Anda di halaman 1dari 1

Kasus:

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),


luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Indonesia di kawasan konservasi
mencapai 38.665 hektare (ha) pada 2021. Jumlah itu bertambah 76% dari 21.968
ha pada 2020. 
  
Secara kumulatif dalam kurun waktu 2015-2021, kasus karhutla di wilayah
konservasi mencapai 973.357 ha. Karhutla tersebut menyebabkan kerugian bagi
manusia, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), terganggunya aktivitas
dan mobilitas masyarakat, penipisan lapisan ozon dan lain sebagainya.

Adapun, menurut KLHK karhutla di wilayah konservasi disebabkan oleh


aktivitas manusia, seperti pembukaan lahan, penebangan liar atau illegal
logging dan lain-lain. Selain itu karhutla juga disebabkan karena kondisi alam
seperti kemarau, groundfine gambut, dan sambaran petir, serta belum optimalnya
penerapan mekanisme Early Warning System dan teknologi penyiapan lahan tanpa
bakar.
(sumber: Databoks)

Seperti yang kita ketahui, Pembakaran Hutan dapat menyebabkan sejumlah


efek atau dampak, salah satunya adalah pencemaran pada atmosfer bumi (udara).
Hal ini disebabkan oleh gas yang dihasilkan dari pembakaran hutan yang
menyebabkan efek rumah kaca yaitu Karbon Dioksida (CO2). Karbon dioksida
adalah gas cair tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar , dan sedikit
asam. Namun jika jumlah CO2 di udara terlalu banyak, CO2 tersebut akan naik ke
atmosfer dan menghalangi pemancaran panas dari bumi sehingga panas
dipantulkan kembali ke bumi.

Selain itu, terlalu tingginya kadar karbon dioksida dalam tubuh bisa
menyebabkan keracunan karbon dioksida. Karbon dioksida yang teralu tinggi
dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, yaitu asidosis. Kondisi ini bisa
menyebabkan oksigen dalam darah sulit untuk dilepaskan ke dalam sel tubuh,
sehingga tubuh kekurangan oksigen.

Anda mungkin juga menyukai