Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Organisasi Kurikulum
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum Di SD
Dosen Pengampu :
Dr.Hj. Mahrita

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas 4a PGSD

Aulia Hafidhah 1810125120008


Gusrina Dewi 1810125220023
Khairullah 1810125310046
Wa’apini 1810125320047

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Organisasi
Kurikulum” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas perkuliahan Pengembangan Kurikulum di SD dan
menjelaskan kepada para pembaca agar mengetahui lebih jelas.
Terselesainya makalah ini  tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moral, material maupun
informasi yang diperlukan guna kelengkapan makalah ini. Untuk itu melalui
kesempatan ini ijinkan kami mengucapakan terima kasih kepada yang terhormat :
Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum di SD yang telah
memberikan motivasi serta bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.

Banjarmasin,17 Februari 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Organisasi Kurikulum.................................................................3
B. Struktur Horizontal.......................................................................................3
C. Struktur Vertikal.........................................................................................16
D. Strategi Pelaksanaan Kurikulum.................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anda tentu telah memahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu
yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah
kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan
dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses
pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian
yang perlu dilakukan, dsb.
Salah satu hal yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu
sendiri. Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa
kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada
murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Menurut Nasution (1982:135), organisasi
kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan kepada murid-murid. Struktur program dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal
berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun
dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan system
pelaksanaan kurikulum di sekolah.
Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan
memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar,
tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid
dalam rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum
mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model
kurikulum yang dianutnya. pelajaran yang satu, dibahas pula pada mata
pelajaran yang lain.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Kurikulum?
2. Bagaimana Struktur Horizontal dalam Organisasi Kurikulum?
3. Bagaimana Struktur Vertikal dalam Organisasi Kurikulum?

1
4. Bagaimana Strategi Pelaksanan Kurikulum dalam Organisasi Kurikulum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari Organisasi Kurikulum
2. Untuk mengetahui maksud dari Struktur Horizontal dalam Organisasi
Kurikulum
3. Untuk mengetahui maksud dari Struktur Vertikal dalam Organisasi
Kurikulum
4. Untuk Mengetahui Strategi Pelaksanan Kurikulum dalam Organisasi
Kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Organisasi Kurikulum


Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan
kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari
bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Organisasi kurikulum berkaitan dengan bahan pelajaran yang ada dalam
kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam
kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat
serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum, diantaranya berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan
bahan (sequence), kontinuitas, keseimbangan dan keterpaduan (integred).
1)Ruang lingkup (scope) dan urutan bahan pelajaran merupakan salah satu
prinsip yang harus dipertimbangkan dalam suatu kurikulum,kontinuitas.
Setiap pola kurikulum memiliki ruang lengkapmateri pembelajaran yang
berbeda. 2) Kontinuitas kurikulum dalam organisasi kurikulum perlu juga
diperhatikan terutama yang berkaitan dengan substansi bahan yang
dipelajari siswa. 3)Keseimbangan bahan pelajaran: semakin dinamis
perubahan dan pengalaman dalam ilmu pengetahuan sosial budaya
maupun ekonomi akan berpengaruh terhadap dimensi kurikulum
ekonomi4) Keseimbangan bahan pelajaran perlu ditpertimbangkan dalam
organisasi kurikulum, 6) Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam kurikulum
harus menjadi bahan pertimbangan dalam organisasi kurikulum.

B. Struktur Horizontal
Terdapat dua pola organisasi kurikulum, yaitu organisasi
berdasarkan mata pelajaran (Subject Curriculum) dan organisasi
kurikulum terpadu/terintegrasi ( Integrated Curriculum)

3
1. Organisasi Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (Subject
Curriculum)
Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran
dibedakan atas empat pola, yaitu saparated subject curriculum,
correlated curriculum, broadfields curriculum, dan integred
curriculum.

a. Mata Pelajaran Terpisah (Saparated Subject Curriculum)


Bentuk kurikulum ini sudah lama digunakan karena
memiliki karakteristik yang sederhana dan mudah dilaksanakan.
Mata pelajaran yang terpisah-pisah bertujuan agar generasi muda
mengenal hasil-hasil kebudayaan dan pengetahuan umat manusia
yang telah dikumpulkan secara berabad-abad, agar mereka tak
perlu mencari dan menemukan kembali dengan apa yang telah
diperoleh dari generasi terdahulu (S.Nasution,1986) dalam
(Rusman 2012:62).
Dalam proses pembelajaran bentuk kurikulum inicenderung
aktivitas siswa tidak diperhatikan bahkan diabaikan, karena yang
dianggap penting adalah penyampaian sejumlah informasi sebagai
bahan pelajaran dapat diterim adan dihafal oleh siswa. Selain dari
itu, bahan yang dipelajari siswa umumnya tidak aktual karena tidak
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Secara
fungsional bentuk kurikulum ini mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Kelebihan mata pelajaran yang terpisah-pisah (saparated
subject curriculum), yaitu:
1) Bahan pelajaran disusun secara sistematis, logis, sederhana dan
mudah dipelajari.
2) Dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya
terdahulu
3) Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan

4
4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan
mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah
disesuaikan dengan waktu yang ada.

Sedangkan kekurangan pola mata pelajaran yang terpisah adalah:

1) Bahan pelajaran diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah


tidak menggambarkan adanya hubungan antara materi satu
dengan yang lainnya.
2) Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak
bersifat aktual.
3) Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru sedangkan
siswa cenderung pasif.
4) Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan
sosial yang dihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat.
5) Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan
dari masa lalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang
dan yang akan datang.
6) Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memerhatikan bakat,
minat dan kebutuhan siswa.

Bahan pelajaran yang sifatnya informasi sebagian besar akan


diperoleh dari buku pelajaran. Siswa akan lebih banyak menghafal
dalam mempelajari pengetahuan yang sifatnya terlepas-lepas,
sehingga kurang mengembangkan kemampuan dan potensi siswa
sebagai individu.

b. Mata Pelajaran Terhubung (Correlated Curriculum)


Pada kurikulum korelasi, yaitu pola organisasi isi
kurikulum yang menghubungkan pembahasan suatu mata pelajaran
dengan mata pelajaran lainnya, atau satu pokok bahasan dengan
pokok bahasan lainnya. Materi kurikulum yang terlepas-lepas
diupayakan dihubungkan dengan materi kurikulum atau mata
pelajaran yang sejenis atau relevan dengan tujuan pembelajaran,

5
sehingga dapat memperkaya wawasan siswa. Dalam praktik
pembelajaran di sekolah, para guru masih berpegang pada latar
belakang pendidikannya. Dalam mata pelajaran fisika misalnya
terdapat bahasan mengenai listrik. Persoalan listrik tentu terkait
dengan lingkungan alam, ekonomi dan juga sosial kemasyarakatan.
Oleh karena itu pula, ketika berbicara tentang listrik dalam
pelajaran Fisika dapat pula dikaitakn listrik sebagai sesuatu yang
bernilai materi dalam pelajaran ekonomi dan listrik sebagai sumber
energi yang dapat mempermudah kehidupan manusia dalam mata
pelajaran sosiologi. Namun demikian pengaitan antarmata
pelajaran itu tidak menghilangkan eksistensi dari masing-masing
mata pelajaran yang dihubungkan.
Adanya upaya menata keterhubungan antara berbagai mata
pelajaran inilah yang kemudian melahirkan bentuk kurikulum yang
dikenal dengan correlated subject. Dalam correlated subjectini
tidak berarti kita memaksakan adanya hubungan antarsejumlah
mata pelajaran. Kita harus tetap sadar dan mempertahankan adanya
batas-batas yang ada. Upaya menghubungkan antarmata pelajaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut:
1) Menghubungkan secara insidental
Pengaitan antarmata pelajaran terjadi karena kasus kebetulan.
Misalnya, saat dua atau lebih guru bidang studi saling
mengamati kurikulum atau bahan pelajaran yang ada, para guru
tersebut melihat adanya bahan pelajaran yang satu sama lain
dapat dihubungkan.
2) Menghubungkan secara lebih erat dan terencana
Pengaitan antarmata pelajaran disebabkan oleh adanya
suatu pokok bahasan atau permasalahan yang dapat dibahas
dari berbagai macam mata pelajaran. Misalnya, masalah etika,
moral dan kependudukan dibicarakan dalam mata pelajaran
PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Agama. Pengaitan antarbahan
pelajaran itu dilakukan secara terencana, bukan kebetulan. Satu

6
topik yang sama disoroti dari sudut pandang masing-masing
mata pelajaran. Namun demikian, setiap mata pelajaran tetap
diberikan secara sendiri-sendiri dalam jam yang berbeda.
3) Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan
menghilangkan batas yang ada
Pengaitan antarmata pelajaran dilakukan dengan
menggabungkan beberapa mata pelajaran sehingga
menghilangkan batas yang ada antarmata pelajaran. Beberapa
pelajaran yang serumpun dipadukan menjadi satu dengan nama
mata pelajaran. Misalnya pada kurikulum 2006 kita kenal ada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang pada
dasrnya didalamnya terdiri atas beberapa bahan/materi
pelajaran ekonomi, geografi dan sejarah. Contoh lain bisa kita
sebut mata pelajaran Matematika, yang merupakan
penggabungan dari mata pelajaran berhitung, aljabar, dan ilmu
ukur.
Penggabungan beberapa mata pelajaran ini lazim disebut
broads-fields, yang berarti suatu kesatuan yang tidak terbagi
dalam bagian-bagian. Akan tetapi, kenyataan dilapangan
menunjukkan bahwa penggabungan ini masih sebatas pada
kumpulan bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu
yang bahan/materi pelajarannya dikurangi. Oleh karenanya ,
broads-fields ini sebenarnya masih bersifat subject
centered(berorientasi pada mata pelajaran), hanya saja telah
dimodifikasi dari bentuknya yang tradisional.

Ada beberpa kelebihan dan kekurangan dalam pola


kurikulum jenis ini.
Kelebihannya adalah sebagai berikut:
1) Bahan bersifat korelasi/ada keterhubungan antarmateri
pelajaran walau sebatas beberapa mata pelajaran.

7
2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu
bidang studi.
3) Menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran
yang terkorelasi (berkaitan)

Sementara itu, kekurangan pola mata pelajaran terhubung adalah:

1) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang


begitu mendalam
2) Kurang menggunakan bahan pelajaran yang aktual yang
langsung berhubungan dengan kehidupan nyata siswa.
3) Pada kurikulum ini bakat, miat dan kebutuhan siswa kurang
diperhatikan
4) Apabila prinsip penggabungan belum dipahami, kemungkinan
bahan pelajaran yang disampaikan masih terlampau abstrak.

Bahan pelajaran dalam pola kurikulum ini memungkinkan


substansi pembelajaran bisa lebih bermakna dan mendalam
dibandingkan dengan mata pelajaran yang terpisah-pisah.

c. Fusi Mata Pelajaran (Broadfields Curriculum)


Fusi mata pelajaran adalah jenis organisasi kurikulum yang
menghapuskan batas-batas mata pelajaran dan menyatukan mata
pelajaran yang memiliki hubungan erat dalam satu kesatuan. Tipe
organisasi ini pertama kali dikemukakan oleh Phenik, tujuannya
adalah agar para pendidik mengerti jenis-jenis arti perkembangan
kebudayaan yang efektif, manfaat yang didapat dari berbagai
ragam disiplin ilmu, dan upaya mendidik anak agar menghasilkan
anak yang civilized (Idi, 1999:29) dalam (Tim Pengembang
MKDP), 2015: 92).
Beberapa ilmu sejenis disatukan dalam satu mata pelajaran
tertentu. Nama mata pelajaran ini bisa beragam, namun dalam
sistem penilaian formal atau persekolahan biasanya dikenal:

8
1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil peleburan dari
ilmu fisika, ilmu, ilmu hayat, ilmu kimia dan ilmu kesehatan.
2) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan hasil peleburan ilmu
bumi, ilmu sejarah, civic, hukum, ekonomi, geografi, dan
sejenisnya.
3) Bahasa merupakan hasil peleburan pelajaran membaca,
menulis, mengarang, menyimak dan pengetahaun bahasa.
4) Matematika, pelaburan dari berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut,
bidang, ruang dan statistik.
5) Kesenian adalah hasil peleburan dari seni tari, seni suara, seni
klasik, seni pahat dan drama.
Kategori organisasi ini memiliki keunggulan diantaranya
adalah mata pelajaran akan semakin dirasakan kegunaannya,
sehingga memungkinkan pengadaan mata pelajaran yang kaya
akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar generalisasi.
Adapun kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan
secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran
(Soetopo dan Soemanto dalam Idi 1999:29-30) dalam ( Tim
pengembang MKDP, 2015;92).

2. Kurikulum Terpadu (Integrated Curriculum)

Kurikulum ini memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan


harus terpadu (integrated) secara menyeluruh, Keterpaduan ini dapat
dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu dengan
alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata
pelajaran yang diperlukan, sehingga batas-batas antar mata pelajaran
dapat ditiadakan. Kurikulum ini memberikan kesempatan pada siswa
untuk belajar secara kelompok maupun secara individu, lebih
memberdayakan masvarakat sebagai sumber belajar, memungkinkan
pembelajaran bersifat individu terpenuhi, serta dapat melibatkan siswa
dalam mengembangkan program pembelajaran. Bahan pelajaran dalam
kurikulum ini akan bermanfaat secara fungsional serta dalam
pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan siswa baik secara

9
proses maupun produk. Bahan pelajaran selalu aktual sesuai
perkembangan dan kebutuhan masyarakat maupun siswa sebagai
indivudu yang utuh, sehingga bahan pelajaran yang dipelajari selalu
sesuai dengan bakat, minat, dan potensi siswa. Dalam penerapan
kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran.

Bahan pelajaran yang dipelajari siswa dirumuskan dalam


pokok bahasan berupa topik atau pertanyaan yang dapat mendorong
siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan. Proses
pembelajarannya lebih fleksibel, disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi siswa, schingga tidak mengharapkan hasil belajar yang sama
dari semua siswa.

Ada beberapa kekurangan dan kelebihan dalam kurikulum


bentuk ini.

Kekurangan organisasi kurikulum ini, antara lain:

a) Kurikulum dibuat oleh guru dan siswa sehingga memerlukan


kesiapan dan kemampuan guru secara khusus dalam
pengembangan kurikulum seperti ini.
b) Bahan pelajaran tidak disusun secara logis dan sistematis.
c) Bahan pelajaran tidak bersifat sederhana.
d) Dapat memungkinkan kemampuan yang dicapai siswa akan
berbeda secara mencolok.
e) Kemungkinan akan memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang
banyak.

Adapun kelebihan dari kurikulum ini adalah:

a) Mempelajari bahan pelajaran melalui pemecahan masalah dene


memadukan beberapa mata pelajaran secara menyeluruh dalam
lesaikan suatu topik atau permasalahan.

10
b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan
ba minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
c) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan per
lahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan belajar se
bekerja sama (cooperative).
d) Mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.
e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara
maksimal
f) Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada
pengalaman langsung.
g) Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan
masyarakat.
h) Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola
kurikulum yang lain.

Harapan ideal dari kurikulum ini, yaitu dapat membentuk


kemampuan siswa yang terintegrasi, yang menggambarkan manusia
yang harmonis sesual dengan kebutuhan masyarakat maupun sesuai
dengan tuntutan potensi siswa sebagai individu. Kemampuan dalam
memecahkan masalah secara ilmiah merupakan bagian dari
karakteristik pembelajaran dalam kurikulum ini.

Beberapa bentuk organisasi kurikulum dalam kategori ini di


antaranya: Kurikulum Inti (Core Curriculum), Social Functions dan
Persistent Situations serta Experience atau AGtivity Curriculum

a. Kurikulum Inti (Core Curriculum)

Kurikulum inti merupakan bagian dari kurikulum terpadu


(integrated curriculum). Beberapa karakteristik yang dapat dikaji
dalam kurikulum ini adalah: 1) kurikulum ini direncanakan secara
berkelanjutan (continue), selalu berkaitan, dan direncanakan secara
terus-menerus; 2) isi kurikulum yang dikembangkan merupakan
rangkaian dari pengalaman yang saling berkaitan; 3) isi kurikulum
selalu mengambil atas dasar masalah maupun problema yang dihadapi

11
secara aktual; 4) isi kurikulum mengambil atau mengangkat substansi
yang bersifat pribadi maupun sosial; 5) isi kurikulum ini difokuskan
berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulumini sebagai kurikulum
umum, bei substansinya bersifat problema, pribadi, sosial, dan
pengalaman yang terpadu.

Kurikulum ini selalu menggunakan bahan-bahan dari


berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu güna menjawab atau
menyelesaikan permasalahan tang dihadapi atau yang dipelajari
siswa. Tidak menutup kemungkinan bahwa asnek lingkungan pun
menjadi bahan yang harus dipertimbangkan dalam rengembangan
kurikulum ini. Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa core
Curriculum adalah bagian dari kurikulum integrasi atau kurikulum
terpadu, sehingga program pembelajaran untuk kurikulum ini harus
dikembangkan decara bersama-sama antara guru dengan siswa.
Dalam prosesnya, kurikulum terpadu perlu didukung oleh
kemampuan guru dalam mengelola waktu dan kegiatan sehingga
aktivitas dan substansi materi yang dipelajari siswa agar lebih efektif,
efisien, dan bermakna. Topik-topik yang dapat diangkat dalam
kurikulum ini selalu berkaitan dengan beberapa disiplin ilmu dan
lingkungan, misalnya topik-topik sebagai berikut:

a) Penanggulangan penyebaran virus flu burung (Avian


Influenza/Al).
b) Hakikat demokrasi dalam berbangsa dan bernegara.
c) Penanggulangan limbah bagi kehidupan manusia.
d) Pentingnya pelestarian sumber daya alam bagi kehidupan
manusia.
e) Memahami fungsi atom untuk perdamaian dunia.
f) Kesiapan untuk berumah tangga.
g) Hakikat pornografi dan pornoaksi.
h) Membentuk kemampuan berkomunikasi yang efektif.

12
i) Kajian terhadap pola industri dan jasa dalam pertumbuhan
ekonomi.
b. Social Functions dan Persistent

Situations Social functions merupakan bagian dari kurikulum


terpadu. Kurikulum ini didasarkan atas analisis kegiatan-kegiatan
manusia dalam masyarakar Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
manusia sebagai individu dan seban anggota masyarakat di antaranya:
1) memelihara dan menjaga keamanan masyarakat; 2) perlindungan
dan pelestraian hidup, kekayaan, dan sumber alam; 3) komunikasi dan
transportasi; 4) kegiatan rekreasi; 5) produksi dan distribusi barang
dan jasa; 6) ekspresi rasa keindahan; 7) kegiatan pendidikan 8)
integrasi kepribadian; 9) konsumsi benda dan jasa. Dalam social
functions ini dapat diangkat berbagai kegiatan-kegiatan manusia yang
dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Kegiatan-kegiatan
manusia di masyarakat setiap saat akan berubah sesuai dengan
perkembangan zaman, sehingga substansi kocial functions bersifat
dinamis.

Sebagai modifikasi dari social functions adalah persistent life


situations, kajian substansi dalam kurikulum bentuk ini lebih
mendalam dan terarah. Dalam persistent life situations,
karakteristiknya adalah situasi yang diangkat senantiasa yang
dihadapi manusia dalam hidupnya, masa lalu, saat ini, dan masa yang
akan datang. Secara umum ada tiga kelompok situasi yang akan
dihadapi manusia, yaitu:

Situasi-situasi mengenai perkembangan individu manusia, di anta-


ranya:
(a) Kesehatan. Manusia perlu memenuhi kebutuhan fisiologis, emo-
sional, sosial sampai pada pencegahan penyakit.
(b) Intelektual. Manusia memerlukan kemampuan mengemukakan
pendapat, memahami pikiran orang lain, berhitung, dan bekerja
yang efektif.

13
(c) Moral. Kebebasan individu, tanggung jawab atas diri dan orang
lain.
(d) Keindahan. Mencari sumbernya bisa pada diri sendiri maupun
dalam lingkungan
Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial, yaitu:
(a) Hubungan antarpribadi. Mengusahakan hubungan sosial dan bu
bungan kerja yang baik dengan orang lain.
(b) Keanggotaan kelompok. Memasuki lingkungan kelompok, parti-
ipusi, dan kepemimpinan dalam kelompok.
(c) Hubungan antarkelompok. Kerja sama dengan kelompok rasional,
agama, dan nasional, kelompok sosio-ekonomi.

Situasi-situasi untuk perkembangan kemampuan menghadapi


fakter- faktor ekonomi dan daya-daya lingkungan.
(a)Bersifat alamiah. Gejala fisik tanaman, binatang, serangga, daya
fisik, dan kimiawi.
(b) Sumber teknologi. Penggunaan serta pengembangan teknologi.
(c) Struktur dan daya-daya sosial ekonomi. Mencari nafkah, mem-
peroleh barang-barang jasa, mengusahakan kesejähteraan sosial,
memengaruhi pendapat umum, partisipasi dalam pemerintahan
lokal maupun nasional (Nasution, 1988).

c. Experience atau Activity Curriculum

Experience curriculum sering disebut juga dengan activity


curriculum. Kurikulum ini cenderung mengutamakan kegiatan-
kegiatan atau pengalaman- pengalaman siswa dalam rangka
membentuk kemampuan yang terintegrasi dengan lingkungan maupun
dengan potensi siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya menekankan
pada pentingnya siswa berbuat dan melakukan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya vokasional, tetapi tidak meniadakan aspek intelektual atau
akademik siswa. Salah satu karakteristik dari kurikulum ini adalah
untuk memberikan pendidikan keterampilan atau kejuruan, tetapi di

14
dalamnya tercakup pengembangan kemampuan intelektual dan
akademik yang berkaitan dengan aspek keterampilan atau kejuruan
tersebut.

Dengan demikian, siswa belajar tidak hanya bersifat manual,


tetapi bersifat reaktif dan problematik sesuai dengan keterampilan
yang sedang dipelajarinya. Kurikulum terpadu dipelopori oleh John
Dewey, yang intinya bahwa pembelajaran harus secara Learning by
doing dan problem based learning. Konsep-konsep tersebut umumnya
sudah diterapkan pada activity curriculum, model kurikulum ini
sering juga disebut dengan pembelajaran proyek.

Beberapa keuntungan yang akan dirasakan dalam


pembelajaran jenis ini, di antaranya:

(1) Siswa akan berpartisipasi sepenuhnya dalam situasi belajar, karena


siswa akan mengalami dan melakukan secara langsung berbagai
kegiatan yang telah direncanakan.

(2) Pembelajaran ini akan menerapkan berbagai prinsip-prinsip


belajar yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam
pembelajaran.

(3) Mengandung aspek cstetika, intelektual, vocational, dan


kreativitas siswa.

Metode proyek, merupakan bagian dari activity curriculum,


ada kesamaan dengan sistem pengajaran unit (unit teaching).
Pengajaran unit merupakan pengalaman belajar yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lainnya yang berpusat pada
sebuah pokok atau permasalahan. Ada dua jenis sumber pembelajaran
unit: 1) berpusat pada bahan pelajaran (subject matter), artinya topik
atau permasalahan diambil atau diangkat dari topik-topik mata
pelajaran; 2) berpusat pada pengalaman (experience atau situation),
artinya topik permasalahan diangkat dari situasi lingkungan

15
masyarakat yang dipadukan dengan kebutuhan atau tantangan vang
dimiliki oleh siswa.

C. Struktur Vertikal

1. Pelaksanaan kurikulum dengan dan tanpa sistem kelas


a. Sistem kelas
Pada sisitem ini, penerapan kurikulum dilaksanakan melalui
kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, tetdapat kelas
1 sampai dengan 6. Di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau 7-9, dan di
SMA/MA atau SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau kelas 10-12.
Kurikulum setiap jenjang telah mencantumkan bahan yang harus
disampaikan, seberapa luas dan dalam bahan tersebut, serta
bagaiman urutan sajiannya pada tiap-tiap kelas. Cakupan (keluasan
dan kedalaman) bahan/materi pelajaran dipikirkan sedemikian rupa
sehingga dapat secara tuntas disajikan pada kelas tertentu dan dalam
jangka waktu tertentu pula. Urutan bahan pun disusun secermat
mungkin berdasarkan pertimbangan logis dan psikologis.

Bahan dan materi pelajaran yang diperuntutkan pada setiap


tingkat kelas berbeda-beda. Penentuan cakupan, urutan, alokasi
waktu pelajaran, dan kesesuaiannya dengan tingkat kematangan
psikologis anak didik pada setiap kelas dilakukan dengan
perhitungan dan pertimbangan yang cermat dan tepat. Adanya sistem
kelas, membawa konsekuensi dilakukannya sistem kenaikan kelas
pada tiap tahun. Penentuan kenaikan kelas terutama didasarkan pada
penguasaan bahan/materi pelajaran yang telah ditentukan untuk tiap
tingkatan kelas. Siswa naik kelas apabila dianggap telah memiliki
tingkat penguasaan tertentu atas bahan/materi pelajaran yang
dipelajarinya.

Segi kelogisan, kesistematisan, dan ketepatan dalam


penjenjangan bahan pelajaran yang hrus diajarkan merupakan

16
kelebihan dari sistem kelas. Sistem ini juga memberikan kemudahan
dalam hal peyusunan, pengembanga, penilaian kurikulum yang
digunakan: pembagian tugas mengajar guru sesuai dengan
kompetensinya masing-masing; penilaian hasil belajar siswa; serta
pengaturan administrasi.Kelemahan pada sistem kelas di antaranya
terletak pada timbulnya efek psikologis siswa, yang tidak naik kelas.
Mereka perpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustasi.
Sistem ini pun sering tidak dapat menangkal faktor subjektif yang
bisa merugikan siswa. Pada intinya, sistem kelas menurut penataan
materi pelajaran secara sistematis logis, dan terukur. Hal ini terkait
dengan cakupa materi dan keterediaan waktu pelajaran untuk setiap
tingkat kelas. Begitu terjadi perubahan waktu tempuh untuk suatu
jenjang pendidikan, maka akan berakibat pada perubahan keluasan
materi pelajaran.

b. Sistem Tanpa Kelas


Pelaksanana kurikulum dalam “ sistem tanpa kelas” tidak
mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi
kebebasan untuk berpindah program setiap waktu tanpa harus
menunggu kawan-kawannya. Hal itu terjadi bila seseorang siswa
telah merasa mampu dan siap diuji tentang penguasaan materi yang
harus diselesaikannya dalam setiap program.

Keunggulan sistem ini terletak pada kebebasan yang dimiliki


siswa. Siswa boleh memilih tingkat-tingkat program sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan
individu dan perbedaan antar individu. Oleh karena itu, pelaksanaan
sistem ini sangat menuntut pendampingan siswa secara individual
dan kesiapan satuan tingkat-tingkat program. Kelemahan sistem ini
menyangkut substansi isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan
pendidikan secara makro di Indonesia. Dalam hal substansi materi,
dengan sistem ini sulit ditentukan cakupan dan urutan materi setiap
program untuk mencegah keterulangan bahan/materi yang sama.

17
Pada sisi pelaksanan, guru akan mengalami kesulitan dan kerepotan,
Apa bila anak berpindah program dengan cara semaunya, bukan
berdasarkan pada aspek kemampuan.

c. Kombinasi Antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas


Dengan sistem kombinasi, anak yang memiliki tingkat
kepandaian tertentu (tinggi) diberi kesempatan untuk terus maju,
tidak harus bersama teman-temannya. Namun, tidak berarti pula
meninggalkan kelasnya sama sekali. Sistem pendidikan seperti ini
dapat disebut sebagai sisitem pengajaran modul. Dalam sistem
modul, di samping disediakan bahan pelajaran yang sama untuk
seluruh kelas, juga disediakan kebebasan kepada siswa yang mampu
untuk mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau program
pengayaan. Dengan sistem modul, anak yang memang mampu
mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih dahulu menamatkan
sekoah dibandingkan teman-temannya.

2. Sistem Unit Waktu


Sistem unit waktu yang dikenal dalam pelaksanan pendidikan adalah
sistem caturwulan dan system semester. Dalam system caturwulan, waktu
satu tahun dibagi menjadi tiga unit waktu masing-masing empat bulanan.
Dari sini kemudian dikenal adanya caturwulan I, II, dan III. Pembagian unit
waktu seperti itu berimplikasi pada penyusunan kurikulum untuk tiap-tiap
tingkat. Pada setiap akhir caturwulan, anak akan mendapatkan nilai hasil
belajar (rapor). Dengan demikian, dalam satu tahun anak akan mendapat
tiga rapor. Sebagai contoh, kurikulum 1968 dan sebelumnya merupakan
kurikulum yang menggunakan sistem caturwulan.
Sistem unit waktu yang kedua adalah sistem semester. Dalam sistem
semester, waktu satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu. Masing-masing
semester terdiri atas enam bulan, dengan 16 hingga 20 minggu belajar
efektif. Pembagian tiap tahun menjadi dua semester tidak berarti setiap
tahun dibagi menjadi dua unit waktu yang terpisah. Itu semua dimaksudkan
demi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah yang teralokasikan ke dalam

18
satuan-satuan program. Setiap program harus diselesaikan dalam waktu
satu semester (enam bulan).

3. Pengalokasian Waktu

Pengalokasian waktu menyangkut jatah waktu untuk masing-masing


mata pelajaran dan isi program tiap mata pelajaran tersebut pada tiap
tingkat sekolah.

a. Pengalokasian Waktu untuk setiap mata pelajaran


Setiap mata pelajaran dalam setiap minggu, jumlah jam yang
tersedia dalam setiap minggu terbatas. Kalau setiap hari rata-rata waktu
sekolah dari pukul. 07.00 hingga pk. 13.00, berarti ada 300 menit. Setiap
jam pelajaran rata-rata 45 menit, maka dalam satu minggu diperoleh
jumlah jam pelajaran: 300/45 x 6 hari = 40 jam. Selanjutnya, jumlah
jam/minggu tersebut harus dibagi untuk semua mata pelajaran yang ada
secara adil. Adil bukan berarti dibagi rata, melaikan dengan
pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang meliputi bobot dan
kedudukan masing-masing mata pelajaran.
Pada dasarnya ada beberapa pertimbangan dalam menentukan
alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran.
1). Besar kecilnya peranan suatu mata pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan, yang dikaitkan dengan lembaga dan spesialisasinya. Mata
pelajran yang besar peranannya harus diberi jatah waktu yang lebih
banyak dari pada mata pelajranan yang lain.
2). Keluasan, kompleksitas, dan taraf kesulitan masing-masing mata
pelajaran. Inii pada dasarnya bersifat relatif, semua menjadi sangat
tergantung pada lembaga dan spesialisasinya. Untuk mata pelajaran
yang cakupannya luas, ia perlu diberi jam/ waktu yang lebih banyak.
3). Peranan mata pelajaran dalam penyiapan lulusan suatu sekolah sesuai
dengan misinya.
b. pengalokasian waktu untuk pokok-pokok bahasan tiap mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan yang
berbeda-beda penentuan jumlah jam/waktu dalam satu semester untuk

19
setiap pokok bahasan juga mengalami masalah yang sama dengan
pengalokasian waktu untuk situasi setiap mata pelajaran. Hal ini terjadi
karena jam yang dialokasikan unntuk setiap mata pelajaran aakan terkait
dengan ketersediaan waktu untuk menyampaikan keseluruhan pokok
bahasan yang ada dalam mata pelajaran tersebut.
Sebagai contoh, ada mata pelajaran dengan alokasi 2 jam/ minggu.
Dalam satu semester terdapat 18 minggu. Berarti total ada 36 jam tatap
muka untuk mata pelajaran tersebut dalam satu semester.
Jadi, pembagian waktu untuk setiap pokok bahasan dalam suatu
mata pelajaran juga harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
a). peranan setiap pokok bahsan dalam pencapaian tujuan pendidikan,
baik tujuan instruksional maupun kurikuler yang terumuskan dalam
bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan
lebih besar harus diberi alokasi jam lebih banyak dari pada pokok
bahasan yang lain.
b). Keluasan, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tiap pokok bahasan.
Pokok bahasan yang ukup luas, rumit, dan memiliki tingkat kesulitan
tinggi harus diberi jatah jam yang banyak.
c.) Aspek ranah kemampuan yang menjadi penekanan pokok bahasan.
Pokok bahasan yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan
kemampuan kognitif atau keterampilan. Ranah keterampilan
umumnya memerlukan jam yang lebih banyak, karena untuk sampai
pada penguasaan keterampilan perlu melewati aspek pengetahuan
terlebih dulu.

D. Strategi Pelaksanan Kurikulum

Strategi pelaksanan kurikulum adalah cara-cara yang harus


ditempuh untuk melaksanakan suatu kurikulum sekolah, yang meliputi :
pelaksanaan pengajaran/ pembelajaran, penilaian, bimbingan, penyuluhan,
dan pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Strategi pelaksanaan
kurikulum merupakan bagian yang termasuk dalam bbidang garap
pengembang kurikulum. Dengan strategi pelaksanaan kurikulum ini, maka

20
para pelaksana ( kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja
yang pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga
kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar.

1. Pelaksanan Pengajaran
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan
pendidikan . dalam interaksi pendidikan, pelaksanaan pengajaran
merupakan hal yang penting. Dari pelaksanaan pengajaran inilah hasil
suatu proses pembelajaran ( belajar dan mengajar) dinilai berhasil atau
tidak. Hal yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
pemilihan metode dan alat/ media pendidikan yang digunakan.
Pemilihan medode erat kaitannya dengan tujuan, bahan/materi,
keadaan siswa, dan guru. Ini semuanya biasanya tidak dapat dipisahkan
dan senantiasa harus memperhitungkan sarana-prasarana serta kondisi
sekolah.
Sebagai contoh, dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
materi berpidato. Karena berpidato merupakan sebuah keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif, maka metode yang tepat adalah
demostrasi ( praktik pidato). Bukan sekedar mempelajari teori pidato.
Agar pembelajaran lebih menggairahkan, maka diperlukan media
audio-visual. Dengan media audio-visual siswa dapat menginspirasi
model, bagaimana orang dapat berpidato dengan baik. Namun,
pemilihan media audio-visual ( rekaman) ini cocok bagi sekolah yang
memiliki fasilitas itu. Jika tidak ada fasilitas audio-visual, guru harus
mencari media lain atau strategi lain yang sesuai. Misalnya, dengan
menugasi anak untuk mencermati kegiatan pidato pada siaran televisi
atau radio rumah.
Strategi pelaksanaan pengajaran umumnya dalam bentuk tatap
muka di kelas, yang dilakukan guru berdasarkan perencanaan
pembelajran yang disusun sebelumnya. Dalam berbagai perkembangan
kurikulum di Indonesia sencana pembelajaran ini dikenal dengan
istilah-istilah Model Satuan Pelajaran (MSP atau SP), Satua Pelajaran

21
( Satpel), atau dalam KTSP dikenal dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dalam rencana pembelajaran itu dicantumkan
komponen-komponen tujuan/kompetensi, kegiatan pembelajaran,
bahan pelajaran, metode/alat/media/, dan evaluasinya. Rencana
pembelajaran ini disusun untuk kepentingan guru dalam mengajar.
Strategi pelaksanan pengajaran lainnya adalah sistem model.
Model disusun dalam bentuk satuan-satuan pelajaran. Model ini
disusun untuk murid, dengan model diharapkan murid dapat belajar
sendiri berdasarkan petunjuk-petunjuk yang dicantumkan. Karena harus
memberikan kemungkinan murid belajar sendidri, maka modul disusun
dengan urian dan jabaran yang lengkap. Strategi pelaksanaan
pengajaran lain adalah paket belajar. Untuk pelajar disiapkan paket-
paket pelajaran yang berisi satuan-satuan pelajaran lengkap dengan alat
evaluasi dan umpan baliknya. Strategi ini juaga memberikan peluan
siswa belajar sendiri. Paket belajar juga dikembangkan di perguruan
tinggi dalam program belajar jarak jauh (PBJJ atau PJJ).

2. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan keterampilan proses menekankan terlaksananya
komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran. Komunikasi dua
arah mengidentifikasi adanya peran serta aktif pada diri guru dan
murid. Dalam proses pembelajaran murid terlibat secara fisik dan
mental, sehingga apa yang diperoleh siswa dapat lebih mendalam.
Melalui keterampilan proses, siswa didorong untuk
mendapatkan informasi (ilmu), mengelola, mempergunakan, dan
mengomunikasikannya. Dalam hal ini, siswaa tidak hanya mempelajari
isi pelajaran, tetapi juga belajar bangaimana belajara ( learning how to
learn). Ketearampilan “ mendapatkan” pengetahuan itulah yang sangat
ditekankan pada pendekatan keterampilan proses.
Penerapan pendekatan diawali dengan kegiatan pemanasan,
yakni mengarahkan siswa pada pokok persoalan yang akan dipelajari.
Misalnya dengan mengulas pelajaran minggu lalu yang terkait, meminta
pendapat siswa. Kegiatan ini mengkondisikan siswa untuk siap dalam

22
belajar, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Kegiatan
dilanjutkan dengan serangkaian aktivitas mengamati,
menginterpretasikan, meramalkan, menemukan konsep, merencanakan
kegiatan lanjutan, melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil
temuan.
Dalam keterampilan proses adalah mengkomunikasikan hasil
temuan. Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk mampu
menginformasikan temuannya secara lisan atau tulis. Bentuk lisan
misalnya dengan membuat laporan tertulis, membuat poster (apalagi
bisa dipamerkan).

3. Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler


Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler. Ketiganya merupakan satu kesatuan utuh yang tak
terpisahkan dengan upaya mencapai tujuan pendidikan secara
keseluruhan pada suatu sekolah. Kegiatan intrakurikuler merupakan
kegiatan utama persekolahan yang dilakukan dengan menggunakan
jatah waktu yang telah dilakukan dalam struktur program. Kegiatan ini
dilakukan guru dan siswa dalam jam-jam pelajaran tiap hari. Kegiatan
intrakurikuler ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan minimal setiap
mata pelajaran, baik yang tergolong program inti atau pun program
khusus.

a. Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan Kokurikuler merupakan kegiatan yang
dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menghayati materi
pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di
dalam kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual atau
kelompok.
Dari pokok-pokok landasan pelaksanaan kegiatan kokurikuler, hal-
hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan kokurikuler ialah sebagai berikut:

23
1). Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
kegiatan intrakurikuler. Tujuannya, untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mendalami dan menghayati materi
pelajaran.
2). Tidak menimbulkan beban berlebihan bagi siswa.
3). Tidak menimbulkan tambahan beban biaya yang memberatkan
siswa atau orang tua.
4). penanganan kegiatan kokurikuler dilakukan dengan sistem
administrasi yang teratur, pemantauan, dan penilaian.

b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan
yang diarahkan untukmemperluas pengetahuan siswa,
mengembangkan nilai-nilai atau sikap, dan menerapkan secara lebih
lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa dalam mata pelajaran
program inti dan pilihan. Walaupun sama-sama dilaksanakan di luar
jam pelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih
menekankan pada kegiatan kelompok. Kegiatan ekstrakurikuler
dilakukan dengan memperhatikan minat dan bakat siswa, serta
kondisi lingkungan dan sosial budaya. Pelaksanaannya ditangani
oleh guru atau petugas lain yang ditunjuk. Kegatan keolahragaan
seperti bola basket, bola voli, dan pencak silat, dipilih sesuai dengan
minat dan bakat siswa. Begitu juga dengan bidang penalaran seperti
jurnalistik dan kelompok ilmiah remaja. Juga dalam bidang seni
seperti drama, lukis, dan tari. Keseluruhan bidang ini merupakan
wahana untuk memperluas wawasan, serta membagun nilai dan
sikap positif siswa.

4. Bimbingan Karir
Bimbingan Karir merupakan kegiatan bimbingan untuk
membantu para siswa memahami dirinya sendiri, lingkungan, dan masa
depannya. Pelaksanaan bimbingan ( dan penyuluhan ) dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok, dengan menekankan pada

24
perkembangan dan kecenderungan individu. Bimbingan dan penyuluhan
ini terutama dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menetapkan
pilihan program ( bidang keilmuan) yang terkait dengan masa dengannya,
seperti dalam pemilihan program (IPA, IPS, atau Bahasa ) dan pemilihan
jurusan/perguruan tinggi bila siswa akan melanjutkan sekolah.

5. Penilaian
Penilaian dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tujuan
pendidikan telah dicapai setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran.
Sasara penilaian ini meliputi keseluruhan proses maupun hasil yang
dicapai dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Penilaian ini harus bersifat objektif, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Objektivitas dimaksudkan agar penilaian mampu menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya. Sifat menyeluruh berkenaan dengan
penilainan terhadap aspek kemampuan (Kognitif, afektif, psikomotorik).
Berkesinambungan artinya penilaian dilakukan terus menerus, terencana,
dan bertahap, serta berlangsung selama proses pembelajaran hingga
berakhir pada penghujung semester.Dalam penilaian dikenal adanya
penilaian formatif, subsumatif, dan sumantif. Dan penilaian formatif
dilakaukan untuk mengevaluasi penguasaan hasil belajar siswa yang
berkaiatan dengan unit bahan tersebut. Hasil penilaian ini dapat
dimanfaatkan sebagai umpan balik oleh guru dan siswa untuk melihat
ketercapaian tujuan belajar. Penilaian subsumatif merupakan penilaian
yang dilakukan pada unit bahan yang lebih luas, pada tengah semester.
Penilaian sumatif merupakan penilaian yang mencakup seluruh unit
bahan dan dilaksanakan pada akhir semester.

6. Administrasi dan Supervisi Pendidikan


Pelaksanaan kurikulum di sekolah melibatkan banyak aspek,
baik yang bersifat manusia maupun material. Kesemuanya itu harus
terkeola secara baik dengan pendayagunaan secara efektif dan efesien
guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan. Administrasi pendidikan
di sekolah berhubungan dengan : pengaturan proses pembelajaran,

25
peralatan pembelajaran, pemanfaatandan pemeliharaan gedung,
perlengkapan, dsd. Agar dapat mendukung secara optimal pencapaian
tujuan pendidikan, maka semua ini harus dilakukan secara sistematis,
terinci, dan terencana.
Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran
yang lebih baik. Bantuan yang diberikan dapat mencakup persoalan
teknis administrative mampu teknis edukatif. Supervise ini harus
dilaksanakan secara terencana, sistematis, demokratis, kooperatif,
konstruktif, dan kreatif.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Organisasi
kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum berkaitan
dengan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang
menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya,
nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi.
B. Saran
Dengan memahami berbagai organisasi kurikulum,struktur
horizontal dan vertical dan juga strategi pelaksanaan kurikulum diharapkan
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan
peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Chamisijatin, Lise. dkk. 2009. Pengembangan Kurikulum SD . Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Rusman. 2012. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2015. Kurikulum dan


Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar.2017. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

28

Anda mungkin juga menyukai