab
khusus terhadap kryawannya.
Seorang job-hopper yang langsung akan berpindah kerja, kalau di perusahaan
lain ia ditawarkan gaji lebih tinggi. Biarpun perbedaan gaji tidak seberapa, ia
akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menambah pendapatannya
sehingga bisa terjadi ia pindah kerja tiga atau empat kali dalam setahun.

2. Bagaimana pandangan tentang gaji yang adil? Apa yang menjadi faktor lebih konkret
yang kini sering dikemukakan untuk menentukan adil tidaknya gaji?

Jawab : gaji merupakan cara paling mudah dan utama untuk mengukur apresiasi
perusahaan terhadap waktu dan tenaga yang telah didedikasikan oleh karyawan.
Karyawan tentu mengharapkan kompensasi yang sebanding dengan daya dan upaya yang
kamu berikan. Factor yang menjadi penentuan adil atau tidaknya gaji :
a) Tanggung jawab dan pekerjaan
gaji yang diterima oleh karyawan harus sesuai dengan tingkat keahlian yang
dibutuhkan. Semakin menantang atau rumit pekerjaan tersebut, maka dibutuhkan
seorang karyawan yang memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman
yang sesuai.
b) Pengaruh hasil pekerjaan terhadap perusahaan
Semua posisi atau pekerjaan sama pentingnya dalam sebuah perusahaan. Namun
begitu, ada beberapa posisi khusus yang menjadi tonggak keberhasilan
perusahaan, terutama dalam menciptakan cashflow.
c) Jumlah kompensasi yang diterima
Saat ini, semakin banyak karyawan yang memahami tentang take-home pay, yang
artinya mereka akan menilai penghargaan dari perusahaan berdasarkan jumlah
gaji dan tunjangan lain-lain.

3. Bagaimana hak konsumen timbul sebagai sebuah topik dalam etika bisnis? Hak apa saja
yang dimiliki oleh konsumen?

Jawab : Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis modern.
Bisnistidak mungkin berjalan, kalau tidak ada konsumen yang menggunakan produk /
jasayang dibuat dan ditawarkan oleh pebisnis. Dalam hal ini tentu tidak cukup,
bilakonsumen tampil satu kali saja pada saat bisnis dimulai. Supaya bisnis
berkesinambungan, perlulah konsumen yang secara teratur memakai serta membeli
produk / jasa tersebut dan dengan demikian menjadi pelanggan.“the customer is king”
sebenarnya tidak merupakan slogan saja yang dimaksudsebanyak mungkin pembeli.
Ungkapan inimmenunjukkan tugas pokok bagi perodusen / penmyedia jasa:
mengupayakan kepuasan konsumen.Pelanggan adalah raja damal arti bahwa dialah yang
harus dilayani dan dijadikantujuan utama kegiatan produsen. Tidak mengherankan, kalau
peter drucker, perintisteori manajemen, menggaris bawahi peranan sentral pelanggan atau
konsumendengan menandaskan bahwa maksud bisa didefinisikan secara tepat sebagai
“too creat a cutomer”. hak – hak yang dimiliki oleh konsumen
a) Hak atas keamanan
b) Hak atas informasi
c) Hak untuk memiliki
d) Hak untuk didengarkan
e) Hak lingkungan hidup
f) Hak konsumen atas pendidikan

4. Apa yang bisa dikatakan tentang harga yang adil?

Jawab : harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan dampak negatif (bahaya)
ataupun kerugian bagi para pelaku pasar baik dari sisi penjual maupun pembeli.Harga
tidak dapat dikatakan adil apabila harga tersebut terlalu rendah sehingga penjual ataupun
produsen tidak dapat me-recovery biaya-biaya yang telah dikeluarkan. Sebaliknya, harga
tidak boleh terlalu tinggi, karena akan berdampak pada daya beli pembeli dan konsumen.
Harga yang adil adalah harga yang dapat menutupi semua operasional produsen dengan
margin laba tertentu serta tidak merugikan para pembeli.

5. Jelaskan hubungan manusia dengan alam yang disebut “sikap teknokratis”. Bagaimana
kesulitannya dalam konteks lingkungan hidup? Bagaimana pandangan yang disebut deep
ecology?
Jawab : hubungan manusia dengan alam ini Masalah lingkungan hidup menimbulkan
suatu cabang filsafat baru yang berkembang dengan cepat, yaitu filsafat lingkungan
hidup. Perspektif baru karena dalam refleksi filosofis selama ini belum pernah
terpikirkan. Etika lingkungan hidup terutama pergeseran paradigma dalam menyoroti
hubungan antara manusia dan alam. Cara mendekati alam ini disebut dengan sikap
teknokratis. Berkat cara kerja teknokratisnya manusia modern memang berhasil
memperoleh banyak sekali manfaat. Bagi yang bisa membayar, hidup modern jauh lebih
nyaman daripada hidup dijaman pramodern. 
pandangan ini adalah deep ecology. Gagasan deep ecology ini untuk pertama kali
dikemukakan oleh filsuf Norwegia, Arne Naes, pada suatu kongres filsafat dan kemudian
dipublikasikan dalam bentuk artikel. Deep Ecology sangat menekankan kesatuan alam.
Semua mahluk hidup, termasuk manusia, tercantum dalam alam menurut relasi-relasi
tertentu. Setiap mahluk hidup menjadi sebagaimana adanya, karena interaksi dengan
semua mahluk hidup lain dan dengan lingkungannya. Dari situ disimpulkan bahwa semua
mahluk hidup mempunyai nilai tersendiri, karena yang satu tidak mungkin hidup tanpa
yang lain. Hal itu kadang-kadang disebut biospherical egalitarianism, yang tentu menjadi
kontroversial, bila dimaksud bahwa semua mahluk hidup mempunyai nilai yang sama.

Deep ecology harus dibedakan dari shallow ecology, ekologi dangkal. Ecology dangkal
itu tidak pernah sampai pada akar masalah-masalah lingkungan hidup. Akan berusaha
melestarikan lingkungan, supaya bermanfaat terus untuk manusia instrumental dari alam.
Buat ekologi dalam, alam mempunyai nilai instrinsik, artinya nilai sendiri, tak tergantung
dari faktor luar

6. Alasan etika apa dapat diajukan untuk mendasari tanggung jawab kita terhadap
lingkungan hidup?

Jawab :
Etika lingkungan merupakan perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya
moral lingkungan. alasan Etika untuk mendasari Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan
Hidup. Dasar etika untuk tanggung jawab manusia itu sendiri disajikan oleh beberapa
pendekatan berbeda, anatara lain :
- Hak dan deontology
Manusia berhak atas lingungan yang berkualitas karena ia mempunyai hak moral atas
segala sesuatu yang perlu untuk hidup dengan pantas sebagai manusia, artinya yang
memungkinkan dia memenuhi kesanggupan sebagai makhluk yang rasional dan bebas.
- Utilitarisme.
Teori utilitarisme dapat dipakai juga guna menyediakan dasar moral bagi tanggung
jawab kitayang melestarikan lingkungan hidup. Malah utilitarisme bisa menunjukkan
beberapa jalan keluar bagi beberapa kesulitan yang dalam hal ini ditimbulkan oleh
pandangan hak.
- Keadilan
Tiga cara untuk mengaitkan keadilan dengan masalah lingkungan hidup.
1. Persamaan
2. Prinsip penghematan adil
3. Keadilan social

Implementasi Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan HidupJika polusi memang


merugikan lingkungan, salah satu tindakan logis dengan melarang semuakegiatan yang
mengakibatkan polusi. Contoh : Pemakaian kendaraan bermotor pribadi (sepeda motor
atau mobil) , kegiatan tersebut mencemari lingkungan tetapi jika kita dilarang, kita akan
merasa hak kita dilanggar.Tanggung jawab moral untuk melindungi lingkungan harus
dipertimbangkan terhadap faktor-faktor lain, khususnya kegiatan-kegiatan ekonomi kita.

7. Jelaskan 3 pandangan tentang yang harus dilakukan, jika di bidang bisnis negara lain
mempunyai norma moral yang berbeda dengan norma kita sendiri. Mengapa 3 pandangan
ini tidak dapat diterima, walaupun ada unsur kebenaran di dalamnya?

Jawab :
a) Menyesuaikan Diri
 Jika Anda berada di Indonesia, lakukan apa yang orang Indonesia
lakukan).
 Di mana orang berjalan di bumi, di sana surga ditegakkan. Intinya
kalau berbisnis di tempat lain, perusahaan harus menyesuaikan
dengan standar yang berlaku di sana.
b) Rigorisme Moral
Keinginan untuk menjaga kemurnian moral yang sama seperti di
negaranya sendiri. Mereka berasumsi bahwa apa yang dianggap baik di
negara mereka sendiri mungkin tidak lebih buruk di negara lain. Keadaan
lokal tersebut mungkin berbeda dan ini harus mempengaruhi keputusan
moral dan etika kita.
c) Imoralisme Naif
Menurut pandangan ini dalam bisnis internasional tidak perlu kita berpegang pada
norma2 etika. Mereka berpendapat harus memenuhi ketentuan2 hukum, tetapi
tidak terikat oleh norma2 moral.

Anda mungkin juga menyukai