Organisasi Kurikulum
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pengembangan Kurikulum Di SD
Dosen Pengampu :
Dr.Hj. Mahrita
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Kelas 4a PGSD
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Organisasi
Kurikulum” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas perkuliahan Pengembangan Kurikulum di SD dan
menjelaskan kepada para pembaca agar mengetahui lebih jelas.
Terselesainya makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan baik secara moral, material maupun
informasi yang diperlukan guna kelengkapan makalah ini. Untuk itu melalui
kesempatan ini ijinkan kami mengucapakan terima kasih kepada yang terhormat :
Dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum di SD yang telah
memberikan motivasi serta bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Organisasi Kurikulum.................................................................3
B. Struktur Horizontal.......................................................................................3
C. Struktur Vertikal.........................................................................................16
D. Strategi Pelaksanaan Kurikulum.................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................27
A. Kesimpulan.................................................................................................27
B. Saran............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anda tentu telah memahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu
yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah
kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan
dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses
pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian
yang perlu dilakukan, dsb.
Salah satu hal yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu
sendiri. Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa
kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada
murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Menurut Nasution (1982:135), organisasi
kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan
disampaikan kepada murid-murid. Struktur program dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal
berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun
dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan system
pelaksanaan kurikulum di sekolah.
Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan
memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar,
tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid
dalam rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum
mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model
kurikulum yang dianutnya. pelajaran yang satu, dibahas pula pada mata
pelajaran yang lain.”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi Kurikulum?
2. Bagaimana Struktur Horizontal dalam Organisasi Kurikulum?
3. Bagaimana Struktur Vertikal dalam Organisasi Kurikulum?
1
4. Bagaimana Strategi Pelaksanan Kurikulum dalam Organisasi Kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari Organisasi Kurikulum
2. Untuk mengetahui maksud dari Struktur Horizontal dalam Organisasi
Kurikulum
3. Untuk mengetahui maksud dari Struktur Vertikal dalam Organisasi
Kurikulum
4. Untuk Mengetahui Strategi Pelaksanan Kurikulum dalam Organisasi
Kurikulum
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Struktur Horizontal
Terdapat dua pola organisasi kurikulum, yaitu organisasi
berdasarkan mata pelajaran (Subject Curriculum) dan organisasi
kurikulum terpadu/terintegrasi ( Integrated Curriculum)
3
1. Organisasi Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran (Subject
Curriculum)
Organisasi kurikulum berdasarkan mata pelajaran
dibedakan atas empat pola, yaitu saparated subject curriculum,
correlated curriculum, broadfields curriculum, dan integred
curriculum.
4
4) Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain bahkan
mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah
disesuaikan dengan waktu yang ada.
5
sehingga dapat memperkaya wawasan siswa. Dalam praktik
pembelajaran di sekolah, para guru masih berpegang pada latar
belakang pendidikannya. Dalam mata pelajaran fisika misalnya
terdapat bahasan mengenai listrik. Persoalan listrik tentu terkait
dengan lingkungan alam, ekonomi dan juga sosial kemasyarakatan.
Oleh karena itu pula, ketika berbicara tentang listrik dalam
pelajaran Fisika dapat pula dikaitakn listrik sebagai sesuatu yang
bernilai materi dalam pelajaran ekonomi dan listrik sebagai sumber
energi yang dapat mempermudah kehidupan manusia dalam mata
pelajaran sosiologi. Namun demikian pengaitan antarmata
pelajaran itu tidak menghilangkan eksistensi dari masing-masing
mata pelajaran yang dihubungkan.
Adanya upaya menata keterhubungan antara berbagai mata
pelajaran inilah yang kemudian melahirkan bentuk kurikulum yang
dikenal dengan correlated subject. Dalam correlated subjectini
tidak berarti kita memaksakan adanya hubungan antarsejumlah
mata pelajaran. Kita harus tetap sadar dan mempertahankan adanya
batas-batas yang ada. Upaya menghubungkan antarmata pelajaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara berikut:
1) Menghubungkan secara insidental
Pengaitan antarmata pelajaran terjadi karena kasus kebetulan.
Misalnya, saat dua atau lebih guru bidang studi saling
mengamati kurikulum atau bahan pelajaran yang ada, para guru
tersebut melihat adanya bahan pelajaran yang satu sama lain
dapat dihubungkan.
2) Menghubungkan secara lebih erat dan terencana
Pengaitan antarmata pelajaran disebabkan oleh adanya
suatu pokok bahasan atau permasalahan yang dapat dibahas
dari berbagai macam mata pelajaran. Misalnya, masalah etika,
moral dan kependudukan dibicarakan dalam mata pelajaran
PKn, Bahasa Indonesia, IPS, dan Agama. Pengaitan antarbahan
pelajaran itu dilakukan secara terencana, bukan kebetulan. Satu
6
topik yang sama disoroti dari sudut pandang masing-masing
mata pelajaran. Namun demikian, setiap mata pelajaran tetap
diberikan secara sendiri-sendiri dalam jam yang berbeda.
3) Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan
menghilangkan batas yang ada
Pengaitan antarmata pelajaran dilakukan dengan
menggabungkan beberapa mata pelajaran sehingga
menghilangkan batas yang ada antarmata pelajaran. Beberapa
pelajaran yang serumpun dipadukan menjadi satu dengan nama
mata pelajaran. Misalnya pada kurikulum 2006 kita kenal ada
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), yang pada
dasrnya didalamnya terdiri atas beberapa bahan/materi
pelajaran ekonomi, geografi dan sejarah. Contoh lain bisa kita
sebut mata pelajaran Matematika, yang merupakan
penggabungan dari mata pelajaran berhitung, aljabar, dan ilmu
ukur.
Penggabungan beberapa mata pelajaran ini lazim disebut
broads-fields, yang berarti suatu kesatuan yang tidak terbagi
dalam bagian-bagian. Akan tetapi, kenyataan dilapangan
menunjukkan bahwa penggabungan ini masih sebatas pada
kumpulan bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu
yang bahan/materi pelajarannya dikurangi. Oleh karenanya ,
broads-fields ini sebenarnya masih bersifat subject
centered(berorientasi pada mata pelajaran), hanya saja telah
dimodifikasi dari bentuknya yang tradisional.
7
2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu
bidang studi.
3) Menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran
yang terkorelasi (berkaitan)
8
1) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil peleburan dari
ilmu fisika, ilmu, ilmu hayat, ilmu kimia dan ilmu kesehatan.
2) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan hasil peleburan ilmu
bumi, ilmu sejarah, civic, hukum, ekonomi, geografi, dan
sejenisnya.
3) Bahasa merupakan hasil peleburan pelajaran membaca,
menulis, mengarang, menyimak dan pengetahaun bahasa.
4) Matematika, pelaburan dari berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut,
bidang, ruang dan statistik.
5) Kesenian adalah hasil peleburan dari seni tari, seni suara, seni
klasik, seni pahat dan drama.
Kategori organisasi ini memiliki keunggulan diantaranya
adalah mata pelajaran akan semakin dirasakan kegunaannya,
sehingga memungkinkan pengadaan mata pelajaran yang kaya
akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar generalisasi.
Adapun kelemahannya adalah hanya memberikan pengetahuan
secara sketsa, abstrak, kurang logis dari suatu mata pelajaran
(Soetopo dan Soemanto dalam Idi 1999:29-30) dalam ( Tim
pengembang MKDP, 2015;92).
9
proses maupun produk. Bahan pelajaran selalu aktual sesuai
perkembangan dan kebutuhan masyarakat maupun siswa sebagai
indivudu yang utuh, sehingga bahan pelajaran yang dipelajari selalu
sesuai dengan bakat, minat, dan potensi siswa. Dalam penerapan
kurikulum ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran.
10
b) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan
ba minat, dan potensi yang dimilikinya secara individu.
c) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan per
lahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan belajar se
bekerja sama (cooperative).
d) Mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran.
e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara
maksimal
f) Memberikan kepada siswa untuk belajar berdasarkan pada
pengalaman langsung.
g) Dapat membantu meningkatkan hubungan antara sekolah dengan
masyarakat.
h) Dapat menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola
kurikulum yang lain.
11
secara aktual; 4) isi kurikulum mengambil atau mengangkat substansi
yang bersifat pribadi maupun sosial; 5) isi kurikulum ini difokuskan
berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulumini sebagai kurikulum
umum, bei substansinya bersifat problema, pribadi, sosial, dan
pengalaman yang terpadu.
12
i) Kajian terhadap pola industri dan jasa dalam pertumbuhan
ekonomi.
b. Social Functions dan Persistent
13
(c) Moral. Kebebasan individu, tanggung jawab atas diri dan orang
lain.
(d) Keindahan. Mencari sumbernya bisa pada diri sendiri maupun
dalam lingkungan
Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial, yaitu:
(a) Hubungan antarpribadi. Mengusahakan hubungan sosial dan bu
bungan kerja yang baik dengan orang lain.
(b) Keanggotaan kelompok. Memasuki lingkungan kelompok, parti-
ipusi, dan kepemimpinan dalam kelompok.
(c) Hubungan antarkelompok. Kerja sama dengan kelompok rasional,
agama, dan nasional, kelompok sosio-ekonomi.
14
dalamnya tercakup pengembangan kemampuan intelektual dan
akademik yang berkaitan dengan aspek keterampilan atau kejuruan
tersebut.
15
masyarakat yang dipadukan dengan kebutuhan atau tantangan vang
dimiliki oleh siswa.
C. Struktur Vertikal
16
kelebihan dari sistem kelas. Sistem ini juga memberikan kemudahan
dalam hal peyusunan, pengembanga, penilaian kurikulum yang
digunakan: pembagian tugas mengajar guru sesuai dengan
kompetensinya masing-masing; penilaian hasil belajar siswa; serta
pengaturan administrasi.Kelemahan pada sistem kelas di antaranya
terletak pada timbulnya efek psikologis siswa, yang tidak naik kelas.
Mereka perpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustasi.
Sistem ini pun sering tidak dapat menangkal faktor subjektif yang
bisa merugikan siswa. Pada intinya, sistem kelas menurut penataan
materi pelajaran secara sistematis logis, dan terukur. Hal ini terkait
dengan cakupa materi dan keterediaan waktu pelajaran untuk setiap
tingkat kelas. Begitu terjadi perubahan waktu tempuh untuk suatu
jenjang pendidikan, maka akan berakibat pada perubahan keluasan
materi pelajaran.
17
Pada sisi pelaksanan, guru akan mengalami kesulitan dan kerepotan,
Apa bila anak berpindah program dengan cara semaunya, bukan
berdasarkan pada aspek kemampuan.
18
satuan-satuan program. Setiap program harus diselesaikan dalam waktu
satu semester (enam bulan).
3. Pengalokasian Waktu
19
setiap pokok bahasan juga mengalami masalah yang sama dengan
pengalokasian waktu untuk situasi setiap mata pelajaran. Hal ini terjadi
karena jam yang dialokasikan unntuk setiap mata pelajaran aakan terkait
dengan ketersediaan waktu untuk menyampaikan keseluruhan pokok
bahasan yang ada dalam mata pelajaran tersebut.
Sebagai contoh, ada mata pelajaran dengan alokasi 2 jam/ minggu.
Dalam satu semester terdapat 18 minggu. Berarti total ada 36 jam tatap
muka untuk mata pelajaran tersebut dalam satu semester.
Jadi, pembagian waktu untuk setiap pokok bahasan dalam suatu
mata pelajaran juga harus mempertimbangkan hal-hal berikut.
a). peranan setiap pokok bahsan dalam pencapaian tujuan pendidikan,
baik tujuan instruksional maupun kurikuler yang terumuskan dalam
bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan
lebih besar harus diberi alokasi jam lebih banyak dari pada pokok
bahasan yang lain.
b). Keluasan, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tiap pokok bahasan.
Pokok bahasan yang ukup luas, rumit, dan memiliki tingkat kesulitan
tinggi harus diberi jatah jam yang banyak.
c.) Aspek ranah kemampuan yang menjadi penekanan pokok bahasan.
Pokok bahasan yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan
kemampuan kognitif atau keterampilan. Ranah keterampilan
umumnya memerlukan jam yang lebih banyak, karena untuk sampai
pada penguasaan keterampilan perlu melewati aspek pengetahuan
terlebih dulu.
20
para pelaksana ( kepala sekolah dan guru) mempunyai pedoman kerja
yang pasti, sesuai dengan ketentuan kurikulum yang dijalankan, sehingga
kemungkinan pencapaian tujuan pendidikan menjadi semakin besar.
1. Pelaksanan Pengajaran
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan
pendidikan . dalam interaksi pendidikan, pelaksanaan pengajaran
merupakan hal yang penting. Dari pelaksanaan pengajaran inilah hasil
suatu proses pembelajaran ( belajar dan mengajar) dinilai berhasil atau
tidak. Hal yang termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
pemilihan metode dan alat/ media pendidikan yang digunakan.
Pemilihan medode erat kaitannya dengan tujuan, bahan/materi,
keadaan siswa, dan guru. Ini semuanya biasanya tidak dapat dipisahkan
dan senantiasa harus memperhitungkan sarana-prasarana serta kondisi
sekolah.
Sebagai contoh, dalam pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
materi berpidato. Karena berpidato merupakan sebuah keterampilan
berbahasa yang bersifat produktif, maka metode yang tepat adalah
demostrasi ( praktik pidato). Bukan sekedar mempelajari teori pidato.
Agar pembelajaran lebih menggairahkan, maka diperlukan media
audio-visual. Dengan media audio-visual siswa dapat menginspirasi
model, bagaimana orang dapat berpidato dengan baik. Namun,
pemilihan media audio-visual ( rekaman) ini cocok bagi sekolah yang
memiliki fasilitas itu. Jika tidak ada fasilitas audio-visual, guru harus
mencari media lain atau strategi lain yang sesuai. Misalnya, dengan
menugasi anak untuk mencermati kegiatan pidato pada siaran televisi
atau radio rumah.
Strategi pelaksanaan pengajaran umumnya dalam bentuk tatap
muka di kelas, yang dilakukan guru berdasarkan perencanaan
pembelajran yang disusun sebelumnya. Dalam berbagai perkembangan
kurikulum di Indonesia sencana pembelajaran ini dikenal dengan
istilah-istilah Model Satuan Pelajaran (MSP atau SP), Satua Pelajaran
21
( Satpel), atau dalam KTSP dikenal dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dalam rencana pembelajaran itu dicantumkan
komponen-komponen tujuan/kompetensi, kegiatan pembelajaran,
bahan pelajaran, metode/alat/media/, dan evaluasinya. Rencana
pembelajaran ini disusun untuk kepentingan guru dalam mengajar.
Strategi pelaksanan pengajaran lainnya adalah sistem model.
Model disusun dalam bentuk satuan-satuan pelajaran. Model ini
disusun untuk murid, dengan model diharapkan murid dapat belajar
sendiri berdasarkan petunjuk-petunjuk yang dicantumkan. Karena harus
memberikan kemungkinan murid belajar sendidri, maka modul disusun
dengan urian dan jabaran yang lengkap. Strategi pelaksanaan
pengajaran lain adalah paket belajar. Untuk pelajar disiapkan paket-
paket pelajaran yang berisi satuan-satuan pelajaran lengkap dengan alat
evaluasi dan umpan baliknya. Strategi ini juaga memberikan peluan
siswa belajar sendiri. Paket belajar juga dikembangkan di perguruan
tinggi dalam program belajar jarak jauh (PBJJ atau PJJ).
22
belajar, baik secara fisik, mental, maupun emosional. Kegiatan
dilanjutkan dengan serangkaian aktivitas mengamati,
menginterpretasikan, meramalkan, menemukan konsep, merencanakan
kegiatan lanjutan, melakukan penelitian dan mengomunikasikan hasil
temuan.
Dalam keterampilan proses adalah mengkomunikasikan hasil
temuan. Melalui kegiatan ini siswa dilatih untuk mampu
menginformasikan temuannya secara lisan atau tulis. Bentuk lisan
misalnya dengan membuat laporan tertulis, membuat poster (apalagi
bisa dipamerkan).
a. Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan Kokurikuler merupakan kegiatan yang
dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menghayati materi
pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler di
dalam kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan secara individual atau
kelompok.
Dari pokok-pokok landasan pelaksanaan kegiatan kokurikuler, hal-
hal yang harus diperhatikan guru dalam merancang dan
melaksanakan kegiatan kokurikuler ialah sebagai berikut:
23
1). Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
kegiatan intrakurikuler. Tujuannya, untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mendalami dan menghayati materi
pelajaran.
2). Tidak menimbulkan beban berlebihan bagi siswa.
3). Tidak menimbulkan tambahan beban biaya yang memberatkan
siswa atau orang tua.
4). penanganan kegiatan kokurikuler dilakukan dengan sistem
administrasi yang teratur, pemantauan, dan penilaian.
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan sebagai kegiatan
yang diarahkan untukmemperluas pengetahuan siswa,
mengembangkan nilai-nilai atau sikap, dan menerapkan secara lebih
lanjut pengetahuan yang telah dipelajari siswa dalam mata pelajaran
program inti dan pilihan. Walaupun sama-sama dilaksanakan di luar
jam pelajaran di kelas, kegiatan ekstrakurikuler ini lebih
menekankan pada kegiatan kelompok. Kegiatan ekstrakurikuler
dilakukan dengan memperhatikan minat dan bakat siswa, serta
kondisi lingkungan dan sosial budaya. Pelaksanaannya ditangani
oleh guru atau petugas lain yang ditunjuk. Kegatan keolahragaan
seperti bola basket, bola voli, dan pencak silat, dipilih sesuai dengan
minat dan bakat siswa. Begitu juga dengan bidang penalaran seperti
jurnalistik dan kelompok ilmiah remaja. Juga dalam bidang seni
seperti drama, lukis, dan tari. Keseluruhan bidang ini merupakan
wahana untuk memperluas wawasan, serta membagun nilai dan
sikap positif siswa.
4. Bimbingan Karir
Bimbingan Karir merupakan kegiatan bimbingan untuk
membantu para siswa memahami dirinya sendiri, lingkungan, dan masa
depannya. Pelaksanaan bimbingan ( dan penyuluhan ) dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok, dengan menekankan pada
24
perkembangan dan kecenderungan individu. Bimbingan dan penyuluhan
ini terutama dimaksudkan untuk membantu siswa dalam menetapkan
pilihan program ( bidang keilmuan) yang terkait dengan masa dengannya,
seperti dalam pemilihan program (IPA, IPS, atau Bahasa ) dan pemilihan
jurusan/perguruan tinggi bila siswa akan melanjutkan sekolah.
5. Penilaian
Penilaian dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tujuan
pendidikan telah dicapai setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran.
Sasara penilaian ini meliputi keseluruhan proses maupun hasil yang
dicapai dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
Penilaian ini harus bersifat objektif, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Objektivitas dimaksudkan agar penilaian mampu menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya. Sifat menyeluruh berkenaan dengan
penilainan terhadap aspek kemampuan (Kognitif, afektif, psikomotorik).
Berkesinambungan artinya penilaian dilakukan terus menerus, terencana,
dan bertahap, serta berlangsung selama proses pembelajaran hingga
berakhir pada penghujung semester.Dalam penilaian dikenal adanya
penilaian formatif, subsumatif, dan sumantif. Dan penilaian formatif
dilakaukan untuk mengevaluasi penguasaan hasil belajar siswa yang
berkaiatan dengan unit bahan tersebut. Hasil penilaian ini dapat
dimanfaatkan sebagai umpan balik oleh guru dan siswa untuk melihat
ketercapaian tujuan belajar. Penilaian subsumatif merupakan penilaian
yang dilakukan pada unit bahan yang lebih luas, pada tengah semester.
Penilaian sumatif merupakan penilaian yang mencakup seluruh unit
bahan dan dilaksanakan pada akhir semester.
25
peralatan pembelajaran, pemanfaatandan pemeliharaan gedung,
perlengkapan, dsd. Agar dapat mendukung secara optimal pencapaian
tujuan pendidikan, maka semua ini harus dilakukan secara sistematis,
terinci, dan terencana.
Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan
kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi pembelajaran
yang lebih baik. Bantuan yang diberikan dapat mencakup persoalan
teknis administrative mampu teknis edukatif. Supervise ini harus
dilaksanakan secara terencana, sistematis, demokratis, kooperatif,
konstruktif, dan kreatif.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Organisasi
kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya
untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum berkaitan
dengan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang
menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya,
nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan
teknologi.
B. Saran
Dengan memahami berbagai organisasi kurikulum,struktur
horizontal dan vertical dan juga strategi pelaksanaan kurikulum diharapkan
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan
peserta didik yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia
seutuhnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
28