PRAKTIKUM BIOKIMIA
P-4
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS FARMASI
2021
PRAKTIKUM 4
PENENTUAN KADAR GLUKOSA DENGAN METODE SOMOGYI-NELSON
TUJUAN
DASAR TEORI
Berdasarkan jumlah monomer pembentuk suatu karbohidrat maka dapat dibagi atas tiga
golongan bear yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Monosakarida adalah
karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri dari beberapa jenis atom
karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi
karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan
dihidroksiaseton (Poedjiadi, 1994).
Salah satu monosakarida yang amat penting adalah glukosa atau sering dikenal dengan
dekstrosa. Glukosa adalah gula yang mempunyai enam atom karbon dan dengan demikian
disebut heksosa. Karbohidrat lima karbon dikenal sebagai pentosa dan selanjutnya. Kenyataan
bahwa gugus karbonil adalah sebuah aldehida yang ditunjukkan dengan menggolongkan
glukosa sebagai aldoheksosa. Monosakarida yang amat penting yaitu D-glukosa sering dikenal
sebagai dektrosa.
Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk
makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna
tersebut nantinya akan membentuk residu glukosa, galaktosa dan fruktosa yang akan dilepas di
intestinum. Ketika kadar glukosa makanan dalam tubuh berada dalam jumlah terbatas maka
tubuh akan beralih pada sumber dan proses alternatif yang lain. Proses mekanisme homeostasis
merupakan salah satu mekanisme kerja hati, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon turut
mengambil bagian.
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena mempunyal
sitat dapat memuat canaya terpolarisasi ke arah Kanan. Di dalam glukosa terdapat dapa buah-
buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau
konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah dapat bertambah
setelah kita makan- makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah
glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah
glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah ( Poedjiadi, 1994).
Gula darah pada orang sehat dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang
dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dalam darah masuk ke sel untuk menghasilkan
tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas tidak memproduksi cukup insulin,
atau jumlah insulin cukup namun tidak bereaksi secara normal. Hal ini disebut dengan
resistensi insulin ( Girindra,1989).
Metabolisme glukosa sebagian besar menghasilkan energi bagi tubuh. Glukosa yang
masuk dalam bentuk disakarida, dalam proses pencernaan di mukosa usus halus akan diuraikan
menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase, enzim - enzim maltose, sukrose, laktase
bersifat spesifik untuk satu jenis disakarida. Dalam bentuk monosakarida, gula akan diserap
oleh usus halus. Metabolisme glukosa menghasilkan asam piruvat, asam laktat, dan
asetilkoenzim A atau asetil KoA. Oksidasi glukosa juga menghasilkan karbondioksida, air, dan
energi yang disimpan sebagai senyawa fosfat tinggi adenine trifosfat atau ATP. Sisa
metabolisme untuk menghasilkan energi disimpan dalam hati atau otot dalam bentuk glikogen.
Level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal, yang
disebut dengan hipoglikemia, yang mempunyai gejala perasaan lelah, fungsi mental yang
menurun, rasa mudah tersinggung dan kehilangan kesadaran. Apabila levenya tetap tinggi,
disebut dengan hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat.
Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan,
berkaitan dengan diabetes, termasuk pada mata, ginjal dan saraf. Penyakit Diabetes Mellitus
(DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah
golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai
akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak
mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Brunner 1997).
Penentuan gula reduksi dan gula total dapat dilakukan dengan Metode Nelson-
Somogyi. Metode ini mendasarkan pada daya reduksi sederhana terhadap ion tembaga menjadi
kuprooksida dan senyawa-senyawa gula lain. Bila kemudian kuprooksida direaksikan dengan
arsenomoblidat akan membentuk senvawa molibdenum (senvawa kompleks berwarna biru)
yang dapat ditera pada spektrofotometer (Suhardi, 1997).
Metode Somogyi-Nelson didasarkan pada reduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ dengan
adanya qula reduksi. Ion Cu+ selanjutnya mereduki kompleks arsenomolibdat, yang disiapkan
dengan mereaksikan amonium molindat [(NH4)6Mo7024] dan atrium arsenat (Na2HasO7)
dalam asam sulfat. Reduksi Kompleks arsenomolibdat menghasilkan zat warna biru yang
intens dan stabil yang dapat diukur dengan secara spketrofotometri, Reaksi ini tidak bersifat
stoikiometri dan harus menqqunakan kurva baku D-glukosa (Rohman., 2013)
PRINSIP REAKSI
Metode Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan
menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson Somogyi yaitu
tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan arsenomolibdat yang
tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru diukur absorbansinya. Reagen nelson
somogyi berfungsi sebagai oksidator antara kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi
membentuk endapan merah bata. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar,
konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang membentuk dapat
menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1. Set tabung reaksi
2. Mikropipet
3. Pipet tetes
4. Propipet
5. Pipet ukur
6. Waterbath
7. Spektrofotometri UV-Vis
8. Sentrifugasi klinik
*Alat-alat gelas lainnya
b. Bahan :
1. Nelson A: 12,5 gram Na2CO3 anhidrat; 12,5 gram rochelle/ natrium kalium
tartarat; Na2(SO4) anhidrat; Aquadest
2. Nelson B: 7,5 gr CuSO4.5H2O; aquadest; H25O4
3. Perekasi Nelson: larutan nelson A: Laritan nelson B (25:1) (dibuat baru setiap
akan dipakai); NaOH 1N
4. Glukosa
5. Reagen Cu alkalis
6. Serum atau darah 5 mL.
CARA KERJA
1. Nelson A
2. Nelson B
Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. EGC. Jakarta
Murray RK. et.al. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry 28th ed. New York : Lange Medical
Pine, S. H., J. B. Hendrickson, D. J. Cram, dan G. S. Hammond, 1988, Kimia Organik 2 edisi