Kukuh Isotopy
Kukuh Isotopy
171
ATAVISME,
Vol.
18,
No.
2,
Edisi
Desember
2015:
171—181
172
Struktural
(dan)
Semantik
...
(Kukuh
Yudha
Karnanta)
atau
kondisi
yang
melatari
lahirnya
teks?
cara
mengeksplisitkan
unsur-‐unsur
yang
membangun
strukturalisme
dan
teori
TEORI
struktural
naratif
A.J.
Greimas.
Beberapa
Jika
suatu
teori
berfungsi
menganalisis,
data
primer
yang
terutama
digunakan
menjelaskan,
dan
memprediksi
suatu
dalam
artikel
ini
adalah
buku
Structural
objek
tertentu
(Neuman,
1991:36),
maka
Semantics:
An
Attempt
at
a
Method
yang
tulisan
ini
menggunakan
kerangka
ber-‐ ditulis
oleh
A.J
Greimas.
Teori
naratif
pikir
‘paradigmatik’
yang
pernah
diintro-‐ dalam
buku
tersebut
akan
diaplikasikan
dusir
oleh
Thomas
Kuhn.
Kelahiran
sua-‐ sekaligus
dikaji.
Selanjutnya,
antologi
tu
teori,
bagi
Kuhn
(1989:25—27),
se-‐ cerpen
Filosofi
Kopi
karya
Dewi
Lestari
sungguhnya
merupakan
tanggapan
atas
(2006),
akan
dijadikan
objek
untuk
apli-‐
teori-‐teori
lain
yang
sebelumnya
atau
kasi
teori
naratif
A.J.
Greimas
tersebut.
bahkan
sedang
digunakan
dan
disepa-‐
kati
oleh
suatu
komunitas
akademik
ter-‐ HASIL
DAN
PEMBAHASAN
tentu.
Teori
baru
terlahir
karena
mun-‐ Aplikasi
strukturalisme
dalam
kajian
hu-‐
culnya
suatu
fakta-‐fakta
anomali
yang
maniora
berangkat
dari
tiga
prinsip
yak-‐
mana
teori
yang
sebelumnya
dipandang
ni
totalitas,
regulasi-‐diri,
dan
transfor-‐
kurang
atau
tidak
mampu
menjelaskan
masi.
Jonathan
Culler
(2004:56)
membe-‐
masalah-‐masalah
penelitian.
Pandangan
rikan
pengantar
yang
mencerahkan
ter-‐
tersebut,
ujar
Kuhn
(dalam
Barnes,
kait
penerapan
prinsip-‐prinsip
struk-‐
1991:11),
disebut
juga
paradigma
yakni
turalisme
yang
dibangun
dari
bahasa
itu,
“praktik
ilmiah
nyata
yang
diterima– yakni
bahwa
ilmu-‐ilmu
bahasa
memung-‐
contoh-‐contoh
yang
bersama-‐sama
men-‐ kinkan
untuk
digunakan
dalam
mempe-‐
cakup
dalil,
teori,
penerapan,
dan
instru-‐ lajari
fenomena
kultural
lainnya
didasar-‐
mentasi—menyajikan
model-‐model
kan
pada
dua
pandangan
fundamental:
yang
darinya
lahir
tradisi-‐tradisi
padu
pertama,
bahwa
fenomena
sosial
dan
tertentu
dari
riset
ilmiah.”
Demikianlah,
kultural
bukan
semata
objek-‐objek
atau
dalam
kerangka
pemikiran
Kuhn,
per-‐ peristiwa-‐peristiwa
yang
bersifat
mate-‐
kembangan
keilmuan
termasuk
lahirnya
rial,
melainkan
objek-‐objek
dan
peristi-‐
suatu
teori
sesungguhnya
bagian
dari
re-‐ wa-‐peristiwa
yang
bermakna,
dan
bah-‐
volusi
paradigma
yang
dijelaskan
dalam
kan
tanda-‐tanda;
kedua,
bahwa
objek
alur
pra-‐paradigma,
sains
normal,
fase
dan
peristiwa
itu
tidak
memiliki
esensi
anomali,
fase
kritis
dan
revolusi
(para-‐ kecuali
yang
didefinisikan
melalui
jaring-‐
digma
baru)
yang
diakui
atau
terlegiti-‐ an
dari
relasi-‐relasi,
baik
internal
mau-‐
masi.1
pun
eksternal.
Dengan
kata
lain,
tidak
sa-‐
tu
pun
hal
di
dunia
ini
yang
tidak
terba-‐
METODE
hasakan.
Segala
hal
bisa
dikenali,
dipa-‐
Artikel
ini
adalah
suatu
kajian
terhadap
hami,
dan
karenanya
seseorang
bisa
suatu
paradigma
dan
teori
tertentu,
yak-‐ memperoleh
pengetahuan
darinya,
kare-‐
ni
paradigma
strukturalisme
dan
teori
na
adanya
bahasa.
Adapun
bahasa,
da-‐
struktur
naratif
model
aktansial
A.J.
lam
strukturalisme,
dipahami
sebagai
Greimas,
yang
berusaha
menawarkan
sistem
tanda
yakni
relasi
abadi
antara
refleksi
terkait
kontribusi
strukturalisme
signifier
(penanda)
atau
aspek
material
dalam
kajian
sastra
dan
budaya.
Oleh
ka-‐ dari
tanda;
dan
signified
(petanda),
yakni
rena
itu,
bahan
kajian
dalam
artikel
ini
aspek
mental
atau
konseptual
dari
tan-‐
berupa
pustaka,
khususnya
yang
ditulis
da.
Relasi
antara
keduanya
bersifat
arbit-‐
oleh
para
strukturalis.
Artikel
ini
mem-‐ rer,
artinya,
tidak
bersifat
alamiah,
me-‐
praktikkan
konsep
‘paradigma’
dengan
lainkan
berdasarkan
konvensi
dari
para
173
ATAVISME,
Vol.
18,
No.
2,
Edisi
Desember
2015:
171—181
174
Struktural
(dan)
Semantik
...
(Kukuh
Yudha
Karnanta)
dalam
lima
proposisi,
yakni
pertama,
memberi
jawaban
yang
adekuat,
bagian
cerita
atau
naratif
ada
di
mana-‐mana,
selanjutnya
dari
tulisan
ini
mencoba
tidak
ada
ada
satu
hal
di
dunia
yang
lu-‐ menghadirkan
model
kajian
yang
meng-‐
put
dari
cerita;
kedua,
bukan
hanya
ma-‐ gunakan
teori
naratif
A.J.
Greimas.
Selan-‐
nusia
yang
bercerita,
melainkan
manusia
jutnya,
dari
kajian
yang
dilakukan
itu,
itu
sendiri
ada
dan
dikenai
di
dalam
ceri-‐ penulis
berusaha
menawarkan
argumen
ta;
ketiga,
penyampaian
suatu
cerita
se-‐ terkait
kontribusi
dan
aplikasi
teori
na-‐
lalu
terkait
dengan
kekuasaan,
kepemi-‐ ratif
dalam
menjawab
pertanyaan
yang
likan,
dan
dominasi;
keempat,
cerita
ber-‐ telah
diajukan
tersebut.
sifat
jamak
atau
plural,
tidak
tunggal;
ke-‐ Teori
struktur
naratif
A.J.
Greimas
lima,
cerita-‐cerita
selalu
memiliki
suatu
dibangun
dengan
asumsi
dasar
bahwa
hal
(pesan)
tentang
cerita
itu
sendiri
teks
naratif
tersusun
dari
analogi-‐ana-‐
yang
ingin
disampaikan,
yang
dikenal
logi
diadik
struktural
dalam
lingustik
dengan
prinsip
self-‐reflexive
dan
metafic-‐ yang
bersumber
dari
Ferdinand
de
tional
dimensions.
Saussure
di
satu
sisi,
serta
teori
naratif
Dalam
bahasa
yang
lebih
sederhana,
dongeng
Vladimir
Propp
di
sisi
lain.
Se-‐
Mieke
Bal
(1999:1)
mendefinsikan
nara-‐ perti
disebutkan
Greimas
(1983:xiii),
tologi
sebagai
ilmu
yang
mempelajari
“The
actants
are
established
by
Propp..,
tentang
naratif
meliputi
teks-‐teks
naratif,
from
their
spheres
of
action.”
Greimas
citra,
tontonan,
peristiwa,
dan
artefak-‐ (1983:223)
meringkas
konsep
Vladimir
artefak
kebudayaan
lainnya
yang
di-‐ Propp
mengenai
31
fungsi
tindakan
asumsikan
memiliki
atau
menyampai-‐ menjadi
20
fungsi
yang
dikelompokkan
kan
suatu
cerita.
Adapun
cerita,
ujar
Bal
ke
dalam
tiga
sintagma
yakni:
syntagmes
(1999:3),
diartikan
sebagai
suatu
teks
contractuels
(conctractual
structures
yang
mana
seorang
agen
terkait
atau
atau
‘berdasarkan
perjanjian’);
syntag-‐
menyampaikan
suatu
cerita
melalui
sua-‐ mes
performanciel
(performance
struc-‐
tu
media
tertentu
seperti
bahasa,
citra,
tures
atau
‘bersifat
penyelenggaraan’);
suara,
bangunan,
atau
juga
kombinasi
syntagmes
disjontionnels
(disjunctive
antara
hal-‐hal
tersebut.
Cerita
adalah
fa-‐ structures
atau
‘bersifat
pemutusan’).
Se-‐
bula
yang
mana
dihadirkan
dengan
sua-‐ lanjutnya,
dengan
fokus
pada
relasi
dan
tu
cara
tertentu.
Fabula
adalah
rang-‐ fungsi
aktan,
Greimas
menawarkan
kon-‐
kaian
peristiwa
yang
tersusun
secara
lo-‐ sep
three
spheres
of
opposed
berikut.
gis
dan
kronologis
yang
diakibatkan
atau
1. subject
vs
object
‘subjek-‐objek’
dialami
oleh
aktor.
Peristiwa
adalah
2. sender
vs
receiver
‘pengirim-‐peneri-‐
transisi
dari
satu
tempat
ke
tempat
lain-‐ ma’
nya.
Aktor
adalah
agen
yang
menghadir-‐ 3. helper
vs
opponent
‘pembantu-‐pe-‐
kan
tindakan-‐tindakan.
Mereka
tidak
se-‐ nentang’
lalu
dan
tidak
harus
manusia.
Bertindak,
dalam
hal
ini,
didefinisikan
sebagai
me-‐ Greimas
berusaha
menemukan
pat-‐
ngakibatkan
atau
mengalami
suatu
pe-‐ tern
dari
suatu
teks
naratif
yang
menitik-‐
ristiwa.
beratkan
pada
fungsi
tokoh
sebagai
ak-‐
Akan
tetapi,
mampukah
struktur-‐ tan
yang
menggerakkan
suatu
cerita
(or-‐
naratif
digunakan
dalam
studi
humani-‐ der
of
events)
dalam
suatu
struktur
relasi
ora
mutakhir
yang
peka
terhadap
relasi-‐ sintagmatik.
Seperti
disebutkan
Robert
kuasa,
kontrol,
sehingga
menjangkau
as-‐ Stam
(2005:77)
saat
mengulas
pemikir-‐
pek
co-‐text
atau
teks-‐teks
lain
(pen-‐ an
Greimas
bahwa
relasi
sintagmatik
da-‐
damping)
dan
context
atau
kondisi
yang
ri
suatu
naratif,
susunan
persitiwa-‐peris-‐
melatari
lahirnya
teks?
Tanpa
tergesa
tiwa
yang
terjadi
secara
bergantian,
175
ATAVISME,
Vol.
18,
No.
2,
Edisi
Desember
2015:
171—181
dipandang
sebagai
struktur-‐permukaan,
terdapat
di
sepanjang
wacana
di
mana
”a
yang
menyembunyikan
logika
yang
lebih
bundle
of
redudant
semantic
categories
mendalam
dari
mitos.
Greimas
mengka-‐ subjacent
to
the
discourse
under
consider-‐
rakterisasikan
rangkaian
elemen-‐elemen
ation.”
Isotopi
membentuk
hierarki
se-‐
naratif
dari
mitos
itu
ke
dalam
oposisi-‐ mantik
karena
isotopi
membentuk
motif
oposisi
biner
sebagai
struktur-‐dalam.
dan
motif-‐motif-‐motif
tersebut
dapat
Pemikiran
Greimas
terkait
struktur
mengerucut
pada
satu
tema
tertentu;
naratif
dengan
demikian
meliputi
seti-‐ motif
dan
tema
menampilkan
pengula-‐
daknya
empat
poin
kunci
yakni:
(1)
ngan
makna
di
dalam
teks.
struktur
tekstual
yang
meliputi
surface
Pertanyaannya,
bagaimana
meng-‐
structure
dan
deep
structure;
(2)
struktur
identifikasi
isotopi
tersebut?
Bagaimana
sintaksis-‐naratif,
meliputi
konfigurasi
to-‐ isotopi
tersebut
terbentuk?
Greimas
koh-‐tokoh
(aktan)
dalam
cerita;
(3)
(1983:xxvii)
memberi
penjelasan
bahwa
struktur
semantik-‐naratif
yakni
bahwa
isotopi
tidak
terlepas
dari
segi
empat-‐se-‐
konfigurasi
tokoh
tersebut
memiliki
miotik
(semiotic
square)
yang
di
dalam-‐
fungsi
semantik
tertentu
dalam
kalimat
nya
terdapat
four
terms
homology.
Inter-‐
dasar
cerita;
(4)
isotopi,
yakni
suatu
ke-‐ pretasi
terhadap
homologi
ini
akan
me-‐
satuan
semantik
yang
terbentuk
dari
re-‐ mungkinkan
seorang
peneliti
dalam
dudansi
kategori
semantik
yang
me-‐ mengkonstruksi
makna.
mungkinkan
adanya
pembacaan
yang
lurus
dan
mendalam
sehingga
organisasi
Simulasi:
Naratif
“Filosofi
Kopi”
tema
dan
makna
yang
implisit
dalam
Cerpen
“Filosofi
Kopi”
menceritakan
teks
dapat
dieksplisitkan.
pencarian
seorang
Ben,
seorang
barista
Terkait
isotopi,
Greimas
menjelas-‐ atau
peramu
kopi
yang
terobsesi
pada
kan
bahwa
manusia
menyusun
dan
me-‐ kesempurnaan
citarasa
kopi.
Pencapaian
ngenali
makna
berdasarkan
oposisi
ber-‐ Ben
terhadap
penciptaan
citarasa
dan
pasangan
antarpenanda.
Tyson
(2006:
sugesti
kopi
nyaris
sempurna
dan
tak
224—225)
menjelaskan
konsep
isotopi
tergoyahkan
hingga
suatu
hari
muncul
bahwa,
misalnya,
A
adalah
kebalikan
da-‐ seseorang
yang
meragukan
atau
tidak
ri
B
dan
“-‐A
(negasi
dari
A)
adalah
keba-‐ menganggap
spesial
kopi
buatan
Ben
likan
dari
-‐B
(negasi
dari
B)
Dengan
kata
yang
sebelumnya
eksis
sebagai
kopi
pa-‐
lain,
kita
melihat
setiap
entitas
memiliki
ling
enak
dan
digemari
pengunjung
kafe
dua
aspek
yakni
kebalikan
(kebalikan
miliknya.
Ben,
dengan
ditemani
Jody,
ke-‐
dari
cinta
adalah
kebencian)
dan
negasi
mudian
pergi
mencari
kopi
seperti
dise-‐
(negasi
dari
cinta
adalah
tidak
adanya
butkan
tamu
tersebut
di
suatu
daerah
di
cinta).
Ia
percaya
bahwa
struktur
funda-‐ kota
kecil
yang
jauh
dari
kota
asal
mere-‐
mental
dari
oposisi
biner,
yakni
empat
ka.
Ben,
yang
paling
terobsesi
dengan
ci-‐
komponen
yang
diatur
dalam
dua
pa-‐ tarasa
kopi,
berhasil
mendapatkan
kopi
sang
itulah
yang
bentuk
bahasa
kita,
tersebut
yakni
kopi
tiwus,
mengakui
ci-‐
pengalaman
kita,
dan
narasi
yang
mana
tarasa
dan
sugesti
yang
ada
dalam
kopi
melaluinya
pengalaman
diartikulasikan.
tersebut,
namun
tidak
tanpa
perasaan
A
adalah
kebalikan
dari
B
dan
"-‐A
kalah
dan
malu
terhadap
diri
sendiri.
(negasi
dari
A)
adalah
kebalikan
dari
-‐B
Berdasarkan
teks
“Filosofi
Kopi”,
(negasi
dari
B)
inilah
yang
dikenal
de-‐ dapat
diidentifikasi
bahwa
struktur
lahir
ngan
four
term
homology
yang
mana
isti-‐ dari
teks
tersebut
adalah
teks
sastra
ber-‐
lah-‐istilah
itu
terdapat
dalam
teks.
genre
prosa,
dan
dengan
demikian
me-‐
Greimas
(1983:xxvi)
mendefinisikan
iso-‐ miliki
struktur
sintaksis-‐naratif
tertentu
topi
adalah
wilayah
makna
terbuka
yang
sebagai
pembangun
keutuhan
teks.
176
Struktural
(dan)
Semantik
...
(Kukuh
Yudha
Karnanta)
Struktur
sintaksis-‐naratif
terdiri
atas
ak-‐ tertinggi,
yang
dalam
cerpen
ini
si
serta
fungsi
tokoh
sebagai
penutur
sin-‐ merujuk
pada
kopi
tiwus,
yakni
jenis
taksis
naratif
(aktan)
yang
tidak
berdiri
atau
minuman
kopi
yang
oleh
sender
sendiri,
melainkan
terjalin
dan
terkait
kualitasnya
disebut
nyaris
setara
de-‐
dengan
tokoh-‐tokoh
lain.
ngan
kopi
terenak
buatan
Ben
dan
Melalui
konsep
three
spheres
of
op-‐ oleh
karenanya
menjadi
sesuatu
posed
tersebut
dapat
diidentifikasi
aktan
yang
dicari
oleh
Ben.
serta
fungsi
dalam
teks
“Filosofi
Kopi”
yakni
c. sender:
adalah
aktan
menggerakkan
a. subjek:
aktan
yang
mengadakan
per-‐ cerita
atau
yang
oleh
karenanya
sua-‐
janjian
dengan
pengirim,
dan
meng-‐ tu
cerita
dalam
suatu
struktur
naratif
anggap
bahwa
telah
menjadi
tugas-‐ dapat
tersusun.
Sender
menentukan
nyalah
untuk
mendapatkan
objek.
objek
yang
dicari
dan
dia
pula
yang
Identifikasi
aktan
yang
berfungsi
se-‐ dapat
meminta
subjek
untuk
menda-‐
bagai
subjek
dapat
dimulai
dengan
patkan
objek
yang
dikehendaki.
Per-‐
mengajukan
pertanyaan:
siapa
yang
tanyaan
untuk
menemukan
aktan
ini
mendapatkan
tugas
mencari
objek;
adalah:
“Siapa
yang
mempunyai
kar-‐
atau
siapa
yang
bisa
mendapatkan
sa
untuk
mendapatkan
objek
yang
objek?
Dalam
cerpen
“Filosofi
Kopi”,
dikehendaki?”
Dalam
cerpen
“Filoso-‐
tokoh
yang
bertindak
sebagai
subjek
fi
Kopi”,
aktan
yang
bertindak
seba-‐
adalah
Ben,
yang
mendapat
tantang-‐ gai
sender
adalah
tamu
(S1)
yang
me-‐
an
atau
tawaran
atau
ujian
dari
se-‐ nantang
Ben
untuk
membuat
kopi
orang
tamu
di
kafenya
untuk
men-‐ dengan
citarasa
sempurna,
yang
ke-‐
cari
satu
jenis
kopi
atau
minuman
mudian
sukses
dibuat
Ben
dan
dina-‐
kopi
yang
lebih
enak
dan
filosofis
da-‐ mai
Ben’s
Perfeccto,
serta
tamu
ke-‐
ri
kopi
buatan
kopi.
Hal
tersebut
ter-‐ dua
(S2)
yang
tidak
menganggap
lihat
dalam
kutipan
dialog
berikut.
Ben’s
Perfeccto
sebagai
kopi
seisti-‐
mewa
yang
disebutkan.
Hal
tersebut
”Di
mana
Bapak
coba
kopi
itu?”
tampak
dalam
kutipan
berikut
ini.
”Tapi...tapi...ndak
jauh
kok
enaknya!
Be-‐
danya
sedikiiit..
sekali”
“(S1)
...
Ben
lanjut
bercerita.
Ia
ditan-‐
”Di
mana?”
tang
pria
itu
untuk
membuat
kopi
de-‐
”Wah.
Jauh
tempatnya,
Dik.”
ngan
rasa
sesempurna
mungkin.
”Kopi
”DI-‐MA-‐NA?”
yang
apabila
diminum
akan
membuat
......
kita
menahan
napas
saking
takjubnya,
”Jo,
tengah
hari
kita
tutup.
Temani
aku
dan
cuma
bisa
berkata:
hidup
ini
sem-‐
pergi
ke
suatu
tempat.
Bawa
perleng-‐ purna”
(Lestari,
2006:10).
kapan
untuk
beberapa
hari”
(Lestari,
............
2006:17).
“(S2)
...
Kopi
itu
ibarat
jamu
sehatku
se-‐
tiap
hari.
Aku
tahu
bener,
mana
kopi
b. object:
adalah
sesuatu
yang
diingini
yang
enak
dan
mana
yang
tidak.
Kata
pengirim,
yang
tidak
ada
pada
diri
temenku,
kopi
di
sini
enak
sekali,”
tu-‐
pengirim.
Identifikasi
aktan
yang
turnya
bersemangat
dalam
logat
Jawa
berfungsi
sebagai
objek
dapat
dimu-‐ Kental
…
dengan
ekspresi
sopan
bapak
lai
dengan
mengajukan
pertanyaan:
itu
mengangguk-‐angguk,
’Lumayan,’
ja-‐
wabnya
singkat
lalu
terus
membaca”
apakah
yang
diingini
si
pengirim
dan
(Lestari,
2006:16).
dicari
subjek?
Dalam
cerpen
“Filosofi
Kopi”,
aktan
yang
bertindak
sebagai
d. receiver:
aktan
yang
menerima
objek.
objek
adalah
kopi
dengan
citarasa
Pertanyaan
untuk
menemukan
aktan
177
ATAVISME,
Vol.
18,
No.
2,
Edisi
Desember
2015:
171—181
receiver
adalah
“Siapa
yang
meneri-‐ kopi
Tiwus;
perempuan
yang
me-‐
ma
objek?’
Dalam
cerpen
“Filosofi
nunjukkan
jalan
ke
rumah
Pak
Seno
Kopi”,
yang
bertindak
sebagai
aktan
kepada
Ben
dan
Jody;
dan
juga
Jody
receiver
adalah
Ben
sendiri.
Ben
yang
menemani
Ben
dalam
perjalan-‐
mencari
objek
yakni
kopi
tiwus
un-‐ an
mencari
kopi
tiwus.
tuk
dirinya
sendiri
sebagai
seorang
barista;
demi
memuaskan
hasrat
f. opponent:
aktan
yang
menghalang-‐
pencapaian
citarasa
kopi.
Oleh
kare-‐ halangi
tugas
subjek
untuk
menda-‐
na
Ben
menjual
kopi
ramuannya
ke-‐ patkan
objek.
Identifikasi
aktan
yang
pada
pelanggan
Filosofi
Kopi,
maka
berfungsi
sebagai
opponent
dapat
di-‐
kopi
tiwus,
seperti
terlihat
di
bagian
lakukan
dengan
mengajukan
perta-‐
cerita
saat
Jody
membuat
kopi
tiwus
nyaan:
siapakah
yang
menghalang-‐
di
Filosofi
Kopi,
adalah
untuk
pelang-‐ halangi
pencapaian
objek?
Dalam
gan
filosofi
kopi.
cerpen
“Filosofi
Kopi”,
aktan
yang
berfungsi
sebagai
opponent
adalan
e. helper:
aktan
yang
membantu
subjek
Jody.
Hal
itu
dapat
dilihat
dari
kutip-‐
melaksanakan
tugasnya.
Identifikasi
an
cerita
berikut
ini.
aktan
yang
berfungsi
sebagai
helper
dapat
dimulai
dengan
mengajukan
“Ben,
sudah
tambah
gelap.
Sepertinya
pertanyaan:
“Siapakah
atau
apakah
kita
tersesat.
Cari
penginapan
saja
dulu,
yang
mempermudah
tugas
subjek
besok
pagi
baru
kita
keluar
lagi.”
...
Aku
untuk
mendapatkan
objek?”
Dengan
mengiyakan
saja.
Bagiku
perjalanan
ini
hanya
kekonyolan
belaka,
pemenuhan
demikian,
dapat
diidentifikasi
aktan
obsesi
Ben
terhadap
kopi
(Lestari,
helper
dalam
cerpen
”Filosofi
Kopi”
2006:18).”
adalah
Pak
Seno
sebagai
pemilik
Skema
I:
Relasi
Aktan
dalam
Cerpen
“Filosofi
Kopi”
Sender
———>
Object
———>
Receiver
Kopi
citarasa
tertinggi
1. Pengusaha 1. Ben
∧
Kaya/pengunjung kedai 2. Jody
⎢
Filosofi Kopi (S1)
⎢
2. Pengusaha
⎢
kaya/pengunjung Kedai
⎢
Filosofi Kopi (S2)
⎢
3. Ambisi Ben
Helper ———>
Subject
<———
Opponent
1. Pak
Seno
Ben
Jody
2. Jody
3. Perempuan
tetangga
Pak
Seno
Dari
identifikasi
aktan
pada
skema
I
suatu
cerita,
bahwa
si
pengirim
juga
me-‐
dapat
diketahui
bahwa
(1)
seorang
to-‐ rupakan
penerima;
(2)
beberapa
tokoh
koh
dapat
memegang
beberapa
peran
bersama-‐sama
dapat
mengisi
satu
peran
aktansial.
Misalnya,
dapat
terjadi
dalam
aktansial,
jadi
misalnya
peran
penentang
178
Struktural
(dan)
Semantik
...
(Kukuh
Yudha
Karnanta)
179
ATAVISME,
Vol.
18,
No.
2,
Edisi
Desember
2015:
171—181
tiwus
dengan
kartu
bertuliskan
“Kopi
Ti-‐ Berdasar
pada
sepuluh
four
terms
wus
...
walau
tak
ada
yang
sempurna,
hi-‐ homology
tersebut,
dapat
dikatakan
va-‐
dup
ini
indah
begini
adanya
(Lestari,
lue
atau
ideology
“Filosofi
Kopi”
adalah
2006:27).”
citarasa
lokal
atau
lokalitas—keseluruh-‐
an
ekspresi
maupun
potensi
yang
ter-‐
3) Situasi
akhir
sembunyi
atau
belum
dijelaskan
dan
di-‐
Objek
telah
diperoleh
dan
diterima
oleh
terima
oleh
masyarakat
dunia—sebagai
penerima,
keseimbangan
telah
terjadi,
akar
atau
dasar
untuk
melakukan
tin-‐
berakhirnya
suatu
keinginan
terhadap
dakan
dalam
konteks
yang
lebih
luas.
Sa-‐
sesuatu,
dan
berakhirlah
cerita
tersebut.
tu
hal
menarik
dalam
cerita
ini
adalah
Situasi
akhir
dalam
“Filosofi
Kopi”
ditun-‐ kehidupan
metropolitan
yang
identik
de-‐
jukkan
dengan
kembalinya
Ben
ke
kedai
ngan
kekuatan
kosmopolit
yang
dihadir-‐
kopi
Filsofi
Kopi
untuk
meneruskan
usa-‐ kan
Ben
seakan
tunduk
dengan
lokali-‐
ha
mereka
berdua,
setelah
sebelumnya
tas—suatu
konsep
yang
lebih
dekat
atau
Ben
memutuskan
tidak
menjadi
barista
berasosiasi
dengan
‘yang
tradisional.’
dan
tidak
meracik
kopi
lagi.
SIMPULAN
Empat
Terma
Homologi
Paparan
tersebut
menunjukkan
bahwa
Dari
struktur
naratif
dalam
cerpen
“Filo-‐ teori
naratif
berikut
aplikasinya
dalam
sofi
Kopi”
tersebut
dapat
diidentifikasi
analisis
sastra
sesungguhnya
mampu
four
terms
homology
yang
terkait
erat
memberikan
kontribusi
yang
signifikan
dengan
value
dan
ideologi
yang
inheren
dalam
kajian
budaya
mutakhir
yang
pe-‐
dalam
deep
structure
yang
terjalin
dalam
ka
terhadap
relasi
kuasa,
cotext
dan
con-‐
relasi
oposisional
dan
kontradiksi.
Beri-‐ text.
Meskipun
demikian,
harus
dikata-‐
kut
four
terms
homology
yang
terdapat
kan
pula
bahwa
jangkauan
analisis
nara-‐
dalam
teks
“Filosofi
Kopi”.
tif
adalah
pada
identifikasi
makna.
Ela-‐
1. agresif
:
pasif
::
tidak
agresif
:
tidak
borasi
atas
makna,
pada
tahap
selan-‐
pasif
jutnya,
membutuhkan
teori
lain,
seperti
2. ambisius
:
fatalistik
::
tidak
ambisius
:
penggunaan
konsep
globalitas
dan
lokal-‐
tidak
fatalistik
itas
yang
bersumber
dari
kajian
budaya
3. optimis
:
pesimis
::
tidak
optimis
:
ti-‐ seperti
yang
sedikit
diilustrasikan
penu-‐
dak
pesimis
lis.
Memadukan
teori
yang
satu
dengan
4. modern
:
tradisional
::
tidak
modern
:
teori
lainnya
juga
bukan
tanpa
persoalan
tidak
tradisonal
epistemologis.
Serangkaian
pemeriksaan
5. kota
:
desa
::
bukan
kota
::
bukan
de-‐ terhadap
asumsi-‐asumsi
filosofis
yang
sa
mendasari
teori
yang
satu
dan
yang
lain
6. sempurna
:
biasa
::
tidak
sempurna
:
merupakan
tahap
yang
harus
dilakukan.
tidak
biasa
Pada
tahap
inilah,
kajian
budaya
atau
7. mahal
:
murah
::
tidak
mahal
:
tidak
cultural
studies
memegang
peranan
pen-‐
murah
ting
sebagai
paradigma
mutkahir
dalam
8. lokal
:
global
::
tidak
lokal
:
tidak
glo-‐ kajian
ilmu
humaniora.
bal
Dalam
kaitannya
dengan
kajian
bu-‐
9. kawan
:
lawan
::
bukan
kawan
:
bu-‐ daya,
terdapat
lima
pernyataan
yang
da-‐
kan
lawan
pat
ditawarkan:
pertama,
naratif
meru-‐
10. tendensius
:
tulus
::
tidak
tendensius
pakan
bagian
dari
tradisi
strukturalisme
:
tidak
tulus
yang
memegang
teguh
prinsip
objektif
11. individual
:
komunal
::
tidak
indivi-‐ dan
postivistik.
Teks
dipahami
sebagai
dual
:
tidak
komunal
entitas
sistemik
yang
tertutup
yang
180
Struktural
(dan)
Semantik
...
(Kukuh
Yudha
Karnanta)
mana
analisis
terhadap
teks
bertujuan
Return
of
Grand
Theory
in
The
Social
untuk
mengidentifikasi
pattern
atau
pola
Science.
Cambridge:
Cambridge
Uni-‐
dari
suatu
teks
itu
sendiri;
kedua,
pattern
versity
Press.
tersebut
disusun
dan
diekspresikan
me-‐ Barthes,
Roland.
1977.
Introduction
to
lalui
satuan-‐satuan
signifikan
yang
ada
the
Structural
Analysis
of
Narratives
dalam
teks
baik
tokoh,
peristiwa,
latar,
dalam
Image,
Music,
and
Text.
Lon-‐
dialog,
dan
lainnya.
Hal-‐hal
yang
berke-‐ don:
Fontana
Press
naan
dengan
sosiologi
teks
cenderung
ti-‐ Budiman,
Kris.
2002.
Analisis
Wacana:
dak
dibahas;
ketiga,
analisis
naratif
bisa
Dari
Linguistik
sampai
Dekonstruksi.
dimodelkan
dengan
aspek
interior
suatu
Yogyakarta:
Pusat
Studi
Kebudaya-‐
rumah:
dinding,
perabot,
ruangan,
ben-‐ an
Universitas
Gadjah
Mada
tuk
taman,
warna
cat,
dan
lainnya.
Ru-‐ Culler,
Jonathan.
2004.
The
Linguistic
mah
tersebut
dilihat
sebagai
entitas
Foundation
(2nd
Edition).
Oxford:
tunggal
tanpa
memperhatikan
atau
Blackwell
Publishing
memperhitungkan
keberadaan
rumah
Darma,
Budi.
2004.
Pengantar
Teori
Sas-‐
atau
bangunan
lain
di
luar
rumah
ter-‐ tra.
Jakarta:
Pusat
Bahasa
sebut;
keempat,
dengan
pemahaman
Denzin,
Norman
dan
Yvona
Lincoln.
bahwa
naratif
sepenuhnya
mengacu
pa-‐ 2009.
Handbook
of
Qualitative
Re-‐
da
order
of
events
atau
bagaimana
suatu
search.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
peristiwa
dikisahkan,
naratif
merupakan
Faruk.
2012.
Metode
Penelitian
Sastra.
komponen
penting
dalam
karya
sastra
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar
yang
berfungsi
mengontrol
arah
dan
Greimas,
A.J.
1983.
Structural
Semantics:
aliran
informasi
yang
sangat
menentu-‐ An
Attempt
at
a
Method.
Diterje-‐
kan
bagaimana
pembaca
akan
merespon
mahkan
oleh
Ronald
Schleifer.
Lon-‐
dan
mempersepsi
teks;
kelima,
dengan
don:
University
of
Nebraska
Press.
demikian,
naratif
bisa
dipahami
sebagai
Hawkes,
Terence.
2003.
Structuralism
sesuatu
yang
menjalankan
fungsi
ideo-‐ and
Semiotics.
London:
Routledge
logis
yakni
membantu
menjangkar
mak-‐ Kuhn,
Thomas.
1989.
Peran
Paradigma
na
suatu
teks
dengan
cara
mengarahkan
dalam
Revolusi
Sains.
Bandung:
Re-‐
atau
menuntun
pembaca
pada
makna
madja
Karya
yang
dikandung
teks
itu
sendiri.
Lestari,
Dewi.
2006.
Filosofi
Kopi:
Kum-‐
pulan
Cerita
dan
Prosa
Satu
Dekade.
1. Penjelasan
lebih
rigid
mengenai
konsep
pa-‐ Jakarta:
Gagas
Media
radigma
bisa
dilihat
dalam
buku
Handbook
of
Qualitative
Research
yang
ditulis
Yvona
Neuman,
Lawrence
W.
1991.
Social
Re-‐
Lincoln
dan
Norman
Denzin.
Dalam
buku
itu
search
Methods.
Boston:
Allyn
and
paradigma
diartikan
sebagai
“serangkaian
Bacon
keyakinan
dasar
yang
membimbing
tindak-‐ Piaget,
Jean.
1995.
Strukturalisme.
an
...
menentukan
pandangan
dunia
peneliti
Diterjemahkan
oleh
Hermoyo.
Ja-‐
meliputi
ontologi,
espistemologi,
dan
meto-‐
dologi
(Denzin
dan
Lincoln,
2009:123)
karta:
Yayasan
Obor
Stam,
Robert.
2005.
New
Vocabularies
in
Film
Semiotics.
London:
Routledge
DAFTAR
PUSTAKA
Tyson,
Lois.
2006.
Critical
Theory
Today.
Bal,
Mieke.
1999.
Narratology:
Introduc-‐ London:
Routledge
tion
to
the
Theory
of
Narrative
(2nd
Wellek,
Rene
dan
Austin
Warren.
2014.
Edition).
Toronto:
Toronto
Univer-‐ Teori
Kesusastraan.
Diterjemahkan
sity
Press.
oleh
Melani
Budianta.
Jakarta:
Barnes,
Barry.
1991.
“Thomas
Kuhn”
Gramedia
Pustaka
Utama.
dalam
Quentin
Skinner
(Ed.),
The
181