Bab 1 2 GB
Bab 1 2 GB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
Tablet merupakan bentuk sediaan padat dari satu atau lebih bahan obat dengan
atau tanpa bahan tambahan. Tablet dapat dibuat dengan kompresi dalam mesin
tablet atau pencetakkan. Tablet sangat baik dalam bentuk, ukuran, dan berat,
faktor-faktor ini bergantung pada sampai batas tertentu pada tujuan penggunaan
dan berat bahan obat yang terkandung dalam setiap tablet (Jenkin, 1966).
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet cetak
dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
Granul dengan proses basah : zat berkhasiat, bahan pengisi, dan bahan
penghancur dicampur baik-baik lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu
ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, lalu dikeringkan
dalam dalam almari pengering (temperatur 40-50ºC). Setelah kering diayak lagi,
agar menjadi granul dengan ukuran yang diperlukan, lalu ditambah bahan pelican,
Granul dengan proses kering : bila zat berkhasiat dapat rusak apabila kena air
atau tak tahan pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Ialah zat berkhasiat,
bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat (jika perlu) dan bahan pelican,
dicampur lalu dibuat tablet besar-besar (slugging) setelah itu tablet dipecah
menjadi granul lalu diayak. Setelah itu dibuat tablet yang baik dengan mesin tablet
(Anief, 1994).
1. Maksud percobaan
tablet.
2. Tujuan Percobaan
C. Prinsip Percobaan
kekerasan tablet, uji friabilitas, uji waktu hancur dan uji disolusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Sediaan bentuk padat secara umum dibagi menjadi dua bentuk formulasi,
yaitu tablet dan kapsul. Telah diperkirakan bahwa sediaan bentuk padat
merupakan sekitar 90% dari semua dosis yang digunakan untuk memberikan jalur
sistemik dalam terapi. Bagian pentingnya adalah bentuk dosis dalam pengobatan
dan pengelolaan tingkat penyakit. Kegunaan tablet yang secara luas telah dicapai
karena kenyamanan dan juga perbedaan dari tipe-tipe tablet (Jones, 2008).
Tablet adalah sediaan padat yang berbentuk rata atau cembung rangkap,
umumnya bulat, dibuat dengan mengempa atau mencetak obat atau campuran obat
dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan dapat berupa bahan pengisi,
lactis, amilum manihot, calcii phoshas, calcii carbonas dan zat lain yang cocok ;
zat pengikat, dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya yang digunakan adalah mucilage gummi arabici 10-20% (panas), solutio
dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah amylum manihot kering, gelatinum,
agar-agar, natrium alginat ; zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada
(Anief, 1994).
ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti : tablet bukal, digunakan
dengan cara dimasukkan di antara pipi, dan gusi dalam rongga mulut, biasanya
diberi hormone steroid, absorpsi, terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran
cepat member efek pada jantung dan bila melalui lambung akan rusak ; tablet
implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara
implantasi dalam kulit badan. Sedangkan tablet hipodermik dilarutkan dalam air
Untuk dimaksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut
Tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari
udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa tidak enak, membuat penampilan
lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna (Depkes RI,
1995).
bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak
mengisi cetakan dengan baik. Jadi dengan dibuat granul, akan terjadi
“freeflowing”, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi
Granul dengan proses basah : zat berkhasiat, bahan pengisi, dan bahan
penghancur dicampur baik-baik lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu
ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, lalu dikeringkan
dalam dalam almari pengering (temperatur 40-50 ºC). Setelah kering diayak lagi,
agar menjadi granul dengan ukuran yang diperlukan, lalu ditambah bahan pelican,
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : menimbang
jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi
serbuk atau mikser. Diantara pengisi yang digunakan adalah laktosa, kaolin,
mannitol, amilum, gula bubuk dan kalsium fosfat. Pemilihan dari bahan pengisi
resin penukar kation dan bahan bahan lain yang membesar atau mengembang
permukaan tablet terjadi dimana kelompok butir-butir amilum terdapat maa tablet
pecah mungkin hasil dari hidrasi kelompok hidroksi molekul amilum,
memperoleh daya hancur yang lebih cepat. Jumlah seluruhnya dari bahan
penghancur tidak selalu ditambahkan kedalam campuran obat dan pengisi, tetapi
obat. Proses ini menghasilkan dua kali penghancuran dari tablet, yang pertama
kecil dari tablet dan yang kedua penghancuran dari penambahan bahan
pemberian yang tepat, demikian juga keseragaman daya hancur tablet yang akan
yang telah dicampur, diagak dengan ayakan yang derajat kehalusannya cukup
untukemungkinkan dari terjadinya penggumpalan (Ansel, 1989).
merata dari hopper (wadah berbentuk seperti corong, yang menampung obat dan
dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi
granula yang bebas mengalir kedalam cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat
dilakukan secara baik dengan menambahkan cairan pengikat atau perekat kedalam
ukurannya seperti yang diinginkan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini
dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya
cairan berair yang dibuat dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase,
obat sangat dipengaruhi oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat tanpa air
atau dapat ditambahkan dalam keadaan kering. Umumnya kerja pengikat akan
lebih efektif apabila serbuk dicampur dengan perekat dalam bentuk cair. Jumlah
terlalu basah dan terlalu kering. Bila dibasahi secara berlebihan biasanya
menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat tablet yang bagus,
pembasahn yang kurang biasanya menghasilkan tablet yang terlalu lunak dan
cenderung mudah remuk. Bila diinginkan warna dan rasa yang cocok dapat
granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada
bahan pengisi. Zat pengikat dapat di tambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih
efektif dalam larutan. Bahan pengikat yang umum meliputi gom akasia, gelatin,
granulasi basah ditekan melalui ayakan nomor 6 atau 8. Hal ini yaitu fluidization
disalurkan kedalam fluid bed dries. Dibuat granul dengan menekankan pada alat
kemudian di tebarkan diatas selembar kertas yang lebar dalam nampan yang
kedalam fluid bed dryers. Pada metode ini granul dikeringkan dalam keadaan
tertutup dan diputar- putar sambil dialirkan udara yang hangat. Jika efektivitas
bahan pengikat tergantung pada adanya sedikit uap air, granulasi tidak sempurna
keringnya. Bagaimanapun kelebihan jumlah dari uap air yang tertinggal dalam
granulasi ini sering menyebabkan terjadinya pecah pada penyalut tablet kompresi
fluidized bed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah mengalir
(Ansel, 1989).
pengayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk
pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Seleksi
yang tepat tergantung pada pengalamn, tapi pada umumnya semakin kecil tablet
yang akan diproduksi semakin halus granul yang dipakai. Ayakan dengan ukuran
Granul dengan proses kering : bila zat berkhasiat dapat rusak apabila kena
air atau tak tahan pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Ialah zat
berkhasiat, bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat (jika perlu) dan
bahan pelican, dicampur lalu dibuat tablet besar-besar (slugging) setelah itu tablet
dipecah menjadi granul lalu diayak. Setelah itu dibuat tablet yang baik dengan
diantara mesin rol yang menjalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa
padat yan tipis, selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan
(dissolationtest) ; selain tersebut harus diuji dulu mengenai kekerasan tablet dan
kontrol kualitas , dalam satu atau lain cara, mempengaruhi kemanjuran bentuk
sediaan tablet. Ciri-cirinya adalah variasi berat, ketebalan tablet, tablet kekerasan,
aktif dari tablet. Ketebalan tablet dan diameter tablet merupakan berdimensi
tablet. Ketebalan tablet dapat bervariasi, tetapi variasi ketebalan tablet juga dapat
terjadi bahkan ketika bobot tablet tetap konstan. Kekerasan tablet adalah bagian
dari tablet yang dapat diukur dengan menggunakan beberapa perangkat yang
tersedia secara komersial yang dirancang khusus untuk tujuan tersebut. Ini penguji
mekanik untuk kekerasan tablet bervariasi dalam penampilan dan sampai batas
kurang 4,6% laktosa, setara dengan lebih kurang 38% kandungan padat kering.
Laktosa berada dalam 2 bentur isomer, laktosa alfa dan beta, dapat berbentuk
kristal atau amorf. Laktosa a kristalin berada dalam bentuk monohidrat dan
anhidrat. Bentuk amorf murni laktosa tidak ada dalam perdagangan (Agoes,
2008).
penghancur, pengikat, dan atau pengisi bergantung pada tipenya. Sumber amilum
dapat berasal dari singkong, jagung, kentang, dan beras. Amilum dimodifikasi
baik secara parsial maupun secara penuh dari biji mekanik atau kimia. Turunan
Pengikat : salah satu fungsi penting eksipien dalam formuasi tablet adalah
membentuk aglomerat dari BA, pengisi, dan eksipien lain, dengan kekecualian
lubrikan, glidan, dan lain sebagainya (yaitu untuk menggerakkan / mengalirkan
meningkatkan sifat aliran serbuk sehingga ruahan serbuk dapat secara akurat
menghasilkan tablet dengan friabilitas rendah dan kekuatan kekerasan gang baik.
Hal ini dicapai dengan menggunakan eksipien yang mempunyai sifat mengikat
situasi dimana bahan-bahan dihadapkan pada suatu tingkat dari gaya mekanik.
Pada industri farmasi, efek dari gaya semacam itu sanagt perlu didalam
pengolahan tablet dan granul, dalam pengisian cangkang kapsul gelatin, dan
Karena gaya ikatan tak jenuh pada permukaan benda padat ini, maka gaya-
gaya yang cukup saling mendekati akan tertarik dan cenderung melekat satu sama
lain. Daya tarik antara partikel-partikel sejenis disebut kohesi. Sebagai tambahan,
jika mereka mendekati tipe-tipe lain dari partikel atau pemukaan padat, mereka
akan tertarik padanya, menimbulkan apa yang dinamakan adhesi. Daya tarik ini
menimbulkan sifat intristik (dalam) dari serbuk bahan dasar (bulk powdered
1989).
Kebanyakan pengikat bersifat hidrofilik dan arut dalam air. Gim akan dan
polimer berfungsi dengan membentuk lapis tipis pada permukaan partikel. Pada
saat dikema, partikel cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut seperti gula,
proses granulasi basah biasanya dilarutkan dalam air atau suatu pelarut (umumnya
alkohol), dan larutan pengikat digunakan untuk membentuk massa basah atau
pengikat efektif dengan jumlah air (kelembapan) kecil. Dalam pengikatan partikel
bersama, yang berperan penting adalah firsa van der walls dan ikatan hidrogen.
berfungsi baik sebagai pengikat kering dalam formulasi kempa langsung (Agoes,
2008).
amilum 5% atau 10% dalam air dingin dan memanaskan (pada pemanas yang
(konsentrasi amilum dalam formula saat bervariasi antara 2% - 5%). Pasta amilum
akan menghasilkan granul yang lunak, akan tetapi konsentrasi nya dalam formula
terbatas karena faktor viskositas dari gel yang akan menjadi sulit ditangani selama
dan digunakan secara luas. Bahan berasal dari sumber hewani yang merupakan
campuran bervariasi dari stearat dan palimilat dan menunjukkan morfologi terbaik
sebagai lubrikan jika dibuat melalui proses presipitasi. Mg stearat yang berasal
dari sumber tanaman mengandung lebih dati 90% stearat dan tidak seefektif
lubrikan yang berasal dari hewan. Konsentrasi efektif mg stearat antara 0,2-2%.
Biasanya divamohr dengan serbuk atau campuran granul untuk waktu relatif