Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEORI MICRO-TEACHING DAN MASING-MASING KETEREAMPILAN


MENGAJAR

Makalah ini Dibuat Guna Memenuhi Kriteria Penilaian Tugas Mata Kuliah
Praktik Micro-Teaching

Dosen Pengampu: Rahma Dani, M.Pd.

Disusun Oleh:

Mahasiswa Pendidikan Fisika Kelas D/6

Nadia Septiani (1911090107)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TP. 2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Makalah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi syarat mata
kuliah Praktik Micro-Teaching. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dosen pengampu Rahma Dani, M.Pd, selaku dosen pembimbing
mata kuliah Praktik Micro-Teaching dan juga saya ucapkan kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapih.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandar Lampung, 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian Micro-Teaching...........................................................................2
B. Karakteristik Micro-Taching.........................................................................3
C. Teori-Teori Micro-Teaching.........................................................................4
D. Macam-Macam Keterampilan Mengajar......................................................8
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
A. Kesimpulan.................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh seorang
yang berprofesi sebagai guru. Dan dalam proses mengajar seorang guru
memerlukan keahlian khusus, dan keahlian khusus ini di dapatkan melalui
sebuah Pendidikan dan pengalaman. Oleh karena itu seorang guru
memerlukan penggunaan pengangajaran mikro (Micro-Teaching), sebagai
teknik dan prosedur latihan mengajar sebagai calon guru.
Dan dalam proses pembelajaran, belajar bukan hanya menulis,
menghafal atau mengingat, tetapi dalam hal ini belajar merupakan suatu
proses yang di tandai dengan adanya perubahan daya pikir peserta didik.
Perubahan tersebut sebagai hasil proses belajar.
Jadi, dalam hal ini hasil belajar menjadi tolak ukur profesionalitas
seorang guru, apakah tujuan dari pembelajaran tersebut mencapai atau
tidak. Dan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu dibutuhkan seorang
guru yang memiliki kapasitas sebgai tenaga pendidik professional.
Dengan melalui proses pembelajaran mikro (Micro-Teaching) ini
dapat dijadikan proses latihan seorang guru dalam mengajar untuk kelas
yang berskala besar nantinya.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Micro-Teaching?
2. Apa saja karakteristik Mikro-Teaching?
3. Apa saja teori Micro-Teaching?
4. Apa saja keterampilan mengajar?
C. Tujuan

Makalah ini dibuat guna memebuhi kriteri penilaian tugas Mata


Kuliah Praktik Micro-Teaching. Juga untuk menjelaskan apa saja yang
ada dalam rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Micro-Teaching
Micro-Teacing berasal dari dua kata yaitu “Micro” yang berarti
kecil, terbatas, sempit dan “Teaching” berarti mengajar. Jadi, Micro
Teaching berarti suatu kegiatanmengajar yang dilakukan dengan cara
menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Maka dengan
memperkecil jumlah siswa, waktu, bahan mengajar dan membatasi
keterampilanmengajar tertentu, akan dapat diidentifikasi berbagai
keunggulan dan kelemahan pada diricalon guru secara akurat. Micro
Teaching atau pembelajaran mikro, dijelaskan oleh paraahli dengan
berbagai pengertian berikut:1
1. Mc. Laughlin dan Moulton yang menjelaskan
bahwa“microteaching is as performancetraining method to
isolate the component parts of the teaching process, so that
thetrainee can master each component one by one in a
simplified teaching situation” (pembelajaran mikro pada
intinya adalah suatu pendekatan atau model pembelajaranuntuk
melatih penampilan/ keterampilan mengajar guru melalui
bagian demi bagiandari setiap keterampilan dasar mengajar
tersebut, yang dilakukan secara terkontrol dan berkelanjutan
dalam situasi pembelajaran).
2. A. Perlberg menjelaskan bahwa “micro teaching is a
laboratory training procedureaimed at simplifyng the
complexities of regular teaching - learning processing”
(pembelajaran mikro pada dasarnya adalah sebuah
laboratorium untuk lebihmenyederhanakan proses latihan
kegiatan belajar mengajar/pembelajaran).

1
Dadang Sukirman. Micro Teaching. Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementrian Agama.2012. Hlm.3-10.

2
3. Sugeng Paranto menjelaskan bahwa pembelajaran mikro
merupakan salah satu cara latihan praktek mengajar yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar yang di"mikro" kan
untuk membentuk, mengembangkan keterampilan mengajar. 2

B. Karakteristik Micro-Taching
Pembelajaran mikro pada intinya adalah penyederhanaan
pembelajaran. Karena penyederhanaan maka tentu tidak semua
keterampilan mengajar dipraktikkan dalam satu waktu, akan tetapi
keterampilan mengajar dipraktikkan sendiri-sendiri. Seperti
keterampilan membuka pelajaran berdiri sendiri, demikian juga pada
latihan berikutnya difokuskan pada keterampilan menjelaskan dan
sebagainya. Berikut ini beberapa hal fundamental berkaitan dengan
karakteristik pembelajaran Mikro Teaching. Di antara karakteristik
tersebut adalah sebagai berikut:3
1. Microteaching is a real teaching. Pembelajaran mikro adalah
kegiatan mengajar yang sebenarnya (real teaching), akan tetapi
dilaksanakan bukan pada kelas yang sebenarnya, melainkan
dalam suatu kelas, laboratorium atau tempat khusus yang
dirancang untuk pembelajaran mikro.
2. Micro teaching lessons the complexities of normal classroom
teaching. Sesuai dengan namanya micro, latihan mengajar
dilakukan secara mikro atau disederhanakan. Penyederhanaan ini
dilakukan dalam setiap unsur atau komponen pembelajaran.
3. Microteaching focuses on training for the accomplishment
of specific tasks. Latihan yang dikembangkan dalam pendekatan
pembelajaran mikro hanya difokuskan pada jenis-jenis
keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai dengan apa yang

2
Ibid.
3
Dadang Sukirman.Op,cit.Hlm.51-55

3
diinginkan oleh setiap yang berlatih atau atas dasar saran yang
diberikan oleh pihak supervisor. Fokus keterampilan tersebut
bisa berupa keterampilan membuka pelajaran saja, maka
keterampilan lainnya tidak menjadi fokus latihan, dan
sebagainya.
4. Micro teaching allows for the increased control of practice.
Pembelajaran mikro diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada
setiap jenis keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat,
cermat dan komprehensif relatif lebih mudah dilakukan dalam
pembelajaran mikro, karena setiap peserta yang berlatih hanya
memfokuskan diri pada keterampilan tertentu saja.
5. Micro teaching greatly expands the normal knowledge of results
or feedback dimension in teaching. Pembelajaran mikro
diharapkan dapat memperluas wawasan dan pemahaman yang
terkait dengan pembelajaran, karena pihak-pihak yang
berkepentingan dan juga terlibat di dalamnya mendapatkan
masukan dari pihak lainnya.

C. Teori-Teori Micro-Teaching
Menurut Arifmiboy teoritis model pembelajaran Micro-Teaching
dibagi menjadi Teori Belajar Behavioristik, Teori Belajar Sosial
(Social Learning Theory), Teori Belajar Konstruktivis, Teori
Komunikasi, dan Teori Desain Pembelajaran Berbasis Web (DPBW), 4
berikut adalah penjelasannya:
1. Teori Belajar Behavioristik.
Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike
dengan teorinya connectionisme yang disebut juga dengan trial
and error. Pada tahun 1980, Thorndike melakukan eksperimen
dengan kucing sebagai subjeknya. Menurutnya, belajar adalah

4
Arifmiboy. Micro-Teaching Model Tadaluring. Jawa Timu, Wade Group. 2019. Hlm. 27-
40.

4
pembentukan hubungan (koneksi) antara stimulus dengan respon
yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi. Cara
belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial dan error
(coba-coba salah). Disamping itu, Thorndike juga menggunakan
pedoman. ”pembawa kepuasan (satisfier)” apabila subyek
melakukan hal-hal yang mendatangkan kesenangan dan
”pembawa kebosanan (annoyer)” apabila subyek menghindari
keadaan yang tidak menyenangkan. Dari eksperimen Thorndike,
bisa diambil tiga hukum dalam belajar, yaitu: (1) Law of
readiness (hukum kesiapan). Belajar akan berhasil apabila subyek
memiliki kesiapan untuk belajar. (2) Law of exercise (hukum
latihan), merupakan generalisasi dari law of use dan law of disuse,
yaitu jika perilaku itu sering dilatih atau digunakan, maka
eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (Law of use).
Sebaliknya, jika perilaku tadi tidak dilatih, maka perilaku tersebut
akan menjadi bertambah lemah atau tidak digunakan sama sekali
(law of disuse). Dengan kata lain, belajar akan berhasil apabila
banyak latihan atau ulangan. (3) Law of effect, yaitu jika respon
menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan antara
stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, jika respon
menghasilkan efek yang tidak memuaskan, maka semakin lemah
hubungan antara stimulus dan respon tersebut. Dengan kata lain,
subyek akanbersemangat dalam belajar apabila ia mengetahui atau
mendapatkan hasil yang baik.5
2. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Teori belajar sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura
pada tahun 1969, seorang psikolog berkebangsaan Amerika
lulusan Universitas Stanford Amerika Serikat. Rahyudi
mengatakan bahwa teori belajar sosial menekankan pada
komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi.

5
Suryabrata, Op,Cit. Hlm. 271.

5
Definisi pembelajaran sosial adalah proses pembelajaran atau
perilaku yang dibentuk melalui kontek sosial. Satu asumsi paling
awal dan mendasar dari teori pembelajaran sosial Bandura adalah
manusia cukup fleksibel dan sanggup mempelajari beragam
kecakapan bersikap maupun berperilaku dan bahwa titik
pembelajaran terbaik dari semua ini adalah pengalaman-
pengalaman yang tak terduga (vicarious experiences).6
3. Teori Belajar Konstruktivis
Revolusi konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam
sejarah pendidikan. Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan
Vigotsky, keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya
terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya
diolah melalui suatu proses ketidak seimbangan dalam upaya
memahami informasi-informasi baru. Piaget dan Vygotsky juga
menekankan adanya hakikat social dalam belajar dan keduanya
menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar
dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk
mengupayakan perubahan pengertian atau belajar. Teori belajar
konstruktivis (constructivist theories of learning) adalah teori
yang menyatakan bahwa siswa itu sendiri yang harus secara
pribadi menemukan dan menerapkan informasi yang kompleks,
mengecek informasi yang baru dibandingkan dengan aturan yang
lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi.7
4. Teori Komunikasi
Setiap orang memerlukan komunikasi dengan orang lain
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi
antara satu dengan yang lainnya, proses komunikasi tersebut
menggunakan kata-kata, bahasa, symbol-simbol, gambar dan

6
Heri Rahyudi. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jakarta, Penerbit
Nusa Media.2012. Hlm. 97-98.146146146146146146
7
Mohamad Nur. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis
dalam Pengajaran, Surabaya, Universitas Negeri Surabaya. 2002. Hlm. 2.

6
sebagainya agar orang yang diajak komunikasi (komunikan) dapat
mengerti pesan apa yang disampaikan oleh si penyampai pesan
(komunikator). Seperti yang dikatakan oleh Bernard dan Steiner,
komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan symbol-
symbol, kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya. Tindakan
atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.
Sedangkan menurut Hovland dalam komunikasi adalah proses
yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan
rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (comunicate). Dapat diartikan bahwa dalam
penyampaian-penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa-
bahasa yang mudah dimengerti dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku orang lain.8
5. Teori Desain Pembelajaran Berbasis Web (DPBW)

Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan internet untuk


berbagai kepentingan di Indonesia terus berkembang.
Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja
dan memungkinkan berbagai kegiatan dilaksanakan dengan cepat,
tepat dan akurat, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas. Perkembangan teknologi informasi sekarang ini
memunculkan berbagai jenis kegiatan berbasis pada teknologi ini,
termasuk dalam bidang pendidikan. Dengan perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat, maka saat ini sudah
dimungkinkan dan banyak diterapkan proses belajar jarak jauh
dengan menggunakan internet untuk menghubungkan mahasiswa
dan dosen, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas
perkuliahan, melihat nilai, konsultasi dan bahkan melakukan
diskusi. Melalui media pembelajaran berbasis web materi
pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, di
8
Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya.2007. Hlm. 68.

7
samping itu materi juga dapat diperkaya dengan berbagai sumber
belajar termasuk multimedia. Media pembelajaran berbasis web
dapat dikembangkan dari yang sangat sederhana sampai yang
kompleks. Sebagian media pembelajarn berbasis web hanya
dibangun untuk menampilkan kumpulan materi, sementara forum
diskusi atau tanya jawab dilakukan melalui e-mail atau milist.
Secara operasional, sistem instruksional memerlukan teori-teori
belajar yang sebagai dasar pijakan aplikasi dan kemungkinan
pengembangan sistem. Begitu juga dengan sistem instruksional
media online learning, sebagai media penyampaian, harus disadari
bahwa online learning bukanlah faktor tunggal yang menentukan
kualitas pembelajaran. Perkembangan teknologi komunikasi
dewasa ini memungkinkan pembelajaran dapat terjadi dimana dan
kapan saja tanpa batas, waktu, jarak dan tempat. Perkembangkan
sarana prasarana teknologi komunikasi dan informasi dapat
dimanfaatkan dalam berbagai situasi pembelajaran saat ini.
Terdapat sejumlah istilah pembelajaran berbasis web yaitu e-
learning, online learning yang juga merupakan sinonim dari Web
Based Instruction (WBI). Darmansyah menjelaskan bahwa,
pembelajaran berbasis web secara konseptual lebih dekat pada
sistem pembelajaran jarak jauh. Mesikipun pembelajaran dapat
dilaksanakan secara langsung, tetapi keberadaan pendidik dan
perserta didik pada tempat yang berbeda. Artinya pembelajaran
berbasis web menggunakan konsep dasar belajar jarak jauh.9

D. Macam-Macam Keterampilan Mengajar


Ada beberapa keterampilan mengajar yang harus di kuasi oleh
pendidik atau calon Pendidikan, diantaranya:
1. Keterampilan Bertanya (Questioning Skill)

9
Darmansyah. Pembelajaran Berbasis WEB Teori Konsep dan Aplikasi. Universitas Negeri
Padang Press. 2010. Hlm. 128.

8
Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon
dari seseorang yang dikenal, Bertanya merupakan stimulus efektif
yang mendorng kemampuan berfikir seseorang.10 Karna dalam
proses belajar mengajar, bertanya memiliki peranan yang cukup
penting karena pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik
pemberian pertanyaan yang tersusun dengan baik akan
memberikan dampak yang positif terhadap cara berpikir siswa.

2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement)


Penguatan merupakan segala bentuk respons, baik yang
bersifat verbal maupun non-verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang
bertujuan untuk memebrikan informasi atau umpan balik
(Feedback) bagi si penerima (Siswa) atau perbuatannya sebagai
sebuah tindak dorongan ataupun koreksi. Keterampilan dasar
penguatan adalah respon tingkah laku guru terhadap tingkah laku
siswa yang berbentuk verbal maupn non-verbal.11 Inti dari
penguatan adalah respon terhadap tigkah laku positif yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah
tersebut. Penguatan dalam proses pembelajaran tidak boleh
dianggap sepele dan sembarangan, tetapi harus mendapat
perhatian serius.

3. Keterampilan Mengadakan Variasi (Variation Stimulus)


Variasi stimulus adalah sebuah kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi pembelajaran yang di tunjukan untuk
mengatasike bosanan peserta didik, sehingga dalam proses situasi
pembelajaran senantiasa menunjukkan ketekunan, penuh

10
Sunhaji. Strategi Pembelajaran; Konsep Dasar Metode, dan Aplikasi dalam Proses
Belajar Mengajar. Yogyakarta, Gravindo Litera Media. 2009. Hlm. 110.
11
Moh. Uzer Usman. Mnjadi Guru Profesional. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya.1995.
Hlm 80.

9
partisipasi.12 Jadi inti tujuan proses pembelajaran variasi adalah
menumbuh kembangkan perhatian dan minat pesertas didik agar
belajar lebih baik. Keterampilan mengadakan variasi dibagi
menjadi tiga cara; vzriasi cara mengajar guru, variasi dalam
menggunakan media atau alat pengajaran, dan variasi pola
interaksi dan kegiatan siswa.13

4. Keterampilan Menjelaskan (Explaining)


Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi
secara lisan yuang dikelola secara sistematis untuk menunjukan
adanya hubungan antara satu dengan yang lainnya. 14 Bachari
Alma mengatakan bahwa keterampilan menjelaskan ini
berhubungan dengan: a) Penyampaian atau suatu ide, pendapat
dan pemikiran, b) Pengorganisasian dalam menyampaikan ide, c)
Upaya untuk secara sadar menumbuhkan pengertian ataupun
pemahaman pada diri siswa.15
5. KeterampilanMembuka dan Menutup Pelajaran (Set Induction and
Closure)
Keterampilan membuka pelajaran adalah “seberapa jauh
kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar mengajar untuk
suatu jam pelajaran tertentu. Membuka pelajaran atau set
induction adalah “usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar
mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang
di sajikan.16 Menutup Pebelajaran (Closure) adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pembelajaran atau kegiatan
12
Zainal Asril. Micro-Taching; Disertai dengan Program Pengalaman Lapangan. Jakarta,
Rajawali.2011, Hlm. 86.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Buchari Alma et al. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Mengajar.
Bandung, Alfabeta.2012. Hlm.21.
16
Wina Sanjaya. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta, Kencana. 2006. Hlm. 171.

10
belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan
untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah
dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian dan tingkat
keberhasilan dalam proses belajar mengajar.17

6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil


Diskusi Kelompok adalah suatu proses teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap mukayang
infirmal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.18 Diskusi
kelompok adalah sesuatu yang harus ada dalam proses belajar
mengajar. Akan tetapi setiap guru dan calon guru belum tentu
dmampu membimbing para siswanya untuk berdiskusi tanpa di
dahului latihan. Oleh karena itu, keterampilan ini perlu
diperhatikan agar para guru dan calon guru mampu melaksanakan
tugas ini dengan baik.

7. Keterampilan Mengelola Kelas


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
pembelajaran. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai
apabila guru mampu mengkondisikan siswanya dan sarana
pengajaran serta menegndalikannya dalam Susana yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

17
Zainal Asril. Op,Cit. Hlm. 82.
18
Ibid.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Micro-Teacing berasal dari dua kata yaitu “Micro” yang berarti
kecil, terbatas, sempit dan “Teaching” berarti mengajar. Jadi, Micro
Teaching berarti suatu kegiatanmengajar yang dilakukan dengan cara
menyederhanakan atau segalanya dikecilkan. Pembelajaran mikro pada
intinya adalah penyederhanaan pembelajaran. Karena penyederhanaan
maka tentu tidak semua keterampilan mengajar dipraktikkan dalam
satu waktu, akan tetapi keterampilan mengajar dipraktikkan sendiri-
sendiri. Seperti keterampilan membuka pelajaran berdiri sendiri,
demikian juga pada latihan berikutnya difokuskan pada keterampilan
menjelaskan dan sebagainya.
Teoritis model pembelajaran Micro-Teaching dibagi menjadi
Teori Belajar Behavioristik, Teori Belajar Sosial (Social Learning
Theory), Teori Belajar Konstruktivis, Teori Komunikasi, dan Teori
Desain Pembelajaran Berbasis Web (DPBW).

Beberapa keterampilan mengajar yang harus di kuasi oleh


pendidik atau calon Pendidikan, diantaranya: keterampilan bertanya
(questioning skill), keterampilan memberi penguatan (reinforcement),
keterampilan mengadakan variasi (variation stimulus), keterampilan
menjelaskan (explaining), keterampilanmembuka dan menutup
pelajaran (set induction and closure), keterampilan membimbing
diskusi kelompok kecil, serta keterampilan mengelola kelas.

12
Daftar Pustaka

Alma, Buchari et al. Guru Profesional: Menguasai Metode dan


Terampil Mengajar. Bandung, Alfabeta. 2012.
Arifmiboy. Micro-Teaching Model Tadaluring. Jawa Timu, Wade
Group. 2019.

Asril, Zainal. Micro-Taching; Disertai dengan Program Pengalaman


Lapangan. Jakarta, Rajawali.2011.
Darmansyah. Pembelajaran Berbasis WEB Teori Konsep dan Aplikasi.
Universitas Negeri Padang Press. 2010.

Moh. Uzer Usman. Mnjadi Guru Profesional. Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya.1995.

Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya.


2007.

Nur, Mohamad. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan


Konstruktivis dalam Pengajaran, Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya. 2000.

Rahyudi, Heri. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran


Motorik. Jakarta, Penerbit Nusa Media. 2012.
Sunhaji. Strategi Pembelajaran; Konsep Dasar Metode, dan Aplikasi
dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta, Gravindo Litera
Media. 2009.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta, Kencana. 2006.

Sukirman, Dadang. Micro Teaching. Jakarta, Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementrian Agama. 2012.

13

Anda mungkin juga menyukai