Anda di halaman 1dari 3

10

Buletin Teknik Pertanian Vol. 15, No. 1, 2010: 10-12 Farihul Ihsan dan Anang Wahyudi: Teknik analisis kadar sukrosa pada pepaya

TEKNIK ANALISIS KADAR SUKROSA PADA BUAH PEPAYA

Farihul Ihsan dan Anang Wahyudi

Masing-masing adalah Teknisi Litkayasa Nonkelas pada Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
Jalan Raya Solok-Aripan km 8, Kotak Pos 5, Solok 27301, Telp. (0755) 20137, Faks. (0755) 20592
E-mail: balitbu@litbang.deptan.go.id

P epaya adalah salah satu jenis buah-buahan yang dige-


mari masyarakat, baik buah yang masih muda, mengkal,
maupun yang masak. Buah pepaya mengandung berbagai
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar
sukrosa daging buah pepaya koleksi Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), Solok, Sumatera
vitamin yang bermanfaat bagi kesehatan. Buah pepaya dapat Barat.
dikonsumsi langsung sebagai buah segar atau dibuat ber-
bagai jenis sajian, seperti rujak, jus, minuman penyegar,
campuran agar-agar, dibuat selai, atau manisan. Buah pepaya BAHAN DAN METODE
muda sering dibuat acar atau disayur. Di Jawa, bunga pepaya
diolah menjadi manisan dan daun muda direbus kemudian Kegiatan dilaksanakan di Balitbu Tropika, Solok, Sumatera
dikonsumsi sebagai lalapan. Di beberapa negara, biji pepaya Barat pada bulan Januari-Desember 2002. Bahan yang
digunakan sebagai obat peluruh cacing dan digunakan secara digunakan untuk proses analisis kadar gula adalah contoh
positif untuk menggugurkan kandungan (Verheij dan Coronel buah pepaya dari 78 aksesi yang ditanam di kebun koleksi
1997). plasma nutfah Balitbu Tropika dengan jarak tanam 3 m x 3 m.
Bahan lainnya adalah akuades dan kertas tisu. Alat yang
Rasa manis pada daging buah dipengaruhi oleh kadar digunakan adalah refraktometer tipe hand held, pisau,
sukrosa. Daging buah yang manis menunjukkan kadar mortar, dan alat tulis.
sukrosa yang tinggi dan rasa daging buah yang kurang
manis menunjukkan kadar sukrosa yang rendah. Menurut Refraktometer tipe hand-held merupakan salah satu alat
Budiyanti et al. (2005), kadar sukrosa daging pepaya lebih yang dapat digunakan untuk menganalisis kadar sukrosa
dari 12°Brix dapat dikategorikan manis. pada bahan makanan. Refraktometer terdiri atas beberapa
bagian, yaitu kaca prisma, penutup kaca prisma, sekrup
Beberapa jenis atau varietas pepaya memiliki buah yang pemutar skala, grip pegangan, dan lubang teropong (Atago
rasanya tawar bahkan pahit, namun mempunyai keunggulan 2000) (Gambar 1). Satuan skala pembacaan refraktometer yaitu
lain seperti rajin berbuah dan tahan terhadap hama dan °Brix, yaitu satuan skala yang digunakan untuk pengukuran
penyakit. Jenis pepaya seperti ini diperlukan sebagai bahan kandungan padatan terlarut (Purwono 2002). Skala °Brix dari
tanaman induk untuk disilangkan dengan varietas-varietas refraktometer sama dengan berat gram sukrosa dari 100 g
yang rasanya manis, enak, dan buah menarik. Oleh karena larutan sukrosa. Jika yang diamati adalah daging buah, skala
itu, pengumpulan informasi terhadap potensi buah pepaya ini menunjukkan berat gram sukrosa dari 100 g daging buah.
perlu dilakukan untuk perakitan varietas unggul baru, dimulai
dari eksplorasi, koleksi, karakterisasi, dan pemilihan jenis
ungguI. Lubang teropong

Untuk menunjang perakitan varietas unggul, kebera- Grip pegangan


daan kebun plasma nutfah menjadi penting. Menurut Mariska Sekrup pemutar skala
et al. (1996), plasma nutfah adalah kumpulan berbagai
Penutup kaca prisma
varietas, strain, galur, klon yang berasal dari berbagai lokasi
dengan kondisi agroklimat yang beragam. Sementara itu, Kaca prisma
Henshey (1987) menyatakan bahwa plasma nutfah adalah
sumber daya genetik yang dapat digunakan untuk perakitan
varietas unggul baru, di mana dapat diperoleh dari populasi
yang ditanam atau dibudidayakan (ex situ) maupun yang
tumbuh liar di hutan (in situ). Gambar 1. Bagian-bagian refraktometer, Balitbu Tropika, Solok,
2002
Farihul Ihsan dan Anang Wahyudi: Teknik analisis kadar sukrosa pada pepaya 11

Persiapan Alat Persiapan Contoh

Refraktometer perlu dikalibrasi terlebih dahulu sebelum Daging buah pepaya masak dari 78 aksesi diambil masing-
digunakan untuk satu hari pengamatan. Jika terjadi per- masing 1 g sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan
ubahan suhu, alat ini perlu dikalibrasi kembali. Cara dari berbagai sisi buah, yaitu bagian pangkal, ujung, dan
mengkalibrasi refraktometer dimulai dengan membuka bagian tengah buah. Daging buah yang telah diambil
penutup kaca prisma, kemudian di atas kaca prima diteteskan kemudian dilumatkan dengan menggunakan mortar hingga
satu atau dua tetes akuades. Penutup kaca prisma lalu sari buahnya ke luar. Sari buah tersebut kemudian digunakan
ditutup lagi dengan perlahan dan dipastikan akuades untuk pembacaan dengan refraktometer.
memenuhi permukaan kaca prisma. Refraktometer diarahkan
pada cahaya terang, kemudian dilihat pembacaan skala
Pelaksanaan Pembacaan
melalui lubang teropong. Jika skala kabur, lubang teropong
diputar hingga pembacaan skala tampak jelas. Pastikan garis Untuk membaca hasil analisis kandungan sukrosa buah
batas biru tepat pada skala 0°Brix (% maks. sukrosa). Jika garis pepaya dengan refraktometer, penutup kaca prisma dibuka
batas biru tidak tepat pada skala 0°Brix, sekrup pengatur lalu di atasnya diletakkan satu atau dua tetes sari buah dari
skala diputar hingga garis batas biru tepat pada skala 0°Brix. masing-masing aksesi. Contoh sari buah dipastikan meme-
Setelah kalibrasi selesai, kaca prisma dibersihkan dengan nuhi permukaan kaca prisma, lalu penutup kaca prisma
menggunakan kertas tisu. ditutupkan kembali secara perlahan. Pembacaan skala
dilakukan pada posisi garis batas biru. Hasil pembacaan
skala dicatat pada kertas pengamatan. Setelah pembacaan,
kaca prisma dibersikan dengan kertas tisu basah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis kadar sukrosa daging buah pepaya dari 78


aksesi menunjukkan bahwa empat aksesi memiliki kadar
sukrosa tertinggi. Keempat aksesi tersebut adalah Cp.44,
Cp.54, Cp.61, dan Cp.148, dengan kadar sukrosa 14°Brix.
Kadar sukrosa terendah terdapat pada aksesi Cp.258, dengan
kadar sukrosa 4°Brix (Tabel 1).

KESIMPULAN

Hasil analisis kandungan sukrosa buah dari 78 aksesi pepaya


koleksi Balitbu Tropika, Solok, menunjukkan bahwa kadar
sukrosa terendah 4°Brix dimiliki oleh aksesi Cp.258. Kadar
sukrosa tertinggi yaitu 14°Brix dimiliki oleh aksesi Cp.44,
Cp.54, Cp.61, dan Cp.148.

DAFTAR PUSTAKA

Atago. 2000. Hand-held Refractometer. Instruction Manual. Atago


Gambar 2. Tahapan kalibrasi alat refraktometer: (a) letakkan satu Co., Ltd. Tokyo.
atau dua tetes akuades di atas kaca prisma, (b) tutup
penutup kaca prisma dengan perlahan, (c) pastikan Budiyanti, T., S. Purnomo, Karsinah, dan A. Wahyudi. 2005.
akuades memenuhi permukaan kaca prisma, (d) pem- Karakterisasi 88 aksesi pepaya koleksi Balai Penelitian
bacaan skala melalui lubang teropong, (e) pastikan garis Tanaman Buah. Buletin Plasma Nutfah 11(1): 21-27.
batas biru tepat pada skala 0°Brix (% maks sukrosa), dan
(f) jika garis batas biru tidak tepat pada skala 0°Brix, putar Henshey, C.D. 1987. Cassava Germplasm Resources in CIAF
sekrup pengatur skala hingga garis batas biru tepat pada Cassava Breeding a Multidiciplinary in the Philippines, 4-7
skala 0°Brix, Balitbu Tropika, Solok, 2002 March 1985. Columbia 1-24.
12 Farihul Ihsan dan Anang Wahyudi: Teknik analisis kadar sukrosa pada pepaya

Tabel 1. Kadar sukrosa 78 aksesi pepaya koleksi Balitbu Tropika, Tabel 1. (lanjutan)
Solok, 2002 Kode aksesi pepaya Kadar sukrosa (oBrix)
Kode aksesi pepaya Kadar sukrosa (oBrix) Cp.107 10,3
Cp.258 4,0 Cp.I0 10,5
Cp.28 6,0 Cp.59 10,5
Cp.70 6,0 Cp.93 10,5
Cp.119 6,0 Cp.250 10,5
Cp.144 6,0 Cp.105 10,7
Cp.251 6,0 Cp.33 11,0
Cp.40 7,0 Cp.4I 11,0
Cp.66 7,0 Cp.91 11,0
Cp.143 7,0 Cp.143 11,0
Cp.150 7,0 Cp.115 11,1
Cp.238 7,0 Cp.90 11,7
Cp.105 7,5 Cp.147 11,7
Cp.5 7,6 Cp.114 12,0
Cp.104 7,7 Cp.45 12,1
Cp.3 8,0 Cp.34 12,3
Cp.I0 8,0 Cp.41 12,5
Cp.44 8,0 Cp.146 12,5
Cp.92 8,0 Cp.14 12,6
Cp.102 8,0 Cp.54 12,8
Cp.108 8,0 Cp.140 12,8
Cp.120 8,0 Cp.78 13,0
Cp.255 8,0 Cp.139 13,0
Cp.259 8,0 Cp.141 13,0
Cp.261 8,0 Cp.142 13,0
Cp.94 8,1 Cp.142 13,0
Cp.57 8,2 Cp.256 13,0
Cp.235 8,8 Cp.68 13,5
Cp.79 9,0 Cp.44 14,0
Cp.104 9,0 Cp.54 14,0
Cp.106 9,0 Cp.61 14,0
Cp.146 9,0 Cp.148 14,0
Cp.275 9,0
Cp.12 9,2
Cp.247 9,2
Cp.29 9,3
Cp.26 9,4 Mariska, I., Suwarno, dan D.S. Damardjati. 1996. Pengembangan
Cp.4 9,5 konservasi in-vitro sebagai salah satu bentuk pelestarian plasma
Cp.60 9,5 nutfah dalam bank gen. Makalah Seminar Sehari Penyusunan
Cp.103 9,5 Konsep Pelestarian Ex-Situ Plasma Nutfah, Bogor.
Cp.274 9,7 Purwono. 2002. Penggunaan Pengukuran Brix untuk Menduga
Cp.18 10,0 Rendemen Nyata di Pabrik Gula Gula Putih Mataram,
Cp.39 10,0 Lampung. Divisi R & D, Pabrik Gula Gula Putih Mataram,
Cp.145 10,0 Lampung.
Cp.246 10,0
Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel. l997. Prosea. Sumber Daya
Cp.299 10,0
Nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang dapat dimakan.
Cp.19 10,3
Gramedia, Jakarta. hlm. 125.

Anda mungkin juga menyukai