“TANATOLOGI”
Disusun oleh :
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
(visum et repertum).
menjadi dua yaitu perubahan yang terjadi secara cepat (early) dan perubahan yang
terjadi secara lambat (late). Perubahan yang terjadi secara cepat antara lain henti
jantung, henti nafas, perubahan pada mata, suhu dan kulit. Sedangkan perubahan
yang terjadi secara lanjut antara lain kaku mayat, pembusukan, penyabunan dan
mummifikasi.
seseorang benar –benar sudah meningal atau belum, menetapkan waktu kematian,
sebab kematian, cara kematian, dan mengangkat atau mengambil organ untuk
perubahan yang terjadi post mortal dengan kelainan-kelainan yang terjadi pada
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
paru-paru.
2
- Organ – organ belum tentu mati, masih bisa dimanfaatkan untuk
transplantasi.
organ yang paling sensitif yaitu sekitar 3-5 menit. Jaringan otot
akan mengalami mati seluler setelah 4 jam dan kornea masih dapat
mati somatis.
c. Mati cerebral
otak dan susunan saraf pusat. Definisi ini adalah definisi yang
a. Waktu kematian
3
2.4 Diagnosa Kematian dari Perubahan Cepat
alat antara lain stetoskop, lampu senter, palu reflek, EEG, dan ECG.
a. Tes kardiovaskuler.
1. Magnus test
menjadi merah.
2. Diaphonos test
Caranya dengan menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan
3. Fluorescin test
darah.
4. Tes lilin
Bagian tubuh korban ditetesi lilin cair maka tidak akan terjadi
4
b. Tes pernafasan
1. Kaca
Tidak tampak uap air ketika kaca diletakkan di depan hidung atau
mulut korban.
2. Bulu-bulu halus
3. Winslow test
disinari dengan lampu senter. Bila bernafas maka sinar lampu senter
Atau bisa menggunakan baskom berisi air yang akan bergerak bila
4. Stetoskop
c. Tes Saraf
2. EEG
Ada 2 fase perubahan post mortem yaitu fase cepat (early) dan fase lambat
(late).
5
- Jantung tidak berdenyut (henti jantung).
- Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan lebam mayat (post mortal
lividity).
- Lebam mayat.
- Pembusukan (decomposition).
- Penyabunan (adipocere).
- Mummifikasi.
primer dari otot tetapi kekakuan otot biasanya sukar untuk membuat mata
Sclerotique).
6
- Tekanan intraokuler tidak ada. Bila jantung berhenti berdetak, tekanan
menurun sekitar setengah sampai satu jam setelah kematian dan menjadi
- Kadar kalium yang tinggi karena cairan bola mata keluar (jumlah
mudah mengelupas.
7
Jika terjadi pada ujung jari saja maka kematian 4 jam yang lalu.
Jika terjadi pada telapak tangan dan seluruh jari maka kematian 24
gradient, yaitu suatu keadaan dimana telah terdapat perbedaan suhu yang
panas dari bagian dalam tubuh ke permukaan dapat berjalan dengan lancar.
Kini penentuan suhu rektal kerap kali sangat berguna dalam investigasi
- Ukuran tubuh.
8
glikogenolisis post mortem yang berlangsung pada kebanyakan tubuh
sesudah mati, dapat memproduksi kira – kira 140 kalori yang akan
Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan suhu mayat pada suhu
berikut :
1,5
Secara umum 1,5 o F / 1 o C per jam, teori lain : 0,8 o F per jam. 1,5 o F / 1 o C
per jam 6 jam pertama, 1 o F jam 6 kedua, 0,6 o F per jam 6 jam ketiga, setelah
Sedangkan untuk organ – organ dalam : 24 jam baru bias sama dengan suhu
lingkungan.
Lebam mayat atau livor mortis adalah salah satu tanda postmortem
yang cukup jelas. Biasanya disebut juga post mortem hypostasis, post mortem
lividity, post mortem staining, sugillations, vibices, dan lain – lain. Kata
hypostasis itu sendiri mengandung arti kongesti pasif dari sebuah organ atau
bagian tubuh.
pembuluh darah kecil, kapiler, dan venula, pada bagian tubuh yang terendah.
9
Dengan adanya penghentian dari sirkulasi darah saat kematian, darah
kematian somatis atau segera setelah kematian yang timbul sebagai bercak
keunguan. Bercak kecil ini akan semakin bertambah intens dan secara
membentuk area yang lebih besar dengan perubahan warna merah keunguan.
Kejadian ini akan lengkap dalam 6 -12 jam. Sehingga setelah melewati waktu
kematian. Dengan posisi berbaring terlentang, maka lebam akan jelas pada
atas, dan permukaan fleksor dari anggota tubuh bawah. Area – area ini
disebut juga areas of contact flattening. Dalam kasus gantung diri, lebam
akan terjadi pada daerah tungkai bawah, genitalia, bagian distal tangan dan
lengan. Dalam kasus tenggelam, lebam biasa ditemukan pada wajah, bagian
atas dada, tangan, lengan bawah, kaki dan tungkai bawah karena pada saat
tubuh mengambang, bagian perut lebih ringan karena akumulasi gas yang
cukup banyak kuat dibanding melawan kepala atau bahu yang lebih berat.
perubahan posisi karena adanya perubahan aliran air, maka lebam tidak akan
terbentuk.
10
Lebam mayat lama kelamaan akan terfiksasi oleh karena adanya kaku
dalam beberapa jam setelah kematian. Kemudian saat darah sudah mulai
terkumpul pada bagian – bagian tubuh, seiring terjadi kaku mayat. Sehingga
hal ini menghambat darah kembali atau melalui pembuluh darahnya karena
terfiksasi akibat adanya kontraksi otot yang menekan pembuluh darah. Selain
- Cherry pink atau merah bata (cherry red) terdapat pada keracunan oleh
- Tubuh mayat yang sudah didinginkan atau tenggelam maka lebam akan
pada jaringan.
11
Perbedaan antara lebam mayat dan memar
terjadi hemolisis darah dan difusi pigmen ke dalam jaringan sekitarnya. Saat
kapiler
memucat penekanan
12
pembuluh yang ruptur
peradangan peradangan
terlibat
mati
Karena lebam terjadi pada daerah yang mengandung pembuluh darah, maka
darah juga.
13
penyakitnya
Pada penampang potongan Darah mengalir pelan – pelan Keluar cairan, tercampur
Hollow viscus Lambung atau usus saat Lambung atau usus saat
warna
organ dalam
Tanda pasti kematian seluler (mati yang terjadi adalah mati seluler).
Disebut juga cadaveric rigidity. Kaku mayat atau rigor mortis adalah
kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang – kadang disertai dengan sedikit
14
pemendekkan serabut otot, yang terjadi setelah periode pelemasan / relaksasi
primer.
Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai
puncaknya setelah 10 – 12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama
24 jam, dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan
urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot – otot wajah, leher, lengan, dada,
Kekakuan pertama ditemukan pada otot – otot kecil, bukan karena itu terjadi
pertama kali disana, melainkan karena adanya sendi yang tidak luas, seperti
tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang
ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur.
Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi,
aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Faktor – faktor yang
mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktifitas fisik sebelum mati, suhu
tubuh yang tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot – otot kecil dan suhu
persendian. Kaku mayat mulai tampak kira – kira 2 jam setelah mati klinis,
dimulai dari bagian luar tubuh (otot – otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).
15
selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Kaku
mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat
- Fase pertama
Sesudah kematian somatik, otot masih dalam bentuk yang normal. Tubuh
yang mati akan mampu menggunakan ATP yang sudah tersedia dan ATP
yang cepat adalah saat dimana cadangan glikogen dihabiskan oleh latihan
yang kuat sebelum mati, seperti mati saat terjadi serangan epilepsi atau
- Fase kedua
Saat ATP dalam otot berada dibawah ambang normal, kaku akan dibentuk
saat konsentrasi ATP turun menjadi 85%, dan kaku mayat akan lengkap
- Fase ketiga
- Fase keempat
Disebut juga fase resolusi. Saat dimana kekakuan hilang dan otot menjadi
lemas. Salah satu pendapat terjadinya hal ini dikarenakan proses denaturasi
16
Kaku menyebar ke seluruh otot dalam beberapa kondisi dapat mencapai nilai
maksimum antara 6 – 12 jam. Kondisi ini tidak berubah sampai massa otot
Kekakuan juga terjadi pada seluruh jaringan muskular dan organ sama seperti
terjadi pada otot skelet. Kekakuan dapat terjadi tidak sama pada tiap mata,
membuat letak pupil tidak sama, hal ini memastikan bahwa posisi post –
mortem menjadi indikator yang tidak dapat dipercaya pada kondisi toksik
pembesaran ventrikel kiri, hal ini dapat dihindari dengan pengukuran berat
total, menilai ukuran normal jantung kiri, mengukur ketebalan ventrikel, dan
ventrikel.
dan prostat menyebabkan terjadinya ekstrusi semen dari uretra eksterna pada
post – mortem.
Kekakuan pada muskulus erector pili yang menempel pada folikel rambut
flesh appearence).
17
Faktor yang mempengaruhi kecepatan terjadinya rigor mortis
Sebagai suatu proses kimia, kecepatan dan durasi dari kekakuan dipengaruhi
ini. Mayat yang terdapat pada daerah dingin / salju tidak akan mengalami
Faktor lainnya adalah aktifitas fisik sebelum mati. Ketersediaan glikogen dan
- Jika tubuh mayat terasa hangat dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati
- Jika tubuh mayat terasa hangat dan kaku, maka orang itu sudah mati 3 – 8
jam lamanya.
18
- Jika tubuh mayat terasa dingin dan kaku, maka orang itu sudah mati 8 – 36
jam lamanya.
- Jika tubuh mayat terasa dingin dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati
- Temperatur
- Umur
a. Heat Stiffening
19
Protein pada otot akan terkoagulasi pada temperatur diatas 149 derajat
terbentuk lebih kuat dibanding rigor mortis biasa. Pada otopsi, otot dapat
terdapat daerah pink kecoklatan (“cooked meat”), dan jika proses tidak
b. Cold Stiffening
otot. Saat tubuh dibawa untuk dihangatkan, akan timbul true rigor mortis.
ekstrim, otot akan mengalami kekakuan yang palsu. Pada udara yang
sangat dingin, saat panas tubuh hilang, otot dapat mengeras karena cairan
20
tubuh menjadi beku dan memadat, seperti pada daging yang disimpan
pada freezer.
mayat akan lemas dan kemudian terjadi rigor mortis (kaku mayat).
dingin -> tubuh mayat yang dibuang akan tetap kaku karena udara
c. Cadaveric Spasm
berada ditengah aktifitas fisik atau emosi yang kuat, yang kemudian
menuntun pada kekakuan post – mortem instan yang sedikit kurang dapat
dipahami. Hal ini harus diawali dengan aktifitas saraf motorik, tetapi
mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh
21
glikogen dan ATP yang bersifat setempat pada saat mati klinis karena
diduga mati dibunuh atau bunuh diri saat melihat tangannya yang
jatuh dari ketinggian, hal ini memiliki nilai yang memastikan bahwa
orang tersebut masih hidup saat dia jatuh, dengan demikian hal ini
flaccidity
Otot yang terlibat Semua otot dalam tubuh Otot tertentu, sesuai
mati
digantikan posisinya
22
oleh rigor mortis
kelelahan
atau pembunuhan
merupakan perubahan lebih lanjut dari mati seluler. Kedua proses ini
a. Autolisis.
Pelunakan dan ruptur perut dan ujung akhir esofagus dapat terjadi karena
23
adanya asam lambung pada bayi baru lahir setelah kematian. Pada
c. Perubahan Warna.
Pembusukan diikuti dengan hilangnya kaku mayat, tetapi pada suhu yang
Tanda awal pembusukan adalah tampak adanya warna hijau pada kulit
dan dinding perut depan, biasanya terletak pada sebelah kanan fossa
Pada saat perubahan warna pada perut, tubuh mulai membentuk gas yang
lingkungan. Gas ini akan terkumpul pada usus dalam 12 – 24 jam setelah
24
setelah kematian, gas terkumpul dalam jaringan, cavitas sehingga tampak
pembuluh darah karena tekanan dari gas. Biasanya lepuh terbentuk lebih
kantong berisi cairan bening atau merah muda disebut skin slippage yang
perut menjadi lunak. Gigi dapat dicabut dengan mudah atau keropos.
Kulit pada tangan dan kaki dapat menjadi “glove and stocking”. Rambut
lunak.
e. Skeletonisasi.
25
bila terdapat binatang seperti semut dan lalat, dapat pula lebih lama bila
tubuh yang satu dengan yang lain. Terkadang, satu bagian tubuh telah
waktu yang singkat dan dalam waktu 24 jam akan terjadi skeletonisasi.
Perubahan warna muncul pada jaringan dan organ dalam tubuh walaupun
prosesnya lebih lama dari yang dipermukaan. Jika organ lebih lunak dan
kecoklatan pada bagian dalam aorta dan pembuluh darah lain muncul
pada perubahan awal. Adanya hemolisis dan difusi darah akan mewarnai
sekeliling jaringan atau organ dan merubah warna organ tersebut menjadi
masa semiliquid.
Awal Akhir
Limpa Ginjal
26
Otak Pembuluh darah
a. Faktor Eksogen
1. Temperatur atmosfer.
Tubuh yang sudah mati dapat diawetkan selama waktu tertentu dalam
27
Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses dekomposisi. Air yang
diam atau mengalir, air laut atau air berpolusi, suhu air, kedalaman air
kacau dimana tubuh yang terendam dalam air memiliki postur tertentu
yaitu kepala dan wajah terletak lebih rendah dari bagian tubuh lainnya
karena kepala lebih berat dan padat. Bagian batang tubuh berada
paling atas dan anggota gerak tergantung secara pasif pada posisi yang
Dada Dada
Bahu Wajah
Lengan Tungkai
Perut Bahu
Tungkai Lengan
28
5. Terkubur dalam tanah.
kering, tanah kuburan pada dataran tinggi, atau kuburan yang dalam.
memperlambat pembusukan.
b. Faktor Endogen
1. Sebab kematian.
29
memperlambat efek jaringan. Alkoholik kronik umumnya akan
mempercepat pembusukan.
2. Kondisi tubuh.
tubuh manusia kira – kira dua per tiga dari berat badan. Maka dari itu
memperlambat pembusukan.
Tubuh bayi yang baru lahir akan membusuk lebih lambat karena
masih steril. Jika bayi baru lahir tersebut mengalami trauma selama
atau setelah lahir atau sudah mendapat makanan setelah lahir, maka
akan membusuk lebih awal. Tubuh anak – anak membusuk lebih cepat
daripada orang tua, dimana pada orang tua akan membusuk lebih lama
30
2.12 Penyabunan (Saponifikasi)
Dikenal juga sebagai “grave wax” atau adiposera. Adiposera berasal dari
bahasa latin, adipo untuk lemak dan cera untuk lilin) berwarna utih kelabu
hidrolisis dan hidrogenasi dan lemak (sel lemak) yang terkumpul di jaringan
lemak. Dengan demikian akan terbentuk asam – asam lemak bebas (asam
palmitat, stearat, oleat), ph tubuh menjadi rendah dan ini akan menghambat
akan terhenti. Tubuh yang mengalami adiposera akan tampak berwarna putih
– kelabu, perabaan licin dengan bau yang khas, yaitu campuran bau tanah,
keju, amoniak, manis, tengik, mudah mencair, larut dalam alkohol, panas,
eter, dan tidak mudah terbakar, bila terbakar mengeluarkan nyala kuning dan
Proses pertama saponifikasi terlihat pada lemak subkutan yang berada pada
dagu, buah dada, bokong, dan perut, ini dikarenakan karena area tersebut
semua bagian tubuh yamg terdapat lemak. Otot menjadi dehidrasi dan
menjadi sangat tipis, berwarna keabu – abuan. Organ – organ dalam dan paru
untuk dikenali.
31
Lemak tubuh pada waktu meninggal mengandung hanya sekitar 0,5% dari
asam lemak bebas namun sekitar empat minggu setelah kematian dapat
meningkat sampai 20% dan setelah 12 minggu dapat meningkat menjadi 70%
bahkan lebih. Pada saat ini adiposera dapat terlihat dengan jelas berwarna
asam palmitat.
tergantung dari letak tubuh dan lingkungan yang bervarias, maka salah satu
tubuh dapat menjadi saponifikasi di bagian tubuh yang lain dapat menjadi
2.13 Mumifikasi
lebih kecil dan ringan. Dilihat dari sudut forensik, mumifikasi memberikan
organ dalam, bentuk wajah secara kasar masih dapat diindentifikasi secara
baha pada jenasah yang berusia ratusan atau ribuan tahun. Laposan kulit luar
yang miskin akan inti sel mungkin tidak cukup baik diambil sebagai sampel,
32
namun tulang, akar rambut, organ dalam dan sisa cairan tubuh yang
mengering pada mumi dapat digunakan untuk pemeriksaan DNA. Yang harus
kulit yang menyerupai luka / jejas terutama pada daerah pubis, daerah
BAB III
KESIMPULAN
33
4. Thanatologi berperan penting dalam memberi pemahaman kepada
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mun’im Idries. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama.
Textbook of Forensic Medicine and Toxicology Principles and Practice. 4th editon.
fromS : http://www.socgenmicrobiol.org.uk/pubs/micro_today/pdf/110108.pdf.
34