Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERAN KEPOLISIAN REPUBLIK

INDONESIA SEBAGAI PENEGAK HUKUM DALAM


MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

Nama penyusun :
Afifah chantika sari priasmara
Kharisma Febriyanti
Rahmawati putri sulian
Syahal maghfud
Dendi Khoirul

TAHUN AJARAN 2021/2022


SMA NEGERI 4 MUARO JAMBI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dalam kehidupan sehari-
hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jambi, 6 oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul …………………………………………………….. I


Kata pengantar ……………………………………………………. II
Daftar isi …………………………………………………………… III
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1

1.1 Latar belakang ……………………………………………… 2

1.2 Perumusan masalah………………………………………… 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………….. 4


2.1 Pengertian kepolisian republik Indonesia (polri) ………… 5
2.2 Sejarah kepolisian republik Indonesia……………………. 6
2.3 UUD tentang kepolisian republik Indonesia……………… 7
2.4 Tugas wewenang …………………………………………… 8
2.5 Kasus yang ditangani ………………………………………. 9
BAB III PENUTUP ………………………………………………… 10
3.1 Kesimpulan …………………………………………………. 11
3.2 Saran ………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah institusi peninggalanpenjajah, dimana
kelahirannya berawal dari masyarakat, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Hal
tersebut dilakukan guna mewujudkan situasi dan kondisi yang aman, tertib, tenteram, dan
damai dalam kehidupan bermasyarakat, yang selanjutnya berkembang sesuai dengan
perkembangan dan perubahan kondisi negara. Polri yang berawal dari pihak masyarakat kini
menjadi berada pada pihak negara yang berperan untuk menghadapi dan mengontrol
masyarakat itu sendiri.Oleh karena itu negara merumuskan peraturan yang mengatur tentang
kewajiban, tugas, kewenangan dan hak-hak kepolisian, dengan Undang-Undang Pokok
Kepolisian Nomor 13 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kepolisian Negara.
Undang-Undang ini telah mengalami perubahan atau pergantian beberapa kali, dan Undang-
Undang yang terakhir mengatur mengenai kepolisian ini adalah Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.Undang- Undang Nomor 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian diatur dalam
Pasal 2 dimana fungsi Polri adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
(kamtibmas).
Terkait dengan kamtibmas tersebut, dalam UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia telah diatur dalam Pasal 1 angka 5, yang intinya adalah dalam
menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta tercapainya pembangunan nasional,
maka perlu adanya kerjasama antara Polri dan masyarakat untuk mencegah, menangkal serta
menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum serta tindak pidana yang meresahkan
masyarakat atau dapat dikatakan sebagai gangguan kamtibmas dalam kehidupan sosial
masyarakat.Dalam kehidupan bermasyarakat, keadaan lingkungan yang sehat, bersih, aman,
dan tertib merupakan lingkungan yang dicita-citakan oleh masyarakat. Untuk mewujudkan
hal tersebut, perlu adanya dukungan dan kesadaran dari masing-masing anggota masyarakat
dengan cara mematuhi pertauran yang berlaku, dan melakukan usaha-usaha maupun
kegiatan-kegiatan sosial dalam bermasyarakat agar keamanan dan ketertiban dalam
lingkungan tersebut dapat terjamin. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara melakukan sistem
keamanan lingkungan (siskamling) maupun keamanan dan ketertiban masyarakat
(kamtibmas). Akan tetapi usaha tersebut kini kurang diminati oleh masyarakat, karena
mereka menanggap bahwa usaha tersebut pada era saat ini dianggap sulit untuk diterpakan di
dalam masyarakat

1.2 Perumusan masalah


Berdasarkan uraian latar Belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah pengertian dari kepolisian republik Indonesia (polri)
2. bagaimana sejarah dari kepolisian republik Indonesia (polri)
3. Bagaimana wewenang kepolisian republik Indonesia (polri) menurut UUD
1945
4. Apakah sajakah tugas dan wewenang kepolisian republik Indonesia (polri)
5. Apakah sajakah kasus kasus tersulit yang pernah ditangani oleh oleh
kepolisian republik Indonesia (polri)

.
BAB II
ISI

2.1 pengertian kepolisian republik Indonesia ( POLRI )


Kepolisian Negara Republik Indonesia (disingkat Polri)
adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang
bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri
mempunyai moto Rastra Sewakotama yang artinya Abdi
Utama bagi Nusa Bangsa. Polri mengemban tugas-tugas
kepolisian di seluruh wilayah Indonesia yaitu memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan
hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat.
Lambang kepolisian republik Indonesia :
Singkatan
POLRI
Motto
bahasa Sanskerta: Rastra Sewakottama
(Pelayan utama Bangsa)
Ikhtisar
Dibentuk : 1 Juli 1946; 75 tahun lalu

2.2 Sejarah kepolisian republik Indonesia


Sejarah polri sangat lah panjang berikut adalah beberapa periode sejarah
terbentuknya kepolisian republik Indonesia (Polri) :

Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Jaman Kerajaan

Pada zaman Kerajaan Majapahit patih Gajah Mada membentuk pasukan


pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan
kerajaan.

Masa kolonial Belanda

Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali oleh


pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi untuk
menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu.
Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang pribumi
untuk menjaga keamanan mereka.Wewenang operasional kepolisian ada pada
residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan pada
procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-
macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan) , stands politie
(polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong praja),
dan lain-lain.Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga
diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya
pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur van politie,
dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan
jabatan seperti mantri polisi, asisten wedana, dan wedana polisi.Kepolisian modern
Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah merupakan cikal
bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini.

Masa pendudukan Jepang

Pada masa ini Jepang membagi wiliyah kepolisian Indonesia menjadi Kepolisian
Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta, Kepolisian Sumatera yang berpusat di
Bukittinggi, Kepolisian wilayah Indonesia Timur berpusat di Makassar dan
Kepolisian Kalimantan yang berpusat di Banjarmasin.Tiap-tiap kantor polisi di
daerah meskipun dikepalai oleh seorang pejabat kepolisian bangsa Indonesia, tapi
selalu didampingi oleh pejabat Jepang yang disebut sidookaan yang dalam praktik
lebih berkuasa dari kepala polisi.

Awal Kemerdekaan Indonesia

Periode 1945-1950

Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, pemerintah
militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun, sedangkan polisi tetap bertugas,
termasuk waktu Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945. Secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia
yang merdeka.Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin,
Komandan Polisi di Surabaya, pada tanggal 21 Agustus 1945 memproklamasikan
Pasukan Polisi Republik Indonesia sebagai langkah awal yang dilakukan selain
mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang
kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat
maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan
perang yang panjang. Sebelumnya pada tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan
Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada tanggal 29 September 1945 Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto
Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN).Pada awalnya
kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama
Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab masalah administrasi,
sedangkan masalah operasional bertanggung jawab kepada Jaksa Agung.Kemudian
mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D.
Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana
Menteri. Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun diperingati sebagai Hari
Bhayangkara hingga saat ini.Sebagai bangsa dan negara yang berjuang
mempertahankan kemerdekaan maka Polri di samping bertugas sebagai penegak
hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI. Polri menyatakan dirinya
“combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti
menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata,
seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di front Sumatera
Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-
lain.Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4 Februari 1948 dikeluarkan Tap
Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa Polri dipimpin langsung oleh
presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai perdana menteri/wakil perdana
menteri.Pada masa revolusi fisik, Kapolri Jenderal Polisi R.S. Soekanto telah mulai
menata organisasi kepolisian masadi seluruh wilayah RI. Pada Pemerintahan
Darurat RI (PDRI) yang diketuai Mr. Sjafrudin Prawiranegara berkedudukan di
Sumatera Tengah, Jawatan Kepolisian dipimpin KBP Umar Said (tanggal 22
Desember 1948).Hasil Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda
dibentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), maka R.S. Sukanto diangkat sebagai
Kepala Jawatan Kepolisian Negara RIS dan R. Sumanto diangkat sebagai Kepala
Kepolisian Negara RI berkedudukan di Yogyakarta.Dengan Keppres RIS No. 22
tahun 1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS dalam kebijaksanaan politik
polisional berada di bawah perdana menteri dengan perantaraan jaksa agung,
sedangkan dalam hal administrasi pembinaan, dipertanggungjawabkan pada
menteri dalam negeri.Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum dibentuk Negara
Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap
Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi kepolisian negara-negara bagian
disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia. Dalam peleburan tersebut disadari
adanya kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang
kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.

Periode 1950-1959

Dengan dibentuknya negara kesatuan pada 17 Agustus 1950 dan diberlakukannya


UUDS 1950 yang menganut sistem parlementer, Kepala Kepolisian Negara tetap
dijabat R.S. Soekanto yang bertanggung jawab kepada perdana
menteri/presiden.Waktu kedudukan Polri kembali ke Jakarta, karena belum ada
kantor digunakan bekas kantor Hoofd van de Dienst der Algemene Politie di
Gedung Departemen Dalam Negeri. Kemudian R.S. Soekanto merencanakan
kantor sendiri di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dengan
sebutan Markas Besar Djawatan Kepolisian Negara RI (DKN) yang menjadi
Markas Besar Kepolisian sampai sekarang. Ketika itu menjadi gedung perkantoran
termegah setelah Istana Negara.Sampai periode ini kepolisian berstatus tersendiri
antara sipil dan militer yang memiliki organisasi dan peraturan gaji tersendiri.
Anggota Polri terorganisir dalam Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia
(P3RI) tidak ikut dalam Korpri, sedangkan bagi istri polisi semenjak zaman
revolusi sudah membentuk organisasi yang sampai sekarang dikenal dengan nama
Bhayangkari tidak ikut dalam Dharma Wanita ataupun Dharma Pertiwi. Organisasi
P3RI dan Bhayangkari ini memiliki ketua dan pengurus secara demokratis dan
pernah ikut Pemilu 1955 yang memenangkan kursi di Konstituante dan Parlemen.
Waktu itu semua gaji pegawai negeri berada di bawah gaji angkatan perang,
namun P3RI memperjuangkan perbaikan gaji dan berhasil melahirkan Peraturan
Gaji Polisi (PGPOL) di mana gaji Polri relatif lebih baik dibanding dengan gaji
pegawai negeri lainnya (mengacu standar PBB).

Masa Orde Lama

Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, setelah kegagalan Konstituante, Indonesia


kembali ke UUD 1945, namun dalam pelaksanaannya kemudian banyak
menyimpang dari UUD 1945. Jabatan Perdana Menteri (Alm. Ir. Juanda) diganti
dengan sebutan Menteri Pertama, Polri masih tetap di bawah pada Menteri Pertama
sampai keluarnya Keppres No. 153/1959, tertanggal 10 Juli di mana Kepala
Kepolisian Negara diberi kedudukan Menteri Negara ex-officio.Pada tanggal 13
Juli 1959 dengan Keppres No. 154/1959 Kapolri juga menjabat sebagai Menteri
Muda Kepolisian dan Menteri Muda Veteran. Pada tanggal 26 Agustus 1959
dengan Surat Edaran Menteri Pertama No. 1/MP/RI1959, ditetapkan sebutan
Kepala Kepolisian Negara diubah menjadi Menteri Muda Kepolisian yang
memimpin Departemen Kepolisian (sebagai ganti dari Djawatan Kepolisian
Negara).Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang
terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto
menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme
kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri
setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier
Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember
1959.Dengan Tap MPRS No. II dan III tahun 1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri
atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960
sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri
Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam
bidang keamanan nasional.Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU
Pokok kepolisian No. 13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri
sebagai salah satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan
AU.Dengan Keppres No. 94/1962, Menteri Kapolri, Menteri/KASAD,
Menteri/KASAL, Menteri/KSAU, Menteri/Jaksa Agung, Menteri Urusan Veteran
dikoordinasikan oleh Wakil Menteri Pertama bidang pertahanan keamanan.
Dengan Keppres No. 134/1962 menteri diganti menjadi Menteri/Kepala Staf
Angkatan Kepolisian (Menkasak).Kemudian Sebutan Menkasak diganti lagi
menjadi Menteri/Panglima Angkatan Kepolisian (Menpangak) dan langsung
bertanggung jawab kepada presiden sebagai kepala pemerintahan negara. Dengan
Keppres No. 290/1964 kedudukan, tugas, dan tanggung jawab Polri ditentukan
sebagai berikut :

 Alat Negara Penegak Hukum.


 Koordinator Polsus.
 Ikut serta dalam pertahanan.
 Pembinaan Kamtibmas.
 Kerkaryaan
 Sebagai alat revolusi.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI


disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang.
Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena
politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi
sebagian anggota ABRI dari keempat angkatan.

Masa Orde Baru

Karena pengalaman yang pahit dari peristiwa G30S/PKI yang mencerminkan tidak
adanya integrasi antar unsur-unsur ABRI, maka untuk meningkatkan integrasi
ABRI, tahun 1967 dengan SK Presiden No. 132/1967 tanggal 24 Agustus 1967
ditetapkan Pokok-Pokok Organisasi dan Prosedur Bidang Pertahanan dan
Keamanan yang menyatakan ABRI merupakan bagian dari organisasi Departemen
Hankam meliputi AD, AL, AU , dan AK yang masing-masing dipimpin oleh
Panglima Angkatan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan
kewajibannya kepada Menhankam/Pangab. Jenderal Soeharto sebagai
Menhankam/Pangab yang pertama.Setelah Soeharto dipilih sebagai presiden pada
tahun 1968, jabatan Menhankam/Pangab berpindah kepada Jenderal M.
Panggabean. Kemudian ternyata betapa ketatnya integrasi ini yang dampaknya
sangat menyulitkan perkembangan Polri yang secara universal memang bukan
angkatan perang.Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima
Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala
Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri.
Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli 1969

2.3 wewenang kepolisian republik Indonesia menurut UUD 1945


Pasal 15 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002
 Menerima laporan dan atau pengaduan
 Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum
 Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat
 Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa
 Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian
 Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan
 Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian
 Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang
 Mencari keterangan dan barang bukti
 Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional
 Mengeluarkan surat izin dan atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat
 Memberi bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat
 Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

Pasal 15 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 2002


 Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan
masyarakat lainnya
 Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
 Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor
 Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik
 Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak dan
senjata tajam
 Memberi izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha
di bidang jasa pengamanan
 Memberi petunjuk, mendidik dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknik kepolisian
 Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional
 Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait
 Mewakili Pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian
internasional
 Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian.
Pasal 16 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002
 Dalam bidang proses pidana, polisi memiliki kewenangan untuk:
 Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan
 Melarang setiap orang untuk meninggalkan atau memasuki tempat kejadian
perkara untuk kepentingan penyidikan
 Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan
 Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa
tanda pengenal diri
 Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat
 Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi
 Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara
 Mengadakan penghentian penyidikan
 Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum
 Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang
berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan
tindak pidana
 Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil dan menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk
diserahkan kepada penuntut umumMengadakan tindakan lain menurut
hukum yang bertanggung jawab.

2.4.tugas dan wewenang kepolisian republik Indonesia (polri)

Kepolisian republik Indonesia memiliki tugas dan wewenang dalam menjalankan


tugasnya sebagai seorang polisi
Berikut ini adalah tugas dan wewenang kepolisian republik Indonesia (polri) :
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
1. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
2. menegakkan hukum; dan
3. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
4. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud, Kepolisian
Negara Republik Indonesia bertugas:
5. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
6. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas di jalan;
7. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan;
8. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
9. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
10.melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
11.melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;
12.menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian;
13.melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan
hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;
14.melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani
oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
15.memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya
dalam lingkup tugas kepolisian; serta
16.melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Kepolisian Negara
Republik Indonesia secara umum berwenang:

1. menerima laporan dan/atau pengaduan;


2. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum;
3. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat;
4. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa;
5. mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian;
6. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian
dalam rangka pencegahan;
7. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
8. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
9. mencari keterangan dan barang bukti;
10.menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
11.mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat;
12.memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan
pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
13.menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
14.Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan lainnya berwenang:

15.memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan


masyarakat lainnya;
16.menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
17.memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
18.menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
19.memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam;
20.memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan
usaha di bidang jasa pengamanan;
21.memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
22.melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional;
23.melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;
24.mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian
internasional;
25.melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian.

2.5 kasus kasus tersulit yang pernah ditangani oleh kepolisian


republik Indonesia
Dalam menjalankan tugasnya kepolisian republik Indonesia (polri) harus
menjalankan tugasnya walaupun situasi sangatlah sulit berikut adalah kasus kasus
tersulit yang pernah ditangani oleh kepolisian republik Indonesia (polri)

Kasus Bom Bali I

Peristiwa Bom Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002 silam tepatnya di Jalan Legian,
Kuta Badung, Bali. Peristiwa itu menewaskan 202 jiwa dari 20 negara dan 209
orang lainnya mengalami luka-luka. Peristiwa ini kemudian menjadi headline di
berbagai media internasional, sehingga mata dunia tertuju kepada Indonesia.Polri
kemudian bekerja keras untuk mengungkap dalang aksi teror biadab itu. Akhirnya,
kasus ini terungkap setelah polisi berhasil menangkap Abdul Aziz alias Imam
Samudra, Amrozi bin Nurhasyim dan Ali Gufron alias Muklas.Setelah menjalani
rangkaian proses hukum, ketiganya dihukum mati dan dieksekusi regu tembak di
Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah pada Minggu 9 November 2008 dini
hari. Adapun pelaku lainnya Ali Imron divonis seumur hidup setelah dinyatakan
terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana terorisme.

Kasus Ryan "Jagal" Jombang


Ryan merupakan 'jagal' asal Jombang, Jawa Timur yang membantai dan
memutilasi 11 orang. Para korbannya mayoritas dikubur di pekarangan rumah
orangtuanya di Jombang, Jawa Timur.Kasus pembunuhan berantai ini terungkap
dari penemuan potongan tubuh manusia dalam tas dan kantong plastik di dua
tempat dekat Kebun Binatang Ragunan, Jakarta pada Sabtu 12 Juli
2008.Belakangan diketahui korban adalah Heri Santoso (40). Dia dibunuh dan
dimutilasi oleh Ryan di sebuah apartemen di Jalan Margonda Raya, Depok.
Pengakuan Ryan, dia membunuh Heri karena tersinggung setelah korban
menawarkan sejumlah uang untuk berhubungan badan dengan pacarnya,
Noval.Jejak Ryan dan Noval terlacak setelah mereka berdua menggunakan kartu
ATM dan kartu kredit Heri. Dari sini terungkap bahwa Ryan juga telah membunuh
dan memutilasi sejumlah orang sejak 2007 di Jombang.Pengadilan Negeri Depok
pada 6 April 2009 akhirnya menjatuhkan hukuman mati kepada Ryan. Tak terima
dengan vonis ini dia lantas mengajukan banding dan kasasi, namun ditolak.
Selanjutnya Ryan mengajukan permohonan Keninjauan Kembali ke Mahkamah
Agung. Hasilnya, Mahkamah Agung tetap menjatuhkan hukuman mati kepada
sang jagal.

Kasus Kematian Akseyna Mahasiswa UI

Akseyna Ahad Dori alias Ace (18) adalah mahasiswa jurusan Biologi FMIPA,
Universitas Indonesia (UI) yang ditemukan tewas di Danau Kencana pada 26
Maret 2015 lalu.Warga menemukan korban meninggal dunia dengan kondisi
menggendong tas berisi batu bata yang diduga sebagai pemberat agar korban
tenggelam. Penyidik menemukan surat wasiat yang diduga palsu di kamar kos
korban berisi permintaan agar keluarga maupun pihak lainnya tidak mencari
keberadaan korban.Rektor Universitas Indonesia (UI), Muhammad Anis berharap
polisi dapat segera mengungkap kasus dugan pembunuhan yang menewaskan
mahasiswanya itu. Adanya titik terang yang sudah diperoleh polisi diharapkan
mampu mengungkap siapa dalang pembunuhan sadis tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepolisian republik Indonesia tentunya juga memiliki beberapa sejarah
terbentuknya kepolisian republik Indonesia dimulai dari masa sebelum
kemerdekaan yakni Jaman kerajaan, masa kolonial Belanda,masa penduduk Jepang
Lalu dilanjutkan dengan masa awal kemerdekaan Indonesia yaitu dimulai dari
periode 1944-1950 , periode 1950 -1959 , masa orde lama ,lalu terakhir masa orde
Baru. Kepolisian republik Indonesia atau yang sering disingkat polri merupakan
lembaga negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan,pengayoman ,dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpelihara nya keamanan dalam negeri.selain itu ,dalam bidang penegakan hukum
khususnya berkaitan dengan penanganan tindak pidana sebagaimana yang diatur
dalam KUHAP ,polri sebagai penyidik utama menangani setiap kejahatan secara
umum dalam rangka menciptakan keamanan dalam negeri yang telah ditetapkan
dalam undang-undang Indonesia ,dan memiliki tugas serta wewenang dalam
menangani kasus kasus tersulit yang pernah ditangani oleh kepolisian republik
Indonesia (polri) seperti kasus BOM Bali 1 , kasus Ryan jagal Jombang,Kasus
Kematian Akseyna Mahasiswa UI

3.2 Saran
Indonesia adalah negara yang memiliki kasus kriminal yang tinggi hal ini
berarti kepolisian republik Indonesia (polri) belum melakukan tugas tugas ny
dengan maksimal serta masih juga terdapat kasus kasus polisi yang
menyalahgunakan kekuasaan tugas dan wewenang ny dalam menjalankan tugasnya
dan kewajiban sebagai kepolisian republik Indonesia , berikut adalah beberapa
saran yang bisa dilakukan oleh kepolisian republik Indonesia :
1. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat lebih
memahamiarti penting untuk mematuhi aturan-aturan hukum dalam
bertindak agartercipta keamanan dan ketertiban umum.
2. Perlu adanya peningkatan keamanan dilingkungan masyarakat,
3. Perlu adanya peningkatan kualitas dan profesionalisme kepolisian dalam
menjalankan tugasnya sebagai polisi
4. Adanya ketegasan ketegasan hukum bagi tindak pidana dalam ketentuan
undang-undang dasar negara republik Indonesia

Daftar Pustaka

Lestari,Anggi putri.2021. " Contoh Kata Pengantar untuk Tugas,


Makalah, Karya Ilmiah, dan Laporan ",
https://m.mediaindonesia.com/humaniora/431439/contoh-kata-
pengantar-untuk-tugas-makalah-karya-ilmiah-dan-laporan diakses pada
4 Oktober 2021 pukul 19.00
POLRI , Divisi teknologi informasi dan komunikasi,2021 . " Sejarah
kepolisian republik Indonesia "
https://polri.go.id/sejarah , diakses pada 4 Oktober 2021 pukul 19.30
Presiden republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, 2002 "
kepolisian negara republik Indonesia"
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia
diakses pada tanggal 4 Oktober 2021 20.00
Wikipedia,2019 . "kepolisian republik Indonesia"
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia
diakses pada tanggal 5 Oktober 2021 pukul 10.00

Anda mungkin juga menyukai