Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM

SEKOLAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SD

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Mahrita, M. Pd.

Disusun Oleh :
4A PGSD
Kelompok 7

EKA MAULIDINA RIYANTI : 1810125220032


RIZMATUNNISA FITRI : 1810125220033
NURUL FADILLAH : 1810125320039
ROSIDAH : 1810125320053

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR


BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, adapun
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SD ” yang berjudul
“PENGEMBANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KURIKULUM
SEKOLAH”.

Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan,

sampai penulisan kami mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari

banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami

ucapkan terima kasih terutama kepada dosen pengampu mata kuliah

“PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SD ” yakni Ibu Dr. Hj. Mahrita, M. Pd.

yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari

bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari ibu untuk perbaikan

dimasa yang akan datang, dan kami juga berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi teman-teman. Demikian kata pengantar kami sampaikan atas

perhatian ibu dan pembaca sekalian penulis ucapkan terimakasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, 14 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Peran Pengembang Kurikulum Sekolah.................................................................2
B. Tujuan Pengembangan Kurikulum.........................................................................6
C. Strategi Pengembangan Kurikulum........................................................................9
D. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah............................13
BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan..........................................................................................................15
B. Saran....................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, di
dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi. Kurikulum
sesungguhnya ialah apa yang terjadi di kelas dalam interaksi siswa dengan
guru, siswa dengan lingkungan dan lainnya. Di dalam kelas, kurikulum adalah
benda hidup yang dinamis. Bukan sekedar kumpulan dokumen cetak belaka.
Guru harus menerjemahkan kurikulum itu dalam bentuk interaksi hidup antara
guru dan siswa. Untuk melaksanakan kurikulum itu dan juga dalam usaha
untuk mengubahnya agar sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak
dalam masyarakat tertentu diperlukan berbagai unsure yang setiap hari terlibat
dalam kurikulum yakni guru, murid, kepala sekolah dan pengawas sekolah
dari Dinas Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran pengembang kurikulum sekolah?
2. Bagaimana tujuan pengembang kurikulum?
3. Bagaimana strategi pengembang kurikulum?
4. Bagaimana langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum sekolah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peran pengembang kurikulum sekolah.
2. Untuk mengetahui tujuan pengembang kurikulum.
3. Utntuk mengetahui strategi pengembang kurikulum.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum
sekolah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Pengembang Kurikulum Sekolah


Pengembangan kurikulum sekolah dapat dibagi ke dalam dua
kelompok, yaitu kelompok intern (dari dalam) sekolah dan kelompok ekstern
(dari luar) sekolah. Kontribusi dari pihak luar biasanya bersifat umum.
Sekolahlah yang harus menerjemahkan dalam kegiatan yang lebih spesifik dan
operasional. Berikut peran kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan siswa.
1) Peran Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah.
Padanyalah kebijakan dan keputusan mengenai berbagai hal. Secara
umum, peran dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut.
Pertama peran sebagai manajer. Sebagai manajer kepala sekolah
bertanggung jawab atas manajemen sekolah. Kepala sekolah
mengkoordinasikan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan segenap usaha pencapaian
tujuan pendidikan. Dalam aspek perencanaan, kepala sekolah merupakan
pelaku yang selalu terlibat bahkan sering menjadi tumpuan dalam kegiatan
perencanaan dan pengembangan kurikulum, mulai dari konsep hingga hal-
hal yang lebih teknis. Dalam aspek pengorganisasian, kepala sekolah
mengorganisasikan unsur-unsur, baik unsur manusia maupun unsur
nonmanusia. Dalam aspek pelaksanaan, kepala sekolah juga sebagai
pelaksana lapangan. Ia adalah orang yang mengkoordinasikan
pengembangan kurikulum sekaligus menerapkan kurikulum. Kepala
sekolah mengemban tugas memimpin. Dalam hal ini kepala sekolah
mengarahkan dan member komando. Hal yang mendasar di sini adalah
kepala sekolah harus berperan sebagai penanggung jawab atas
pengembangan kurikulum sekolah.
Kedua, peran sebagai innovator. Sebagai tokoh penting di sekolah,
kepala sekolah harus mampu melahirkan ide-ide yang kreatif.

2
Pengembangan kurikulum seringkali bermula dari gagasan kepala sekolah
yang berupa dorongan-dorongan untuk memajukan sekolah yang akan
menghadirkan inspirasi dan ide pembaharuan,sehingga program sekolah
(kurikulum) yang dijalankan senantiasa aktual/mutakhir.
Ketiga peran sebagai fasilitator. Dalam pengembangan kurikulum,
pelaksanaan teknis pengembangan biasanya tidak langsung oleh kepala
sekolah, melainkan oleh tim khusus yang ditunjuk. Namun demikian,
kepala sekolah terus melakukan komunikasi dengan tim itu dan
memfasilitasinya untuk mengatasi berbagai persoalan yang muncul.
2) Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah
Guru merupakan tokoh sentral dalam penyelenggaraan layanan
pendidikan sekolah. Gurulah pemeran utama aktivitas sekolah (pendidikan
dan pembelajaran). Karena itu, tugas guru merupakan profesi yang
menuntut keahlian. Bukan sekedar tukang mengajar, guru harus paham
mengenai apa yang disampaikan. Tugas guru sehari-hari terkait dengan
pelaksanaan kurikulum di sekolah, maka peran guru dalam pengembangan
kurikulum sekolah di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, guru sebagai pemberi pertimbangan. Keputusan mengenai
kurikulum sekolah secara institusional terletak pada tangan kepala sekolah.
Dalam konteks ini guru adalah pemberi pertimbangan dalam
pengembangan kurikulum sekolah. Sebagai seorang yang professional,
guru memilii keahlian dibidangnya, termasuk dalam kurikulum
pendidikan. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan kurikulum,
guru perlu memiliki gagasan/ ide kratif untuk mewujudkan harapan-
harapan dari berbagai pihak yang brerkepentingan dengan sekolah.
Kedua, guru sebagai pelaksana pengembang kurikulum sekolah.
Konsep ini dapat ditarik kedalam dua konteks. Kesatu, guru sebagai
pelaksana proses pengembangan kurikulum sekolah terlibat sebagai tim
yang ditunjuk untuk “membuat” kurikulum sekolah. Disini, guru harus
mampu berpikir luan dan komprehensif, bahkan menjangkau masuk ke
ruang masa depan. Bersama tim, guru berpikir secara keseluruhan
mengenai kurikulum dan segenap potensi yang dimilki sekolah. Kedua,

3
guru sebagai pelaksana kurikulum yang dikembangkan sekolah. Peran ini
berkaitan dengan tugas pokok guru sebagai pengampu proses
pembelajaran mata pelajaran tertentu. Disini, guur menjabarkan kurikulum
sekolah menjadi bentuk-bentuk program yang lebih rinci (silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran) sampai dengan dalam bentuk kegiatan
pembelajaran.
3) Peran Komite Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah
Komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan
baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur
pendidikan luar sekolah. Penamaan komite juga disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing satuan pendidikan.
Pembentukan komite skolah bertujuan: (1) mewadahi dan
menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan operasional dan program pendidik sekolah, (2) meningkatkan
tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan,
serta (3) menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan sekolah
yang berkualitas.
Bertolak dari tujuan tersebut, komite sekolah memiliki peran
sebagai berikut.
1. Advisory agency, yaitu pemberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan sekolah.
2. Suporting agency, yaitu pendukung baik yang berwujud financial,
pemikiran, maupun tenaga, dalam penyelenggaraan pendidikan
sekolah.
3. Controlling agency, yaitu pengontrol dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan sekolah.
4. Mediate agency, yaitu mediator antara pemerintah dan masyarakat.
Peran komite sekolah dalam pengembangan kurikulum tidak
terlepas dari keempat peran tersebut. Keempat peran itu saling terkait satu

4
sama lain dan berlangsung secara simultan. Sebagai advisory agency,
komite sekolah dapat memberikan atau menyampaikan gagasan, usulan-
usulan, atau pertimbangan-pertimbangan untuk peyempurnaan kurikulum
yang ada menuju kurikulum sekolah yang lebih baik. Dalam peran
advisory agency ini pulalah komite sekolah terlibat dalam pengesahan
kurikulum sekolah.
Peran berikutnya, yaitu supporting agency. Pengembangan
kurikulum berkait dengan banyak persoalan, baik yang trekait secara
langsung maupun tidak. Dalam kaitannya dengan hal ini, dukungan komite
sekolah dapat berwujud financial, pemikiran, maupun tenaga.
Sebagai controlling agency, komite sekolah melakukan control atas
penyelenggaraan program pendidikan. Transparansi dan akuntabelitas
penyelenggaraan dan hasil pendidikan sekolah harus diwujudkan. Karena
masyarakat adalah pengguna jasa pendidikan dan melalui konsep
supporting agency menjadi terlibat aktif, maka kepada masyarakat pulalah
harus dibuka kesempatan untuk melakukan kontrol.
Dalam konteks pengembangan kurikulum, peran kontrol komite
sekolah ini bisa pula diarahkan pada pengawasan, misalnya apakah proses
pengembangan yang ditempuh sudah memenuhi norma/ketentuan
sebagaimana seharusnya, apakah pengembangan kurikulum telah
memperhatikan dan melibatkan pihak-pihak yang terkait, apakah sudah
terukur untuk kemajuan anak dan sebagainya. Peran ini harus dapat
diterapkan agar pengembangan kurikulum benar-benar komprehensif.
Sebagai mediate agency, komite sekolah bertindak sebagai
mediator antara pemerintah sekolah dan masyarakat. Pada akhirnya
dengan bersinerginya kepala sekolah, guru, dan komite sekolah dalam
pengembangan kurikulum, hal itu akan menjadikan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah lebih dinamis dan semakin besar peluangnya untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan sekolah tidak semata-mata
bermanfaat bagi pencapaian tujuan belajar anak didik, melainkan juga
bermanfaat untuk memupuk dan menyuburkan nilai kebersamaan dan

5
tanggung jawab bersama bagi kemajuan bangsa melalui peningkatan
kualits pendidikan sekolah.
4) Peran Siswa dalam Pengembangan Kurikulum
Pada umumnya siswa kurang dipertimbangkan dalam
pengembangan kurikulum karena memang mereka belum mempunyai
kompetensi dalam bidang itu. Namu pada tingkat kegiatan keals, bila guru
bertanya, bagaimana pendapatnya tentang pelajaran, apa yang ingin
dipelajarinya dengan suatu topik, atau bila guru mengajak siswa turut serta
dalam perencanaan suatu kegiatan belajar, pada pokoknya mereka sudah
dilibatkan dalam kurikulum. Di sekolah progresif kepada murid diberikan
peranan yang lebih besar lagi tentang apa yang mereka harapkan dari
pelajaran. Partisipasi murid sama sekali tidak berarti bahwa keinginan
mereka harus selalu dituruti akan tetapi pandangan mereka dapat
dimanfaatkan, sekalipun keputusan berada di tangan guru. Memaksakan
kurikulum yang tidak mereka sukai, yang tidak disesuaikan dengan
kebutuhan mereka, akan menimbulkan rasa benci bahkan protes, sekalipun
tersembunyi, terhadap pelajaran dan sekolah yang mereka nyatakan dalam
perbuatan yang diinginkan.

B. Tujuan Pengembangan Kurikulum


Pendidikan adalah aktivitas yang dilakukan dengan tujuan tertentu
yang ingin dicapai, sehingga pendidikan dilakukan dengan suatu perencanaan
yang matang. Aktivitas yang menyimpang dari pencapaian tujuan tersebut
sedapat mungkin dicegah karena akan kontra produktif dengan tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan itu sendiri memiliki dua fungsi, memberi arah
dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Dalam bahasa Inggris, istilah tujuan terdapat dalam beberapa kata,
yaitu: aims, purposes, goals, dan objectives. The Oxford English Dictionary
mengartikan aims sebagai perbuatan yang menentukan cara berkenaan
dengan tujuan yang diharapkan. Goals adalah tujuan yang ditargetkan dengan
pengerahan upaya yang sungguh-sungguh. Objectives adalah tujuan
pengantar ke tujuan umum. Jelasnya, aims adalah tujuan umum, sedangkan

6
objectives merupakan tujuan khusus. Purposes adalah sinonim bagi ketiga
istilah di atas. The Oxford English Dictionary mendefinisikan purposes
dengan “salah satu ketentuan berkenaan dengan hal-hal yang akan dilakukan
atau yang akan dicapai”. Tujuan dalam perspektif pendidikan adalah. segala
sesuatu target-target yang ditetapkan untuk dicapai melalui aktivitas
pendidikan.
Arah dan hasil yang ingin dicapai akan dirumuskan dalam tujuan yang
telah disepakati. Tujuan akan membimbing dan mengarahkan setiap langkah
dan tindakan agar selalu berada dalam alur yang benar dan tidak
menyimpang, maka di samping sebagai penentu arah, tujuan juga berperan
sebagai pengawasan dan pengontrolan aktivitas dalam pendidikan. Pada
ketiga jenis istilah ini tidak memperlihatkan perbedaan yang substansi karena
tetap merupakan konsep tujuan akan tetapi hanya perbedaannya pada
levelisasi dan kepentingannya.
Tujuan adalah segala sesuatu yang dicapai. Segala sesuatu ini dapat
berupa benda kongkrit baik yang berupa barang maupun tempat, atau dapat
juga berupa hal-hal yang sifatnya abstrak, misalnya cita-cita yang mungkin
berupa kedudukan atau pangkat/jabatan maupun sifatsifat luhur. Dengan kata
lain tujuan dapat berupa hal-hal sederhana dapat pula berupa hal-hal yang
kompleks. Sedangkan cara menyampaikannya ada berbagai macam. Ada
yang hanya dengan kegiatan fisik, dan ada juga dengan cara membuat
rencana terlebih dahulu, diprogram, mencari dana baru mengerahkan tenaga
baik fisik maupun psikis.
Dalam bahasa Arab, istilah tujuan memakai kata ghāyah, ahdāf, dan
maqāshid. Istilah-istilah ini bila diamati secara mendalam, semakna dengan
istilah yang dipakai dalam bahasa Inggris. Dengan demikian, tujuan
pendidikan Islam adalah sasaran aktivitas pendidikan Islam yang dilakukan
secara sistematis dan terprogram.
Tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan tujuantujuan
spesifik (objectives), kegiatan belajar, implementasi kurikulum, evaluasi
untuk medapatkan balikan (feedback). Sebagai contoh, menurut Komite
Pengembangan kurikulum Amerika Serikat, terdapat sepuluh tujuan umum

7
(goals), yaitu keterampilan dasar (Basic skills), konseptualisasi diri,
pemahaman terhadap orang lain, penggunaan pengetahuan yang telah
terkumpul untuk menginterpretasikan dunia (lingkungan kehidupan), belajar
berkelanjutan, kesehatan mental dan fisik, partisipasi dalam dunia ekonomi,
produksi, dan konsumsi, warga masyarakat yang bertanggungjawab,
kreativitas, dan kesiapan menghadapi perubahan (coping with change).
Aims adalah pernyataan tujuan kurikulum pada level tingkat nasional,
sehingga dinyatakan sebagai tujuan kurikulum dari tujuan pendidikan
nasional. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kurikulum dari tujuan pendidikan
nasional merupakan sebuah pernyataan yang mendeskripsikan sebuah
harapan hidup yang meliputi beberapa bagan nilai yang diambil secara
sengaja maupun tidak dari bagian ilmu filsafat.
Menurut Oemar Hamalik, tujuan yang masih bersifat umum tersebut
harus diuraikan lagi ke dalam subtujuan (subgoals) yang lebih operasional.
Untuk itu, pengembangan kurikulum di Indonesia tidak dapat juga
terlepas dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam
Undang-undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003
(UU Sisdiknas) pasal (3), yang menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis secara bertanggung jawab.
Tujuan pengembangan kurikulum juga harus memperhatikan tujuan
institusional (tujuan lembaga/satuan pendidikan), tujuan kurikuler (tujuan
bidang studi), dan tujuan instruksional (tujuan pembelajaran). Semuanya
perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan kurikulum. Di sisi lain dapat
ditegaskan bahwa tujuan pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari
tujuan pendidikan itu sendiri, sebab kurikulum merupakan ujung tombak
ideal dari visi, misi dan tujuan pendidikan sebuah bangsa.

8
Secara makro, jika di lihat dari beberapa landasan pengembangan
kurikulum pada dasarnya tujuan pengembangan kurikulum mengacu kepada
paradigma pergeseran filsafat pendidikan, perubahan dan pergeseran sosial
dan pengembangan pengetahuan seperti pengembangan sains dan teknologi.
Dapat juga dikatakan bahwa pengembangan kurikulum bertujuan untuk
menyikapi persoalan sosial yang datang seiring perputaran waktu. (Bahri,
2011)
Dalam strategi pengembangan kurikulum terdapat prinsip pengembangan
kurikulum.Yang dimaksud dengan prinsip di sini ialah asas yang dijadikan
pokok/dasar berpikir dan bertindak dalam mengembangkan sebuah
kurikulum.adapun prinsip pengembangan kurikulum adalah:
1. Peningkatan keimanan, budi pekerti, dan penghayatan nilai-nilau budaya.
2. Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika.
3. Penguatan integritas.
4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi.
5. Pengembangan kecakapan hidup.
6. Pilar pendidikan.
7. Komprehensif dan berkesinabungan.
8. Belajar sepanjang hayat.
9. Diversifikasi pengembangan kurikulum.

C. Strategi Pengembangan Kurikulum


1. Mengubah sistem penndidikan
Mengubah selururh sistem pendidikan hanya dapat dilakukan oleh
pemerintah pusat, yakni Depdiknas yang mempunyai wewenang penuh
untuk megadakan perubahan kurikulum secara total. Di samping itu,
pemerintah pusat pun memiliki sumber daya personalia yang profesional
dan sumber daya lainnya untuk merencanakan perubahan kurikulum itu
sebaik₋baiknya.
Perubahan ini meyeluruh dan dijalankan secara seragam diseluruh
Negara.Usaha besar₋besaran ini hanya dapat dikordinasikan oleh
pemerintah pusat dengan menjelaskan kebijaksanaan, petunjuk

9
pelaksanaan, dan buku pedoman.strategi ini sangat ekonomis dari segi
waktu maupun tenaga bila perubahan kurikulum itu dilakukan secara
seragam dan menyeluruh.
Pendekatan perubahan kurikulum ini memiliki sejumlah
kelemahan. Para pakar kurikulum yang dilibatkan biasanya kurang
mencerminkanketerwakilan pemikiran dan keahlian para pakar yang
tersebar diseluruh Negara. Cara ini pun cenderung birokratis, sehingga
terkesan meyusun kurikulum “di belakang meja tulis” oleh tokoh₋tokoh
yang tidak atau kurang menceburkan diri dalam praktek sekolah yang
sebenarnya. Bila semua perubahan kurikulum hanya datang dari
pemerintah pusat, dalam jangka panjang akan mengekang dan membatasi
kreativitas para guru dalam mengembangkan kurikulum. Bagi para guru,
perbaikan atau perubahan kurikulum kerap hanya berperan sebagai
penerima kebijakan orang₋orang yang secara resmi diberi status sebagai
pemimpin urusan kurikulum.
2. Mengubah kurikulum tingkat lokal
Kurikulum yang nyata, yang riil, hanya terdapat ditempat guru dan
murid berada, yakni disekolah atau dalam kelas.Di sinilah masalah
kurikulum yang sesungguhnya berada.Dala kelas kurikulum mejadi
hidup, bukan hanya secarik kertas. Dalam meghadapi anak degan segala
macam karakteristiknya, setiap guru akan meghadapi masalah yang tidak
selalu dapat diperkirakan sebelumnya. Guru harus mengadakan
penyesuaian. Oleh karena itu, batapa pun ketat dan rincinya sebuah
kurikulum, guru selalu mendapat kesempatan untuk mencobakan pikiran
dan kreavitasnya. Kelaslah yang menjadi garis depan serta basis
perubahan dan pengembangan kurikulum.
Dalam bawah pimpinan kepala sekolah dapat diadakan rapat
seluruh staf, setiap tinkatan.Atau setiap bidang studi.Rapat₋rapat
megenai pengembangan kurikulum sebaiknya dilakukan secara kontinu.
Pengembangan yang sesungguhnya akan terjadi bila guru sendiri
meyadari kekurangannya, baik karena pemikirannya sendiri, interaksi
dengan siswa, maupun diskusi dengan teman guru lainnya. Usaha

10
pengembangan yang dijalankan oleh guru₋guru memerlukan koordinasi
kepala sekolah.
Perubahan kurikulum di sekolah tidak berarti bahwa sekolah itu
menyendiri dan melepaskan diri dari kurikulum resmi. Sekolah itu tetap
bergerak dalam kerangka kurikulum resmi yang berlaku., akan tetapi
sekolah berusaha menyesuaikan dan mengaitkannya dengan kebutuhan
anak dan lingkungan. Kurikulum seperti ini ada yang menyebur sebagai
“kurikulum plus”. Kurikulum resmi hanya memberikan kurikulum
minimal yang diharapkan harus dicapai oleh segenap siswa di seluruh
Indonesia. Sama sekali tidak dilarang memberi bahan yang lebih
medalam dan luas bagi anak₋anak yang bebakat. Adanya perbedaan
antara apa yang di ajarkan di suatu sekolah tidak perlu mempersulit anak
pindah sekolah, selama sekolah itu megajarkan konsep₋konsep dan
prinsip₋prinsip atau struktur ilmu, sedangkan isinya secara detail tidak
esensial.
3. Memberikan pendidikan in₋service dan pengembangan staf
Kurikulum sekolah akan megalai pengembangan jika mutu guru
ditingkatkan. In₋service training di anggap lebih formal, dengan rencana
yang lebih ketat, dan diselenggarakan atas intruksi pihak atasan.
Pengembangan staf lebih baik tidak formal, sehingga lebih bebas dan
sesuai degan kebutuhan guru. Guru dengan menerapkan apa yang sudah
diperolehnya dalam pendidikan in₋service atau kegiatan pengembangan
staf lainnya, misalnya dapat disuruhmengobservasi dan menilai dirinnya
dalam mengajar dengan melihat rekaman kegiatan megajar yang ia
lakukan.
4. Supervise
Dahulu penilik sekolah mengunjungi sekolah untuk megadakan
inspeksi dan memberi penilaian terhadap guru dan
sekolah.Kedatangannya dipandang sebagai hari mendung penuh rasa
takut yang dihadapi guru dengan segala macam tipu muslihat.Kini
pengetian suvervisi sudah berubah.Tujuannya ialah membantu guru
mengadakan pengembangan dalam pembelajaran.Supervisi adalah

11
memberi pelayanan kepada guru agar dapat melakukan pembelajaran
lebih efektif. Bila dirasa perlu, pemilik sekolah dapat memberikan
demonstrasi bagaimana melaksanakan suatu metode baru. Seorang
penilik sekolah harus senantiasa mempelajari perkembangan kurikulum
dan metode megajar modern serta dapat pula menerapkannya.Dialah
sebenarnya yang mejadi hulubalang dala modernisasi pendidikan.
5. Reorganisasi sekolah
Reorganisasi di adakan bila sekolah itu ingin merombak seluruh
cara mendidik disekolah itu dengan menerima cara yang sama sekali
baru. Hal ini antara lain dapat terjadi bila sekolah itu dengan menerima
cara yang sama sekali baru. Hal ini antara lain dapat terjadi bila sekolah
itu akan menerapkan misalnya team teaching, non₋grading, metode unit,
open school, yang memerlukan perubahan pada semua aspek pengajaran,
seperti bentuk ruangan, fasilitas, penjadwalan, tugas guru, kegiatan
siswa, administrasi, dan sebagainya. Hal serupa ini akan jarang terdapat
di Negara kita dewasa ini, kecuali bila di adakan eksperimen dengan
metode baru, misalnya pengajaran modul.
6. Eksperimetasi dan penelitian
Negara kita tidak tertutup bagi macam₋macam pembaruan dala
pendidikan. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuka
pendidikan kita terhadap pengaruh dari negara₋negara lain di dunia ini.
Ciri kemajuan ialah perubahan dan perbaikan.Penelitian atau riset
pendidikan belum cukup banyak dilakukan di Negara kita.Hasil
penelitian pun tidak langsung dapat diterapkan.Diperlukan waktu yang
cukup sebelum hasil penelitian itu dapat diterima oleh khalayak luas.
Yang lebih mungkin dilaksanakan ialah eksperimentasi, yakni
mencobakan metode atau bahan baru.Pada dasarnya setiap kurikulum
baru harus diujicobakan lebih dahulu sebelum disebarkan kesemua
sekolah. Pembaruan kurikulum tanpa uji coba terlebih dahulu sangatlah
beresiko, karena dapat meghamburkan biaya dan tenaga, tanpa jaminan
bahwa pembaruan itu akan membawa perbaikan.

12
Percobaan metode baru dilakukan secara berkala, antara lain
sekolah pembangunan yang kemudian menjadi PPSI cukup dikenal.
Sayang tidak berlanjut. Demikian pula CBSA dan “muatan lokal” serta
yang lainnya diujicobakan. Meskipun dalam skala kecil dan tidak
sistematis, sebenarnya setiap guru pernah melakukan eksperimen untuk
megatasi kesulitan atau persoalan yang dihadapinya. Misalnya, ketika
ada murid yang suka rebut dalam kelas, guru menempatkannya di bangku
paling depan, degan hipnotis bahwa dengan pengawasan yang lebih ketat
murid itu akan berubah kelakuannya. Ada guru yang meganjurkan anak
yang ketinggalan agar belajar bersama dengan murid yang pandai, atau
guru memberi tanggung jawab tertentu kepada murid yang nakal.

D. Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah


Agar usaha pengembangan kurikulum disekolah dapat berghasil baik,
maka perlu diperhatikan langkah-langkah pengembangan kurikulum
disekolah. Langkah-langkah itu mencakup melakukan penilaian umum
tentang sekolah, seperti: dalam hal apa sekolah itu lebih baik atau rendah
mutunya dari pada sekolah lain; kesenjangan apa yang terjadi antara
kenyataan dengan apa yang diharapkan berbagai pihak; serta sumber-
sumber apa yang tersedia atau tidak tersedia. Kalau kita rinci dapat kita
sajikan sebagai berikut.
1. Selidiki berbagai kebutuhan sekolah, antara lain kebutuhan siswa,
kebutuhan guru, dan kebutuhan akan perubahan dan perbaikan.
2. Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya, yang timbul
berdasarkan studi tentang berbagai kebutuhan yang tersebut di atas, lalu
memilih salah satu yang dianggap paling mendesak.
3. Mengajukan saran perbaikan yang dapat di diskusikan bersama, apakah
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, menilai maknanya bagi
pengembangan sekolah dan menjelaskan makna serta implikasinya.
4. Menyiapkankan desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara
mengevaluasi, menentukaan bahan pelajaran, metode penyimpanan,
percobaan, penilaian, bailikan, perbaikan, pelaksanaan dan seterusnya.

13
5. Memilih anggota panitia, sedapat mungkin sesuai dengan kompetensi
masing-masing.
6. Mengawasi pekerjaan panitia, biasanya oleh kepala sekolah.
7. Melaksanakan hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas. Karena
pekerjaan ini tidak mudah, kepala sekolah hendaknya senantiasa
menunjukkan penghargaannya terhadap pekerjaan semua pihak yang
terlibat dala usaha pengembangan kurikulum.
8. Menerapkan cara-cara evaluasi, apakah yang direncanakan itu dapa
direalisasikan karena apa yang indah di atas kertas belum tentu dapat
diwujudkan.
9. Memantapkan perbaikan, bila ternyata usaha itu berhasil baik dan
dijadikan pedoman selanjutnya.
Pada taraf permulaaan hendaknya diambil suatu proyek yang sederhana,
yang memungkinkan untuk dapat dilaksanakan dengan baik.
Ketidakberhasilan akan menimbulkan kekecewaan dan keengganan untuk
mengadakan pengembangan di masa mendatang.perlu pula memilih orang
yang benar-benar memiliki motivasi untuk mengadakan pengembangan dan
mempunyai kompetensi yang memadai. Perlu pula ditentukan batas waktu
perencanaan dan pelaksanaan proyek ini. Pengembangan kurikulum yan
fundamental yang memakan waktu lama sebelum membudaya., kadang-
kadang 2 sampai 5 tahun, bergantung pada luas pengembangan yang akan
diadakan. Jadi, jangan didesak melakukannya dengan tergesa-gesa. Ada
pengembangan kurikulum fundamental yang memakan waktu puluhan
tahun.Sering kurikulum yang dijalankan masih mirip dengan kurikulum
yang terdapat pada puluhan bahkan ratusan tahun yang silam. Perubahan
kurikulum senantiasa melibatkan perubahan manusia yang
mmelaksanakannya. Agar kurikulum berubah, maka guru sendiri harus
berubah dan di dorong untuk berubah.
Untuk keperluan pengembangan kurikulum ini, anda harus banyak
membaca tentang model pengembangan kurikulum serta pendekatannya.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peran pengembangan kurikulum sekolah dapat dibagi kedalam dua
kelompok, yaitu kelompok intren (dari dalam) sekolah dan kelompok
ekstren (dari luar) sekolah.Yang meliputi peran sekolah, guru, komite
sekolah, dan siswa.
Tujuan adalah segala sesuatu yang dicapai.Segala sesuatu ini dapat
berupa benda konkrit baik yang berupa barang maupun tempat, atau dapat
juga berupa hal-hal yang sifatnya abstrak, misalnya cita-cita yang mungkin
berupa kedudukan atau pangkat/jabatan maupun sifat-sifat luhur. Dengan
kata lain tujuan dapat berupa hal-hal sederhanan dapat pula berupa hal-hal
yang kompleks. Tujuan berfungsi sebagai pedoman bagi pengembangan
tujuan spesifik (objective), kegiatan belajar, implementasi kurikulum,
evaluasi untuk mendapat balikan (feedback).
Dalam strategi pengembangan kurikulum terdapat prinsip
pengembangan kurikulum.Yang dimaksud dengan prinsip di sini ialah asas
yang dijadikan pokok/dasar berpikir dan bertindak dalam mengembangkan
sebuah kurikulum.adapun strategi pengembangan kurikulum meliputi:
Mengubah sistem penndidikan, mengubah kurikulum tingkat local,
memberikan pendidikan in-service dan pengembangan staf, supervise,
reorganisasi sekolah, eksperimentasi dan penelitian.Agar usaha
pengembangan kurikulum disekolah dapat berghasil baik, maka perlu
diperhatikan langkah-langkah pengembangan kurikulum
disekolah.Langkah-langkah itu mencakup melakukan penilaian umum
tentang sekolah.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat


menambah wawasan kita semua dengan membacanya, juga kita dapat
mengambil ilmu dan pelaajaran yang terkandung di dalam isi makalah ini,
dan dengan membaca makalah ini kita dapat menambah lagi pengetahuan-

15
pengetahuan kita mengenaipengembangan dan strategi pengembangan
kurikulum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bahri, S. (2011). Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya. jurnal ilmiah


ISLAM FUTURA , 28-32.

Chamisijatin, Lise dkk. 2009. Pengembangan Kurikulum SD 3 SKS. (): Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 2009.

Prawijaya, Wisnu. 2015. Model-model Pengembangan Kurikulum.


http://wisnucorner.blogs.uny.ac.id (diakses 14 Februari 2020)

Sujinah. 2012. Model Pengembangan Kurikulum Siswa Cerdas Istimewa


Pelajaran Bahasa Indonesia.
https://www.researchgate.net/publication/326031278 (diakses 14 Februari
2020)

17

Anda mungkin juga menyukai