Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRAKTIKUM PERENCANAAN KEPENDUDUKAN


(GEL 0308)

ACARA VIII
PERENCANAAN PELAYANAN KESEHATAN

Disusun oleh:
Nama : Alfianti Fawzi
NIM : 20/454969/GE/09203
Hari, tanggal : Jumat, 29 Oktober 2021
Pukul : 13.00-14.40 WIB
Asisten : Helmi Putri Ramdani
Tree Putri Utami P.

LABORATORIUM KEPENDUDUKAN DAN SUMBERDAYA EKONOMI


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
Acara VIII
Perencanaan Pelayanan Kesehatan

A. Latar Belakang
Derajat Kesehatan masyarakat di suatu wilayah penting untuk dikaji karena kondisi
kesehatan dari suatu populasi akan membentuk karakteristik sosial ekonomi dan demografi
tertentu. Kondisi kesehatan masyarakat Provinsi Lampung menunjukkan tingkat kerentanan
akibat meningkatnya kemungkinan konsumsi obat dan makanan yang tidak memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan di era perdangan bebas. Darmayanti (2020) menjelaskan
saat ini Provinsi Lampung sedang mengalami perubahan pola penyakit yang ditandai
meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit tidak menular (PTM). Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung mengidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi,
antara lain: masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi, masih rendahnya
status gizi masyarakat yang ditandai dengan tingginya angka stunting dan wasting, serta
masih tingginya kesakitan akibat penyakit menular dan tidak menular seperti HIV, TBC,
DBD. Untuk memiliki derajat kesehatan yang tinggi, diperlukan perencanaan dalam bidang
pelayanan kesehatan.
Perencanaan dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai proses untuk
merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok
dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Muninjaya, 2004). Perencanaan kesehatan memiliki posisi yang krusial dan penting untuk
dilakukan. Hal ini dikarenakan agar para pengambil keputusan atau manajer dapat
menggunakan sumber daya mereka secara berhasil guna dan berdaya guna (Notoatmodjo.
2007). Perencanaan kesehatan juga memilki peran yang besar terhadap pengelolaan sumber
daya kesehatan yang terbatas untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam mendukung
prioritas kesehatan. Sumberdaya manusia dalam kesehatan merupakan elemen yang penting
dan berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan kesehatan seluruh aspek dalam sistem
pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Proses perencanaan kesehatan juga didukung oleh ketersediaan infrastruktur
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan di Provinsi Lampung. Infrastruktur
kesehatan memiliki peranan yang penting dalam kesehatan dan merupakan salah satu kunci
untuk tercapainya pembangunan kesehatan di Provinsi Lampung. Pelayanan kesehatan
melalui rumah sakit, puskesmas, serta pelayanan kesehatan lainnya diharapkan dapat
meningkatkan mutu kesehatan yang menjangkau seluruh masyarakat untuk mewujudkan
pembangunan kesehatan yang merata. Perencanaan pengembangan pembangunan
infrastruktur kesehatan baik secara kuantitas maupun kualitas diharapkan akan mendorong
peningkatan kualitas sumber daya manusia sehingga indeks pembangunan manusia (IPM)
dapat meningkat karena kesehatan merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam
mengukur indeks pembangunan manusia.
Perencanaan pelayanan kesehatan dapat dipermudah dengan menggunakan bantuan
software Spectrum. Program Spectrum dapat membantu dalam proses penyusunan proyeksi
pelayanan kesehatan secara cepat dan efisien untuk mendapatkan gambaran kondisi
kesehatan di masa depan serta dapat menentukan kebijakan yang strategis untuk diambil
pemerintah dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarat. Program Spectrum
sendiri memiliki beberapa modul didalamnya. Modul yang dipakai dalam penyusunan
proyeksi pelayanan kesehatan adalah modul RAPID. Modul ini umumnya digunakan pada
keperluan proyeksi penduduk pada aspek atau bidang-bidang seperti ekonomi, pendidikan,
kesehatan, urbanisasi, dan pertanian. Beberapa hasil proyeksi pelayanan kesehatan dengan
menggunakan modul RAPID diantaranya yaitu proyeksi kebutuhan dokter, perawat, health
center, rumah sakit, dan ranjang RS.
B. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dari kegiatan praktikum acara 8 ini adalah:
1. Menghitung perbandingan antara jumlah fasilitas kesehatan dan jumlah penduduk di
Provinsi Lampung;
2. Menganalisis karakteristik sektor kesehatan di Provinsi Lampung;
3. Menyusun perencanaan kebutuhan sektor kesehatan di Provinsi Lampung.

C. Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum acara 8 ini diantaranya:
Alat:
1. Laptop;
2. Software Spectrum.
Bahan:
1. Data jumlah penduduk di Provinsi Lampung tahun 2010–2020;
2. Data jumlah dokter di Provinsi Lampung tahun 2010–2020;
3. Data jumlah perawat di Provinsi Lampung tahun 2010–2020;
4. Data jumlah rumah sakit di Provinsi Lampung tahun 2010–2020;
5. Data jumlah health center di Provinsi Lampung tahun 2010–2020
6. Data jumlah ranjang rumah sakit di Provinsi Lampung tahun 2010–2020;
7. Data jumlah puskesmas di Provinsi Lampung tahun 2020;
8. Data proyeksi jumlah penduduk Provinsi Lampung hasil pengolahan Spectrum.
Langkah Kerja
Langkah kerja praktikum acara 8 dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram Alir Langkah Kerja Praktikum Acara 8

D. Hasil Praktikum
Hasil praktikum acara 8 ini adalah sebagai berikut:
1. Tabel 8.1 Data fasilitas kesehatan Provinsi Lampung tahun 2010–2020 (terlampir);
2. Tabel 8.2 Perencanaan fasilitas kesehatan lima tahunan Provinsi Lampung tahun
2020– 2045 (terlampir);
3. Grafik proyeksi jumlah kebutuhan fasilitas kesehatan Provinsi Lampung tahun
2010–2045 (terlampir);
4. Tabel 8.3 Kebutuhan fasilitas kesehatan Provinsi Lampung tahun 2020 (terlampir).
E. Pembahasan
Pelayanan kesehatan merupakan suatu produk yang memberikan jasa kepada pasien,
di mana jasa tersebut berupa aktivitas, manfaat, atau kepuasan sehingga diperlukan standar
mutu (Isniati, 2007). Standar mutu kesehatan dari setiap provinsi berbeda-beda bergantung
pada jumlah penduduk dan kondisi provinsi tersebut. Dalam proses perencanaan kebutuhan
kesehatan diperlukan perencanaan sumberdaya manusia tenaga kesehatan yang juga
termasuk dalam infrastruktur kesehatan non fisik guna mendorong peningkatan pelayanan
kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Dalam perencanaan tenaga kerja kesehatan
tersebut dibutuhkan sumberdaya manusia yang ahli, profesional, dan berkualitas sehingga
tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai. Sumber daya manusia pelaksana pelayanan
kesehatan sendiri terdiri ada berbagai macam, dua diantaranya adalah dokter dan perawat
(Mukti, 2013).
Menurut Romadhona dan Siregar (2018), jumlah tenaga kesehatan di puskesmas
Provinsi Lampung saat ini belum mencukupi target yang ditetapkan oleh pemerintah dan
belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Sumberdaya manusia tenaga kesehatan juga
merupakan salah satu unsur utama untuk peningkatan daya saing pelayanan kesehatan dalam
menghadapi peningkatan jumlah dan proporsi penduduk usia produktif dan lanjut usia di
masa yang akan datang (Putri, 2017). Keadaan tenaga kerja kesehatan baik dokter maupun
perawat di Provinsi Lampung pada tahun 2020 mengalami kenaikan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun sebelum-sebelumnya. Jumlah tenaga kerja Kesehatan di tahun 2020
menunjukkan dokter sebesar 1.766 dan perawat sejumlah 10.574. Perbandingan antara
jumlah penduduk dengan dokter adalah sebesar 5.101, sehingga menunjukkan satu dokter
bertanggung jawab atas 5.101 penduduk yang ada di Provinsi Lampung. Sementara itu,
perbandingan antara jumlah penduduk dengan perawat adalah 852, sehingga setiap satu
perawat bertanggung jawab atas 852 penduduk di Provinsi Lampung ini.
Bangunan pusat kesehatan yang keberadaannya sangat berpengaruh pada tingkat
pelayanan kesehatan di Indonesia ini antara lain Rumah Sakit (RS) dan Health Center
(puskesmas, klinik, dsb). Penyelenggaraan pelayanan kesehatan di RS dan Health Center ini
harus didukung oleh tenaga kesehatan yang memadai guna menunjang fungsi pusat
kesehatan. Rumah Sakit merupakan pusat kesehatan yang memiliki skala pelayanan
kesehatan yang lebih baik dan lengkap dibandingkan puskesmas dan klinik kesehatan.
Rumah sakit dan Health Center di Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan secara
berkala dari tahun 2010 hingga tahun 2020. Jumlah RS di Lampung tahun 2020 yaitu
sebanyak 80 yang artinya terjadi peningkatan hampir dua kali lipat jika dibandingkan jumlah
RS pada tahun 2010 yang hanya sebanyak 45. Hal serupa juga terjadi pada Health Center
yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hingga mencapai 635 pada tahun
2020.
Peningkatan jumlah RS tersebut akan berpengaruh pada kebutuhan ranjang rumah
sakit yang juga akan terus bertambah seiring dengan kebutuhan fasilitas layanan kesehatan
yang meningkat. Peningkatan kebutuhan fasilitas pelyanan kesehatan secara signifikan di
Provinsi Lampung tahun 2020 salah satunya disebabkan oleh adanya pandemi virus Covid-
19. Adanya pandemi tersebut menyebabkan tidak sedikit dari masyarakat yang harus
dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih intensif dan menghentikan
kontak penularan virus.
Berdasarkan Tabel 8.2 (terlampir) menunjukkan adanya peningkatan jumlah dokter
dan perawat yang dibutuhkan setiap tahunnya hingga tahun 2045 seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah dokter dan perawat yang dibutuhkan di Lampung
tahun 2045 yaitu sekitar 2.083 dokter dan 12.473 perawat. Peningkatan kebutuhan dokter
dan perawat ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk dan rumah sakit. Selain itu,
kemajuan teknologi juga dapat menjadi penyebab rusaknya lingkungan yang akan
berdampak pada penurunan kesehatan manusia, sehingga dibutuhkan lebih banyak tenaga
kesehatan. Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa jumlah RS, ranjang RS, dan health
center yang dibutuhkan juga akan terus meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian,
peningkatan instalasi kesehatan tingkat lanjut perlu diperhatikan. Pemerintah harus dapat
membuat kebijakan pengalokasian dana kesehatan yang disertai dengan bukti transparansi
untuk menanggulangi terjadinya kecurangan. Selain dengan meningkatkan alokasi dana,
pemerintah juga perlu melakukan peningkatan fasilitas rumah sakit dan health center
sehingga kebutuhan kesehatan masyrakat Lampung dapat terpenuhi secara optimal.
Kebijakan yang dapat dilakukan dalam pemenuhan tenaga kerja kesehatan dokter
adalah dengan melakukan inventarisasi dengan pendataan jumlah, kualifikasi, dan potensi
pengembangan tenaga kerja dokter. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa tenaga kerja
dokter yang dihasilkan atau dipekerjakan merupakan dokter yang berkualitas sesuai dengan
spesialisasinya (Manullang, 2004). Sementara itu, mengingat pentingnya fungsi perawat dan
peningkatan kebutuhan perawat, maka pemerintah perlu melakukan antisipasi berkurangnya
perawat yang berkualitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan perencanaan yang strategis dan
sistematis dan memenuhi kebutuhan perawat hingga tahun 2045. Dalam melakukan
perencanaan strategis tersebut diperlukan kontribusi dari manajer keperawatan untuk
menganalisis dan merencanakan kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit pelayanan
kesehatan (Sitorus, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Karundeng (2021)
diketahui bahwa pendidikan dan pelatihan berpengaruh penting terhadap kinerja perawat
terutama terkait dengan hal teknis di Provinsi Lampung.
Kebutuhan fasilitas kesehatan baik pada ketenagakerjaan, pusat kesehatan, dan fasilitas
pasien pada Provinsi Lampung mengalami tren yang naik. Kenaikan tren ini menunjukkan
adanya peningkatan kebutuhan fasilitas kesehatan ini di setiap tahunnya. Hal ini berhubungan
dengan jumlah populasi setiap tahunnya, yang pada masing-masing tahun mengalami
peningkatan dan kenaikan tren. Hubungan antara kebutuhan fasilitas kesehatan dengan jumlah
populasi berbanding lurus, karena setiap adanya kenaikan jumlah penduduk, maka tingkat
kebutuhan dalam fasilitas kesehatan juga semakin naik atau meningkat. Perhitungan proyeksi
secara manual dan menggunakan Spectrum ini sama-sama menunjukkan adanya kenaikan tren
pada masing-masing tahunnya.
Kebutuhan fasilitas kesehatan ini memiliki Standar Pelayanan Minimum (SPM), yang
pada masing-masing jenis fasilitas memiliki perbedaan angka. Standar yang ditetapkan untuk
rumah sakit adalah tersedianya satu unit rumah sakit untuk minimal 240.000 jiwa penduduk,
sedangkan standar bagi puskesmas dan balai pengobatan adalah tersedianya satu unit
puskesmas untuk minimal 120.000 jiwa penduduk. Berdasarkan Tabel 8.3 (terlampir) terlihat
bahwa pada masing-masing kabupaten di Provinsi Lampung memiliki tingkat SPM yang
cenderung memenuhi pada tingkat rumah sakit dan puskesmas. Klasifikasi tidak memenuhi
hanya terdapat pada rumah sakit yang berada di 3 dari 15 kabupaten yaitu Kabupaten
Tanggamus, Lampung Tengah, dan Bandar Lampung. Jumlah rumah sakit yang tersedia di
Kabupaten Tanggamus hanya sekitar 2 rumah sakit sedangkan jumlah penduduknya yaitu
640.275 jiwa artinya satu unit rumah sakit harus dapat memenuhi kebutuhan kesehatan
320.138 jiwa penduduk. Hal tersebut tidak sesuai standar minimal yang telah ditetapkan oleh
BSN. Pembangunan akan fasilitas dan sarana kesehatan yang optimal sangat diperlukan untuk
memenuhi standar dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, terutama berdasarkan jumlah
penduduk yang ada.
Jumlah puskesmas per kabupaten di Provinsi Lampung ini sudah memenuhi
klasifikasi, namun dalam pendistribusiannya masih belum merata, karena distribusi
keberadaan pusat kesehatan ini memusat pada wilayah kota. Menurut Marlinda (2017),
terjadinya pemusatan lokasi pusat kesehatan di wilayah Lampung mengakibatkan pelayanan
kesehatan di kabupaten terutama daerah yang tidak diminati dan daerah terpencil menjadi
tidak optimal sehingga derajat kesehatan masyarakat di daerah akan semakin rendah.
Ketidakoptimalan ini akan menyebabkan persebaran jumlah tenaga kerja dan fasilitas pasien
yang tidak merata pula di setiap wilayahnya. Pelaksanaan pembangunan bidang kesehatan ini
di pengaruhi kondisi politik, ekonomi, sosial dan budaya di sutu tempat, sehingga dibutuhkan
juga peran para pemangku kebijakan dalam membuat, melaksanakan dan evaluasi suatu
kebijakan atau program kesehatan (Ayuningtyas, 2018).
Tidak terpenuhinya fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dapat terjadi karena
kurangnya perhatian pemerintah terhadap keberadaan rumah sakit. Selain itu, pendidikan dan
tingkat ekonomi masyarakat yang rendah menjadikannya cenderung lebih percaya akan
pengobatan tradisional atau tidak bisa berobat di rumah sakit. Hal ini menjadikan sedikitnya
investor swasta yang ingin membangun rumah sakit di daerah tersebut. Keberadaan rumah
sakit dan SDM kesehatan memang penting guna meningkatkan kesehatan dan kondisi
pertumbuhan masyarakat. Ketika fasilitas kesehatan dan SDM kesehatan bernilai positif maka,
akan semakin banyak masyarakat yang hidup sehat dan akan menambahkan AHH bagi
masyarakat. Peningkatan AHH ini akan berdampak positif bagi kelangsungan ekonomi di
sebuah wilayah.
Dalam proses pengoptimalan kinerja infrastruktur kesehatan, tidak hanya bergantung
pada jumlah tetapi juga kepada jaminan kesehatan dan kebijakan yang diberikan. Pemerintah
sendiri sejak tahun 2005 telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial atau biasa
dikenal dengan Jamsoskes. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya program ini belum
menemukan keberhasilan. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Aswin (2015)
yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang diberikan lembaga penyedia jasa kesehatan
di Provinsi Lampung kepada peserta Jamsoskes masih kurang atau belum memenuhi harapan
dari masyarakat. Sama halnya dengan Provinsi Lampung, Provinsi Sumatera Selatan yang
secara umum memiliki jumlah penduduk dan persebaran yang hampir sama dengan Provinsi
Lampung memiliki sepak terjang Jamsoskes yang kurang baik. Hal ini dibuktikan melalui
penelitian yang dilakukan oleh Ainy dan Misnaniarti (2010) yang menyatakan bahwa jaminan
sosial kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang masih kurang,
terutama dalam pemenuhan sasaran penerima, administrasi, pelayanan, dan pembiayaan.
Oleh karena pentingnya kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup, maka sudah
selayaknya pemerintah memikirkan cara efektif meningkatkan infrastruktur kesehatan, baik
fisik maupun non fisik serta menjamin meratanya jaminan kesehatan masyarakat. Hal ini
dapat dilakukan dengan mendata dan melakukan survei terhadap keadaan lapangan dengan
jujur dan adil. Selanjutnya, dengan bantuan dari pihak swasta dan pengalokasian dana
kesehatan pemerintah dapat meningkatkan jumlah dan kualitas pelayanan dan fasilitas
kesehatan. Keterlibatan dan keterbukaan masyarakat terhadap pengobatan dan pengetahuan
terkait kebijakan bantuan jaminan kesehatan juga perlu dikembangkan dengan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan praktikum acara 8 ini adalah:
Daftar Pustaka

Ainy, A. & Misnaniarti. (2010). Implementasi Kebijakan Jaminan Sosial Kesehatan Sumatera
Selatan Semesta di Puskesmas Se-Kota Palembang Tahun 2009. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan, 13(2), 74–80.
Aswin. (2015). Nilai Harapan atas Layanan Jaminan Kesehatan di Bandar Lampung. Jurnal
Gentiaras Manajemen dan Akuntansi, 7(1), 20–33.
Ayuningtyas, D. (2018). Analisis Kebijakan Kesehatan Prinsip dan Aplikasi. Depok: Rajawali Pers.
Darmayanti, L. (2021). Pemprov Lampung Komitmen Tekan Tiga Masalah Kesehatan.
https://mutupelayanankesehatan.net/13-berita/2816-pemprov-lampung-komitmen-tekan-
tiga-masalah-kesehatan . Diakses pada 01 November 2021.
Isniati. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan keterkendalian
Gula Darah di Poliklinik RS Perjan Dr. Djamil Padang tahun 2003. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 1(2), 2–11.
Karundeng, M. L. (2021). Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Kinerja Karyawan
di Rumah Sakit Advent Bandar Lampung. Jurnal Ekonomis, 14(1), 3–18.
Manullang. (2004). Manajemen Personalia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Marlinda, P. (2017). Analisis Perencanaan Kebutuhan Tenaga Dokter Oleh Dinas Kesehatan Kota
Pekanbaru. Jurnal Niara, 9(2), 71–83.
Mukti, A. (2013). Pelayanan Kesehatan Untuk Semua Kesiapan Menghadapi Jaminan Kesehatan
Nasional. Jurnal Imiah, 2(5). 14–28.
Muninjaya, A. (2004). Manajemen Kesehatan. Bandung: Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, A. (2017). Kesiapan Sumber Daya Manusia Kesehatan dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6(1), 55–60.
Romadhona & Siregar. (2018). Analisis Sebaran Tenaga Kesehatan Puskesmas di Indonesia
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas. Jurnal
Kesehatan Manarang, 4(2), 114–121.
Sitorus, R. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Penataan Struktur dan
Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai