Smith dengan pengikutnya Thomas Robert Malthus, David Ricardo, Jean Baptiste
Say, Jhon Stuart Mill. Inti pemikiran ekonomi Adam Smith (Bapak Ilmu
Ekonomi) dan para pengikutnya ini antara lain bahwa pertumbuhan dapat terjadi
(Adisasmita R., 2008). Adam Smith seorang ahli ekonomi klasik yang paling
terkemuka dengan bukunya yang terkenal di seluruh dunia berjudul ”An Inguiry
Into The Nature and Cause of The Wealth of Nations (1776) menyampaikan
kekuatan yang tidak terlihat (invisible hand) akan mencapai kesejahteraan yang
pemerintah
dalam perekonomian (laissez faire), serahkan pada mekanisme pasar yang akan
transportasi akan terjadi pembagian kerja yang semakin luas dan peningkatan
modal sebagai satu yang mutlak bagi pembangunan ekonomi, dengan demikian
Karl Marx terhadap sistem liberalisme yang dianjurkan para kaum klasik.
Klasik. Semuanya terletak pada kekuatan pasar dengan membuka peluang sampai
Pembangunan
berarti pertumbuhan melalui pembentukan modal dengan fokus pada ekonomi
Keynes dan salah satu karya tulisanya yang terkenal adalah buku dengan judul: “
yang terjadi pada tahun 30-an, apa penyebabnya, dan bagaimana jalan keluar
pandangan Alvin Hansen, Simon Kuznets, Jhon Hiks, Wassily Leontif, dan Paul
campur tangan pemerintah dalan kegiatan ekonomi, tapi bagi Keynes campur
kapitalis. Persaingan bebas yang diandalkan oleh paradigma Klasik dan neo-
(Adisasmita R.,
2008). Lebih jauh, dijelaskan bahwa kekuatan pasar bebas akan menghasilkan
campur tangan pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter. Paradigma pasca
paradigma yang berciri global, tetapi dapat diterapkan secara lokal. Beberapa
terdapat pada tingkat dunia antara negara maju dan negara berkembang,
tetapi juga pada tingkat nasional dan regional, antar sektor, antar golongan dan
adalah Schumpeter. Salah satu teori yang dibangun dalam tulisannya adalah” The
Tema tentang pertumbuhan ekonomi juga disinggung dalam bukunya yang lain
pengusaha atau manajer, melainkan seseorang yang mau menerima risiko dan
akumulasi modal serta tingkat kemajuan teknologi. Dengan kata lain, sampai
teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio = COR) bisa berubah (bersifat
jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya
berbeda- beda pula sesuai dengan yang dibutuhkan. Model Solow berdasarkan
Dimana Q adalah output, A adalah teknologi, K adalah modal fisik, L adalah tenaga
kerja, α dan β adalah proporsi (share) input. Model Solow dapat menunjukkan
yang ditentukan oleh peranan tenaga kerja dan kemajuan teknologi yang semakin
luas. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa model pertumbuhan Solow
dengan
asumsi tanpa adanya perkembangan. Apabila dimisalkan suatu proses
tingkat pertumbuhan yang telah dicapai hanya karena adanya perubahan jumlah
modal (K) dan jumlah tenaga kerja (L). Hubungan kedua faktor tersebut dengan
Y = f (K,L) .........................................................................................................(2.2)
Dimana Y adalah tingkat pendapatan nasional, K adalah jumlah stok modal dan L
adalah jumlah tenaga kerja. Jika jumlah modal naik sebesar ΔK unit, jumlah
tenaga kerja meningkat sebesar ΔL unit, maka jumlah output akan meningkat
Perubahan ini akan lebih realistis apabila kedua faktor produksi ini berubah, yaitu
terjadi perubahan modal sebesar ΔK serta terjadi perubahan jumlah tenaga kerja
sebesar ΔL. Kita dapat membagi perubahan ini dalam dua sumber penggunaan
kapital, dan dalam kurung yang kedua adalah perubahan output yang
ΔY/Y adalah laju pertumbuhan output, MPK x K adalah total return to capital, (MPK
x K/Y) adalah share dari modal pada output, ΔK/K adalah tingkat pertumbuhan dari
modal, MPL x L adalah total kompensasi yang diterima oleh tenaga kerja, (MPL x
L/Y) adalah share dari tenaga kerja pada output, dan ΔL/L adalah tingkat
Dengan asumsi bahwa fungsi produksi dalam keadaan skala hasil tetap,
maka teorema Euler menyatakan bahwa kedua share tersebut apabila dijumlahkan
akan sama dengan 1 (satu) (Mankiw). Persamaan ini kemudian dapat ditulis :
Dimana α adalah share dari modal dan (1 – α) adalah share dari tenaga kerja.
Y = A f (K,L)..................................................................................................... (2.8)
Dimana A adalah tingkat teknologi pada saat sekarang atau yang disebut sebagai
total factor productivity. Sekarang output meningkat bukan hanya karena adanya
peningkatan dari modal dan tenaga kerja, tetapi juga karena adanya kenaikan dari
disebut sebagai Solow residual (Mankiw, 1997). Karena pertumbuhan total factor
productivity tidak bisa dilihat secara langsung, maka diukur secara tidak langsung
akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan, para pekerja akan menjadi lebih
produktif, dan output juga akan meningkat, yang mengimplikasikan total factor
proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat,
pada pola distribusi kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku
yang erat antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, ditunjukan pula dalam
Todaro dan Smith (2003) menyebutkan terdapat tiga faktor utama dalam
Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin dan peralatan dan bahan baku meningkatkan
stok modal (capital stock) fisik suatu negara yakni total nilai riil netto atas seluruh barang
modal produktif secara fisik dan hal itu jelas memungkinkan terjadinya peningkatan
output di masa-masa yang akan datang; (2) Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja,
secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang dapat memacu
pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan
kemajuan teknologi terjadi karena ditemukan cara baru atau perbaikan atas cara-cara
dapat beragam sifatnya, yaitu pertama, teknologi yang bersifat netral. Kemajuan
teknologi yang netral terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai
tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor
input yang sama. Kedua, kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, dan ketiga,
kemajuan teknologi hemat modal. Di negara-negara dunia ketiga yang melimpah tenaga
kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi, hemat modal merupakan sesuatu yang
amat diperlukan. Kemajuan teknologi ini akan menghasilkan metode produksi padat
perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun. Untuk
apabila tingkat kegiatan ekonomi masa sekarang lebih tinggi daripada yang dicapai
produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Indikator
bruto (PDRB). Pada bagian lainnya Arsyad (1999) mengatakan ada dua konsep
menggambarkan kenaikan taraf hidup yang diukur dengan output total riil
perkapita. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tingkat kenaikan
output total riil > daripada tingkat pertambahan penduduk, sebaliknya terjadi
penurunan taraf hidup actual bila laju kenaikan jumlah penduduk lebih cepat
berbagai daerah pada waktu yang sama, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa
ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan PDRB pada daerah
pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tetentu, misalnya
harus dinikmati penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu
dapat dinikmati penduduk, jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi. Dengan
terkelola jika kehidupan manusia ingin terus maju dan sejahtera. Salah satu
atau kekurangan gizi sumber daya manusianya. Kondisi negatif tersebut menjadi
wajar adanya karena SDM yang miskin pada umumnya bodoh/tidak terdidik dan
hasil kegiatan ekonomi seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah, atau bisa juga
Domestik Regional Bruto atau Produk Domestik Regional Neto, dimana produk
atau hasil kegiatan ekonomi dari seluruh unit ekonomi domestik berada dalam
Widodo, 2001; Prasetyo, 2011; Setiono, 2011; Dewanto dkk., 2014). Dalam
dasar harga konstan (tanpa tambang) pada tiap kabupaten/kota di Provinsi Papua
yaitu: (1) The traditional society atau tahap masyarakat tradisional adalah suatu
yang terbatas. Tingkat pendapatan per kapitanya masih rendah karena tidak
menghasilkan bahan mentah; (2) The preconditions for take off atau tahap
prakondisi menuju tinggal landas (take off) yaitu meliputi masyarakat yang sedang
dalam proses peralihan atau merupakan suatu periode yang menunjukkan adanya
syarat-syarat menuju take off. Nilai-nilai dan cara-cara tradisional sudah mulai
dirasakan menjadi tantangan, sedangkan nilai-nilai dan cara-cara baru yang lebih
efisien mulai masuk. Perubahan-perubahan mulai terjadi ke arah masyarakat yang
lebih modern dengan sistem ekonomi yang lebih maju; (3) Take off atau tahap
sudah mulai dapat diatasi. Nilai-nilai, cara-cara baru, dan kekuatan-kekuatan yang
Selama masa tinggal landas, industri-industri baru berkembang dengan pesat dan
menghasilkan keuntungan yang sebagian besar diinvestasikan lagi pada pabrik- pabrik
yang baru atau industri-industri baru. Sehingga daripadanya dapat mendorong perluasan
lebih lanjut bagi daerah-daerah kota dan industri-industri modern lainnya; (4) The drive
to maturity atau tahap gerak menuju kematangan adalah tahap ketika kegiatan ekonomi
kematangan (maturity) ini dicapai kira-kira setelah 60 tahun dimulainya take off atau 40
tahun setelah berakhirnya take off, dan (5) The age of high mass cosumption atau tahap
konsumsi massa tinggi adalah tahap ketika perkembangan industri lebih ditujukan untuk
perubahan pada : (1) perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial
yang pada mulanya berorientasi kepada suatu daerah menjadi berorientasi ke luar;
yaitu dari menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil; (3) perubahan
yang produktif; dan (4) perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang terjadi
pertumbuhan ekonomi yang sesuai; (2) menciptakan kondisi yang kondusif bagi
sosial, politik dan ekonomi yang mengutamakan rasa hormat dan martabat
lebih luas dari pertumbuhan ekonomi, karena mencakup aspek sosial, budaya,
maupun di negara-negara maju dengan derajat dan jenis persoalan yang berbeda.
peran dan fungsi pertumbuhan ekonomi yang semula dijadikan sebagai tujuan
kemiskinan juga tidak luput dari perdebatan. Sementara itu teori pertumbuhan
daya maupun karateristik wilayah. Semakin luas wilayah suatu negara, maka
semakin besar pula tantangan yang harus dihadapi. Tantangan akan semakin berat
apabila pertumbuhan penduduk di negara tersebut juga relatif tinggi. Kondisi ini
dihadapi oleh Indonesia dan negara-negara sedang berkembang lainnya maupun
Teori Dependensi
Sejarah Lahirnya Teori Dependensi lahir sebagai tanggapan atas gagalnya program
KEPBBAL (Komisi ekonomi PBB untuk Amerika Latin) atau ECLA (United nation Economic
Commission for Latin America) dan merupakan kritik terhadap Marxisme Ortodoks di
negara-negara Amerika latin pada awal tahun 1960- an. Berdasarkan hal itu Teori
ketiga sebagai hubungan yang dipaksakan, eksploitatif dan ketergantungan. Teori ini
ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Pada tahun 1950-an banyak
memberikan suasana yang mendorong pembnagunan politik yang demokratis. Akan tetapi
yang terjadi adalah sebaliknya, ekspansi ekonomi yang amat singkat berubah menjadi
stagnasi ekonomi. Pada awal 1960-an berbagai masalah ekonomi mendasar seperti;
permukaan. Dalam waktu singkat banyak pemerintahan di Amerika Latin diharuskan untuk
pemerintahan yang populis ini. Lebih tragis lagi, diganti pemerintah yang otoriter dengan
dukungan militer.
melebarnya ketimpangan kaya dan miskin. Teori dependensi juga dipengaruhi dan
merupakan jawaban atas krisis Teori Marxis Ortodoks di Amerika Latin. Menurut
pandangan Marxis Ortodoks, Amerika Ltin harus melalui tahapan revolusi industri “Borjuis’
sebelum melalpaui revoluis sosialis proletar. Namun demikian Revolusi RRC 1949 dan
Revolusi Kuba 1950, mengajarkan bahwa negara dunia ketiga tidak harus selalu mengikuti
pada tahapan revolusi sosialis. Teori dependensi ini segera menyebar dengan cepat ke
belahan Amerika Utara pada akhir tahun 1960-an. Andre Gunder Frank adalah orang yang
paling bertanggungjawab terhadap penyebaran awal teori ini pada masyarakat intelektual
internasional. Bahkan di luar Amrika Latin, teori Dependensi ini diidentifikasikan dengan
Frank pada majalah Amerika Monthly Review, tempat Frank sering menulis. Di Amerika
Serikat teori dependensi memperoleh sambutan hangat, karena hal ini terjadi
yang tumbuh dan berkembang subur pada masa revolusi kampus di AS, akibat protes anti
perang, gerakan kebebasan wanita dan gerakan “Ghetto”. Chirot (1981), menggambarkan
tahun 1960-an yang diikuti oleh inflasi kronis, devaluasi US$, dan perasaan kehilangan
kepercayaan diri pada masa awal tahun 1970-an, menyebabkan hilangnya keyakinan
landasan moral Teori Modernisasi. Dalam suasana sejarah tahun 1960-an dengan
paradigma baru untuk memebrikan jawaban atas kegagalan program KEPBBAL, krisis teori