Anda di halaman 1dari 30

H.

TEORIPENUNJANG

1. TRANSFORMATOR PENGUKURAN
Transformator adalah peralatan listrik statis yang dapat memindahkan

daya listrik dari belitan primer ke belitan sekunder melalui suatu gandengan

magnet berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Dalam bidang tenaga

listrik trafo dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu trafo daya, trafo

distribusi dan trafo pengukuran

Dalam Tugas Akhir ini yang akan dibahas hanya trafo pengukuran

yang lebih ditekankan pada trafo tegangan. Trafo pengukuran terdiri dari

trafo arus (current transformer-CT) dan trafo tegangan (potensial

transformer-PT)

1.1. Transformator Tegangan

Cara penggunaan trafo tegangan adalah kumparan primernya

dihubungkan paralel dengan jaringan yang akan diukur tegangannya.

Voltmeter atau kumparan tegangan wattmeter langsung dihubungkan

pada sekundernya, jadi rangkaian sekundernya hampir berada pada

kondisi open circuit. Besar arus primernya tergantung pada beban yang

ada di sisi sekundernya.

Dalam perancangannya trafo tegangan sama dengan trafo daya step-

down tetapi dengan beban yang sangat kecil Cara pengukuran

menggunakan trafo tegangan dapat dilihat pada gambar 2-1.


7

W*
PT

% IV
1 LOAD

i Gambar2-1 !)
Pengukuran Tegangan Dengan Trafo Tegangan

Kumparan sekunder dari trafo tegangan biasanya dirancang sesuai

dengan tegangan kerja nominal sebesar 110 V yang diperuntukkan bagi

beban peralatan alat ukur.

Masalah isolasi trafo tegangan adalah sangat serupa dengan trafo daya

pada harga tegangan yang sama, tetapi pembebanan dari trafo tegangan

adalah selalu kecil yang biasanya terdiri dari beberapa voltmeter,

rangkaian-rangkaian tegangan dari peralatan-peralatan, meter-meter atau

relay-relay. Karena syarat daya kecil, perancangan biasanya dikontrol

dengan memperhatikan isolasi yang cukup, regulasi yang bagus

disamping segi ekonomis pada penggunaan besi dan tembaga

2. METODE PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI

Metode pengukuran tegangan tinggi dapat dilakukan dengan dua

cara yaitu pengukuran tegangan tinggi dengan metode langsung dan metode

Tumbelaka, Hanny. Ir. Pengukuran Listrik, UK. Petra Sby, hal. 83.
8

pengukuran tegangan tinggi dengan cara tidak langsung. Dalam sub-bab ini

yang akan dibahas hanya metode tidak langsung.

Dalam pengukuran tegangan tinggi diperlukan peralatan yang

mampu mengubah atau menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan yang

dapat diterima atau diukur oleh suatu alat ukur.

2.1. Metode Ammeter Dan Resistor Seri

Tegangan tinggi dapat diukur dengan mengukur besarnya arus yang

mengalir pada hambatan seperti diperlihatkan pada gambar 2-2

P = alat pelindung tegangan lebih yang berupa celah bunga api (spark

gap) atau tabung gas pembuang muatan yang dipergunakan untuk

melindungi meter. Metode ini dapat dipakai untuk mengukur tegangan

searah ataupun tegangan bolak-balik sesuai dengan jenis ammeter yang

digunakan.

Design resistor ini harus hati-hati agar dapat menghindarkan corona arus

bocor pada permukaannya yang mana kedua hal tersebut dapat

menimbulkan al i ran arus yang besarnya sama dengan arus yang terukur.

Nilai tahanan tidak boleh berubah secara mencolok terhadap perubahan

temperatur. Kontruksi umumnya dari pada resistor itu tersusun dari

sejumlah besar resistor-resistor tegangan rendah yang dihubungkan

secara seri seperti diperlihatkan pada gambar 2.3. Besarnya tegangan

yang diukur dapat diketahui dengan rumus seperti di bawah.

V = IxR 2-1

Dimana, V = tegangan tinggi yang diukur


9

R = tahanan yang harganya tinggi

I = arus yang terbaca pada ammeter

Disini tahanan ammeter tidak diperhitungkan karena harganya jauh

lebih kecil dibanding tahanan seri (R).

H i g h vo< t o g c

Gambar2-2
Pengukuran Tegangan Dengan Menggunakan
Resistor Seri Dan Ammeter.

Gambar2-3
Kontruksi Untuk Harga Resistor Tinggi

2
T.J Gallagher, High Voltage Measurment Testing And Design, page 120
3
Ibid
10

. Metode Pembagi Tegangan

Beda tegangan yang terukur oleh voltmeter merupakan

fungsi daripada tegangan totalnya pembagi tegangan tersebut. Dalam

pembagi tegangan yang ideal maka kedua tegangan berbanding

langsung. Voltmeter yang digunakan dalam metode ini adalah voltmeter

tegangan rendah yang dipasang pada sisi tegangan rendah daripada

pembagi tegangan tersebut. Susunan dari pembagi tegangan terlihat

pada gambar 2.4.

Elemen-elemen dari pembagi tegangan itu dapat berupa resistor-

resistor, Kapasitor-kapasitor atau campuran antara resistor dan

kapasitor. Faktor perbandingan tegangan itu selamanya adalah konstan

sepanjang nilai impedansi tiap lengannya (sisinya) adalah konstan

ataupun bila keduanya berubah dengan prosentanse yang sama. Dalam

prakteknya amatlah sulit untuk membuat kedua impedansi tersebut

dapat berubah dengan prosentase yang sama, sehingga komponen-

komponen yang digunakan untuk pembagi tegangan itu diusahakan

yang perubahan mlainya amat kecil terhadap tegangan, temperatur

ataupun waktu.
11

ft high
impedance

tow • " ^ \ measuring


impedance V yinstrument

i_J
Gambar2-4 4
Sistem Pengukuran Pembagi Tegangan

2.2.1. Pembagi Resistor. Pembagi tegangan yang terdiri dari tahanan

atau juga pembagi resistor, rangkaian yang paling sederhana terdiri dari

dua buah tahanan Ri dan R2, dimana biasanya Ri jauh lebih besar

nilainya jika dibanding dengan R2. Faktor redaman atau perbandingan

tegangan antara tegangan sebenarnya Vi dan tegangan yang dikenakan

pada peralatan V2 adalah

Vi Ri + R2 Ri
a- = =1 + 2-2
V2 R2 R2

Untuk keperluan pengukuran, tahanan R2 dihubungkan paralel dengan

peralatan ukur. Untuk pengukuran tegangan impuls digunakan

4
Ibidhall21
12

oscilloscope dengan kabel koaksial sebagai penghubungnya seperti

dilihat pada gambar 2-5.

Dari persamaan diatas dan dari besamya tegangan yang terbaca pada

alat ukur maka tegangan Vi dapat ditentukan sebagai berikut:

R1 + R2
Vi = V 2 x .2-3
R2

Pembagi resistor dapat untuk mengukur tegangan impuls, bolak-balik

ataupun searah, Bagaimanapun juga lebib mudah membuat konstruksi

pembagi resistor untuk pengukuran yang teliti daripada tegangan searah

dibandingkan tegangan bolak-balik ataupun impuls.

_I co-axial
cable
impedance Z

Gambar 2-5 5
Pembagi Tegangan Resistor.

5
Ibid. hal. 122
13

Untuk pengukuran tegangan searah maka nilai impendansinya yang

amat tinggi (misal 109 Q) agar tidak membebani catu daya (suplai) dan

konstruksinya sama dengan resistor pada metoda pegukuran tegangan

dengan ammeter dan resistor seri. Tiap unit resistor, normalnya bisa 1

MQ atau 10 Mfi untuk yang berupa film tipis dan 1 MQ untuk koil

kawat ( wire-wound). Sebuah elektroda bentuk toroida dengan diameter

yang besar dipasang pada bagian atas dari tumpukan tersebut untuk

mencegah tumpukan tersebut jika terjadi perubahan tegangan yang tiba-

tiba oleh karena terjadinya breakdown.

2.2.2. Pembagi Kapasitor (Capasitor Devider). Untuk metode

pembagi tegangan dengan menggunakan resistor seperti dijelaskan

sebelumnya, hanya terbatas untuk tegangan 100 kV dan jika tegangan

diperbesar lagi yaitu lebih besar dari 100 kV maka akan timbul

kapasitansi terhadap bumi. Dengan demikian akan timbul kesalahan

yang semakin besar pada faktor perbandingan tegangannya. Untuk

tegangan yang lebih besar dari 100 kV maka digunakan kapasitor

sebagai pembagi tegangan.

Dari ganbar 2-5 jika R diganti dengan Z rangkaianya menjadi


_J co-axial
cable
impedance H

Besarnya tegangan (V2)

Z2
V2 =
Z1 + Z2

Bila nilai Z = Xc = —
coc

Maka untuk pembagi tegangan kapasitor adalah

wc2
VI = —xV 1
• +
cod a>c2

COC\.(OC2 ...
•x xV\
cocl coc\ + cocl

c\
-xVl
C1 + C2
Besarnya tegangan yang terbaca pada voltmeter adalah :
15

6
C
V2 = V,x 2-4
Ci + C 2

Sehingga besamya tegangan Vi besamya dapat ditentukan, yaitu:

C2
V! = V 2 x 2-5
Ci + C2

Suatu unit kapasitor tegangan rendah dengan stabilitas yang tinggi

hanya digunakan untuk tegangan rendah saja. Untuk tegangan tinggi

maka diperlukan beberapa unit kapasitor yang disusun menumpuk

(Unscreen stack). Kapasitor-kapasitor tersebut dapat dihubungkan

secara seri maupun seri paralel, kemudian dimasukkan dalam tabung

berisolasi minyak dan ditutup dengan sebuah toroida yang besar pada

bagian atasnya guna meneegah corona. Dengan demikian tabung

berfungsi sebagai pelindung.

Meskipun dekatnya obyek yang dibumikan dapat mempengaruhi nilai

kapasitansi, namun jika kapasitansi itu ditempatkan dengan baik jauh

dari obyek yang dibumikan maka nilai kapasitansinya akan mendekati

harga nominal.

6
Ibid. hal. 125
16

Gambar2-6 7
Pembagi Kapasitor.

Untuk tegangan dan juga ketelitian yang lebih tinggi maka digunakan

kapasitor-kapasitor yang berbentuk silinder konsentris. Kapasitor ini

sudah berpelindung (screened) kemudian disusun menumpuk dalam

hubungan seri maupun paralel dan kemudian dimasukkan dalam sebuah

bejana bertekanan. Bejana bertekanan itu diisi dengan gas baik nitrogen

pada 14 bar (1,4 Mpa) ataupun SF6 pada 3 bar (300 Kpa) tekanannya.

Rancangan itu tidak begitu sukses bila kapasitor itu digunakan untuk

pengukuran tegangan impuls karena adanya induktansi dari kabel

hubung yang menghubungkan elektroda tegangan rendah ke soket

bagian bawah (dasar) dari bejana bertekanan dimana kapasitor tegangan

rendah ditempatkan, Namun dengan penyesuaian desain tersebut

dimana elektroda tegangan rendahnya sebagai elektroda luar dan

hubungan dengan lengan tegangan rendahnya yang pendek saja

dapatlah memuaskan. Pembagi tegangan impuls yang paling umum


17

konstruksinya adalah sama sekali tidak berpelindung (unscreen) seperti

halnya pembagi teganganfrekuensidaya yang tak berpelindung.

Kapasitansi liar ke bumi menyebabkan distribusi kapasitansi total yang

tidak seragam pada tumpukan, akan tetapi efeknya kurang dari 1% jika

tumpukan kapasitansi itu kurang dari 330 pF/m.

Untuk tunipukan yang lebih tinggi dari 2 m ( 1 MV) maka nilai

kapasitansi tunipukan yang dibutuhkan untuk mencapai ketelitian itu

kurang beralasan tingginya bumi haruslah diukur. Pengukuran

kapasitansi yang sebenarnya harus diperoleh dengan tumpukan itu

berada pada posisi di mana dia akan dipergunakan, karena di sana

terdapat juga kapasitansi antara tumpukan itu dan generator impuls.

Pembagi kapasitor pada umumnya digunakan untuk mengukur tegangan

pada berbagai titik dalam sistem daya (power system) yang mana

merupakan bagian daripada sistem pengaman.

Pembagi-pembagi tegangan itu dikontruksi dengan membuat tap satu

dari gulungan elektroda bagian dalam, yang mana letak tap itu dalam

bushing kapasitor sehingga pembagi tegangan itu merupakan bagian

dari bushing.

3. CAPASITOR VOLTAGE TRANSFORMER

Capasitor voltage transformer adalah alat bantu pengukuran tegangan

extra tinggi yang terdiri dari bagian kapasitif yang terdiri dari kapasitor dan

bagian induktif yang terdiri dari tansformator tegangan.


18

Terminal tegangan tinggi

Gelang penutup

Tabung porselen

Tangki dasar

Gambar2-7 8
Bentuk Fisik CVT

Protective Relay's Application guide, page 66


19

3.1. BentukFisikCVT
Bentuk umura dari capasitor voltage transformer terdiri atas dua

komponen utama, yaitu bagian kapasitif dan bagian induktif.

Bentukfisikdari CVT dapat dilihat pada gambar 2-7.

3.1.1. Bagian Kapasitif. Rangkaian Kapasitor ditempatkan dalam

tabung porselin yang kedap udara. Kapasitor itu berfungsi sebagai

pembagi tegangan kapasitif sekaligus sebagai kapasitor coupling untuk

power line carrier.

Karena tabung porselin bersifat isolator, maka kapasitansi-kapasitansi

dari kapasitor itu selalu berada pada suhu yang sama. Dengan demikian

kelas ketelitian dari CVT hampir tidak dapat dipengaruhi oleh suhu

udara yang ekstrim atau perubahan suhu udara yang cepat.

Bagian aktif dari kapasitor dibuat dari lembaran elemen yang digulung

dan ditekan. Dielektriknya terdiri dari kertas cellulose murni dan

polypropylenefilm yang terisi larutan minyak sintetik nepolin yang

menghasilkan kualitas elektris yang tinggi. Tabung porselin yang berisi

kapasitor yang kedap udara adalah tertutup rapat oleh gelang penutup

(logam berbentuk gelang) yang terbuat dari bahan campuran aluminium.

Elemen-elemen bagian kapasitif dapat dilihat pada gambar 2-8.

3.1.2. Bagian Induktif. Bagian induktif dari capasitor voltage

transformer di sini yang terutama adalah transformator tegangan yang

terletak pada dasar dari CVT yaitu berupa tangki dasar yang dapat di
20

Fig. 3 Sectioned perspective view


of a typical capacitor stack.

1. PORCELAIN SHELL
2. METAL FLANGE
3. TOP END PLATE
4 JOINING RING
5. TOP PLATE
6. HIGH VOLTAGE TERMINAL
7. FLUID FILLED EXPANSION
CHAMBER
8. EXPANSION CHAMBER PUNCTURE
PIN
9. TOP SEAL PLATE
10 BOTTOM SEAL PLATE
11. BOTTOM END PLATE
12 CONNECTION BETWEEN UNITS
13. RETAINING DOWEL
14. PRESSURE PLATE
15. HELICAL SPRING
16 INSULATING SPACERS
17. CAPACITOR ELEMENTS
Id CARRIER (GROUND/NEUTRAL)
BUSHING
19. INTERMEDIATE VOLTAGE TAP
BUSHING
20 BASEBOX COVER

Gambar2-8 9
Bagian Kapasitif Dart CVT

' Trench Electric, Infraction Manual CVT and Coupling Capacitor, page;
2!

Gambar2-9 10
Bagian Induktif Dari CVT

Ibid hal. 3
22

Keterangan gambar 2-9


1. INTERNAL TERMINAL BOARD 9. OIL TO AIR PLATE WIRING

2. COILED CORD CONN 10. OIL TO AIR TERM. STUD ASS'Y

3. INTERNAL HV RESISTOR ASS'Y U. CHOKE COIL ASS'Y

4. COIL CORD CONN 12. VOLT TAP GROUND SWITCH

5. INTERMEDIATE TRANSFORMER 13. OIL LEVEL SIGHT GLASS

6. SERIES REACTOR 14. GROUND PAD

7. BASE BOX ASS'Y 15. LIFTING EYE

8. STABILIZING BURDEN OR

HARMONIC SUPPRESSION FILTER

lihat pada gambar 2-9. Tangki dasar ini hams benar-benar tertutup rapat

dan kedap udara, dengan demikian terlinduug terhadap kelembaban dari

pengaruh kerusakan. Sedangkan kotak terminal untuk tegangan rendah

tidak tertutup rapat tetapi dapat dibuka. Bagian dari tangki dasar ini lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 2-9.

Terminal tegangan rendah dari pembagi tegangan diletakkan di dalam

kotak terminal melalui bushing. Pada terminal ini peralatan

telekomunikasi untuk gelombang pembawa dihubungkan, jika CVT

difungsikan sebagai power Line Carrier.

3.2. RangkaianCVT

Kapasitor-kapasitor pada CVT dirangkai secara seri seperti pada

pembagi tegangan kapasitif. Arus yang melalui pembagi tegangan dapat

diabaikan jika dibandingkan dengan arus yang melalui beban. Jika arus

beban pada CVT dibiarkan besar maka terjadi kesalahan perbandingan

tegangan dan pergeseran fasa.


HIGH VOLTAGE TERMINAL

SECONDARY
TERMINALS
GROUNOING
JUMPER

5)CARRIER TERMINAL
T

CARRIER G R O U N D I N G
p SWITCH (OPTIONAL)

= GROUND TERMINAL

11
Gambar 2-10
Rangkaian CVT

11
Switching Station design adn Equipment, page 241
24

4. ALAT UKUR PENUNJUK DAN KESALAHAN

Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan sebagainya tidak dapat

secara langsung kita tanggapi dengan panca indra. Untuk memungkinkan

pengukuran maka besaran listrik ditransformasikan melalui sistem phenomena

fisis yang memungkinkan pengamatan memalui panca indra kita, misalnya

besaran arus ditransformasikan melalui suatu phenomena fisis ke dalam

besaran mekanis. Perubahan tersebut bisa merupakan suatu rotasi melalui

suatu sumbu yang tertentu.

Besar sudut rotasi tersebut berhubungan langsung dengan besaran

arus listrik yang akan kita amati, sehingga dengan demikian maka pengukuran

dikembalikan menjadi pengukuran terhadap suatu perputaran, dan besar sudut

adalah menjadi ukuran besaran listrik yang ingin diukur.

Bagaimanapun untuk menghasilkan suatu perputaran ataupun

simpangan dibutuhkan gaya (biasanya gaya elektromagnetik atau

elektrostatik). Supaya simpangan tersebut tidak bergerak terus maka

diperlukan gaya lawan yang berupa torsi kontrol (biasanya dari pegas spiral).

Dan dalam kedudukan yang seimbang maka rotasi tersebut akan berhenti,

yang berarti torsi defleksi sama dengan torsi kontrol, dan pada posisi

seimbang besaran yang diukur tersebut dapat dibaca melalui suatu skala

tertentu. Alat ukur dalam golongan ini akan disebut sebagai alat pengukur

penunjuk.

Alat ukur penunjuk bekerja atas prinsip perubahan besaran fisik

langsung melalui suatu phenomena fisis tertentu, kedalam suatu perputaran


25

dan perputaran tersebut dihubungkan dengan jarum penunjuk yang bergerak

pada skala yang tertentu.

4.1. Alat ukur besi putar

Pada prinsipnya bekerja atas dasar interaksi dua buah magnit buatan

yaitu timbul gaya tank menarik atau tolak menolak diantara kutub-

kutubnya. Besar gaya tarik/tolak sebanding dengan kuat medan magnit

kedua magnit buatan atau sebanding dengan kwadrat dari arus yang

menyebabkan terjadinya medan magnit. Alat ukur type ini dapat dibagi

menjadi type acttraction dan type repulsion.

4.1.1. Type attraction/tarikan. Bila suatu kumparan dialiri arus I,

maka akan timbul flux magnit yang kuat dalam inti kumparan yang

arahnya tergantung arah lilitan dan arusnya. Flux ini akan

menginduksikan medan magnit pada besi lunak di dekatnya, sehingga

terjadi polarisasi pada besi lunak yang polaritasnya tergantung pada

arah flux magnit. Karena antara inti kumparan dan besi lunak yang

terinduksi tadi terjadi polaritas magnit yang berbeda, maka besi lunak

tersebut akan tertarik. Gerakan tarikan ini yang menyebabkan adanya

defleksi pada alat penunjuk. Besar sudut defleksi tergantung besar gaya

tarikan yang berarti tergantung kwadrat arusnya. Prinsip kerja alat ukur

besi putar type attraction (tarikan) terlihat pada gambar 2-11.


26

• POINTER yAlA CHAMBCR

U -H
MOVING IRON
CONTROL WHGH1

COU WINDING

12
Gam bar 2-11
Prinsip Kerja Alat Ukur Jenis Besi Putar Type Attraction

4.1.2. Type repulsion/tolakan. Di dalam kumparan tetap ditempatkan

sepasang besi lunak (yang satu tidak dapat bergerak, yang lain bebas

bergerak melalui suatu sumbu). Bila arus I dialirkan pada kumparan

tetap, maka kumparan itu menghasilkan medan magnit dan kedua besi

itu tennagnetisasi dan mempunyai kutub-kutub yang sama. Akibatnya

mereka saling tolak-menolak. Besi lunak yang bergerak akan akan

memutar sumbu dan menghasilkan momen gerak. Kemanapun arah arus

pada kumparan,

12
Tumbelaka, Hanny. Pengukuran Listrik. Hal. IS
27

kedua besi lunak itu termagnetisasi dengan kutub yang sama dan tetap

terjadi tolak-menolak

Type tolakan ada dua macam yaitu

> Bentuk radial

> Bentuk co-axial

(a) (b)

Gambar2-12 13
Prinsip Kerja Alat Ukur Besi Putar Type Repulsion

13
Ibid. hal. 16
28

Bentuk radial hanya mempunyai sudut defleksi maksimum 90°. Bentuk

co-axial mempunyai sudut defleksi yang lebih besar karena besi lunak

yang tidak bergerak (tetap) berada sepanjang silinder dalam kumparan

tetap. Hanya saja luas penampangnya makin kecil untuk sudut defleksi

yang lebih lebar . Hal ni dimaksudkan gaya tolak pada sisi dekat sudut

nol lebih besar daripada sudut maksimum sehingga terjadi pergerakan

dari posisi nol ke posisi akhir. Sudut defleksi maksimum bisa mencapai

120°. Prinsip kerja alat ukurbesi putar type repulsion diperlihatkan pada

gambar 2-12,bagian a adalah bentuk radial sedangkan bagian b adalah

bentuk co axial.

4.2. Klaksifikasi Alat Ukur

Standart IEC no. 13b-23 menspesifikasikan bahwa ketelitian-ketelitian

dari alat ukur penunjuk termasuk dari alat ukur kumparan putar harus

diberikan menurut klasifikasi dalam 8 kelas.

Kelas tersebut adalah kelas 0,05; 0,1; 0,2; 0,5; 1,0; 2,5; 5. Dengan ini

dimaksudkan bahwa kesalahan dari alat ukur menurut klasifikasi seperti

diberikan di atas, adalah didalam batas-batas ukur penting seharusnya

ada dalam batas-batas masing-masing sebagai : 0,05 %; 0,1%; 0,2%,

0,5%; 1%; 1,5 %; 2,5%; 5%, secara relatif kepada harga maksimumnya

untuk masing-masing kelas tersebut di atas. Dengan batas ukur penting

dimaksudkan, adalah bagian dari skala penunjukan daripada alat ukur,

dimana dijamin keteUtian dari pengukuran. Batas ukur penting ini


29

tergantung daripada bentuk skala. Sebagai contoh bila alat ukur

mempunyai bentuk skala yang linear, seperti alat ukur kumparan putar,

maka seluruh skala dianggap sebagai batas ukur penting. Akan tetapi

bila alat ukur mempunyai skala yang tidak linear, misalnya skala yang di

daerah penunjukan nolnya mengecil, sehingga di daerah dekat pada nol

tidak lagi dapat diadakan pembacaan-pembacaan yang teliti, maka

daerah penting tersebut adalah bagian dari skala tanpa memperhitungkan

daerah yang mengecil pada daerah nol tersebut. Daerah ini penting

dinyatakan dengan adanya suatu tanda sebagai pernyataan permulaan

daerah penting.

Dalam pemilihan alat ukur untuk kepentingan pengukuran, atau

peralatan perencanaan dalam penggunaan peralatan, maka akan

memudahkan sekali bila klasifikasi-klasifikasi tersebut digolongkan

dalam 4 golongan sesuai dengan daerah pemakaiannya yang lasim

diperuntukkannya.

Alat-alat ukur dari kelas 0,05; 0,1; 0,2, termasuk golongan alat ukur

dengan ketelitian atau presisi yang tertinggi dari alat ukur penunjuk. Alat

ukur tersebut biasanya ditempatkan secara stasioner di dalam

laboratorium atau ruangan standart atau dipergunakan dalam pengukuran

sub-standart pada eksperimen-eksperimen yang memerlukan presisi

yang tinggi atau pada pengujian alat ukur lainnya.

Alat ukur dari kelas 0,5 ialah mempunyai ketelitian dan presisi pada

tingkat berikutnya dari kelas 0,2 dan dipergunakan untuk pengukuran-


30

pengukuran presisi. Pada umumnya alat-alat ukur yang portabel

termasuk dalam kelas ini.

Alat ukur dari kelas 1,0 adalah mempunyai presisi dan ketelitian pada

tingkat yang lebih rendah dari alat ukur kelas 0,5. Dan dipergunakan

untuk pengukuran-pengukuran pada alat-alat ukur portable yang kecil

atau alat ukur yang ditempatkan pada panel yang besar.

Alat-alat ukur dari kelas 1,5; 2,5 dan 5 adalah alat-alat ukur yang

dipergunakan pada panel-panel dimana presisi serta ketelitian dari alat

ukur ini tidak begitu dipentingkan

4.3. Jenis-jenis Kesalahan

Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna,

tetapi adalah penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan

bagaimana kesalahan yang berbeda dalam pengukuran. Langkah pertama

yang diperlukan untuk menguranginya adalah dengan cara mempelajari

kesalahan-kesalahan tersebut dimana dari hal tersebut di atas dapat

ditentukan ketelitian basil akhir.

Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya

dibagi dalam 3 jenis utama yaitu :

4.3.1. Kesalahan umum (gross error). Disebabkan oleh kesalahan

manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan


31

yang tidak tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan

kesalahan penafsiran.

4.3.2. Kesalahan sistematik (sistematic error). Disebabkan oleh

kekurangan-kekurangan instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya

bagian-bagian yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan

atau pemakai.

43.3. Kesalahan random (random error). Disebabkan oleh hal-hal

yang tidak dapat langsung diketahui seperti perubahan-perubahan

parameter atau sistem pengukuran yang terjadi secara acak.

4.4. Analisa Statistik

Untuk dapat menganalisa dan menginterpretasi secara tepat, maka

dilakukan pengukuran yang banyak sekali. Harga yang paling mungkin

dari sejumlah hasil pengukuran disebut arithmetic mean (rata-rata

aritmetika)> yang dirumuskan:

U
__ X1 + X2 + X3 + + X„
X = 2-6
n

dimana: Xj, X2, X3, , xn = hasil pengukuran

n = jumlah pengukuran

Selisih hasil pengukuran terhadap rata-rata aritmetika disebut deviasi.

Deviasi terhadap rata-rata aritmetika dapat berharga positif atau negatif

u
Jbid. hal. 29
32

dan penjumlahan secara aljabar semua deviasi akan berharga nol. Jumlah

semua deviasi absolut dibagi dengan banyaknya pengukuran disebut

deviasi rata-raia, yang diramuskan dengan:

15
ld t l + ld 2 l + )d3l + + Idnl
D = : 2-7
n

dimana : dn = Xn - X

Deviasi rata-rata menyatakan tingkat presisi alat ukur. Alat ukur yang

presisi akan menghasilkan deviasi rata-rata yang kecil. Standart deviasi

dari sejumlah data yang tak berhingga (biasanya dipakai untuk n > 20 )

banyaknya didefinisikan:

'd,2 + <b2 + d32+ + dn2 16

2-8

Sedangkan standar deviasi untuk jumlah data yang terbatas (biasanya

digunakan untuk n < 21) dihitung dengan rumus :

f
d,2 + d22 + d32 + + d„2 17

*-. 2-9
n-1

15
ibid
16
ibid
17
Ibid. Hal. 30
33

4.5. Persen Kesalahan

Persen kesalahan adalah perbandingan harga kesalahan dengan harga

sebenamya, yang dirumuskan :


18
Actual Value - Nominal Value
% Kesalahan = x 100 %
Actual Value

5. KOORDINASI ISOLASI CVT

Koordinasi isolasi CVT dinyatakan dalam bentuk langkah-langkah

yang diambil untuk menghindarkan kerusakan terhadap CVT. Langkah-

langkah tersebut meliputi:

• Pemilihan BIL dan SIL

• Jarak bebas antar peralatan

5.1. Pemilihan BIL dan SIL

5.1.1. BIL (Basic Insulation Level). BEL adalah suatu referensi level

yang dinyatakan dalam tegangan puncak impuls dengan standart bentuk

gelombang dari 1,2 x 50 jus, sehingga isolasi dari CVT mempunyai

karakteristik ketahanan impuls sama atau lebih tinggi dari BIL tersebut.

Isolasi CVT harus disesuaikan dengan tingkat ketahanan impuls dengan

magnitude tidak kurang dari BIL.

Penentuan BIL mengikuti standart insulation Level, seperti yang

ditunjukkan pada tabel 2-1.

18
Ibid hal 26.
34

5.1.2. SIL (Switching Insulation Level). SIL adalah suatu referensi

level yang dinyatakan dalam tegangan puncak surja hubung. Standart

bentuk gelombang 250 x 2500 u.s, sehingga isolasi dari CVT mempunyai

karakteristik ketahanan surja hubung sama atau iebih dari SIL tersebut.

Jadi isolasi CVT haruslah disesuaikan dengan tingkat ketahanan surja

hubung dengan magnitude tidak kurang dari SIL. Pemilihan range

tegangan impuls switching ditunjukkan dalam tabel 2-1.

Tabel2-1 ,8
Standart Insulation Level for Um > 300 kV

Highest Base for p,u Rated switching Ratio, between Rated,


voltage for values impulse rated. Lightning Lightning
equipment Um = V2/V3 withstand and switching impulse
Um voltage (SIL) impulse withstand withstand
voltages voltage (BIL)
(.r.m.s) (peak) (peak) (peak)

NEWJEC'S, Chapter 3, page 14


35

5.2. Jarak Bebas Antar Peralatan

• Jarak bebas dari suatu suatu gardu induk harus ditentukan kekuatan

isolasinya terhadap tegangan lebih frekwensi rendah, surja hubung

dan surja petir sehingga tidak lebih rendah dari peralatan dalam

gardu . Dengan demikian tidak mungkin tejadi lompatan sebelum

peralatan mengalaminya. Untuk memenuhi persyaratan ini perlu

diperhatikan beberapa ketentuan di bawah ini:

• Jarak isolasi minimum ke tanah adalah jarak minimum penghantar ke

tanah atau ke isolator yang mempunyai potensial yang sama dengan

tanah.

• Jarak isolasi minimun antar phasa adalah jarak minimum antar

phasa-phasa atau isolator yang mempunyai potensial yang sama

dengan phasa-phasa.

• Jarak bebas standar adalah harga-harga standar dalam perencanaan

ril dan ditentukan agar jarak isolasi itu selalu lebih besar dari jarak

minimun dalam keadaan yang bagaimanapun, dengan

memperhitungkan diameter penghantar, ayunan penghantar ak ibat

angin atau arus hubung singkat, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai