Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN TEKNOLOGI BIOREMEDIASI SEBAGAI UPAYA

PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR


Richely Priscilla Rumondor
Kelas IX E/25
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang.

Air adalah komponen yang sangat penting untuk proses kehidupan yang berjalan di bumi.
Tanpa air, kemungkinan hidup dunia sangat kecil karena semua makhluk hidup
membutuhkan air untuk bertahan hidup. Air sangat dibutuhkan untuk mendukung berjalannya
segala aktivitas manusia di bumi. Tidak hanya manusia, air juga merupakan bagian penting
bagi makhluk hidup lain baik hewan atau tumbuhan.
Dengan air, manusia bisa melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, memasak, mandi,
minum, dan lainnya. Selain itu, air juga digunakan untuk keperluan industri, peternakan,
pertanian, perkebunan, transportasi, dan berbagai keperluan lainnya.
Tetapi, nyatanya, hal tersebut tidak cukup untuk membuat keberadaannya terjaga dan
dilindungi. Banyak sekali peristiwa tidak menyenangkan yang terjadi akibat pencemaran air.
Karena itu, pencemaran air telah menjadi salah satu hal penting yang menjadi permasalahan
di kehidupan makhluk hidup di dunia ini. Jika tidak ditangani dengan tepat, maka akan
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan makhluk yang hidup di bumi, terutama
untuk manusia.

Untuk menanggulangi masalah pencemaran tersebut, diperlukan suatu upaya pelestarian dan
pengendalian air untuk menjaga kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah
satu strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya pengendalian pencemaran air adalah
menggunakan teknologi bioremediasi. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang
bagaimana teknik bioremediasi ini bisa dijadikan solusi segala permasalahan air yang sering
terjadi.

2. Rumusan masalah

1) Bagaimana efektifitas teknologi bioremediasi terhadap upaya pengendalian


pencemaran air?
2) Apa peran mikroorganisme dalam memperbaiki kualitas air yang tercemar?
3) Apa kelebihan dan kekurangan dari teknologi bioremediasi?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ini. Pertama-tama, yang pasti untuk mengetahui jika
teknologi bioremediasi bisa digunakan untuk upaya mengendalikan pencemaran air yang
terjadi di dunia, terutama Indonesia. Lalu juga untuk pengetahui kelebihan dan kekurangan
dari teknologi bioremediasi.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian bioremediasi
Menurut Madigan et al (2009), bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik
ataupun anorganik dengan menggunakan aktivitas biologi mikroba untuk mendegradasikan
atau menurunkan toksisitas dari berbagai senyawa pencemar. Bioremediasi berasal dari dua
kata, yaitu bio (hidup) dan remediasi (kembali), yang artinya pengembalian daerah atau
lokasi yang terkena atau terpapar limbah kimia dengan bantuan makhluk hidup. Teknik ini
memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri untuk mengurangi atau mengatasi polutan di
air. Mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berfungsi untuk menetralkan
bahan-bahan kimia dan limbah secara aman.

Proses bioremediasi ini akhirnya memecah zat beracun, dan akhirnya strukturnya menjadi
tidak kompleks, menjadi zat baru yang tidak berbahaya bagi lingkungan dan tidak beracun.
Sejak berkembangnya bioteknologi bakteri, manusia telah menggunakan mikroorganisme
berupa bakteri untuk mengolah air di saluran air dengan menggunakan konsep biodegradasi.
Saat ini, bioremediasi telah berkembang dalam pengolahan limbah berbahaya, biasanya
terkait dengan kegiatan industri.
Proses ini juga dapat terjadi secara alamiah oleh mikroba yang terdapat pada lingkungan
tercemar, tetapi untuk mempercepat tersebut seringkali juga dilakukan dengan bantuan
manusia, contohnya dengan penambahan mikroba.

2. Mikroorganisme yang digunakan


Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bioremediasi berkaitan dengan proses yang melibatkan
mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, ragi, dan protozoa. Mikroorganisme yang
dipakai dalam penggunaan teknik ini adalah bakteri. Salah satu bakteri yang dapat digunakan
untuk mengurai limbah sampah plastik adalah bakteri indigenous. Bakteri indigenous
merupakan bakteri yang telah dikembangkan untuk mengurai limbah. Pemanfaatan
indigenous pada bioremediasi salah satunya adalah Pseudomonas.
Bakteri Pseudomonas merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasikan
berbagai jenis hidrokarbon untuk diuraikan menjadi zat atau senyawa yang tidak berbahaya
bagi lingkungan. Selain itu mikroorganisme lain yang dapat berperan dalam proses
bioremediasi ini adalah Bacillus, Moraxella, Acinetobactor, Burkholderia dan Alcaligenes.

3. Peran bakteri dalam memperbaiki pengolahan air limbah


Secara tradisional, mikroorganisme digunakan dalam tahap pengolahan untuk menghilangkan
bahan organik. Tergantung pada sistem yang digunakan, mikroba digunakan dalam tangki
aerasi, sel darah merah atau laguna. Ada keuntungan menggunakan bakteri tambahan pada
tahap ini. Konsentrasi mikroba yang lebih tinggi dapat menghilangkan bahan organik dari air
limbah lebih cepat, terutama dalam sistem kolam yang memerlukan waktu berbulan-bulan
untuk menguraikan limbah sepenuhnya. Penambahan bakteri juga dapat membantu memecah
limbah padat di dasar sehingga mengurangi penumpukan lumpur.
Dalam beberapa kasus, diperlukan penanganan lebih lanjut untuk menghilangkan unsur hara
yang dapat mengganggu lingkungan. Perawatan ini memungkinkan bakteri digunakan
sebagai pengganti bahan kimia untuk menjaga proses pengolahan air limbah sealami
mungkin dan meminimalkan polusi.
Penambahan bakteri juga efektif dalam mengurangi produksi lumpur yang harus dibuang.
Lumpur harus disaring dan diolah dengan berbagai tahap pengolahan sebelum dibuang.
Bakteri ini membantu pengolahan dan pembuangan lumpur dengan memecah bahan organik,
mengurangi jumlah lumpur, dan mengurangi bau lumpur.

4. Kelebihan dan kekurangan teknologi bioremediasi


Teknik bioremediasi memiliki kelebihan, yaitu tidak menimbulkan efek samping terhadap
lingkungan karena teknik ini merupakan proses alami dan tidak menghasilkan produk yang
berbahaya, sehingga bisa mudah diterima oleh publik sebagai cara untuk menanggulangi
lingkungan yang tercemar. Selain itu teknik ini juga mampu mendegradasi berbagai limbah
berbahaya dan beracun menjadi tidak beracun, dapat dilakukan langsung di tempat
pencemaran tanpa mengganggu aktivitas manusia, serta biayanya lebih murah daripada
teknologi alternatif lain untuk membersihkan lingkungan.
Namun, teknik bioremediasi ini juga memiliki kekurangan dalam penggunaannya, yaitu
membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai dan pemantauan yang harus intensif,
memerlukan waktu yang lebih lama dibanding teknik lain seperti pembakaran dan
penimbunan, serta tidak semua senyawa cocok untuk proses ini dan dikhawatirkan produk
hasil bioremediasi ini lebih persisten daripada senyawa asalnya. Tetapi seiring dengan
berkembangnya teknologi, teknik bioremediasi ini dapat dikembangkan lebih baik lagi.

C. SIMPULAN
Pencemaran air tentu saja menjadi salah satu isu penting yang perlu ditangani secara tepat
oleh pemerintah dan juga masyarakat. Jika tidak ada upaya penanggulangan yang baik, hal ini
akan menjadi bencana bagi lingkungan dan makhluk hidup. Oleh karena itu, teknologi
bioremediasi dapat menjadi salah satu upaya yang tepat dalam menangani segala
permasalahan yang timbul akibat dari pencemaran air. Teknik ini menggunakan
mikroorganisme untuk mengurangi atau mengatasi polutan di air.
Bioremediasi sangat direkomendasikan sebagai metode yang aman dan efektif oleh badan
lingkungan hidup di seluruh dunia sebagai upaya penanggulangan pencemaran air. Oleh
karena itu, sudah seharusnya Indonesia memakai teknologi bioremediasi ini dan
mengembangkannya, bukan malah membatasi pemakaiannya.

D. DAFTAR PUSTAKA

Vyatrawan, Lukman. (2015). Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak Dengan Metode Soil
Washing dan Biostimulasi diakses dari https://repository.its.ac.id/62894/1/3311100048-
Undergradaute%20Thesis.pdf pada Sabtu, 19 Februari 2022.

Macaulay, Babajide Milton dan Deborah Rees. (2014). Bioremediaton of oil spills: A Review
Of Challenges For Research Advancement diakses dari
https://gala.gre.ac.uk/id/eprint/15392/1/15392_Rees_Bioremediation%20of%20oil%20spills
%20%28pub%20PDF%20OA%29%202014.pdf pada Jumat, 18 Februari 2022.

Pt. Harum Tirta Jaya. (2020). Peran Bakteri Dalam Memperbaiki Pengolahan Air Limbah
diakses dari https://harumtirtajaya.com/peran-bakteri-dalam-memperbaiki-pengolahan-air-
limbah/ pada Sabtu, 19 Februari 2022.

Ramadan, Bimastyadi S. (2017). Mikroorganisme Dalam Pengolahan Limbah diakses dari


https://bimastyaji.wordpress.com/2017/05/25/mikroorganisme-dalam-pengolahan-limbah/
pada Sabtu, 19 Februari 2022.
Waluyo, Lud. (2018). Bioremediasi Limbah diakses dari https://bit.ly/3s1hZdF pada Sabtu,
19 Februari 2022.

Komisi VII. (2012). Terkait Bio Remediasi, Komisi VII DPR Akan Panggil BP Migas, PT
Chevron dan KLH diakses dari https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/4089/t/javascript%3B
pada Sabtu, 19 Februari 2022.

Priade, Bambang. (2012). Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif Dalam Upaya


Pengendalian Pencemaran Air diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/137076-ID-none.pdf pada Sabtu, 19 Februari
2022.

Alamendah. (2010). Penyebab dan Dampak Pencemaran Air Oleh Limbah Pemukiman
diakses dari https://alamendah.org/2010/09/27/penyebab-dan-dampak-pencemaran-air-oleh-
limbah-pemukiman/ pada 13 Februari 2022.

Anda mungkin juga menyukai