1 PB
1 PB
Abstrak
V. cholerae dapat menyebabkan penyakit diare kolera. Penyakit ini disebabkan oleh
enterotoksin yang dihasilkan oleh V. cholerae. V. cholerae banyak ditemukan pada permukaan
air yang telah terkontaminasi oleh tinja yang mengandung bakteri V. cholerae. Deteksi V.
cholerae dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan metode konvensional
menggunakan uji biokimia, uji serologi, strip test, co-agglutination test, dan dark field test serta
metode molekuler menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Sampel yang digunakan
berasal dari sampel cair (lingkungan sekitar) dan hasil kultur bakteri. Dari seluruh metode yang
dapat digunakan, dapat disimpulkan bahwa metode deteksi bakteri V. cholerae dengan
menggunakan strip test adalah yang paling efektif dan akurat.
Kata Kunci: Vibrio cholerae, strip test, PCR, kultur bakteri
Abstract
V. cholerae can cause cholera diarrhea. The disease is caused by the enterotoxins produced by
V. cholerae. V. cholerae is commonly found on water surfaces that have been contaminated by
stools containing V. cholerae bacteria. Detection of V. cholerae is performed in several ways
such as conventional method using biochemical test, serology test, strip test, co-agglutination
test, and dark field test and also molecular method using polymerase chain reaction (PCR).
The sample used is derived from the liquid sample (surrounding environment) and the result of
bacterial culture. From all the methods that can be used, it can be concluded that the detection
method of bacteria V. cholerae by using strip test is the most effective and accurate method.
Keywords: Vibrio cholerae, strip test, PCR, bacterial culture
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 93
hewan-hewan air yang biasa dikonsumsi yang diisolasi dari sampel klinis dan
manusia. lingkungan memerlukan beberapa hari
Berbagai metode berbasis untuk menyelesaikan dan melibatkan kultur
polymerase chain reaction (PCR) telah dalam air peptone alkali, agar suap empedu
dilaporkan untuk identifikasi spesies asam tiosulfat sitrat, aglutinasi geser dengan
Vibrio. Metode ini mencakup PCR real- antisera spesifik, dan uji untuk produksi
time, microarray dan PCR multiplex. toksin kolera (Singh, et al., 2002).
Namun, dua metode pendeteksian pertama Salah satu metode konvensional
mahal karena persyaratan untuk instrumen yang dapat dilakukan adalah dengan
yang mahal, sedangkan metode PCR menggunakan strip test. Uji ini
multipleks yang mendeteksi target spesies menggunakan metode sandwich
tunggal atau multipel terhitung efektif imunochromtography assay. Strip ini
(Hossain, et al., 2012). menggunakan plastik strip yang dilapisi
Deteksi bakteri patogen secara kertas membran berukuran 5mm X 80 mm.
konvensional terutama didasarkan pada Pada daerah bawah strip tersebut
prosedur budidaya, menggunakan merupakan area spesimen yang dilapisi
enrichment broth yang dilanjutkan dengan dengan antibodi monoklonal yang diberi
isolasi koloni pada media selektif, gold. Area ini digunakan sebagai sistem
identifikasi biokimia dan konfirmasi deteksi. Pada bagian tengah dari membran
patogenisitas. Metode kultur ini selektif strip didesain sebagai zona reaksi antara
untuk menentukan satu jenis patogen. antigen yang terdeteksi dengan tes kontrol.
Teknologi molekuler, yang terutama Sementara pada bagian atas dari strip
didasarkan pada amplifikasi DNA dengan digunakan sebagai pegangan dalam
uji polymerase chain reaction (PCR), dapat melakukan tes. Pada zona reaksi terdapat 2
digunakan untuk melengkapi atau pita, pada pita pertama dilapisi dengan
mengganti pendekatan berbasis budaya dan antibodi V.cholerae dan pada pita kedua
melewati beberapa bias dan keterbatasan dilapisi dengan anti mouse antibody.
intrinsiknya. Deteksi patogen dengan Antibodi V.cholerae pada pita pertama akan
menggunakan PCR dianggap sebagai mengikat site komplek antigen V.cholerae-
metode sensitif untuk diterapkan pada Monoclonal antibody, sedangkan anti
sampel lingkungan dan produk makanan mouse antibody akan mengikat site
(Thompson, et al., 2005). monoclonal antibody, sehingga terbentuk
Metode konvensional yang warna merah muda pada daerah pita (Nato,
digunakan untuk mendeteksi dan et al., 2003).
mengklasifikasikan vibrio penyebab kolera
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 96
SSS (Sucrose Semi Solid), lysine, arginine, ditambahkan 90 bagian nuklease free water.
ornithine, maltose, dan arabinose. PCR mix yang terdiri dari 10x PCR
Uji Serologi amplification buffer (5 μL), 5 mM MgSO4
Teteskan satu tetes antiserum (Kharirie, 2013).
polivalen V. cholerae di gelas objek steril (1,5 μL), 10 mm dNTP mixture (1
lalu oleskan satu ose koloni bakteri hasil μL), Primer forward (1 μL), Primer reverse
biakan pada media TCBS. Olesan dimulai (1 μL), PCR grade water (36 μL), Taq
dari pinggir tetesan antiserum polivalen. polymerase (0,5 μL), dibuat dalam satu tube
Selanjutnya aduk gelas objek dan dilihat dan sesuai kebutuhan. Kontrol negatif
reaksi aglutinasi. dibuat dengan menambahkan air steril
Untuk menentukan serotipenya, sejumlah 4 μL ke dalam 46 μL PCR mix.
lakukan uji aglutinasi dengan menggunakan Tambahkan DNA template sebanyak 4 μL
antiserum monovalen V. cholerae. ke dalam masing-masing PCR tube yang
Antiserum monovalen terdiri dari antiserum telah di aliquot sehingga akan memberikan
Inaba dan Ogawa. volume akhir masing-masing 50 μL.
Dark Field Test Kontrol positif dibuat dengan
Teteskan spesimen pada gelas kaca menambahkan kultur DNA kontrol
yang ditutup dengan gelas kaca lalu dilihat sejumlah 4 μL ke dalam 46 μL PCR mix
di bawah mikroskop lapang gelap. Dapat (Kharirie, 2013).
juga dilakukan perbenihan terlebih dahulu Tube yang telah berisi mix dan
dalam media APW. DNA template dimasukkan ke dalam mesin
Strip Test PCR. Mesin PCR diprogram dengan
Celupkan strip ke dalam spesimen tahapan predenaturasi pada suhu 94℃
lalu tunggu interpretasi hasil selama 5-15 selama 5 menit, denaturasi pada suhu 94℃
menit. selama 1 menit, annealing (pengikatan)
Co-Agglutination Test pada 55℃ selama 1 Menit, extention
Spesimen direaksikan secara (pemanjangan) pada suhu 72℃ selama 1
langsung dengan antibody monoklonal pada Menit, dan elongation (pemanjangan akhir)
sediaan gelas. Dilihat apakah terbentuk pada suhu 72℃ selama 7 menit. Proses PCR
aglutinasi. dilakukan sebanyak 35 siklus (Kharirie,
PCR (Polymerase Chain Reaction) 2013).
Encerkan primer dengan nuclease Elektroforesis
free water dengan perbandingan 10:90. Gel agarosa 2% dibuat terlebih
Sepuluh bagian primer dari tube master dahulu dan selanjutnya disiapkan pada alat
dimasukkan ke dalam tube steril, kemudian elektroforesis. Sampel sebanyak 9 μL yang
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 98
(Mehrabadi, et al., 2012; Theron, et al., mempunyai kandungan bakteri 10-100 sel.
2000). Meskipun metode kultur merupakan
Metode konvensional dengan metode baku, namun metode konvensional
medium kultur merupakan baku emas memiliki kekurangan karena untuk
dalam mendiagnosa penyakit diare yang identifikasinya memerlukan waktu yang
disebabkan oleh infeksi bakteri V. cholerae. lebih lama yaitu 2–3 hari. Metode
Pemeriksaan dengan medium kultur konvensional juga harus dilakukan oleh
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas tenaga laboratorium yang sudah terlatih dan
yang cukup tinggi, akan tetapi proses hal lain yang menjadi kendala adalah
pemeriksaan memerlukan waktu yang umumnya tidak tersedianya fasilitas
cukup lama (Koneman, et al., 1990). laboratorium mikrobiologi pada kasus
Sensitivitas metode tersebut kejadian luar biasa kolera (Priadi & Natalia,
mendekati 100% dan pemeriksaan dapat 2000).
dilakukan terhadap sampel klinis yang
Reaksi biokimia Hasil reaksi
Oksidase +
Pertumbuhan tanpa penambahan NaCl +
KIA ( Kligler Iron Agar ) Alkali / Asam
MIO ( Motility Indole Ornithine ) +++
SSS ( Sucrose Semi Solid ) +
Lysine +
Arginine -
Ornithine +
Maltose +
Arabinose -
Tabel Hasil Uji Biokimia positif V. cholerae
Aglutinasi
Serotipe V. cholerae O1 Antiserum Antiserum
Ogawa Inaba
Ogawa + -
Inaba - +
Hikojima + +
Tabel Hasil Uji Serologi dengan antiserum V. cholerae
Uji lapang gelap merupakan salah bawah mikroskop lapang gelap akan
satu metode konvensional dengan tampak kuman V.cholerae yang
menggunakan mikroskop. Spesimen di menunjukkan gerak yang khas yang disebut
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 100
“darting motility”, terlebih bila jumlah dapat disimpulkan bahwa metode strip test
organisme dalam tinja > 105 /mL. Bakteri merupakan metode yang paling efektif.
akan tampak berhenti, tidak bergerak, bila Metode konvensional lainnya yaitu
ditambahkan antiserum spesifik (Sariadji, et co-agglutination test. Tes ini cepat, mudah
al., 2015). dan dapat dilakukan di lapangan, namun
Metode dark field test memiliki mempunyai keterbatasan. Keterbatasan
sensitivitas hingga 90% dan spesivitas tersebut yakni jumlah minimal bakteri yang
mencapai 96%. Kekurangan metode ini terdapat pada spesimen feses atau rectal
terletak pada kemampuan yang diperlukan swab yang telah dibuat suspensi adalah 106
untuk mengamati bakteri di bawah CFU/mL. Dengan jumlah minimal bakteri
mikroskop. Diperlukan skill lab untuk V.cholerae 106 CFU/mL Uji diagnostik
melakukan metode ini. cepat akan menunjukkan reaksi positif,
Metode selanjutnya adalah metode apabila jumlahnya kurang dari 106
konvensional dengan menggunakan strip CFU/mL maka sampel feses atau rectal
test. Jika spesimen berupa feses yang cair, swab harus dilakukan perbanyakan terlebih
V.cholerae dapat langsung dideteksi dengan dahulu dengan nedium APW (Sariadji, et
6
sensitivitas 10 CFU/mL. Apabila sampel al., 2015).
berupa tipped-cotton swab, V.cholerae Dipstick Kit merupakan salah satu
dapat dideteksi dengan 10 CFU/mL, akan contoh dari metode co-agglutination test.
tetapi harus dilakukan perbanyakan bakteri Dipstick Kit memiliki antibodi monoklonal
terlebih dahulu dengan menggunakan yang spesifik untuk V.Cololerae (VC) O1
medium alkalis pepton water dan diinkubasi dan O139 lipopolisakarida (LPS) dan
selama 4 – 6 jam. Hasil dengan menggunakan imunokromatografi aliran
terbentuknya 2 pita merah muda vertikal. Deteksi LPS kit adalah 10 ng / ml
menunjukkan hasil positif V.cholerae dan untuk VC O1 dan 50 ng / l untuk VC 0139
bila terbentuk satu pita menunjukkan hasil (George, et al., 2014).
yang negative (Sariadji, et al., 2015). Metode ini memiliki sensitifitas 97
Metode ini memiliki sensitivitas % dan spesifitasnya mencapai 99%. Metode
hingga 94 – 100% dan spesivitasnya 84 – ini merupakan metode alternatif terbaik
100% . Metode ini mudah dilakukan bagi apabila uji dengan strip test tidak dapat
seluruh kalangan masyarakat sehingga tidak dilakukan.
diperlukan lab skill untuk melakukan Metode selanjutnya dalam deteksi
deteksi menggunakan metode ini. Dengan V. cholerae adalah deteksi bakteri dengan
spesivisitas dan sensitivitas metode ini, amplifikasi DNA menggunakan
Polymerase Chain Reaction (PCR).
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 101
murah atau tidak memerlukan biaya banyak Metode ini dapat menunjukan
daripada metode PCR. keberadaan bakteri V. cholerae yang tidak
Metode lain yang digunakan untuk dapat dideteksi dengan metode
deteksi bakteri V. cholerae adalah PCR konvensional.
multipleks. Metode selanjutnya yang digunakan
PCR multipleks adalah teknik untuk mendeteksi keberadaan V. cholerae
biologi molekuler yang terkenal untuk dalam specimen kotoran adalah Dipstick
memperbanyak beberapa target dalam Kit.
percobaan PCR tunggal. Dalam uji Untuk deteksi bakteri V. cholerae
multiplexing, lebih dari satu urutan target pada sampel biologi, alat diagnostik yang
dapat diamplifikasi dengan menggunakan akurat untuk kolera sangat dibutuhkan
beberapa pasangan primer dalam campuran untuk surveilans kolera di daerah epidemi
reaksi (Mehrabadi, et al., 2012). dan endemik. Namun teknik seperti kultur
Metode ini mampu mendeteksi V. bakteri biasanya tidak layak di setting
cholerae dalam sumber air dan makanan sumber daya rendah.
dalam waktu yang singkat. Berdasarkan Dari hasil tersebut dapat
hasil penelitian dan studi sebelumnya, disimpulkan jika metode paling akurat,
metode PCR multipleks merupakan sensitif, dan efektif adalah metode
pendekatan paling ideal untuk deteksi cepat identifikasi menggunakan polymerase
bakteri dalam jumlah kecil. chain reaction (PCR).
Metode lainnya yang dapat SIMPULAN
digunakan untuk deteksi bakteri V. cholerae Uji strip test menggunakan metode
adalah Direct immunofluorescence of sandwich imunochromtography assay
Vibrio cholerae O1 (DFA-DVC). Metode merupaakan metode deteksi bakteri Vibrio
ini merupakan metode presumtif atau cholerae yang paling efektif dibanding
pendugaan keberadaan bakteri V. cholerae metode yang lain dengan sensitivitas hingga
(Autlet, et al., 2007). 94 – 100% dan spesivitasnya 84 – 100% .
SARAN
Deteksi bakteri V. cholerae dengan
menggunakan strip test merupakan metode
yang paing cepat dan akurat. Namun
pengembangan metode deteksi bakteri
Vibrio cholerae yang cepat dan akurat baik
Gambar deteksi V. cholerae dengan direct
secara konvensional maupun instrumental
immunofluorescence
Farmaka
Suplemen Volume 15 Nomor 1 103