Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KONSENSUS NASIONAL PANCASILA

(Sebagai Syarat Tugas Mata Kuliah Konsensus Nasional)

Disusun Oleh:
1. Ahman Tosy Hartino 1713032025
2. Retno Wardani 1713032053
3. Serly Hidayah 1713032017
4. Vivi Ardila Eka Putri 1713032003

Dosen Pengampu: 1. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd.


2. Nurhayati, S.Pd., M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGRAAN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang kita harapkan syafaatnya di hari akhir nanti, amin.
Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Konsensus Nasioanl. Penulis menyadari penyusunan makalah ini belum
sempurna. Oleh sebab itu, penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran
guna melengkapi dan perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca pada umumnya dan penulis
sendiri secara khusus.

Bandar Lampung, 21 Oktober 2020

Penyusun
v

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Sejarah perumusan pancasila...........................................................3
2.2 Fungsi dan kedudukan pancasila......................................................9
2.3 Pancasila sebagai sistem filsafat.....................................................14
2.4 Pancasila sebagai ideologi negara...................................................21
2.5 Pengalaman nilai-nilai pancasila.....................................................31
BAB III PENUTUP.......................................................................................36
3.1 Kesimpulan......................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Empat konsesus kebangsaan yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika akhir-
akhir ini menjadi pembicaraan publik. Harus diakui, tidak banyak
pembicaraan di kalangan publik tentang keempat konsesus itu sepanjang
masa demokrasi dan kebebasan sejak 1998. Jika ada, diskusi publik tentang
keempat konsesus itu, maka ia hilang-hilang timbul untuk kemudian seolah
lenyap tanpa bekas. Tidak ada upaya tindak lanjut sistematis dari pemerintah
khususnya untuk merevitalisasi, menyosialisasikan, dan menanamkan kembali
keempat konsesus itu dalam kehidupan kebangsaan-kenegaraan. Akibatnya,
sepanjang reformasi politik yang bermula pada tahun 1998, negara-bangsa
Indonesia hampir tidak pernah putus dipenuhi gagasan, wacana, gerakan, dan
aksi yang secara diametral bertolak belakang dengan keempat konsesus
tersebut.
Indonesia memiliki empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar tersebut
harus diperkokoh untuk membangun bangsa dalam tatangan kehidupan
bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Jika diibaratkan pilar merupakan
tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang ini
rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat tiang penyangga ditengah ini
disebut soko guru yang kualitasnya terjamin sehingga pilar ini akan
memberikan rasa aman tenteram. Dengan demikian pilar pada Pancasila, UUD
1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan tiang penyangga bagi
berdirinya negara Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok,
landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi
lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-

iv
nilai dasar dari Pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan permusyawaratan/
perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Dalam paradigma pembangunan di negara Indonesia hakikat kedudukan
Pancasila mengandung suatu konskuensi bahwa dalam segala aspek
pembangunan nasional, harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila, baik
aspek pembangunan politik, pembangunan ekonomi maupun pembangunan
sosial. Dalam pembangunan politik yang berlandaskan Pancasila di Indonesia
menganut sistem politik demokratis yakni menempatkan rakyat dalam
kedudukan tertinggi yang berarti meletakkan kedaulatan pada seluruh rakyat
(demokrasi). Hal ini berlawanan dengan sistem diktator, otoriter, totaliter yang
menempatkan sebagian kecil rakyat dalam kedudukan tertinggi (meletakkan
kedaulatan pada elite).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Saja sejarah perumusan pancasila?
2. Apa saja fungsi dan kedudukan pancasila?
3. Bagaimana pancasila sebagai sistem filsafat?
4. Bagaimana pancasila sebagai ideologi negara?
5. Bagaimana Pengalaman nilai-nilai pancasila?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sejarah perumusan pancasila.
2. Mengetahui fungsi dan kedudukan pancasila.
3. Mengetahui pancasila sebagai sistem filsafat.
4. Mengetahui pancasila sebagai ideologi negara.
5. Mengetahui Pengalaman nilai-nilai pancasila.

BAB II

v
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perumusan Pancasila


Pancasila adalah dasar Negara dan pandangan hidup seluruh rakyat
Indonesia. Sebagai dasar Negara, Pancasila mempunyai kedudukan sebagai
dasar dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila
sebagai dasar Negara diwujudkan dalam hukum nasional Indonesia, dimana
Pancasila menjadi sumber dari segala sumber hukum yang ada di Negara
Indonesia. Sedangkan sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila dijadikan
sebagai arahan bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam menjalani
kehidupan sehari-hari sebagaimana menjalani kehidupan yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Menjelang tahun 1945, Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya,
Jepang banyak menggunakan cara untuk menarik simpati khususnya kepada
bangsa Indonesia dengan membuat suatu janji bahwa jepang akan
memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944.Pembentukan
BPUPKI Jepang meyakinkan akan janjinya terhadap bangsa Indonesia untuk
dimerdekakan dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam bahasa Jepang BPUPKI berarti
Dokuritsji Junbi Cosakai.
Jenderal Kumakichi Harada adalah komandan pasukan jepang di jawa dan
mengumumkan pembentukan BPUPKI lalu pada tanggal 28 April 1945
diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Pergelaran upacara
peresmiannya di gelar Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta (sekarang,
Gedung Departemen Luar Negeri). BPUPKI beranggotakan 67 orang,
termasuk 7 orang Jepang dan 4 orang Cina dan Arab.Jabatan Ketua BPUPKI
adalah Radjima Wedyodiningrat, Wakil ketua BPUPKI adalah Icibangase
(Jepang), dan sebagai sekretarisnya adalah R.P. Soeroso.
Sejarah Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei 1 Juni 1945) Setelah
terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan.Persidangan BPUPK

vi
dilaksanakan pertama kali pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni
1945.Pada persidangan, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk
Indonesia merdeka.
Pada persidangan BPUPKI yang pertama, terdapat berbagai pendapat
mengenai dasar negara yang dipakai di Indonesia.Rumusan dasar negara
Indonesia disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir.
Soekarno. Sejarah Persidangan Kedua BPUPKI (10-16 Juli 1945) Sidang
pertama BPUPKI berakhir, namun rumusan dasar negara Indonesia untuk
merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan istirahat satu bulan penuh.
Akhirnya BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang anggota
terdiri dari sembilan orang yang disebut dengan Panitia Sembilan.Tugas
Panitia Sembilan adalah menerima berbagai aspirasi mengenai pembentukan
dasar negara Indonesia.
Anggota Panitia Sembilan terdiri dari “Ir. Soekarno (ketua), Abdulkahar
Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Mr.Moh. Yamin, H.
Agus Salim, Ahmad Subardjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A.A. Maramis”
Berkat kerja keras dan cerdas dari Panitia Sembilan membuahkan hasil di
tahun 22 Juni 1945 yang berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia
merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin yang diberi nama “Piagam
Jakarta atau Jakarta Charter”. Berikut ini kronologi penyusunan pancasila
oleh BPUPKI dari awal sidang hingga menjadi ideologi negara yang dipakai
saat ini, simak uraiannya:
1. Sidang 29 Mei 1945
Dalam sidang ini, Moh Yamin mendapat kesempatan pertama untuk
berpidato dan menyampaikan lima sila yang diusulkannya yaitu; peri
kebangsaan, kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan bagi
rakyat.Setelah pidato selesai, Moh Yamin menyusun rancangan UUD
yang mencakup lima asas yaitu;

 Ketuhanan
 Kebangsaan
 Kemanusiaan
 Kerakyatan dengan permusyawaratan

vii
 Keadilan Sosial
1. Sidang 31 Mei 1945
Setelah BPUPKI menyelenggarakan sidang pertama, dua hari
kemudian diadakan lagi sidang yang membahas perumusan
pancasila ini. Pada kedua ini sidang ini, Supomo menyampaikan
usulannya yaitu lima asa negara antara lain: keseimbangan lahir
batin, persatuan, musyawarah, kekeluargaan, serta keadilan rakyat.
2. Sidang 1 Juni 1945
Sehari setelah sidang kedua, sidang ketiga dilaksanakan dengan
pidato dari Soekarno mengenai usulan asa negara yaitu;
kebangsaan Indonesia, internasionalisme (kemanusiaan), mufakat
(demokrasi), kesejahteraan sosial, ketuhanan YME. Peristiwa pada
sidang ini diabadaikan sebagai hari penetapan pancasila. Usulan
dari tiga tokoh besar masa kemerdekaan Indonesia, ditampung dan
dibahas kembali oleh anggota BPUPKI yang lebih kecil lagi
(panitia sembilan).
3. Sidang Panitia Sembilan (22 Juni 1945)
Pada sidang ini, naskah rancangan pembukaan UUD (piagam
Jakarta/Jakarta Charter) telah berhasil dirumuskan oleh panitia
sembilan. Isinya yaitu:

 Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi


pemeluk-pemeluknya
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksan dalam
permusaywaratan/perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang panitia sembilan ini, menjadi akhir dari perumusan awal


pancasila.Kemudian pancasila resmi dijadikan dasar negara,
ditandai dengan proklamasi.

viii
Sehari setelah hari proklamasi pancasila, PPKI (berganti nama dari
BPUKI) menyempurnakan rumusan pancasila dalam pembukaan
UUD.
4. Sidang 18 Agustus 1945
Pada sidang kali ini, sila pertama dari pancasila yang sudah
diproklamasikan diubah menjadi “Ketuhanan YME” oleh
Muhammad Hatta. Perdebatan mengenai perubahan sila pertama
tak pernah berhenti hingga hari ini, padahal pendiri negara
Indonesia sudah menetapkan sila tersebut. Seharusnya masyarakat
sepakat akan keputusan pemerintah tersebut.
5. Instruksi Presiden No. 12 (1968)
Setelah pancasila diproklamasikan pada 18 Agustus 1945, masih
banyak keberagaman pengucapan, perumusan, dan pembacaan
dari isinya.Maka dari itu, Soeharto menetapkan instruksi tentang
rumusan pancasila. Hasil dari rumusan yang baru tidak berbeda
dengan yang sebelumnya, hanya saja ada perubahan pada poin
pertama yang menjadi “ketuhanan Yang Maha Esa”. Karena
Soeharto menganggap keberadaan Tuhan hanya satu, dan hal itu
kembali kepada kepercayaan masing-masing individu. Instruksi
presiden mengenai rumusan pancasila ini, berlaku dan dipakai
oleh masyarakat Indonesia hingga hari ini. Para pejuang
kemerdekaan tidak main-main dalam merumuskan dasar negara
tersebut, maka dari itu masyarakat harus melanjutkan visi dan
tujuan yang telah dirumuskan dalam rangka menghargai para
pejuang.

Salah satu hari bersejarah dari kesaktian pancasila ini, yaitu saat peristiwa
G30S (30 September).Dimana tebunuhnya beberapa perwira militer angkatan
darat, yang menjadi duka nasional.Dilaksanakannya ritual pengibaran merah
putih yang hanya dinaikan setengah tiang, kemudian esok harinya (1 Oktober)
bendera dinaikan hingga penuh.Prosesi tersebut menyimbolkan duka
nasional.

ix
Ada dua perwira yang gugur di Yogyakarta yaitu Soegiyono dan
Katamso, kemudian diadakannya prosesi pengibaran bendera yang
dinaikan penuh. Hal itu menandakan “kesaktia pancasila” atas
kemenangan melawan ideologi komunis. Ritual pengibaran bendera setiap
tanggal 30 September dan 1 Oktober, menjadi prosesi yang wajib
dilakukan sebagai hari peringatan nasional.Namun setelah masa orde baru
berhenti saat reformasi 98 (Soeharto lengser), ritual pengibaran ini sudah
sangat jarang dilakukan lagi.Proses pembuatan atau perumusan pancasila
memang sangat panjang, melalui beberapa sidang dan kontroversi dari
berbagai kalangan.Hingga akhirnya menjadi dasar negara yang disepakati
bersama, meskipun masih ada saja yang menolak.Namun, kesaktian dari
pancasila ini mampu menumbuhkan nasionalisme.
Perumusan dan sistematika Pancasila yang telah dibahas dalam Piagam
Jakarta kemudian diterima oleh Badan Penyidik dalam sidangnya yang
kedua pada tanggal 14-16 Juli 1945. Namun, walaupun rumusan Pancasila
sudah diterima oleh Badan Penyidik, belum berarti rumusan Pancasila
sudah mencapai final.Karena, belum adanya perwakilan yang representatif
(mewakili berbagai unsur). Pembentukan Panitia Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) Tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI
dibubarkan di Jepang.Untuk menindak lanjutkan hasil kerja dari BPUPKI,
maka jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut dengan Dokuritsi
Junbi Inkai.
Anggota PPKI terdiri dari 21 orang untuk seluruh masyarakat
Indonesia, 12 orang wakil dari jawa, 3 wakil dari sumatera, 2 orang wakil
dari sulawesi, dan seorang wakil Sunda Kecil, Maluku serta penduduk
cina. Pada tanggal 18 Agustus 1945, ketua PPKI menambah 6 anggota lagi
sehingga anggota PPKI berjumlah 27 orang dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari
Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa),
dan pada akhirnya bertambah enam orang lagi.

x
Rumusan Akhir Yang Ditetapkan Tanggal 18 Agustus1945 Dari sidang
pertama PPKI menghasilkan beberapa keputusan:

1. Mengesahkan UUD Negara Republik Indonesia dengan jalan. a)


Menetapkan Pigam Jakarta dengan beberapa perubahan menjadi
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia. b) Menetapkan
Rancangan-Rancangan Hukum Dasar dengan beberapa perubahan
menjadi UUD Negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal
sebagai UUD 1945.
2. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagi
Wakil Presiden Republik Indonesia.
3. Sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional
Indonesia yang dikemudian dikenal sebagai Badan Musyawarah
Darurat.

Pancasila akhirnya ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia


pada sidang pertama PPKI (18 Agustus 1945) yang didahului dengan
penetapan Rancangan Mukadimah (Pembukaan) dan rancangan UUD
menjadi Pembukaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, secara sah dan resmi menurut ketentuan yuridis
konstitusional.Pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia didahului dengan pengesahan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia yang yang dipimpin langsung oleh
Ketua PPKI, Ir. Soekarno. Bunyi kelima butir sila Pancasila yang telah
ditetapkan secara sah dan resmi pada sidang pertama PPKI (18 Agustus
1945) adalah sebagai berikut:

 Satu : Ketuhanan yang Maha Esa


 Dua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
 Tiga : Persatuan Indonesia
 Empat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan

xi
 Lima : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

2.2 Fungsi dan Kedudukan Pancasila


Pancasila merupakan lima nilai dasar yang luhur yang ada dan juga
berkembang di Negara Indonesia, bersama dengan Bangsa Indonesia dan
menjadi penggerak perjuangan bangsa di zaman kolonialisme. Pancasila juga
sekaligus menjadi warna, sikap dan pandangan Bangsa Indonesia secara
formal.Yang dilaksanakan di tanggal 18 Agustus 1945, yang kemudian
disahkan menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.Pancasila merupakan
ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
bahasa Sanskerta: "pañca" berarti lima dan "śīla" berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Fungsi dan Kedudukan Pancasila :

1. Pancasila Sebagai Dasar Negara bangsa Indonesia


Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan
serta dapat memberi kekuatan kepada berdirinya suatu
negara.Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu alas atau
landasan yaitu Pancasila.Pancasila pada fungsinya sebagai dasar
negara, adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni
rakyat, pemerintah dan wilayah.Pancasila pada posisi seperti inilah
yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Pandangan hidup merupakan suatu wawasan menyeluruh terhadap
kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-nilai
luhur.Pandangan hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk
mengatur hubungan sesama manusia, hubungan manusia dengan
Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.
3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
Ideologi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan,
pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu jadi Ideologi

xii
dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-pengertian dasar.Dengan
demikian Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada hakikatnya
adalah suatu hasil perenungan atau pemikiran Bangsa Indonesia.
Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata
lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia.
4. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat
indonesia, hal tersebut melalui penjabaran instrumental sebagai acuan
hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai serta sesuai dengan
jiwa Indonesia serta karena pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya
Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya
masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa
Bangsa.Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan adanya
Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu kala pada masa kejayaan
nasional.
5. Pancasila merupakan Sumber dari segala sumber tertib hukum
Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan /
hukum yang berlaku dan dijalankan di Indonesia harus bersumber dari
Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan Pancasila. Karena
segala kehidupan negara indonesia berdasarkan pancasila.
6. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia
Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama
dengan lahirnya bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa
Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat
membedakan dengan bangsa lain. dan Pancasila Merupakan wujud
peran dalam mencerminkan adanya kepribadian Negara Indonesia
yang bisa membedakan dengan bangsa lain, yaitu amal perbuatan,
tingkah laku dan sikap mental bangsa Indonesia.
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa
Indonesia

xiii
Dalam Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia
yang menjadikan pancasila sebagai patokan atau landasan pemersatu
bangsa.dimana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil,
makmur yang merata baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan
Pancasila.
8. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Karena saat berdirinya bangsa indonesia, Pancasila merupakan
perjanjian luhur yang telah disepakati oleh para pendiri bangsa untuk
dilaksanakan, di lestarikan dan di pelihara. Artinya Pancasila telah
disepakati secara nasional sebagai dasar negara tanggal 18-Agustus-
1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan
Indonesia), PPKI ini merupakan wakil-wakil dari seluruh rakyat
Indonesia yang mengesahkan perjanjian luhur (Pancasila) tersebut.
9. Pancasila sebagai Falsafah Hidup yang Mempersatukan Bangsa
Indonesia
Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan
Bangsa Indonesia. Karena Pancasila merupakan palsafah hidup dan
kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan
norma-norma yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar,
bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna mempersatukan
Rakyat Indonesia.
10. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa
indonesia yang teah membentuk watak, sikap, prilaku, etika dan tata
nilai norma yang telah melahirkan pandangan hidup.
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
bangsa Indonesia sekaligus penggerak perjuangan bangsa pads mass
kolonialisme. Hal ini sekaligus menjadi warna dan sikap serta pandangan
hidup bangsa Indonesia hingga secara formal pada tanggal 18 Agustus 1945
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 disahkan menjadi Dasar
Negara Republik Indonesia. Adapun kedudukan dan fungsi pancasila tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:

xiv
1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pandangan hidup terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur
merupakan suatu wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan itu
sendiri. Pandangan hidup ini berfungsi sebagai :
 Kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi
maupun dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat serta
slam sekitarnya.
 Penuntun dan penunjuk arah bagi bangsa Indonesia dalam semua
kegiatan dan aktivitas hidup serta kehidupan di segala bidang.

Oleh karena itu dalam menempatkan Pancasila sebagai pandangan


hidupnya maka masyarakat Indonesia yang ber-Pancasila selalu
mengembangkan potensi kemanusiaannya sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial dalam rangka mewujudkan kehidupan bersama
menuju satu pandangan hidup bangsa dan satu pandangan hidup
Negara yaitu Pancasila.

2. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Kedudukan pancasila sebagai dasar negara memberikan arti bahwa
segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan
Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila.Juga berarti bahwa
semua peraturan yang berlaku di negara Republik Indonesia harus
bersumber pada Pancasila.atau dengan kata lain, Pancasila adalah
sumber dari segala sumber hukum. Oleh karena itu semua tindakan
kekuasaan atau kekuatan dalam masyarakat harus berdasarkan
peraturan hukum.Selanjutnya, hukum pulalah yang berlaku sebagai
norms di dalam Negara, sehingga negara Indonesia harus dibangun
menjadi sebuah negara hukum.
Sebagai sumber dari segala sumber hukurn atau sebagai sumber tertib
hukum maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu
Pembukaan UUD 1945, kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam
pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
serta hukum positip lainnya.

xv
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai
berikut :

1. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan somber dari


segala sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia.
2. Pancasila merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia
yang dalam
3. Pembukaan UUD 1945 dij abarkan dalam empat pokok pikiran.
4. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara baik
hukum dasar tertulis maupun tidak tertulis.
5. Pancasila mengandung norms yang mengharuskan UUD 1945
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara termasuk para penyelenggara partai dan
golongan fungsional memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
6. Pancasila merupakan sumber semangat bagi UUD 1945,
Penyelenggara Negara, Pelaksana Pemerintah termasuk
penyelenggara partai dan golongan fungsional.

3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Berdasarkan etimologinya, ideologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari dua kata yaitu idea berarti rant muka, perawakan, gagasan
dan buah pikiran dan logis berarti ajaran.Dengan demikian ideologi
adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau science
des ideas. Pengertian Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan
gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis
yang mengarahkan tingkah laku seseorang dalam berbagai bidang
kehidupan seperti:
 Bidang politik, termasuk bidang hukum, pertahanan dan
keamanaan.
 Bidang sosial
 Bidang kebudayaan

xvi
2.3 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Titus, Smith dan Nolan memberikan definisi filsafat berdasarkan watak
dan fungsinya.Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti
informal). Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi (arti formal). Ketiga,
filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (arti
komprehensif).Keempat, filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta
penjelasan tentang arti kata dan konsep (arti analisis linguistik).Kelima,
filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian
manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat (arti aktual-
fundamental).
Beberapa alasan Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat. Pertama,
dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya
dengan nama Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun
pidatonya sebagai berikut: “Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti
apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta dasar,
minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang
muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung,
di atas mana kita mendirikan negara Indonesia itu”.
Kedua, menurut Noor Bakry, Pancasila adalah hasil permenungan
mendalam para tokoh kenegaraan Indonesia, melalui suatu diskusi dan dialog
panjang dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI. Hasil permenungan
itu sesuai dengan ciri-ciri pemikiran filsafat, yakni koheren,  logis, inklusif,
mendasar, dan spekulatif. Ketiga, menurut Sastrapratedja, Pancasila menjadi
ideologi negara. Pancasila adalah dasar politik yang mengatur dan
mengarahkan segala kegiatan yang berkaitan dengan hidup kenegaraan,
seperti perundang-undangan, pemerintahan, perekonomian nasional, hidup
berbangsa, hubungan warga negara dengan negara, dan hubungan
antarsesama warga negara, serta usaha-usaha untuk menciptakan kesejateraan
bersama.

xvii
Driyarkara membedakan antara filsafat dan Weltanschauung. Filsafat lebih
bersifat teoritis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realitadengan
sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran. Weltanschauung lebih
mengacu pada pandangan hidup yang bersifat praktis. Driyarkara menegaskan
bahwa weltanschauung belum tentu didahului oleh filsafat karena pada
masyarakat primitif terdapat pandangan hidup (Weltanschauung) yang tidak
didahului rumusan filsafat. Filsafat berada dalam lingkup ilmu, sedangkan
weltanshauung berada di dalam lingkungan hidup manusia, bahkan banyak
pula bagian dari filsafat (seperti: sejarah filsafat, teori-teori tentang alam)
yang tidak langsung terkait dengan sikap hidup.
Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari
seluruh peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila
sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu
yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang
kemudian disepakati sebagai dasar filsafat negara (Philosophische
Grondslag).
Manusia memerlukan filsafat dengan beberapa alasan. Pertama, manusia
telah memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan teknologi, telah
mengembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh ketenteraman
(security) dan kenikmatan (comfort). Kedua, filsafat melalui kerjasama
dengan disiplin ilmu lain memainkan peran yang sangat penting untuk
membimbing manusia kepada keinginan-keinginan dan aspirasi
mereka.Beberapa faedah filsafat yang perlu diketahui dan dipahami. Pertama,
faedah terbesar dari filsafat adalah untuk menjaga kemungkinan terjadinya
pemecahan-pemecahan terhadap problem kehidupan manusia.Kedua, filsafat
adalah suatu bagian dari keyakinan-keyakinan yang menjadi dasar perbuatan
manusia.Ide-ide filsafat membentuk pengalaman- pengalaman manusia pada
waktu sekarang. Ketiga, filsafat adalah kemampuan untuk memperluas
bidang-bidang kesadaran manusia agar dapat menjadi lebih hidup, lebih dapat
membedakan, lebih kritis, dan lebih pandai”
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau filsafat Pancasila, artinya
refleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara.Sastrapratedja

xviii
menjelaskan makna filsafat Pancasila sebagai berikut. Pertama, agar dapat
diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila
dalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik.Kedua, agar dapat dijabarkan
lebih lanjut sehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang
menyangkut hidup bernegara.Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan
berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Keempat,
agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang
bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat,
serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.
Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila
dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan
sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di
Barat.Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilainilai Pancasila
dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang
berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila.Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai
dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-
nilai Pancasila harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik
dan dasar bagi pembangunan nasional. Sastrapratedja mengatakan bahwa
Pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Soerjanto
mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk memberikan orientasi ke
depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dihadapinya.
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang hakikat
segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan disiplin
ilmu-ilmu yang membahas sesuatu secara khusus. Ontologi membahas
tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang ada,  yaitu unsur

xix
yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga dengan
istilah substansi. Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang
substansi. Substansi berasal dari bahasa Latin “substare” artinya serentak
ada, bertahan, ada dalam kenyataan. Substantialitas artinya sesuatu yang
berdiri sendiri, hal berada, wujud, hal wujud.
Menurut Bakker, Ontologi adalah ilmu yang paling universal karena
objeknya meliputi segala-galanya menurut segala bagiannya (ekstensif)
dan menurut segala aspeknya (intensif). Bakker mengaitkan dimensi
ontologi ke dalam Pancasila dalam uraian berikut.Manusia adalah
makhluk individu sekaligus sosial (monodualisme), yang secara universal
berlaku pula bagi substansi infrahuman, manusia, dan Tuhan. Kelima sila
Pancasila menurut Bakker menunjukkan dan mengandaikan  kemandirian
masing-masing, tetapi dengan menekankan kesatuannya yang mendasar
dan keterikatan dalam relasi-relasi. Dalam kebersamaan itu, sila-sila
Pancasila merupakan suatu hirarki teratur yang berhubungan satu sama
lain, khususnya pada Tuhan. Bakker menegaskan bahwa baik manusia
maupun substansi infrahuman bersama  dengan otonominya ditandai oleh
ketergantungan pada Tuhan Sang Pencipta.  Ia menyimpulkan bahwa
segala jenis dan taraf substansi berbeda secara esensial, tetapi tetap ada
keserupaan mendasar.
Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss dalam Theories of Human
Communication menegaskan bahwa ontologi merupakan sebuah filosofi
yang berhadapan dengan sifat makhluk hidup. Ada empat masalah
mendasar dalam asumsi ontologis ketika dikaitkan dengan masalah
sosial: pertama, pada tingkatan apa manusia membuat pilihan-pilihan
yang nyata, Kedua, apakah perilaku manusia sebaiknya dipahami dalam
bentuk keadaan atau sifat, Ketiga, apakah pengalaman manusia semata-
mata individual atau sosial, Keempat, pada tingkatan apakah komunikasi
sosial menjadi kontekstual
Littlejohn dan Fossterkait mengemukakan bahwa, masalah ontologis
ini dapat diterapkan ke dalam Pancasila sebagai sistem filsafat. Pertama,
determinisme menyatakan bahwa perilaku manusia disebabkan oleh

xx
banyak kondisi sebelumnya sehingga manusia pada dasarnya bersifat
reaktif dan pasif.
Pancasila sebagai sistem filsafat lahir sebagai reaksi atas penjajahan
yang melanggar Hak Asasi Manusia, sebagaimana amanat yang
tercantum dalam alinea I Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, ”Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”. Kedua, pragmatisme menyatakan
bahwa manusia merencanakan perilakunya untuk mencapai tujuan masa
depan sehingga manusia merupakan makhluk yang aktif dan dapat
mengambil keputusan yang memengaruhi nasib mereka. Sifat aktif yang
memunculkan semangat perjuangan untuk membebaskan diri dari
belenggu penjajahan termuat dalam alinea II Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi:
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia, dengan selamat sentausa mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang Kemerdekaan Negara
Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.
Ketiga, kompromisme menyatakan bahwa manusia yang membuat
pilihan dalam jangkauan yang terbatas atau bahwa perilaku telah
ditentukan, sedangkan perilaku yang lain dilakukan secara bebas.
Ketergantungan di satu pihak dan kebebasan di pihak lain tercermin
dalam alinea III Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, “Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. Ketergantungan dalam hal ini
adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, sedangkan kebebasan
bangsa Indonesia mengacu pada keinginan luhur untuk bebas merdeka.
Persoalan kedua, dipertanyakan apakah perilaku manusia sebaiknya
dipahami dalam bentuk keadaan atau sifat?Keadaan mencerminkan

xxi
kedinamisan manusia, sedangkan sifat mengacu pada karakteristik yang
konsisten sepanjang waktu. Keadaan dan sifat membentuk perilaku
bangsa Indonesia dari masa ke masa, berupa solidaritas, rasa
kebersamaan, gotong rotong, bahu-membahu untuk mengatasi kesulitan
demi menyongsong masa depan yang lebih baik.
Persoalan ketiga, dipertanyakan apakah pengalaman manusia semata-
mata individual ataukah sosial?Para pahlawan (Diponegoro, Imam
Bonjol, Pattimura, dan seterusnya) dan tokoh-tokoh pergerakan nasional
(Soekarno, M. Hatta, A.A Maramis, Agus Salim, dan seterusnya)
berjuang bersama untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.
Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas
hakikat dan nilai-nilai sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara
Indonesia.Sastrapratedja menjabarkan prinsip-prinsip Pancasila sebagai
berikut.pertama, prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
pengakuan atas kebebasan beragama, saling menghormati dan bersifat
toleran, serta menciptakan kondisi agar hak kebebasan beragama itu
dapat dilaksanakan oleh masing-masing pemeluk agama. Kedua, prinsip
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengakui bahwa setiap orang
memiliki martabat yang sama, setiap orang harus diperlakukan adil
sebagai manusia yang menjadi dasar bagi pelaksanaan Hak Asasi
Manusia.
Ketiga, prinsip Persatuan Indonesia mengandung konsep nasionalisme
politik yang menyatakan bahwa perbedaan budaya, etnis, bahasa, dan
agama tidak menghambat atau mengurangi partsipasi perwujudannya
sebagai warga negara kebangsaan. Wacana tentang bangsa dan
kebangsaan dengan berbagai cara pada akhirnya bertujuan menciptakan
identitas diri bangsa Indonesia. Keempat, prinsip Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan mengandung makna bahwa sistem
demokrasi diusahakan ditempuh melalui proses musyawarah demi
tercapainya mufakat untuk menghindari dikotomi mayoritas dan
minoritas. Kelima, prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat

xxii
Indonesia sebagaimana yang dikemukakan Soekarno, yaitu didasarkan
pada prinsip tidak adanya kemiskinan dalam Negara Indonesia merdeka,
hidup dalam kesejahteraan (welfare state).
3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas
tentang sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum
pengetahuan.Epistemologi terkait dengan sesuatu yang paling sederhana
dan paling mendasar.Littlejohn and Foss menyatakan bahwa
epistemologi merupakan cabang filosofi yang mempelajari pengetahuan
atau bagaimana orang-orang dapat mengetahui tentang sesuatu atau apa-
apa yang mereka ketahui.Mereka mengemukakan beberapa persoalan
paling umum dalam epistemologi sebagai berikut. Pertama, pada
tingkatan apa pengetahuan dapat muncul sebelum pengalaman Kedua,
pada tingkatan apa pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti
Pada problem yang pertama, terdapat dua aliran sumber pengetahuan
manusia, yakni rasonalisme dan empirisme.Kaum Rasionalis berpendapat
bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah akal budi.Unsur a
priori sangat ditekankan.Kaum empiris berpendapat bahwa sumber utama
pengetahuan manusia adalah pengalaman.Unsur a posteriori sangat
ditekankan.Bila dikatikan dengan Pancasila, sebagaimana menurut
Soekarno, merupakan pengetahuan yang sudah tertanam dalam
pengalaman rakyat Indonesia.Soekarno menggabungkan kedua paham
rasionalis dan empiris.Menurut Soekarno Pancasila menghargai pluralitas
etnis, religi dan budaya.
Pada problem yang kedua, dibedakan dua bentuk tingkat pengetahuan
yakni mutlak dan relatif. Pancasila dikatakan sebagai pengetahuan yang
mutlak karena sifat universal yang terkandung dalam hakikat sila-silanya,
yaitu Tuhan, manusia, satu (solidaritas, nasionalisme), rakyat, dan adil
dapat berlaku di mana saja dan bagi siapa saja.
Notonagoro menamakannya dengan istilah Pancasila abstrak-umum
universal.Pancasila dikatakan sebagai pengetahuan yang relatif karena
Pancasila dapat dipahami secara beragam, namun semangatnya bersifat

xxiii
umum. Landasan epistemologi Pancasila digali dari pengalaman dan
dipadukan menjadi suatu pandangan menyeluruh kehidupan bangsa
Indonesia.
4. Landasan Aksiologis Pancasila
Littlejohn and Foss mendefinisikan aksiologi sebagai cabang filsafat
yang mempelajari tentang nilai-nilai. Masalah utama dalam aksiologi
adalah bisakah teori bebas dari nilai?.Positivisme meyakini bahwa teori
dan ilmu harus bebas dari nilai sehingga unsur ilmiah terjaga.Padahal
tidak semua aspek kehidupan manusia dapat diukur secara
ilmiah.Pancasila tidak mengikuti positivisme.Pancasila adalah sumber
nilai bagi bangsa Indonesia seperti nilai spiritualitas, kemanusiaan,
solidaritas, musyawarah, dan keadilan.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila.Sila pertama mengandung kualitas
monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.Sila kemanusiaan mengandung
nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab.Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan.Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa
besar.Sila keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.

2.4 Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian.
Kata kerja Yunani oida sama dengan mengetahui, melihat dengan budi. Kata
“logi” yang berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan.Jadi  
Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan
tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar.Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya
dengan cita-cita.Dalam perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli.Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan
oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy
ideologi yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat
membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis. 

xxiv
Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup yang
dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam bidang politik atau sosial ekonomi.Gunawan Setiardjo mengemukakan
bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh
realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup.Ramlan Surbakti
mengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu Ideologi secara fungsional
danIdeologi secara struktural.Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat
gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang
dianggap paling baik.Ideologi secara fungsional ini digolongkan menjadi dua
tipe, yaitu Ideologi yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis.Ideologi yang
doktriner bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi itu
dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh
aparat partai atau aparat pemerintah, sebagai contohnya adalah komunisme.
Sedangkan Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam Ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan
terinci, namun dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan
Ideologi itu disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga,
sistem pendidikan, system ekonomi, kehidupan agama dan  sistem politik.
Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis  tidak diawasi oleh aparat partai atau
aparat pemerintah melainkan dengan pengaturan pelembagaan
(internalization), contohnya individualisme atau liberalisme. Ideologi secara
struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula
politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh
penguasa.Dengan demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa
Ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan
yang menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut berbagai bidang
kehidupan manusia.
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat  yang
sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi
merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi
merupakan suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk 
mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka

xxv
akan semakin tinggi pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen
itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai
ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam
kehidupan pribadi ataupun masyarakat. Ideologi berintikan seperangkat nilai
yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh
seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan hidup
mereka. Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara yang
paling baik, yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam
bersikap dan bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan,
membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya.
Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk masyarakat
yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.
1. Pengertian Dasar Negara
Dasar Negara adalah landasan kehidupan bernegara.Setiap negara
harus mempunyai landasan dalam melaksanakan kehidupan
bernegaranya.Dasar negara bagi suatu negara merupakan suatu dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Dasar negara bagi suatu negara
merupakan sesuatu yang amat penting.Negara tanpa dasar negara berarti
negara tersebut tidak memiliki pedoman dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara, maka akibatnya negara tersebut tidak memiliki
arah dan tujuan yang jelas, sehingga memudahkan munculnya
kekacauan. Dasar Negara sebagai pedoman hidup bernegara mencakup
cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara menjadikan setiap tingkah
laku dan setiap pengambilan keputusan para penyelenggara negara dan
pelaksana pemerintahan harus selalu berpedoman pada Pancasila, dan
tetap memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur serta memegang
teguh cita-cita moral bangsa. Pancasila sebagai sumber nilai
menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang memiliki nilai-nilai
kemanusiaan yang luhur, hal ini menandakan bahwa dengan Pancasila
bangsa Indonesia menolak segala bentuk penindasan, penjajahan dari
satu bangsa terhadap bangsa yang lain. Bangsa Indonesia menolak segala

xxvi
bentuk kekerasan dari manusia satu terhadap manusia lainnya,
dikarenakan Pancasila sebagai sumber nilai merupakan cita-cita moral
luhur yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber acuan dalam menyusun etika
kehidupan berbangsa bagi seluruh rakyat Indonesia, maka Pancasila juga
sebagai paradigm pembangunan, maksudnya sebagai kerangka pikir,
sumber nilai, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu
perkembangan perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan mempunyai arti bahwa
Pancasila sebagai sumber nilai, sebagai dasar, arah dan tujuan dari proses
pembangunan. Untuk itu segala aspek dalam pembangunan nasional
harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila dengan
mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia.
Pancasila mengarahkan pembangunan agar selalu dilaksanakan demi
kesejahteraan umat manusia dengan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa
dan keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di
dunia.Pembangunan disegala bidang selalu mendasarkan pada nilai-nilai
Pancasila.Di bidang Politik misalnya, Pancasila menjadi landasan bagi
pembangunan politik, dan dalam prakteknya menghindarkan praktek-
praktek politik tak bermoral dan tak bermartabat sebagai bangsa yang
memiliki cita-cita moral dan budi pekerti yang luhur.Segala tindakan
sewenang- wenang penguasa terhadap rakyat, penyalahgunaan kekuasaan
dan pengambilan kebijaksanaan yang diskriminatif dari penguasa untuk
kepentingan pribadi dan kelompoknya merupakan praktek-praktek politik
yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
Demikian juga sikap-sikap saling menghujat, menghalalkan segala
cara dengan mengadu domba rakyat, memfitnah, menghasut dan
memprovokasi rakyat untuk melakukan tindakan anarkhis demi kepuasan
diri merupakan tindakan dari bangsa yang rendah martabat
kemanusiaannya yang tidak mencerminkan jati diri bangsa Indonesia
yang ber-Pancasila.

xxvii
Di bidang Hukum demikian halnya.Pancasila sebagai paradigma
pembangunan hukum ditunjukkan dalam setiap perumusan peraturan
perundang-undangan nasional yang harus selalu memperhatikan dan
menampung aspirasi rakyat.Hukum atau peraturan perundang-undangan
yang dibentuk haruslah merupakan cerminan nilai-nilai kemanusiaan,
kerakyatan dan keadilan.Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan dalam
pembentukan hukum yang aspiratif. Pancasila menjadi sumber nilai dan
sumber norma bagi pembangunan hukum.
Dalam pembaharuan hukum, Pancasila sebagai cita-cita hukum yang
berkedudukan sebagai peraturan yang paling mendasar
(Staatsfundamentalnorm) di Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Pancasila menjadi sumber dari tertib hukum di
Indonesia.Pancasila menentukan isi dan bentuk peraturan perundang-
undangan di Indonesia yang tersusun secara hierarkhis.Pancasila sebagai
sumber hukum dasar nasional. Sebagai sumber hokum dasar, Pancasila
juga mewarnai penegakan hukum di Indonesia, dalam arti Pancasila
menjadi acuan dalam etika penegakan hukum yang berkeadilan yang
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial, ketenangan
dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan
terhadap hokum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan.
Dengan demikian perlu diwujudkan suatu penegakan hukum secara adil,
perlakuan yang sama dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga
negara di hadapan hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum
dengan cara yang salah sebagai alat kekuasaan dan bentuk bentuk
manipulasi hukum lainnya.
Di bidang Sosial Budaya, Pancasila merupakan sumber normatif
dalam pengembangan aspek social budaya yang mendasarkan pada nilai-
nilai kemanusiaan, nilai Ketuhanan dan nilai keberadaban.Pembangunan
di bidang sosial budaya senantiasa mendasarkan pada nilai yang
bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
beradab.Pembangunan bidang sosial budaya menghindarkan segala

xxviii
tindakan yang tidak beradab, dan tidak manusiawi, sehingga dalam
proses pembangunan haruslah selalu mengangkat nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia sendiri sebagai nilai dasar yaitu nilai-nilai Pancasila.
Untuk itulah perlu diperhatikan pula etika kehidupan berbangsa yang
bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan
kembali sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai,
saling mencintai, dan saling menolongdi antara sesama  manusia.
Dalam pembangunan sosial budaya perlu ditumbuhkembangkan
kembali budaya malu, yaitu malu berbuat kesalahan dan semua yang
bertentangan dengan moral agama dan nilai-nilai luhur budaya
bangsa.Disamping itu perlu ditumbuhkembangkan budaya keteladanan
yang diwujudkan dalam perilaku para pemimpin baik formal maupun
informal pada setiap lapisan masyarakat. Hal ini akan memberikan
kesadaran bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya tinggi,
sehingga dapat menggugah hati setiap manusia Indonesia untuk mampu
melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain, dan mampu
melakukan tindakan proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi dengan
penghayatan dan pengamalan agama yang benar serta melakukan
kreativitas budaya yang lebih baik.
Di bidang Ekonomi, Pancasila juga menjadi landasan nilai dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi.Pembangunan ekonomi yang
berdasarkan atas nilai-nilai Pancasila selalu mendasarkan pada nilai
kemanusiaan, artinya pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan umat
manusia.Oleh karenanya pembangunan ekonomi tidak hanya mengejar
pertumbuhan ekonomi semata melainkan demi kemanusiaan dan
kesejahteraan seluruh bangsa, dengan menghindarkan diri dari
pengembangan ekonomi yang hanya berdasarkan pada persaingan bebas,
monopoli yang dapat menimbulkan penderitaan rakyat serta
menimbulkan penindasan atas manusia satu dengan lainnya. Disamping
itu etika kehidupan berbangsa yang mengacu pada nilai-nilai Pancasila
juga harus mewarnai pembangunan di bidang ekonomi, agar prinsip dan
perilaku ekonomi dari pelaku ekonomi maupun pengambil kebijakan

xxix
ekonomi dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan
persaingan yang jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos
kerja ekonomi, daya tahan ekonomi dan kemampuan saing, serta
terciptanya suasana yang kondusif untuk pemberdayaan ekonomi yang
berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara
berkesinambungan, sehingga dapat dicegah terjadinya praktek-praktek
monopoli, oligopoli, kebijakan ekonomi yang mengarah kepada
perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, diskriminasi yang berdampak
negatif terhadap efisiensi, persaingan sehat, dan keadilan serta
menghindarkan perilaku yang menghalalkan segala cara dalam
memperoleh keuntungan.
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-
nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan.Nilai-nilai ini yang merupakan nilai dasar bagi kehidupan
kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.Nilai-nilai Pancasila
tergolong nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai
lainnya secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai etis maupun nilai religius.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi  bersifat objektif dan subjektif,
artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal (berlaku
dimanapun), sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain.
Jadi kalau ada suatu negara lain menggunakan prinsip falsafah, bahwa
negara berKetuhanan, berKemanusiaan, berPersatuan, berKerakyatan,
dan berKeadilan, maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan
dasar filsafat dari nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila bersifat
objektif, maksudnya adalah:
1)  Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna
yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum
universal dan abstrak karena merupakan suatu nilai;
2)  Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan,

xxx
kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan
keagamaan;
3)    Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang mendasar, sehingga
merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud
bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada
bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, karena:
1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga
bangsa Indonesia sebagai penyebab adanya nilai-nilai
tersebut;
2) Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia, sehingga merupakan jati diri bangsa yang diyakini
sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
3)  Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai
kerokhanian, yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan,
kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang sesuai
dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber
pada kepribadian bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila
yang bersifat objektif dan subjektif tersebut, maka nilai-nilai
Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi
dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan
dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan
bernegara. Nilai-nilai Pancasila  sebagai sumber nilai bagi
manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah
laku dan bertindak dalam menentukan dan menyusun tata
aturan hidup berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang
dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari

xxxi
keyakinan hidup bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai-
nilai Pancasila menjadi ideology yang tidak diciptakan oleh
negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai yang
digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat
Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akan selalu
berkembang mengikuti perkembangan masyarakat
Indonesia.Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh negara,
menjadikan Pancasila sebagai ideologi juga merupakan
sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian
bagi tertib hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan
(Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945
serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar
negara.Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-
Undang Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah,
penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan
fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
3. Karakteristik Ideologi pancasila
Karakteristik yang dimaksud di sini adalah ciri khas yang dimiliki oleh
Pancasila sebagai ideologi negara, yang membedakannya dengan
ideologi-ideologi yang lain. Karakteristik ini berhubungan dengan sikap
positif bangsa Indonesia yang memiliki Pancasila. Adapun karakteristik
tersebut adalah:
 Pertama: Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti pengakuan bangsa
Indonesia akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan
segala isinya. Tuhan sebagai kausa prima. Oleh karena itu sebagai
umat yang berTuhan, adalah dengan sendirinya harus taat kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
 Kedua ialah penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku
bangsa dan bahasanya. Sebagai umat manusia kita adalah sama
dihadapan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan

xxxii
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Adil dan beradab berarti
bahwa adil adalah perlakuan yang sama terhadap sesama manusia,
dan beradab berarti perlakuan yang sama itu sesuai dengan derajat
kemanusiaan. Atas dasar perlakuan ini maka kita menghargai akan
hak-hak asasi manusia seimbang dengan kewajiban-kewajibannya.
Dengan demikian harmoni antara hak dan kewajiban adalah
penjelmaan dari kemanusaiaan yang adil dan beradab. Adil dalam
hal ini adalah seimbang antara hak dan kewajiban. Dapat dikatakan
hak timbul karena adanya kewajiban.
 Ketiga, bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa. Di
dalam persatuan itulah dapat dibina kerja sama yang harmonis.
Dalam hubungan ini, maka persatuan Indonesia kita tempatkan di
atas kepentingan sendiri. Pengorbanan untuk kepentingan bangsa,
lebih ditempatkan daripada pengorbanan untuk kepentingan pribadi.
Ini tidak berarti kehidupan pribadi itu diingkari. Sebagai umat yang
takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka kehidupan pribadi
adalah utama. Namun, demikian tidak berarti bahwa demi
kepentingan pribadi itu kepentingan bangsa dikorbankan.
 Keempat adalah bahwa kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan
bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi. Demokrasi yang
dianut adalah demokrasi  Pancasila. Hal ini sesuai dengan sila ke
empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam rangka pelaksanaan
demokrasi kita mementingkan akan musyawarah. Musyawarah tidak
didasarkan atas kekuasaan mayoritas maupun minoritas. Keputusan
Apakah Bangsa Indonesia sekarang ini sudah menerapkan Pancasila
dengan murni dan konsekwen dihasilkan oleh musyawarah itu
sendiri. Kita menolak demokrasi liberal.
 Kelima adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Keadilan dalam kemakmuran adalah cita-cita bangsa kita sejak masa
lampau. Sistem pemerintahan yang kita anut bertujuan untuk
tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Itulah sebabnya

xxxiii
disarankan agar seluruh masyarakat kita bekerja keras  dan
menghargai prestasi kerja sebagai suatu sikap hidup yang
diutamakan.

2.5 Pengamalan Nilai-nilai Pancasila


Pancasila ke-1 adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa” dimana terkandung
suatu nilai religius sebagai berikut :
 Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai suatu
pencipta segala hal dimana sifat-sifat yang sempurna serta suci-Nya
seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana,
Maha Perkasa dan lainnya.
 Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu menjalankan semua
perintah-NYA serta menjauhi larangan-larangannya. Dalam
memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Pemurah kita sebagai manusia harus menyadari, jika setiap benda dan
makhluk yang ada di sekeliling manusia ialah amanat Tuhan yang harus
dijaga dengan sebaik – baiknya, harus dirawat supaya tidak rusak dan
harus memperhatikan kepentingan orang lain serta makhluk Tuhan yang
lainnya.
Berikut penerapan sila ke-1 dalam kehidupan sehari -harinya :

1. Percaya serta Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama serta kepercayaan masing-masing.
2. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan para
penganut kepercayaan walaupun berbeda-beda.
3. Saling menghormati kebebasan dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan agama serta kepercayaan masing-masing.
4. Jangan memaksakan suatu agama atau kepercayaan terhadap orang lain.
5. Mempunyai sikap toleransi antar umat beragama lain.
6. Tidak bersikap rasis terhadap pemeluk agama yang berbeda
kepercayaan.
7. Menyayangi binatang, merawat tumbuh-tumbuhan, serta selalu menjaga
kebersihan dan lainnya. 

xxxiv
Sila ke 2 adalah “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” dimana
terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang harus diperhatikan serta
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena kita adalah makhluk sosial.
Pada hal ini adalah sebagai berikut :

 Pengakuan atas suatu harkat dan martabat manusia dengan segala hak
serta kewajiban asasi yang dimiliki tiap orang.
 Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia, mulai dari diri sendiri,
alam sekitar bahkan terhadap Tuhan utamanya.
 Manusia merupakan makhluk beradab ataupun berbudaya yang
mempunyai daya cipta, rasa, karsa serta keyakinan masing – masing
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Penerapan pada sila ke 2 dalam kehidupan sehari-hari :

1. Mengadakan atau melaksanakan pengendalian tingkat polusi udara


supaya udara yang dihirup bisa tetap terjaga dan nyaman
2. Menjaga kelestarian tumbuh – tumbuhan yang ada disekitar lingkungan
3. Mengadakan gerakan penghijauan dilingkungan tertentu khususnya
tempat tinggal dan lainnya.
4. Mengakui persamaan derajat, hak, serta kewajiban antara sesama
manusia.
5. Saling mencintai dan menghormati sesama manusia.
6. Tidak bertindak semena – mena terhadap orang lain.
7. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
8. Berani dalam membela kebenaran serta keadilan.

Nilai-nilai pada sila ke-2 ini mendapat penjabaran didalam Undang-


Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) – (3);
Pasal 6 ayat (1 dan 2) dan Pasal 7 ayat (1 dan 2). Dan dalam Pasal 5 ayat (1)
diberitakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan
hidup yang baik dan sehat dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan
peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.

xxxv
Didalam sila ke-3 “Persatuan Indonesia” dimana terkandung nilai
persatuan bangsa, artinya dalam hal-hal yang berkaitan dengan persatuan
bangsa wajib diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :

 Persatuan Indonesia merupakan persatuan bangsa dimana seseorang


mendiami wilayah Indonesia serta wajib berpartisipasi membela dan
menjunjung tinggi ( patriotisme );
 Pengakuan terhadap kebhinneka tunggal ika an suku bangsa ( etnis )
dan kebudayaan bangsa lain (berbeda-beda tetapi satu jiwa) yang
memberikan suatu arah didalam pembinaan atau pergerakan kesatuan
bangsa;
 Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (jiwa
nasionalisme).
Dibawah ini penerapan pada sila ke-3 dalam kehidupan sehari hari, yaitu :

1. Melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu


diperhatikan didalam pengambilan kebijaksanaan atau pengendalian
pembangunan lingkungan di daerah atau sekitar
2. Mengembangkan tata nilai tradisional melalui pendidikan ataupun
latihan serta penerangan dan penyuluhan yang mendorong manusia
untuk melindungi sumber daya dan lingkungannya.
3. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan bangsa atau
negara diatas kepentingan pribadi ataupun golongan.
4. Rela berkorban demi kepentingan bangsa.
5. Cinta tanah air dan bangsa atau negara.
6. Bangga sebagai persatuan bangsa Indonesia dan bertanah air di
Indonesia.
7. Memajukan sosialisasi dan kesatuan bangsa yang ber-bhineka tunggal
ika.
8. Bangga menggunakan bahasa persatuan dalam kehidupan sehari-hari
yaitu bahasa Indonesia.

xxxvi
Dalam sila ke-4 “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan” dimana terkandung
nilai-nilai kerakyatan.

Pada hal ini terdapat beberapa hal yang harus dicermati, yaitu :

 Kedaulatan negara berada di tangan rakyat


 Pimpinan kerakyatan merupakan hikmat kebijaksanaan yang dilandasi
oleh akal sehat
 Manusia di Indonesia sebagai warga negara serta warga masyarakat
memiliki kedudukan, hak serta kewajiban yang sama;
 Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat
dilaksanakan bersifat kekeluargaan.
 Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan
kesadaran akan tanggung jawab para pengambil keputusan didalam
pengelolaan lingkungan hidup tersebut;
 Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan
kesadaran akan hak serta tanggung jawab masyarakatnya didalam
pengelolaan lingkungan hidup tersebut;
 Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan serta meningkatkan
kemitraan usaha.
 Tidak memaksakan kehendak orang lain

Dan yang terakhir sila ke-5 yaitu “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia” dimana terkandung nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pada
hal ini perlu diperhatikan beberapa aspek berikut ini, antara lain :

 Perlakuan yang adil di berbagai bidang kehidupan terutama pada bidang


politik, ekonomi dan sosial budaya
 Perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 Keseimbangan antara hak dan kewajiban seseorang, serta menghormati
hak milik orang lain
 Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur serta merata material
spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia

xxxvii
 Cinta akan kemajuan dan pelaksanaan pembangunan demi kemajuan
negara.

Dengan Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 mengenai suatu Garis


Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian yang mengatur aspek-aspek
pengelolaan lingkungan hidup serta pemanfaatan sumber daya alam. Dalam
ketetapan MPR ini, hal itu sudah diatur sebagai berikut ini (Penabur Ilmu,
1999 : 40) :

 Mengelola sumber daya alam (SDA) dan memelihara sumber daya yang
mendukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat
dari generasi ke generasi selanjutnya begitu seterusnya
 Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) serta lingkungan
hidup dengan cara melakukan konservasi, rehabilitasi atau penghematan
pengunaan didalam menerapkan teknologi yang ramah lingkungan
 Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan SDA secara selektif
dan pemeliharaan lingkungan hidup, sehingga kualitas ekosistem tetap
terjaga dimana sesuai diatur dengan undang-undang
 Mendayagunakan SDA untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran
rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi serta keseimbangan
lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan, kepentingan ekonomi
dan budaya masyarakat lokal bahkan penataan ruang yang
pengaturannya diatur melalui undang-undang
 Penerapan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian
kemampuan.

BAB III

xxxviii
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Gagasan mengenai empat konsesus kehidupan berbangsa dan bernegara,
yaitu NKRI, Pancasila, UUD’45, dan Bhineka Tunggal Ika di tengah hiruk
pikuk reformasi Indonesia yang seolah kehilangan arah, merupakan sebuah
kesadaran dan keprihatinan bahwa reformasi bangsa Indonesia selama 15
tahun ini ternyata kebat kliwat yang tidak sesuai dengan harapan rakyat.
Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas
hidup dan kehidupan didalam segala bidang. Ini berarti bahwa semua tingkah
laku dan tindak/perbuatan setiap manusia Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

xxxix
Budiardjo, Miriam. 2002. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
H, Acmat (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna (Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas
Pancasila). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Saksono, Ign. Gatut. 2007. Pancasila Soekarno (Ideologi Alternatif Terhadap
Globalisasi dan Syariat Islam). CV Urna Cipta Media Jaya
Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-Nilai
Karakter Bangsa) di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.

xl

Anda mungkin juga menyukai