Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN IPA DI SD

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA SD


yang diampu oleh Esti Untari S.Pd., M.Pd.

Oleh :
Kelompok 4
Afifah Hasna Puspitasari (200151603019)
I Fadhilah Dita N.H (200151603100)
Nora Amelia (200151403065)
Nurul Kurnia Sari (200151603045)
Riska Fatimatuz Zahroh (200151603097)
Rizki Rivania (200151603090)
Talitha Tri Azzahra (200151603051)
A5E PGSD

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JANUARI 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnah-nya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata


kuliah Pembelajaran IPA SD dengan judul “Model Pembelajaran IPA” dan dalam
penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh
karena itu, sudah sepantasnya kami berterima kasih kepada:

1. Esti Untari S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah


Pembelajaran IPA SD.
2. Semua Pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan tidak lupa kami mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosakata
maupun isi dari keseluruhan. Kami sebagai penulis tentunya sadar bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kebaikan kami kedepannya.

Malang, 27 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................11
2.1 Pengertian, Manfaat, dan Tujuan Model Pembelajaran IPA SD.............11
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran IPA di SD.....................................11
2.1.2 Manfaat Pembelajaran IPA SD........................................................12
2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA SD..........................................................12
2.2 Karakteristik Model Pembelajaran IPA SD............................................13
2.3 Cara Memilih Model Pembelajaran IPA SD...........................................13
2.4 Jenis Model Pembelajaran.......................................................................14
BAB III PENUTUP...............................................................................................21
3.1 Simpulan..................................................................................................21
3.2 Saran........................................................................................................21
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari
kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi
pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya
bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa
dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil
belajar dan prestasi yang optimal.
Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap
guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan
cara-cara pengimplementasian model – model pembelajaran tersebut dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan
tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di kelas.
Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah
yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan
pembelajaran
Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang
dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peran serta siswa secara
optimal dalam pembelajaran, dan pada akhirnya tidak dapat memberi hasil yang
besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Mempertimbangkan pentingnya hal
di atas maka kami sebagai calon pendidik akan membahas beberapa model –
model pembelajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang ini, maka penyusun membuat suatu rumusan masalah
sebagi berikut:
1. Bagaimana pengertian, manfaat dan tujuan pembelajaran IPA di SD?
2. Bagaimana karakteristik model pembelajaran IPA?
3. Bagaimana cara memilih model pembelajaran IPA?
4. Apa saja jenis-jenis model pembelajaran IPA di SD?

1
2

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang ini, maka penusun membuat suatu tujuan masalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, manfaat dan tujuan pembelajaran IPA di
SD.

2. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran IPA.

3. Untuk mengetahui cara memilih model pembelajaran IPA.

4. Untuk mengetahui jenis-jenis model pembelajaran IPA di SD.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Manfaat, dan Tujuan Model Pembelajaran IPA SD


2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran IPA di SD
Model pembelajaran merupakan kesatuan utuh dari penerapan pendekatan,
strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Maka dari itu, seorang guru
harus mampu menguasai berbagai variasi model pembelajaran agar dapat
menyesuaikan dengan karakteristik dan gaya belajar siswanya, khususnya dalam
pembelajaran IPA. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memahami konsep dalam
IPA, meningkatkan rasa ingin tahu mengenai berbagai peristiwa yang berkaitan
dengan alam sekitar, mengembangkan keterampilan proses sehingga mampu
memecahkan masalah melalui “doing science”, serta mengembangkan wawasan,
sikap, nilai, dan kemampuan untuk menerapkan konsep IPA, dan keterampilan
dalam kehidupan seharihari.
Keterampilan proses IPA yang diberikan kepada anak usia SD harus
dimodifikasi dan disederhanakan sesuai tahap perkembangan kognitifnya. Proses
dan perkembangan belajar anak Sekolah Dasar memiliki kecenderungan belajar
dari hal-hal konkrit, memandang sesuatu yang dipelajari sebagai satu kesatuan
yang utuh, terpadu dan melalui proses manipulatif.
Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh
Bruce dan koleganya (Joyce, Weil dan Showers, 1992) Lebih lanjut Ismail (2003)
menyatakan istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
a. Rasional teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan secara berhasil, dan
d. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai.

11
2.1.2 Manfaat Pembelajaran IPA SD
Ada banyak manfaat mempelajari IPA sejak dini. Selain agar lebih
memahami tentang diri sendiri, disiplin ilmu ini juga dapat memberikan pedoman
bagi anak dalam menyikapi fenomena kehidupan dan alam sekitar secara bijak
dan ilmiah. IPA adalah ilmu pengetahuan alam yakni sebuah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan alam. Sehinggga siswa-siswi
sekolah dasar dapat memahami alam di sekitarnya. Mulai dari binatang,
tumbuhan, tubuh kita sebagai manusia, tanah atau bumi, langit, bintang di langit,
dan sebagainya.
Materi mata pelajaran IPA untuk sekolah dasar masih bersifat tahap
pengenalan yang bersifat sederhana. Dengan memahami lingkungan alam sekitar
dan dirinya sendiri maka siswa SD diharapkan dapat berlaku bijak dalam
menghadapi fenomena alam atau apa saja yang ada di sekitarnya.
Pentingnya pembelajaran IPA di SD karena akan memberikan wawasan
pengetahuan alam kepada para siswa. Mereka juga dapat dirangsang untuk
melakukan pengamatan maupun riset terhadap apa saja yang ada di alam sekitar
secara ilmiah, logis dan terencana.
a. Memunculkan rasa penasaran siswa SD untuk mengetahui lebih lengkap dan
lebih dalam tentang alam dan lingkungannya.
b. Meningkatnya kesadaran siswa-siswi sekolah dasar dalam menjaga alam dan
lingkungan secara baik.
c. Dapat mencarikan solusi atas masalah yang terjadi di sekitarnya tentang alam.
d. Pengetahuan alam yang diperoleh siswa sekolah dasar akan memacu siswa-
siswi tersebut untuk mempraktekannnya dalam kehidupan nyata.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA SD


a. Untuk meningkatkan rasa cinta anak pada ilmu pengetahuan alam sehingga
siswa dapat terus mempelajari dan bereksplorasi.

b. Meningkatkan rasa tahu anak. Dengan hadirnya mata pelajaran IPA di SD


akan membangkitkan siswa SD untuk terus meneliti dan mencari penemuan-
penemuan baru tentang alam.

12
c. Agar siswa memahami lingkungan alam dan sekitarnya. Sehingga dapat bijak
dan berlaku positif dalam memperlakukan alam yang mencakup masyarakat,
teknologi dan sains.
d. Merangsang siswa agar dapat memecahkan masalah atas kejadian alam yang
ada di sekelilingnya. Keputusan siswa dapat membuat sebuah keputusan tepat
dalam menghadapi fenomena alam yang sedang di hadapinya

2.2 Karakteristik Model Pembelajaran IPA SD


Model pembelajaran dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi dalam
menggambarkan bagaimana proses pembelajaran dilakukan. Dalam model
pembelajaran terkandung pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Model pembelajaran juga memudahkan dalam mengevaluasi proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Variasi penggunaan model pembelajaran dapat
memperkaya strategi mengajar guru dan cara belajar siswa.
Beberapa pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran IPA antara
lain pendekatan inkuiri, pendekatan keterampilan proses, pendekatan S-T-S
(Science-Technology-Society), pendekatan konstruktivisme. Sedangkan beberapa
metode yang sering digunakan antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, dan eksperimen.
Model pembelajaran IPA menggambarkan bagaimana pembelajaran IPA
dilakukan. Dewasa ini telah dikembangkan bermacam-macam model
pembelajaran oleh para ahli. Di antara model-model pembelajaran tersebut ada
yang dirancang secara umum tetapi cocok digunakan untuk pembelajaran IPA,
namun ada yang memang dirancang khusus untuk pembelajaran IPA.

2.3 Cara Memilih Model Pembelajaran IPA SD


Beberapa yang perlu diperhatikan dalam memilih suatu metode pembelajaran
IPA, diantaranya sebagai berikut.
1) Karakteristik Materi Pelajaran
Setiap mata pelajaram memiliki karakteristik tersendiri, sehingga guru perlu
memperhatikan metode apa saja yang cocok dalam proses pembelajaran, misalnya
pada pembelajaran IPA guru menggunakan metode pembelajaran berbasis
masalah dan guru juga berperan penting dalam fasilitator.

13
2) Ketersediaan Sarana Belajar
Alat dan sarana media yang tersedia di sekolah sangat mempengaruhi penggunaan
metode pembelajaran. Misalnya dalam pembelajaran IPA metode yang tepat
digunakan yaitu eksperimen dengan menggunakan alat yang sekiranya ada dan
sesuaikan dengan materi yang sedang dipelajari.
3) Kemampuan Dasar Siswa
Kemampuan dasar siswa di sekolah pedesaan berbeda dengan di perkotaan. Ini
menjadi pertimbangan guru dalam memilih metode pembelajaran. 
Menggunakan metode resitasi dan tugas, misalnya, bisa berjalan baik bila
kemampuan dasar siswa berdiskusi cukup memadai. Selain itu perlu keterampilan
siswa berbicara dalam sebuah diskusi
4) Alokasi Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu yang tersedia dan tercantum dalam kurikulum perlu
dipertimbangkan oleh guru. Jika waktu yang tersedia terbatas, maka guru dapat
melakukan metode tanya jawab dan diskusi antar siswa, selain metode ini dapat
mempersingkat waktu dalam pembelajaran, metode ini juga dapat meminimalisir
adanya kelemahan kemampuan siswa dalam berfikir.
5) Sesuai dengan Pribadi Guru
Apapun metode yang dipakai oleh seorang guru, maka metode itu harus dianggap
sebagai yang terbaik bagi dirinya, harus sesuai dengan kepribadiannya . Metode
mengajar yang digunakan oleh seorang guru, tidak harus sama dengan guru lain,
tetapi juga tidak harus berbeda dengan metode yang digunakan oleh guru lain.
Metode mengajar perlu disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan para siswa

2.4 Jenis Model Pembelajaran


Jenis-jenis model pembelajaran dalam pembelajaran IPA di sekolah antara
lain: Contextual teaching and learning (CTL), Inquiry learning, discovery learning
(belajar penemuan), project based learning (PjBL), learning cycle (siklus belajar),
dan problem based learning (PBL).
a. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Sanjaya (2010) menjelaskan bahwa CTL adalah suatu pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata.

14
Sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Hudson dan Wishler (dalam Setyowati, 2017) menyatakan bahwa CTL
memiliki kelebihan mampu membantu siswa membangun pengetahuan mereka
sendiri dengan cara membimbing mereka. Siswa diwajibkan untuk secara aktif
mengeksplorasi konten untuk mencapai tujuan, memecahkan masalah,
menyelesaikan sebuah proyek, atau menjawab pertanyaan.
Kelana (2015) menjelaskan bahwa kelemahan CTL, diantaranya: sulitnya
membuat siswa aktif secara keseluruhan, guru harus memiliki kemampuan yang
mendalam dalam mengkontekstual materi yang diberikan kepada siswa dan ketika
siswa di dalam kelas jumlah banyak, memerlukan penanganan yang ekstra dari
guru.
b. Inquiry Learning
Inquiry learning merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
percaya diri (Gulo, 2002).
Kelebihan dari inquiry learnimg dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge
(1973) yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan potensi intelektual siswa, 2)
Memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan, 3) Memperpanjang proses
ingatan, 4) Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik, 5)
Pengajaran terpusat pada siswa, 6) Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan.
Sedangkan kekurangan inquiry learnimg menurut (Sanjaya, 2010) yaitu
sebagai berikut: 1) sulit mengontrol kegiatan siswa dan bmerencanakan
pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar, 2)
waktu yang dibutuhkan lama, sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu
yang lebih ditentukan, 3) kesiapan siswa dan masalah yang diberikan haruslah
yang dapat menjangkau nalar siswa.
c. Discovery Learning
Bruner (Schunk, 2012) mendefiniskan discovery learning sebagai penguasaan
pengetahuan untuk diri sendiri. Belajar penemuan melibatkan aktivitas siswa
seperti mencari, menelusuri, mengolah, dan menyelidiki. Dalam kegiatan ini,

15
siswa mempelajari dan menemukan pengetahuan baru yang relevan dengan materi
dan berbagai keterampilan seperti menguji hipotesis, merumuskan masalah, dan
mengumpulkan informasi.
Suryosubroto (2002) mengemukakan beberapa keunggulan Discovery
Learning: 1) Membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan
proses kognitif, 2) Pengetahuan yang diperoleh sifatnya pribadi dan mungkin
merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari
pengertiannya berada dalam retensi dan transfer jangka panjang, 3)
Membangkitkan minat belajar pada siswa, 4) Memberi kesempatan kepada siswa
untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, 5) Siswa
mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan
termotivasi untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, 6)
Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada
diri sendiri melalui proses penemuan, 7) Memungkinkan siswa sanggup mengatasi
kondisi yang mengecewakan, 8) Membantu perkembangan siswa untuk
menemukan kebenaran akhir dan mutlak.
Sedangkan kelemahan discovery learning menurut Suryosubroto (2002)
adalah: 1) menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar, 2)
tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, 3) tidak menyediakan
kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena
telah dipilih terlebih dahulu oleh guru, 4) pada n mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
d. Project Based Learning (PjBL)
Menurut George Lucas Educational Foundation (2011), p adalah sebuah
model pembelajaran yang menuntut pendidik dan siswa mengembangkan guiding
question (pertanyaan penuntun) yang berhubungan dengan sebuah topik di dunia
nyata dengan menghubungkan antar subjek materi dalam lintas disiplin ilmu.
roject based learning (PjBL).
Adapun karakteristik dari PjBL adalah: 1) siswa membuat keputusan tentang
sebuah kerangka kerja; 2) adanya permasalahan yang diajukan kepada siswa; 3)
siswa dituntut untuk mendesain proses guna penyelesaian solusi permasalahan
yang diajukan; 4) siswa bertanggung jawab untuk mencari dan mengolah

16
informasi untuk memecahakan permasalahan secara kolaboratif; 5) evaluasi yang
dijalankan secara kontinyu; 6) siswa melakukan refleksi atau evaluasi atas
aktivitas yang telah dilakukan secara berkala; 7) produk akhir aktivitas belajar
dievaluasi secara kualitatif; dan 8) situasi pembelajaran dapat menoleransi
kesalahan dan perubahan (Hartini, 2017).
Adapun kelebihan PjBL menurut Boss dan Kraus (Abidin, 2009) diantaranya:
1. Model PjBL ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan
tambahan apapun dalam pelaksanaannya. 2. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia
nyata dan mempraktikkan strategi otentik secara disiplin. 3. Siswa bekerja untuk
memecahkan masalah yang penting baginya secara kolaboratif. 4. Teknologi
terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam
mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara baru. 5. Meningkatkan
kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-proyek
lintas disiplin ilmu.
Sedangkan kelemahan dari model ini yaitu: 1. Memerlukan banyak waktu dan
biaya. 2. Memerlukan banyak media dan sumber belajar. 3. Memerlukan guru dan
siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang. 4. Ada kekhawatiran siswa
hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya.
e. Learning Cycle
Learning cycle merupakan salah satu pembelajaran yang bersumber pada
paradigma konstruktivisme dimana siswa membangun sendiri pengetahuan
mereka lewat keteribatan proses belajar yang aktif (student centered) sehingga
peran guru adalah sebagai fasilitator. Selain berbasis konstruktivisme, learning
cycle juga sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget dimana pengetahuan
awal yang dimiliki oleh siswa dikaitkan dengan pengetahuan baru yang diperoleh
siswa sehingga siswa terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi
baru (Adilah & Budiharti, 2015). Fase siklus belajar pada learning cycle antara
lain yautu, penyelidikan, pengenalan, perluasan, dan evaluasi.
Kelebihan model pembelajaran learning cycle ini menurut Ngalimun (2012)
antara lain: 1. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara
langsung dan aktif dalam proses pembelajaran. 2. Membantu mengembangkan

17
sikap ilmiah dan keterampilan proses sains siswa. 3. Pembelajaran menjadi
bermakna.
Adapun kelemahan learning cycle ini antara lain: 1) Efektivitas pembelajaran
menjadi rendah ketika guru kurang menguasai materi dan skenario pembelajaran;
2) Menuntut kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran; 3) Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan
terorganisasi; 4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam
menyusun rencana dan proses pembelajaran.
f. Problem Based Learning (PBL)
Wood (2003) menjelaskan bahwa problem based learning (PBL) merupakan
penggunaan sebuah kasus atau skenario masalah untuk menentukan tujuan
pembelajaran pada siswa. Siswa melakukan studi mandiri sebelum kembali ke
kelompok untuk berdiskusi dan menyempurnakan pengetahuan yang mereka
peroleh. PBL tidak hanya terfokus pada pemecahan masalah saja, melainkan
menggunakan masalah yang sesuai untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman siswa.
Adapun kelebihan PBL menurut Shoimin (2016) adalah sebagai siswa dilatih
untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah, membangun pengetahuannya
sendiri, pembelajaran berfokus pada masalah, terjadi aktivitas ilmiah melalui kerja
kelompok, terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan lain yang ada di
lingkungannya, dapat menilai kemajuan belajarnya sendiri, dapat berkomunikasi
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka dan kesulitan
belajar dapat diatasi melalui kerja kelompok
Shoimin (2016) menyatakan kekurangan PBL adalah sebagai berikut: tidak
dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, kemampuan tertentu yang
kaitannya dengan pemecahan masalah dan dalam suatu kelas yang memiliki
tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian
tugas.
g. Model Pembelajaran Tematik
Merupakan pembelajaran berdasarkan tema untuk mempelajari suatu materi
guna untuk mencapai suatu kompetensi yang menjadi focus pembahasan dalam
pembelajaran. Keunggunalan pembelajaran tematik diantaranya yaitu : siswa akan

18
lebih mudah untuk memahami materi belajar secara mendalam dan meluas, waktu
yang digunakan dalam proses pembelajaran lebih efektif, serta siswa dapat
mempercepat transfer konsep lintas bidang studi.
h. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Pada model pembelajaran konstruktivisme menjelaskan bahwa sarana yang
mendukung siswa untuk mengetahui sesuatu seperti indera seseorang yang
berinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat, mendengar,
menjamah, mencium, dan merasakan. Siswa dapat memperoleh dan mengingat
pengetahuan yang baru dalam proses pembelajaran karena mereka sendiri yang
menemukan pengetahuan tersebut dengan guru sebagai fasilitator. Model
pembelajaran ini juga dapat meningkatkan motivasi belajar yang tinggi pada siswa
dalam belajar, karena terangsang untuk menemukan pengetahuan yang baru.

i. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiental Learning)


Merupakan indakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang
secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari
hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi siswa
dengan tiga cara, yaitu; 1) mengubah struktur kognitif siswa, 2) mengubah sikap
siswa, dan 3) memperluas keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga
elemen tersebut saling berhubungan dan memengaruhi seara keseluruhan, tidak
terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen
lainnya tidak akan efektif.
Prosedur pembelajaran dalam experiential learning terdiri dari 4 tahapan,
yaitu; 1) tahapan pengalaman nyata; 2) tahap observasi refleksi; 3) tahap
konseptualisasi; dan 4) tahap implementasi. Keempat tahap tersebut oleh David
Kolb (1984).
j. Model pembelajaran Eksperimen
Menurut Rusyan, Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran
dengan cara peserta didik melakukan percobaan dengan cara mengalami sesuatu
untuik membuktikan sendiri pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari.

19
k. Model Pembelajaran Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan peserta
didik pada suatu permasalahan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, memahami pengetahuan siswa, dan
mengambil keputusan. Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang mengadu
arguementasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa
keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran.
Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi; pertama, diskusi merupakan metode
yang sulitu diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar peserta didik muncul
secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentuan, kedua, diskusi
biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, pada hal waktu pembelajaran di
dalam kelas sangat terbatas, keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan
sesuatu secara tuntas.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan
untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar
secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan
prestasi yang optimal. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan
dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa di
kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas
sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan
pembelajaran.

3.2 Saran
Setelah mempelajari materi ini, khususnya tentang Model Pembelajaran
IPA di SD diharapkan pembaca dapat mengimplementasikan dengan baik dan
benar, sehingga kedepannya proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

21
DAFTAR RUJUKAN

https://www.researchgate.net/publication/
349502217_Model_Pembelajaran_IPA_SD

https://edumasterprivat.com/pentingnya-pembelajaran-ipa-di-sd-manfaatnya/

https://osf.io/preprints/inarxiv/fbgvh/download

http://staffnew.uny.ac.id/upload/130683941/pendidikan/
Model+Pembelajaran+IPA.pdf

https://www.rijal09.com/2016/12/10-model-pembelajaran-ipa-di-sd.html

https://www.matrapendidikan.com/2014/04/pertimbangan-memilih-metode-
pembelajaran.html

22

Anda mungkin juga menyukai