Anda di halaman 1dari 4

LANDASAN PENDIDIKAN

Pendidikan dapat diartikan melalui berbagai sudut pandang, yaitu: (a) pendidikan berwujud sebagai
suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan 2 terpadu yang mengatur
usaha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkat kemanusiaannya secara utuh; (b)
pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan usaha-
usaha untuk mencapai tujuan tertentu dalam rangka mencapai harkat kemanusiaan seseorang secara
utuh; dan (c) pendidikan berwujud sebagai hasil, artinya pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang
telah dicapai atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung.

Upaya pendidikan sebagai suatu sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) dengan landasan
yang digunakan dalam proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar,
titik pijak yang melandasi operasionalisasi system pendidikan. Landasan pendidikan secara umum
menyangkut: (1) landasan filosofis; (2) landasan sosiologis; (3) landasan kultural; (4) landasan psikologis;
dan (5) landasan ilmiah dan teknolog

1.Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis sebagai salah satu fondasi dalam pelaksanaan pendidikan bergayut dengan sistem
nilai. Sistem nilai merupakan pandangan seseorang tentang “sesuatu” terutama berkaitan dengan arti
kehidupan (pandangan hidup). Pandangan hidup sebagai sistem nilai yang dipegang teguh bukan
semata-mata terdapat pada individu, melainkan juga pada sekelompok masyarakat suatu bangsa.

Bagi bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa adalah Pancasila. Berkenaan dengan landasan filosofis
pendidikan, melalui operasionalisasi pendidikan, baik secara makro maupun mikro, haruslah
berlandaskan Pancasila dan diarahkan membentuk manusia Indonesia yang Pancasilais sejati.

Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan, berarti bahwa: a. Dalam merumuskan tujuan, metode,
materi, dan pengelolaan belajar dan mengajar dijiwai dan didasarkan pada Pancasila. 4 b. Sistem
penyelenggaraan, pembinaan, dan pengembangan pendidikan nasional haruslah berlandaskan
Pancasila. c. Hakikat manusia sebagai makhluk individu, sosial, susila, dan religius, haruslah diwujudkan
melalui upaya pendidikan, sehingga akan tercipta integritas kepribadian manusia Indonesia sesuai
dengan yang dicita-citakan Pancasila.

2. Landasan Sosiologis Pendidikan Pendidikan

merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan
proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah, anak
didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya,
serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia. Pendidikan tidak berlangsung dalam keadaan
vakum sosial. Dua isu yang dibahas, yaitu: (a) pendidikan dan masyarakat, serta (b) pendidikan dan
perubahan sosial.

a. Pendidikan dan Masyarakat.

Dilihat dari sudut masyarakat secara keseluruhan, fungsi pendidikan adalah untuk memelihara
kebudayaan. Kebudayaan berhubungan dengan nilai-nilai, kepercayaan, norma-norma yang turun-
temurun dari generasi ke generasi yang selalu mengalami perubahanMenurut Daud Yusuf (1982),
sumber nilai yang ada dalam masyarakat untuk dikembangkan melalui proses pendidikan ada tiga yaitu:
logika, estetika, dan etika. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan merupakan nilai-nilai yang bersumber
pada logika (pikiran).

b. Pendidikan dan Perubahan Sosial Ada berbagai cara yang saling mempengaruhi antara sekolah dan
masyarakat dalam berbagai perubahan:

1) Perubahan teknologi
2) Perubahan demografi
3) Urbanisasi dan sub-urbanisas
4) Perubahan politik masyarakat, bangsa, dan negara

3. Landasan Kultural Pendidikan

Pendidikan sebagai sub-sistem masyarakat mempunyai peranan mewariskan, memelihara, dan sekaligus
sebagai agen pembaharuan kebudayaan. Pendidikan merupakan proses budaya, yakni generasi manusia
berturut-turut mengambil peran, sehingga menghasilkan peradaban masa lampau dan mengambil
peranan di masa kini serta mampu menciptakan peradaban di masa depan. Pendidikan sebagai proses
upaya pemeliharaan dan berperan dalam membangun peradaban dan pendidikan tidak terbatas pada
benda-benda yang tampak seperti bangunan fisik, melainkan meliputi: gagasan, perasaan, kebiasaan,
peran dan alam kehidupan sekarang juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang,
karena pemeliharaan peradaban manusia merupakan tugas tanpa akhir. Pada hakikatnya, manusia
sebagai makhluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Salah satu cara untuk
memelihara kebudayaan adalah melalui pengajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan sekaligus pengembangan kebudayaan.

a. Kebudayaan dan Sekolah Tradisi kebudayaan menghambat perkembangan dalam berkompetisi


dengan kelompok lain.
b. b. Prasangka dan pertentangan di berbagai kelompok budaya Pertentangan yang disebabkan
oleh adanya berbagai kelompok budaya dan ras dapat berupa prasangka negatif di antara
sesama kelompok dan hal ini berpengaruh terhadap pendidikan
c. c. Stereotipe Keefektifan dalam pengajaran timbul dan siswa akan lebih terbimbing, serta
keseganan dan rasa takut berkurang, jika guru menunjukkan stereotipe yang menyenangkan.
d. Faktor budaya dalam proses pengajaran (culture factors in teaching) Dalam hal in,i banyak faktor
yang mempengaruhi, seperti: nilai-nilai budaya orang tua, penggunaan bahasa, keadaan sosial
yang dibawa anak dari lingkungan (tradisi) dan pengaruh kelompok dominan.
e. Pelatihan budaya untuk pendidikanPerlu dikembangkan kondisi sekolah yang di dalamnya
terdapat pertentangan antara kelompok mayoritas dan minoritas yang sering menghadapi
konflik budaya antara guru, siswa, dan orang tua. Kenyataan ini menuntut adanya pelatihan
budaya bagi pendidik agar ia mampu menghubungkan nilai-nilai budaya dengan pengajaran dan
proses pengajaran
f. Masalah kewibawaan merupakan ubahan (variabel) yang tidak dapat diabaikan Penguasaan
terhadap kewibawaan guru lebih membantu siswa dalam penguasaan bahan-bahan pengajaran.
g. Sub-kebudayaan (sub-culture) Perbedaan warna kulit dan kemiskinan menjadi penghambat
dalam pelaksanaan pendidikan. Karena kelompok-kelompok tersebut saling menolak terhadap
pelayanan sekolah.
h. Dinamika kelompok sosial Sekolah harus mampu menghilangkan adanya kelompok-kelompok
minoritas dan membawanya ke arah perubahan melalui proses sosialisasi.

4. Landasan Psikologis Pendidikan

Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Karakteristik perilaku setiap individu pada
berbagai tingkatan perkembangan merupakan kajian dari psikologi perkembangan, terdapat dua cabang
psikologi yang sangat penting diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar

Pendidikan dapat diamati sebagai proses berlangsungnya belajar. Belajar merupakan realitas ternyata
telah melahirkan teori-teori psikologis, beberapa di antaranya teori psikologi elementer, teori psikologi
daya, teori psikologi appersepsi, teori psikologi assosiasi, teori psikologi “conditioning”, dan teori
psikologi Gestalt.

Perhatian utama dalam psikologi pendidikan adalah: (a) sifat dan karakteristik siswa, (b) sifat proses
belajar, (c) cara guru membuat proses belajar siswa, dan (d) penetapan prinsip-prinsip ilmiah.

Psikologi sebagai ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan pendidikan berorientasi pada tiga hal, yaitu:
hakikat siswa, proses belajar, dan peranan guru. kedudukan guru sebagai sentral pengendalian proses
belajar dan mengajar. Sehubungan dengan kedudukan yang sentral ini, maka dalam penyampaian pesan
guru mampu mendasarkan pada: (a) perbedaan individu siswa seperti: sifat, minat, sikap, bakat,
karakteristik, kemampuan, temperamen, dan sebagainya, dan (b) belajar (prinsip-prinsip belajar).

5. Landasan Ilmiah, Teknologi Pendidikan, dan Seni

Dengan spektrum kegiatan ipteks tersebut, kontribusi pendidikan terhadap kemajuan ipteks dapat
berupa mulai dari kegiatan hafalan meneliti suatu fenomena, menyelesaikan masalah sampai produksi
barang. Hubungan antara pendidikan dan ipteks saling bergantung dan timbal balik, artinya kemajuan
pendidikan diarahkan untuk kemajuan ipteks. Sebaliknya perkembangan ipteks akan berpengaruh
terhadap perkembangan pendidikan. Ini berarti, bahwa operasionalisasi pendidikan harus pula
berlandaskan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar pendidikan tidak
ketinggalan dengan pesatnya kemajuan ipteks. Pengaruh dari perkembangan IPTEKS ini cukup luas,
meliputi segala bidang kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, keamanan,
pendidikan, dan lain sebagainya. Khususnya dalam bidang pendidikan, perkembangan teknologi industri
mempunyai hubungan timbal balik dengan pendidikan. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan
dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, computer, gawai dan peralatan
lainnya. Perkembangan IPTEKS, secara langsung akan menjadi isi/materi pendidikan, sedangkan secara
tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan
pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni juga dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah pendidikan.

6. Landasan Pendidikan Nasional di Indonesia

Dengan diproklamasikannya NKRI pada tanggal 17 Agustus 1945, terjadi perubahan dalam bidang
pendidikan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam pembangunan pendidikan nasional yang bersifat
mendasar yaitu menyangkut penyesuaian pembangunan bidang pendidikan dengan dasar dan cita-cita
bangsa dan Negara

Sesuai dengan dasar 17 dan falsafah NKRI 17 Agustus 1945, dasar hukum pembangunan pendidikan
nasionaldi Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Landasan Ideal: Pancasila 2) Landasan Konstitusional:
UUD 1945 3) Landasan Operasional: UUSPN

Anda mungkin juga menyukai