Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau

cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan

atau tanpa zat tambahan (Anief, 2006).

Tablet merupakan bentuk sediaan padat dari satu atau lebih bahan obat dengan

atau tanpa bahan tambahan. Tablet dapat dibuat dengan kompresi dalam mesin

tablet atau pencetakkan. Tablet sangat baik dalam bentuk, ukuran, dan berat,

faktor-faktor ini bergantung pada sampai batas tertentu pada tujuan penggunaan

dan berat bahan obat yang terkandung dalam setiap tablet (Jenkin, 1966).

Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk

sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan

tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet cetak

dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah

ke dalam lubang cetakan (Depkes RI, 1995).


Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan

kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan

aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Depkes RI, 1995).

Granul dengan proses basah : zat berkhasiat, bahan pengisi, dan bahan

penghancur dicampur baik-baik lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu

ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, lalu dikeringkan

dalam dalam almari pengering (temperatur 40-50ºC). Setelah kering diayak lagi,

agar menjadi granul dengan ukuran yang diperlukan, lalu ditambah bahan pelican,

dibuat tablet dengan mesin tablet (Anief, 1994).

Granul dengan proses kering : bila zat berkhasiat dapat rusak apabila kena air

atau tak tahan pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Ialah zat berkhasiat,
bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat (jika perlu) dan bahan pelican,

dicampur lalu dibuat tablet besar-besar (slugging) setelah itu tablet dipecah

menjadi granul lalu diayak. Setelah itu dibuat tablet yang baik dengan mesin tablet

(Anief, 1994).

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud percobaan

Maksud percobaan yaitu mengetahui dasar-dasar pembuatan tablet

serta pertimbangan-pertimbangan dalam memformulasikan sediaan

tablet.

2. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan yaitu mampu membuat sediaan tablet dengan

metode granulasi basah.

C. Prinsip Percobaan

Pembuatan sediaan tablet berdasarkan studi preformulasi meliputi data

farmakologi, farmakokinetik dan fisikokimia. Tablet pada umumnya dibuat


dengan cara granulasi basah. Evaluasi ukuran, keseragaman kandungan,

kekerasan tablet, uji friabilitas, uji waktu hancur dan uji disolusi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Sediaan bentuk padat secara umum dibagi menjadi dua bentuk formulasi,

yaitu tablet dan kapsul. Telah diperkirakan bahwa sediaan bentuk padat

merupakan sekitar 90% dari semua dosis yang digunakan untuk memberikan jalur

sistemik dalam terapi. Bagian pentingnya adalah bentuk dosis dalam pengobatan

dan pengelolaan tingkat penyakit. Kegunaan tablet yang secara luas telah dicapai

karena kenyamanan dan juga perbedaan dari tipe-tipe tablet (Jones, 2008).

Tablet adalah sediaan padat yang berbentuk rata atau cembung rangkap,

umumnya bulat, dibuat dengan mengempa atau mencetak obat atau campuran obat

dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan dapat berupa bahan pengisi,

penghancur, pengikat dan pelicin (Anief, 2006).

Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa ; zat pengisi

dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakkan saccarum

lactis, amilum manihot, calcii phoshas, calcii carbonas dan zat lain yang cocok ;
zat pengikat, dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.

Biasanya yang digunakan adalah mucilage gummi arabici 10-20% (panas), solutio

methylcellulosum 5% ; zat penghancur dimaksudkan agar tablet dapat hancur

dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah amylum manihot kering, gelatinum,

agar-agar, natrium alginat ; zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada

cetakan. Biasanya digunakan talcum 5%, magnesii stearas, acidum stearinicum

(Anief, 1994).

Penggunaan : bentuk tablet dapat digunakan baik untuk tujuan pengobatan

lokal maupun sistemik. Pengobatan lokal misalnya : tablet yang digunakan

melalui vagina, dikenal sebagai tablet vagina, berbentuk seperti amandel

digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormon secara lokal.


Lozenges, bentuk obat yang menyenangkan dan efektif untuk efek lokal dimulut

dan tenggorokan, umumnya digunakan sebagai antiinfeksi (Anief, 1986).

Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang

ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti : tablet bukal, digunakan

dengan cara dimasukkan di antara pipi, dan gusi dalam rongga mulut, biasanya

diberi hormone steroid, absorpsi, terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran

darah ; tablet sublingual, digunakan dengan jalan dimasukkan ke bawah lidah,

biasanya berisi hormone steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk

peredaran darah. Tablet nitroglycerinum juga merupakan tablet sublingual karena

cepat member efek pada jantung dan bila melalui lambung akan rusak ; tablet

implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara

implantasi dalam kulit badan. Sedangkan tablet hipodermik dilarutkan dalam air

steril untuk injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit (Anief, 1986).

Untuk dimaksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut

yang cocok, biasanya berwarna atau tidak (Anief, 1994).

Tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari
udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa tidak enak, membuat penampilan

lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna (Depkes RI,

1995).

Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali

bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak

mengisi cetakan dengan baik. Jadi dengan dibuat granul, akan terjadi

“freeflowing”, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi

“capping” (retak) (Anief, 1986).

Granul dengan proses basah : zat berkhasiat, bahan pengisi, dan bahan

penghancur dicampur baik-baik lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu

ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, lalu dikeringkan
dalam dalam almari pengering (temperatur 40-50 ºC). Setelah kering diayak lagi,

agar menjadi granul dengan ukuran yang diperlukan, lalu ditambah bahan pelican,

dibuat tablet dengan mesin tablet (Anief, 1994).

Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam

memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam

pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : menimbang

dan mencampur bahan-bahan ; pembuatan granulasi basah ; pengayakan adonan

lembab menjadi pelet atau granul ; pengeringan ; pengayakan kering ;

pencampuran bahan pelincir ; pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

Penimbangan dan pencampuran : bahan aktif, pengisi, dan bahan

penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan

jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi

dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur

serbuk atau mikser. Diantara pengisi yang digunakan adalah laktosa, kaolin,

mannitol, amilum, gula bubuk dan kalsium fosfat. Pemilihan dari bahan pengisi

sebagian berdasarkan pengalaman si pembuat waktu membuat tablet lain dan


biaya pembuatan serta kecocokan obat dengan bahan pembantu lainnya dalam

formula. Sebagai contoh garam-garam kalsium tidak dapat digunakan sebagai

pengisi pada pembuatan kapsul atau tablet antibiotik tetrasiklin, karena

menggangu absorpsi obat ini dari saluran pencernaan (Ansel, 1989).

Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilim

seperti natrium amilumglikolat, senyawa selulosa seperti karboksimetilselulosa,

resin penukar kation dan bahan bahan lain yang membesar atau mengembang

dengan adanya lembap dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan

tablet setelah masuk kedalam cairan pencernaan. Dalam percobaan mekanisme

amilum sebagai penghancur tablet, telah diamati bahwa pecah-pecahnya

permukaan tablet terjadi dimana kelompok butir-butir amilum terdapat maa tablet
pecah mungkin hasil dari hidrasi kelompok hidroksi molekul amilum,

menyebabkan terpisah keluar. Jika amilum digunakan 5% umumnya cocok untuk

membantu penghancuran, tetapi sampai kira-kira 15% dapat dipakai untuk

memperoleh daya hancur yang lebih cepat. Jumlah seluruhnya dari bahan

penghancur tidak selalu ditambahkan kedalam campuran obat dan pengisi, tetapi

sebagian (kadang-kadang separuh dari yang digunakan) disisakan untuk

ditambahkan belakangan, bersama bahan pelincir, untuk membuat granulasi dari

obat. Proses ini menghasilkan dua kali penghancuran dari tablet, yang pertama

hasil penghancuran terakhir dan, memecahkan menjadi bagian atau bongkahan

kecil dari tablet dan yang kedua penghancuran dari penambahan bahan

penghancur yang pertama dan menghancurkan potongan coltonvan tablet menjadi

partikel yang halus (Ansel, 1989).

Untuk menyempurnakan pencampuran komponen supaya mencapai dosis

pemberian yang tepat, demikian juga keseragaman daya hancur tablet yang akan

dihasilkan, perlu ketelitian dan perhatian sepenuhnya. Kadang-kadang serbuk

yang telah dicampur, diagak dengan ayakan yang derajat kehalusannya cukup
untukemungkinkan dari terjadinya penggumpalan (Ansel, 1989).

Pembuatan granulasi basah : supaya campuran serbuk mengalir bebas dan

merata dari hopper (wadah berbentuk seperti corong, yang menampung obat dan

mengatur arusnya menuju mesin pembuat tablet) kedalam cetakan, mengisinya

dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi

granula yang bebas mengalir kedalam cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat

dilakukan secara baik dengan menambahkan cairan pengikat atau perekat kedalam

campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembap melalui ayakan yang

ukurannya seperti yang diinginkan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini

dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya

mengurangi ukuran granul berikutnya. Unsur pengikat dalam tablet juga


membantu merekatkan granul satu dengan yang lainnya, menjaga kesatuan tablet

setelah dikompresi. Diantara bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20%

cairan berair yang dibuat dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase,

macam-macam bom alam (seperti akasia), derivat selulosa (seperti metilselulosa,

karboksimetilselulosa dan selulosa mikrokristal), gelatin dan povidon. Jika bahan

obat sangat dipengaruhi oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat tanpa air

atau dapat ditambahkan dalam keadaan kering. Umumnya kerja pengikat akan

lebih efektif apabila serbuk dicampur dengan perekat dalam bentuk cair. Jumlah

bahan pengikat yang digunakan sebagian merupakan pekerjaan seni dan

pelaksanaan tergantung pada bahan lainnya dalam formula. Bagaimanapun juga

sejumlah bahan yang akan ditambahkan kedalam campuran obat harus

memberikan kelembapan tang cukup supaya serbuk dapat bercampur dengan

meremas menggunakan tangan sampai secukupnya. Harus hati-hati tidak boleh

terlalu basah dan terlalu kering. Bila dibasahi secara berlebihan biasanya

menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat tablet yang bagus,

pembasahn yang kurang biasanya menghasilkan tablet yang terlalu lunak dan
cenderung mudah remuk. Bila diinginkan warna dan rasa yang cocok dapat

ditambahkan kedalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi dengan warna

dan rasa yang diinginkan (Ansel, 1989).

Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu

granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada

bahan pengisi. Zat pengikat dapat di tambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih

efektif dalam larutan. Bahan pengikat yang umum meliputi gom akasia, gelatin,

sukrosa, povidon, metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta pati yang

terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling efektif adalah selulosa

mikrokristal, yang umumnya digunakan dalam membuat tablet kempa langsung

(Depkes RI, 1995).


Penyaringan adonan lembap menjadi pelet atau granul : pada umumnya

granulasi basah ditekan melalui ayakan nomor 6 atau 8. Hal ini yaitu fluidization

disalurkan kedalam fluid bed dries. Dibuat granul dengan menekankan pada alat

yang dibuat berlubang-lubang. Setelah semua bahan berubah menjadi granul,

kemudian di tebarkan diatas selembar kertas yang lebar dalam nampan yang

dangkal dan dikeringkan (Ansel, 1989).

Pengeringan granul : kebanyakan granul dikeringkan dalam kabinet

pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperarur. Diantara

metode terbaru untuk pengeringan sekarang ini yaitu fluidization disalurkan

kedalam fluid bed dryers. Pada metode ini granul dikeringkan dalam keadaan

tertutup dan diputar- putar sambil dialirkan udara yang hangat. Jika efektivitas

bahan pengikat tergantung pada adanya sedikit uap air, granulasi tidak sempurna

keringnya. Bagaimanapun kelebihan jumlah dari uap air yang tertinggal dalam

granulasi ini sering menyebabkan terjadinya pecah pada penyalut tablet kompresi

yang dilakukan belakangan. Granulasi dapat juga diselesaikan memakai peralatan

granulasi dengan mesin, termasuk dengan lapisan yang dicairkan di semprotkan


paddisemprotkan. Pada proses ini campuran serbuk yang akan dibuat granul,

diubah menjadi larutan atau suspensi dan disemprotkan, dikeringkan dalam

fluidized bed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah mengalir

(Ansel, 1989).

Penyaringan kering : setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui

pengayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk

pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul dihaluskan, tergantung

pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Seleksi

yang tepat tergantung pada pengalamn, tapi pada umumnya semakin kecil tablet

yang akan diproduksi semakin halus granul yang dipakai. Ayakan dengan ukuran

12 sampai 20 biasanya dipakai untuk maksud tersebut. Pengukuran granul


diperlukan sehingga rongga cetakan untuk memproduksi tablet-tablet kecil dapat

diisi penuh (Ansel, 1989).

Granul dengan proses kering : bila zat berkhasiat dapat rusak apabila kena

air atau tak tahan pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Ialah zat

berkhasiat, bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat (jika perlu) dan

bahan pelican, dicampur lalu dibuat tablet besar-besar (slugging) setelah itu tablet

dipecah menjadi granul lalu diayak. Setelah itu dibuat tablet yang baik dengan

mesin tablet (Anief, 1994).

Granulasi kering juga dapat dilakukan dengan meletakkan massa serbuk

diantara mesin rol yang menjalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa

padat yan tipis, selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan

ukuran yang diinginkan (Depkes RI, 1995).

Tablet harus memenuhi syarat-syarat : keseragaman bobot ; keseragaman

isi zat berkhasiat ; waktu hancur (disintegrationtest) ; waktu larut

(dissolationtest) ; selain tersebut harus diuji dulu mengenai kekerasan tablet dan

juga kerapuhan tablet (Anief, 1986).


Ada beberapa sifat penting dari tablet yang digunakan sebagai standar

kontrol kualitas , dalam satu atau lain cara, mempengaruhi kemanjuran bentuk

sediaan tablet. Ciri-cirinya adalah variasi berat, ketebalan tablet, tablet kekerasan,

konten keseragaman, disintegrasi, dan variasi berat pembubaran di tablet

mengindikasikan variabilitas spondingcorre total kandungan obat untuk bahan

aktif dari tablet. Ketebalan tablet dan diameter tablet merupakan berdimensi

tablet. Ketebalan tablet dapat bervariasi, tetapi variasi ketebalan tablet juga dapat

terjadi bahkan ketika bobot tablet tetap konstan. Kekerasan tablet adalah bagian

dari tablet yang dapat diukur dengan menggunakan beberapa perangkat yang

tersedia secara komersial yang dirancang khusus untuk tujuan tersebut. Ini penguji
mekanik untuk kekerasan tablet bervariasi dalam penampilan dan sampai batas

tertentu pada prinsipnya operasi mereka (Banker, 1792).

Laktosa merupakan disakarida alam dari susu yang mengandung lebih

kurang 4,6% laktosa, setara dengan lebih kurang 38% kandungan padat kering.

Laktosa berada dalam 2 bentur isomer, laktosa alfa dan beta, dapat berbentuk

kristal atau amorf. Laktosa a kristalin berada dalam bentuk monohidrat dan

anhidrat. Bentuk amorf murni laktosa tidak ada dalam perdagangan (Agoes,

2008).

Amilum dan turunan amilum : amilim dapat berfungsi sebagai bahan

penghancur, pengikat, dan atau pengisi bergantung pada tipenya. Sumber amilum

dapat berasal dari singkong, jagung, kentang, dan beras. Amilum dimodifikasi

baik secara parsial maupun secara penuh dari biji mekanik atau kimia. Turunan

amiljm yang sudah diesterifikasi dikenal sebagai amilum karboksimetil, amilum

hidroksietil, dan amilum granul atau agromerat (Agoes, 2008).

Pengikat : salah satu fungsi penting eksipien dalam formuasi tablet adalah

membentuk aglomerat dari BA, pengisi, dan eksipien lain, dengan kekecualian
lubrikan, glidan, dan lain sebagainya (yaitu untuk menggerakkan / mengalirkan

serbuk). Aglomerasi BA dan eksipien melalui proses granulasi basah bertujuan :

meningkatkan sifat aliran serbuk sehingga ruahan serbuk dapat secara akurat

dibagi untuk menghantarkan takaran obat ; meningkatkan keterkempaan yang

menghasilkan tablet dengan friabilitas rendah dan kekuatan kekerasan gang baik.

Hal ini dicapai dengan menggunakan eksipien yang mempunyai sifat mengikat

karena forsa kohesi dan adhesi (Agoes, 2008).

Pemampatan serbuk adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

situasi dimana bahan-bahan dihadapkan pada suatu tingkat dari gaya mekanik.

Pada industri farmasi, efek dari gaya semacam itu sanagt perlu didalam
pengolahan tablet dan granul, dalam pengisian cangkang kapsul gelatin, dan

penanganan serbuk secara umum (Marshall, 1989).

Karena gaya ikatan tak jenuh pada permukaan benda padat ini, maka gaya-

gaya yang cukup saling mendekati akan tertarik dan cenderung melekat satu sama

lain. Daya tarik antara partikel-partikel sejenis disebut kohesi. Sebagai tambahan,

jika mereka mendekati tipe-tipe lain dari partikel atau pemukaan padat, mereka

akan tertarik padanya, menimbulkan apa yang dinamakan adhesi. Daya tarik ini

menimbulkan sifat intristik (dalam) dari serbuk bahan dasar (bulk powdered

solids) : mereka akan mempertahankan gerakan-gerakan diferensial dari partikel-

partikel pembentuknya (konstituen) jika menghadapi gaya dari luar (Marshall,

1989).

Kebanyakan pengikat bersifat hidrofilik dan arut dalam air. Gim akan dan

polimer berfungsi dengan membentuk lapis tipis pada permukaan partikel. Pada

saat dikema, partikel cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut seperti gula,

mengikat partikel bersama dengan membentuk jembatan kristal. Pengikat untuk

proses granulasi basah biasanya dilarutkan dalam air atau suatu pelarut (umumnya
alkohol), dan larutan pengikat digunakan untuk membentuk massa basah atau

granulasi. Kadang-kadang lebih baik mencampur pengikat dalam keadaan kering

dengan BA dan eksipien, kemudian digranulasi dengan air. Pada umumnya

pengikat efektif dengan jumlah air (kelembapan) kecil. Dalam pengikatan partikel

bersama, yang berperan penting adalah firsa van der walls dan ikatan hidrogen.

Mikrokristalin selulosa (MCC) adalah pengikat granulasi basah yang juga

berfungsi baik sebagai pengikat kering dalam formulasi kempa langsung (Agoes,

2008).

Musilago amili : musilago amili dibuat dengan cara mensuspensikan

amilum 5% atau 10% dalam air dingin dan memanaskan (pada pemanas yang

temperaturnya terkontrol karena kalau temperatur tidak konsisten muilago yang


dihasilkan berbeda sifat dan karakteristiknya) terjadi pengembangan sempurna

(konsentrasi amilum dalam formula saat bervariasi antara 2% - 5%). Pasta amilum

akan menghasilkan granul yang lunak, akan tetapi konsentrasi nya dalam formula

terbatas karena faktor viskositas dari gel yang akan menjadi sulit ditangani selama

granulasi. Magnesium stearat ; mg-stearat merupakan lubrikan yang paling efektif

dan digunakan secara luas. Bahan berasal dari sumber hewani yang merupakan

campuran bervariasi dari stearat dan palimilat dan menunjukkan morfologi terbaik

sebagai lubrikan jika dibuat melalui proses presipitasi. Mg stearat yang berasal

dari sumber tanaman mengandung lebih dati 90% stearat dan tidak seefektif

lubrikan yang berasal dari hewan. Konsentrasi efektif mg stearat antara 0,2-2%.

Biasanya divamohr dengan serbuk atau campuran granul untuk waktu relatif

singkat ( tidak melebihi 5) (Agoes, 2008).

Anda mungkin juga menyukai