Anda di halaman 1dari 40

Sistem Pendidikan Singkat

Sejarah Peradaban Islam Dan Sejarah Perjuangan Himpunan


Mahasiswa Islam

(SINDIKAT SPI DAN SPH)

Disusun Oleh:
Sahrul Tahta Gunawan
Sebagai Syarat Kepersertaan Senior Course

Himpunan Mahasiswa Islam

Cabang salatiga

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG JEMBER
2022

1
DAFTAR IS

2
I
COVER..............................................................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

SINDIKAT SPI DAN SPH...............................................................................................4

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM......................................................................4

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS...................................................................4

C. METODE,WAKTU, DAN ALAT.............................................................................4

D. KEGIATAN PEMBELAJARAN...............................................................................5

E. INDIKATOR..............................................................................................................9

F. PENILAIAN..............................................................................................................9

G. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN....................................................12

1. Pengantar Sejarah.....................................................................................................12

1.1. Pengertian Sejarah............................................................................................12

1.2. Fungsi Sejarah...................................................................................................12

1.3. Manfaat Sejarah................................................................................................13

2. Masyarakat Arab Pra Islam......................................................................................14

2.1. Geografis, Sosial, Politik, Ekonomi..................................................................14

3. Masyarakat Arab Fase Islam....................................................................................14

3.1. Fase Makkah.....................................................................................................14

3.2. Fase Madinah....................................................................................................16

4. Khulafa’ urrasyidin..................................................................................................17

4.1. Abu Bakar As-Shiddiq (11-13 H/ 632-634M)..................................................17

4.2. Umar bin Khattab (13H – 23H/634M – 644M)................................................18

4.3. Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H / 644-656 M).........................................19

4.4. Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M.........................................19

5. Dinasti Pasca Khulafaur Rasyidin............................................................................21

3
5.1. Dinasti Umayyah..............................................................................................21

5.2. Dinasti Abbasiyah.............................................................................................22

5.3. Dinasti Utsmaniyah...........................................................................................24

6. Islam dan Indonesia..................................................................................................25

6.1. Asal usul masuknya islam di indonesia............................................................25

6.2. Proses Penyebaran Islam Di Indonesia................................................................25

7. Himpunan Mahasiswa Islam....................................................................................27

7.1. Latar Belakang Berdirinya HMI.......................................................................27

7.2. Sejarah perjuangan HMI...................................................................................31

REFERENSI....................................................................................................................37

TABEL RENCANA PENGELOLAAN SPI DAN SPH.................................................37

4
SINDIKAT SPI DAN SPH
Sistem pendidikan singkat sejarah peradaban islam dan sejarah perjuangan himpunan
mahasiswa islam
Jenjang : LK 1

Materi : SPI DAN SPH

Alokasi Waktu : 3 Jam (180 Menit)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Peserta dapat memahami, menghayati dan merefleksikan keunggulan peradaban
Islam dan sumbangsihnya kepada dunia hingga masa kini, serta dapat
memposisikan HMI sebagai kelanjutan sejarah

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Peserta dapat mengetahui Keunggulan Sejarah Islam

2. Peserta dapat mengetahui Sumbangsih Islam Kepada Dunia

3. Peserta dapat memposisikan HMI sebagai kelanjutan Sejarah Islam

C. METODE,WAKTU, DAN ALAT


Metode :
1. Brainstorming
2. Pemaparan materi
3. Focus Group Discussion
4. Ceramah
5. Games
Alokasi Waktu : 3 Jam (180 Menit)
Alat dan bahan : 1. Papan tulis
2. spidol
3. al-qur’an dan terjemahan nya
4. laptop
5. proyektor

5
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Kegiatan Metode Alokasi
Waktu

1. Kegiatan Awal
a. pendahuluan Ceramah 10 Menit
1. Fasilitator memberi salam
(greeting);
2. Fasilitator memberikan
muqadimah dan
berkenalan dengan peserta.
3. Fasilitator menyiapkan
peserta secara psikis dan
fisik untuk mengikuti
proses pemberian materi;
4. Fasilitator mengajukan
pertanyaan tentang kaitan
antara pengetahuan
sebelumnya dengan materi
yang akan disampaikan;
5. Fasilitator menjelaskan
tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang
akan dicapai.

6
2. b. Inti Pemaparan 140 menit
1. Ilmu Pengantar sejarah materi
1.1. Pengertian Brainstormin
sejarah g
1.2. Fungsi sejarah FGD
1.3. Manfaat sejarah Games
2. Masyarakat arab pra Ceramah
islam
2.1. Geografis
2.2. Sosial
2.3. Politik
2.4. Ekonomi
3. Masyarakat arab fase
islam
3.1. Fase makkah
3.2. Fase madinah
4. Khulafa’ urrasyidin
4.1. Abu bakar as-
siddiq
4.2. Umar ibnu al-
khattab
4.3. Usman bin affan
4.4. Ali bin abi thalib
5. Dinasti pasca khulafa’
urrasyidin
5.1. Dinasti umayyah

7
5.2. Dinasti
abbasiyah
5.3. Dinasti
utsmaniyah
6. Islam dan Indonesia
6.1. Asal usul
masuknya islam di
indonesia
6.2. Proses
penyebaran islam
di indonesia
7. Himpunan mahasiswa
islam
7.1. Latar belakang
berdiri nya HMI
7.2. Dinamika sejarah

3. perjuangan HMI
dalam sejarah 30 menit
perjuangan bangsa
(fase-fase
perjuangan HMI)

c. Penutup
1. Peserta dan fasilitator
melakukan refleksi
terhadap kegiatan di
forum
2. Fasilitator memberikan
ulasan atau hasil
kegiatan pembelajaran
di forum
3. Sharing

8
session/pemberian
motivasi kepada
Peserta untuk semangat
berproses di HMI
4. Fasilitator menutup sesi,
dan mengembalikan
pada pemandu.Pemandu
melakukan penajaman
pemah aman

9
E. INDIKATOR
1. Peserta dapat memahami pengertian, fungsi, dan manfaat sejarah
2. Peserta dapat memahami kondisi masyarakat arab pada masa pra islam
3. Peserta dapat menjelaskan kondisi masyarakat arab pada fase makkah dan
madinah
4. Peserta mampu menceritakan kepemimpinan khulafa’ urrasyiddin
5. Peserta dapat menjelaskan fase-fase islam pasca khulafa’ urrasyiddin
6. Peserta mampu mamahami latar belakang berdiri nya HMI di Indonesia

F. PENILAIAN

1. Sasaran penilaian
a. Afektif (50%)

Output :

1) Kedisiplinan

2) Kehadiran

3) Etika Forum

b. Kognitif (30%)

Output :

1)Tugas

2)Tes

3) Kemampuan Forum

c. Psikomotorik (20%)

Output :

Kader menjalankan secara aktif.

1) Kepemimpinan

2) Tanggungjawab

10
AFEKTIF: Kehadiran Kedisiplinan Etika Forum
50% - Hadir : 100 - Tepat : 100 Lengkap: 100, Tidak Pakai
- Tidak : 0 - Telat: 05 mnt : 90 sepatu/baju berkerah: 90, Tidak
- Telat: 10 mnt : 80 pakai kedua duanya: 80, Tidak
- Telat: 15 mnt : 70 pakai keduanya, todak sopan:
- Telat: 20 mnt : 60 70, Tidak pakai keduanya, tidak
- Telat: 25 mnt : 50 sopan, Berbicara sendiri/
- Telat: 30 mnt : 0 membuat forum di dalam
forum: 60,

KOGNITIF: Tugas2 Test Langsung Kmampuan Forum


30 % Test tulis Setiap Test Lisan/review Diam: 60
Materi oleh Mot pemahaman dari peserta Bertanya/menanggapi: 70,
setiap Materi oleh Mot: Bertanya dan Menanggapi:
Diam: 60, menjawab 80, pada saat materi
kurang sempurna: 70, berlangsung.
menjawab sempurna: 80

PSIKOMOT Kepemimpianan Tanggung Jawab -


ORIK: Berargumentasi pada Kemampuan -
20% FGD (Forum Diskusi mempertahankan
Groub): 80, Diam: 60 pendapat pada saat
proses FGD: 80, Diam:
Mampu memberikan 60
Solusi pada saat
proses terjadinya Kemampuan Fokus Pada
dinamika: 80, Diam: saat proses dinamika
60 terjadi: 80, Diam: 60
KETERANGAN

Sangat Kurang : 01 – 49

Kurang : 50 – 59

Cukup : 60 – 74

Baik : 75 – 84

Sangat Baik : 85 – 90

Istimewa : 91 – 100

11
KEHADIRAN
- Hadir : 100
- Tidak : 0
- Tepat : 100
- Telat: 05 mnt : 90
AFEKTIF (50 %) - Telat: 10 mnt : 80
KEDISIPLINAN - Telat: 15 mnt : 70
- Telat: 20 mnt : 60
- Telat: 25 mnt : 50
- Telat: 30 mnt : 0

- Lengkap: 100,
ETIKA - Tidak Pakai sepatu/baju berkerah: 90,
- Tidak pakai kedua duanya: 80,
- Tidak pakai keduanya, todak sopan:
70, - Tidak pakai keduanya, tidak
sopan,- Berbicara sendiri/ membuat
forum di dalam forum: 60,

TUGAS Test tulis Setiap Materi oleh Mot

Test Lisan/review pemahaman dari peserta setiap Materi ole


Diam: 60,
KOGNITIF (30 %) TEST menjawab kurang sempurna: 70, menjawab sempurna: 80

KEM. FORUM Diam: 60


Bertanya/menanggapi: 70,
Bertanya dan Menanggapi: 80,
pada saat materi

Berargumentasi pada FGD (Forum Diskusi


Groub): 80, Diam: 60
KEPEMIMPINAN Mamepu memberikan Solusi pada saat
proses terjadinya dinamika: 80, Diam:
PSIKOMOTORIK (30 60
%)
Kemampuan mempertahankan
TANGGUNG pendapat pada saat proses FGD: 80,
Diam: 60 Kemampuan Fokus Pada
saat proses dinamika terjadi: 80,
Diam: 60

12
G. POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN
1. Pengantar Sejarah
1.1. Pengertian Sejarah
Makna sejarah dapat dipahami dengan baik dengan membuka
pengertian perbahasaan (etimologis) dan peristilahan (terminologis).
Dengan cara demikian, akan memudahkan untuk memaparkan sekaligus
menunjukkan secara relatif makna dari sebuah kata. Secara etimologis, kata
sejarah berasal dari Bahasa Arab “syajaratun” yang memiliki arti pohon atau
silsilah.1 Istilah sejarah dalam Bangsa Arab dikenal dengan tarikh yang
berarti menulis atau mencatat; catatan tentang waktu dan peristiwa.
Sedangkan di dunia Barat (Eropa), sejarah sering disebut dengan istilah
history atau dalam Bahasa Yunani historia yang artinya masa lampau
manusia. Hal ini mengartikan bahwa pembahasan sejarah sepenuhnya
mengarah kepada peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi atau bisa
disebut sesuai realita. 2Sebagaimana dalam KBBI online, sejarah
mempunya arti asal-usul silsilah; kejadian dan peristiwa yang benar-benar
terjadi pada masa lampau; pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan
kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Dari beberapa uraian
di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sejarah merupakan rangkaian
peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau serta mempengaruhi
masa sekarang dan masa yang akan datang.

1.2. Fungsi Sejarah


sejarah memiliki kegunaan bagi pengembangan sejarahnya sendiri
(intrinsik) dan menyumbangkan pengembangan bagi ilmu di luar dirinya
sendiri (ekstrinsik). Berikut adalah pemaparannya.
(a) Fungsi Intrinsik

Sejarah sebagai ilmu, berkembang dengan cara (a) perkembangan


dalam filsafat, (b) perkembangan dalam teori sejarah, (c) perkembangan
dalam ilmu-ilmu lain, (d) perkembangan dalam metode sejarah. Sejarah
sebagai cara mengetahui masa lampau, bersama dengan mitos sejarah

13
adalah alat yang tepat untuk mengetahui masa lampau yang setidaknya
menghasilkan dua sikap, yaitu: menerima atau menolak. Sejarah sebagai
pernyataan pendapat, banyak penulis sejarah yang menggunakan ilmunya
untuk menyatakan pendapat. Sejarah sebagai profesi, sebagai penulis atau
peneliti sejarah.
(b) Fungsi ekstrinsik

1) Sejarah sebagai pendidikan moral

2) Sejarah sebagai pendidikan penalaran

3) Sejarah sebagai pendidikan politik

4) Sejarah sebagai pendidikan kebijakan

5) Sejarah sebagai pendidikan perubahan

6) Sejarah sebagai pendidikan masa depan

7) Sejarah sebagai pendidikan keindahan

8) Sejarah sebagai ilmu bantu

9) Sejarah sebagai latar belakang

10) Sejarah sebagai rujukan

1.3. Manfaat Sejarah


1) Edukatif

Sejarah dapat memberikan khazanah keilmuan bagi yang


mempelajarinya. Sejarah dapat dijadikan bahan pengajaran (refleksi
diri) menuju masa depan yang lebih baik.
2) Inspiratif

Belajar sejarah dapat memberikan sebuah inspirasi kepada seseorang


untuk dijadikan sebagai sarana pemecahan masalah- masalah kekinian.

3) Rekreatif

Dengan belajar sejarah seseorang akan mendapatkan hiburan dan


merasakan.

14
2. Masyarakat Arab Pra Islam
2.1. Geografis, Sosial, Politik, Ekonomi

Sebelum masuknya Islam ke dalam masyarakat Arab mereka disebut


masyarakat jahiliyyah, karena mereka hidup dengan keterbelakangan
budaya, krisis moral sosial maupun peradaban. Hal demikian yang
membuat orang- orang men- justice bahwa masyarakat Arab pra Islam
memang begitu jahiliyah, dengan kebiasan menyembah berhala, kemudian
mengubur anak perempuannya hidup-hidup karena anggapan mereka
bahwa anak perempuan adalah pembawa sial, dan hanya merugikan
keluarganya saja, terlebih lagi perbudakan pada zaman itu sungguh tidak
ber-pri- kemanusiaan, yang mana budak perempuan diperlakukan sebagai
benda bergerak yang menyenangkan untuk di pakai dan terus dibuang, dan
yang lelaki diperas keringatnya tanpa ada imbalan sedikitpun. Akan tetapi
ada sebagian yang menjadi kebanggaan masyarakat Arab pada saat itu,
yaitu syair-syair puisi memang diakui pada saat itu sampai syair
manapuntak dapat mengalahkan syair-syair orang Arab pada masa itu.
Selain itu masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan
(keluarga Besar), karena yang menjadi kebanggaan mereka adalah
tingginya egoisme kekuasaan (kabilah), tidak adanya altruistik antar
sesama umat manusia, dan saling memamerkan hartanya kepada orang-
orang disekelilingnya. Hal ini yang menyebabkan berperangnya klan-klan
yang ada di masyarakat Arab, sehingga dimata negara-negara lainpun
bangsa Arab adalah bangsa yang lemah dan mudah terpecah belah.

3. Masyarakat Arab Fase Islam


3.1. Fase Makkah

Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaan masyarakat yang


disintegrasi bangsa (bisa dikatakan buruk untuk masa kini). Muhammad
lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun gajah, bertetapan dengan tanggal
20 April 571 M. Muhammad adalah putra tunggal dari pasangan Abdullah

15
dan Aminah yang mana ketika lahir pun beliau sudah menjadi yatim piatu.
Sejak kecil Muhammad memilki sifat yang terpuji sehingga kemudian ia di
juluki “al-amin” atau orang yang dipercaya. Pada usia yang ke-25
Muhammad menikah dengan seorang janda kaya yang bernama Khadijah.
Dalam masa pernikahannya ini Muhammad sering melakukan kontemplasi
atau menyendiri di luar Makkah, tepatnya di sebuah Gua yang bernama
Hira. Entah apa yang di pikirkannya yang pastinya saat itu Muhammad
mengalami kejumudan tingkat tinggi.
Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin sering
gelisah, sehingga pelariannya dengan menyepi di gua Hira semakin sering
kualitas maupun kuantitasnya. Suatu malam di bulan Ramadhan tepatnya 17
Ramadhan yang bertetapan pada tanggal 6 Agustus 610 M, datanglah.
Malaikat Jibril. Malaikat itu mendekap Muhammad sehingga membuatnya
susah bernafas. Kemudian ia dilepas dan dikatakatan kepadanya "bacalah!",
kemudian ia menjawab "aku tak bisa membaca". Perintah tersebut
disampaikan tiga kali hingga akhirnya malaikat Jibril membacakan dengan
lengkap.
Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah Yang mengajar manusia
dengan pena (qalam)
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya. (QS. al-Alaq: 1-5)
Muhammad mengulangi kata-kata tersebut hingga malaikat Jibril pergi
meninggalkannya7. Selanjutnya kalimat-kalimat atau kemudian disebut
dengan wahyu itu turun kembali secara berangsur- angsur. Isi dari wahyu
tersebut berupa ajakan, perintah, larangan, kisah dan lain-lain. Isi dakwah
tersebut adalah ajakan untuk melakukan perubahan-perubahan

16
yang revolusioner, yang mana merubah akhlak umat manusia, karena Islam
mengajarkan tentang akhlak yang baik. Ttidak adanya perbedaan antara laki-
laki dan perempuan, antar ras, suku, bangsa, dan lain sebagainya. Dengan
nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam berimplikasi pada penguatan
nasionalisme atau keutuhan dalam berbangsa dan bernegara.
Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan oleh Muhammad SAW,
berkaitan pada nilai ketauhidan atau keimanan, selanjutnya ajaran tentang
akhlak karena pada masa itu masyarakat Arab dianggap buruk dalam hal
akhlak. Nilai-nilai Islam dijadikan sebagai pondasi akhlak yang baik.

3.2. Fase Madinah

Fase ini dimulai sejak berpindahnya atau hijrahnya Nabi dan para
sahabatnya ke Yastrib (sekarang Madinah). Peristiwa hijrah tersebut
dilatarbelakangi oleh sikap para kabilah dan kaum Quraiys masa itu. Mereka
mengusir Nabi beserta pendukungnya karena dianggap mengajarkan agama
yang sesat. Sehingga Nabi pun harus pergi dari kota kelahiranya. Tetapi
setelah hijrahnya Nabi Muhammad meneruskan dakwahnya sehingga
masyarakat di Yastrib pun tertarik dengan beliau dan ikut masuk Islam.
Sampai kemudian masyarakat Yastrib satu persatu masuk Islam dan
bersumpah setia kepada Nabi.
Nabi mempersaudarakan di antara kaum muslimin, yaitu antara kaum
Muhajirin dan kaum Anshar. Persaudaraan ini terjadi lebih kuat daripada
persaudaraan yang berdasarkan keturunan. Dengan persaudaraan ini, Nabi
Muhammad telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama
sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.8
Dengan perkembangan Islam yang semakin pesat ini, kaum muslimin
dianggap oleh bangsa Qurasy sebagai ancaman bagi kelompok lainnya
karena pastinya kelompok lain akan ikut oleh pengikutnya Nabi Muhammad
SAW, maka kemudian bangsa Quraisy mengajak perang kepada umat Islam
pertama kali dan disebut perang Badar dan dimenangkan oleh Umat Islam
dan selanjutnya perang-perang dalam menaklukan Makkah seperti Uhud,

17
Ahzab, Khandaq. Pada prinsip peperangan yang terjadi bagi Kaum muslimin
peperangan ini adalah upaya defensif idealisme dalam rangka menegakkan
kalimat Tauhid. Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal
11 H bertepatan pada tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu Nabi berusia 63 tahun
dan dimakamkan di madinah.

4. Khulafa’ urrasyidin
4.1. Abu Bakar As-Shiddiq (11-13 H/ 632-634M)

Namanya ialah Abdullah ibn Abi Quhaifah Attamini. Di zaman pra


islam bernama Abdullah ibnu Ka’bah, kemudian diganti oleh Nabi menjadi
Abdullah. Ia termasuk salah seorang sahabat yang utama. Julukannya Abu
Bakar (bapak Pemagi) karena dari pagi-pagi betul memeluk agama islam,
gelarnya ash-Shiddiq karena ia selalu membenarkan Nabi dalam berbagai
peristiwa, terutama Isra’ Mi’raj. Jadi nabi Muhammad sering kali
menunjukkannya untuk mendampinginya di saat penting atau jika
berhalangan, dan Rasul tersebut mempercayainya sebagai pengganti untuk
menangani tugas- tugas keagamaan. Ketika nabi Muhammad wafat, nabi
tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau
sebagai pemimpin politik umat islam setelah beliau wafat. Beliau tampaknya
menyerahkna persoalan tersebut pada kaum muslimin sendiri untuk
menentukannya. Karena itulah, tidak lama setelah beliau wafat dan
jenazahnya belum dimakamkan, sejumlah tokoh muhajirin dan anshar
berkumpul dibalai kota bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan
siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah cukup alot karena
masing-masing pihak, baik muhajirin maupun anshar, sama-sama merasa
berhak menjadi pemimpin umat islam. Namun dengan semangat ukhuwah
islamiah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih. Rupanya semangat
keagamaan Abu Bakar yang tinggi mendapat penghargaan yang tinggi dari
umat islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.10
Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar.
Masa awal pemerintahan Abu Bakar banyak di guncang oleh
pemberontakan orang-orang murtad yang mengaku-ngaku menjadi Nabi dan

18
enggan membayar zakat, karena hal inilah khalifah lebih memusatkan
perhatiannya memerangi para pemberontak, maka dikirimlah pasukan untuk
memerangi para pemberontak ke yamamah, dalam insiden itu banyak para
khufadhil quran yang mati syahid kemudian karena khawatir hilangnya Al-
Quran sayyidina Umar mengusulkan pada khalifah untuk membukukan al-
quran, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid Bin
Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan al-quran, pola pendidikan
khalifah Abu Bakar masih seperti Nabi, baik dari segi materi maupun
lembaga pendidikannya. Abu bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada
tahun 634 M ia meninggal dunia.

4.2. Umar bin Khattab (13H – 23H/634M – 644M)

Dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah saw. Ayahnya


bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya tinggi besar
dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot
yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-
merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum
dari suku Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua didalam islam setelah
Abu Bakar As Siddiq. Sewaktu masih terbaring sakit, khalifah Abu Bakar
secara diam-diam melakukan tinjauan pendapat terhadap tokoh-tokoh
terkemuka dari kalangan sahabat mengenai pribadi yang layak untuk
menggantikannya. Pilihan beliau jatuh pada Umar ibn al-Khaththab.11
Khalifah kedua itu dinobatkan sebagai khalifah pertama yang sekaligus
memangku jabatan panglima tertinggi pasukan islam, dengan gelar khusus
amir al-mukminin (panglima orang-orang beriman).12 Pada masa umar bin
Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan wilayah islam
memperoleh hasil yang gemilang. Wilayah islam pada masa umar bin
Khattab meliputi Semenanjung Arabiah, Palestina, Syria, Irak, Persia dan
Mesir.Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat,
Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat. Subuh oleh seorang Majusi
yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia
mendapat perintah dari kalangan Majusi.

19
4.3. Khalifah Ustman ibn Affan (23-35 H / 644-656 M)

Nama lengkapnya ialah Ustman ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah
dari pihak Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan
menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi. Melalui persaingan ketat dengan
ali, tim formatur yang dibentuk oleh Umar bin Khaththab akhirnya member
mandate kekhalifahan kepada Ustman ibn Affan. Masa pemerintahannya
adalah yang terpanjang dari semua khalifah di 14
zaman al-Khulafa’ ar-Rasyidin yaitu 12 tahun. Tetapi sejarah mencatat
tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi baik dan sukses bagi beliau..
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa terhadap
kepemimpinan Ustman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga
dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn
Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan
Ustman hanya menyandang gelar Khalifah.Meskipun demikian, tidak berarti
bahwa pada masanya tidak ada kegiatan- kegiatan yang penting. Ustman
berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan
mengatur pembagian air ke kota- kota. Dia juga membangun jalan-jalan,
jembatan-jembatan, masjid- masjid, dan memperluas masjid di Madinah.13
Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Ustman adalah menulis kembali al-
Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada waktu itu
disimpan oleh Khafsoh binti Umar. pemberontakan yang mengakibatkan
terbunuhnya Ustman. Ustman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari jumat
tanggal 17 Dzulhijjah 35 H/ 655 M. ketika para pemberontak berhasil
memasuki rumahnya dan membunuh Usman.

4.4. Khalifah Ali ibn Abi Thalib (35-40 H / 656-661 M


Peristiwa pembunuhan Utsman mengakibatkan kegentingan di seluruh
dunia islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika
Utara. Pemberontak yang waktu itu mnguasai Madinah tidak mempunyai
pilihan lain selain Ali Bin Abi thalib menjadi khalifah. Waktu itu Ali
berusaha menolak, tetapi Zubair Bin Awwam dan Thalhah bin

20
Ubaidillah memaksa beliau sehingga akhirnya Ali menerima baiat mereka.
Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di baiat secara massal. Karena
khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Ali
memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahanyya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam
pemerintahannya yang dikatakan stabil. Persoalan pertama yang dihadapi
Ali adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Thalhah, Zubair, dan
Aisyah. Alasan mereka, ali tidak mau menghukum para pembunuh Ustman
dan mereka menuntut bela terhadap darah Ustman yang telah ditumpahkan
secara zalim. Bersamaan dengan itu, kebijakan-kebijakan Ali juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus.
Muawiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan. Peristiwa yang terkenal dalam masa
Ali adalah terjadinya perang antara kubu Ali dan kubu Muawiyah. Perang
tersebut terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga perang ini disebut
sebagai perang Siffin.Pada saat Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin
Ash sebagai penasehat Mu’awiyah yang dikenal cerdik dan pandai
berunding, meminta agar Mu’awiyah memerintahkan pasukannya
mengangkat mushaf al-Qur’an di ujung tombak sebagai isyarat berdamai
dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah terhindar dari
kekalahan total. Seusai perundingan, Abu Musa sebagai yang tertua
dipersilahkan untuk berbicara lebih dahulu. Sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya antara mereka berdua, Abu Musa menyatakan pemberhentian
Ali dari jabatannya sebagai khalifah dan menyerahkan urusan
penggantiannya kepada kaum muslimin. Tetapi ketika tiba giliran Amr bin
Ash, ia menyatakan persetujuannya atas pemberhentian Ali dan menetapkan
jabatan khalifah bagi Mu’awiyah. Ternyata Amr bin Ash menyalahi
kesepakatan semula yang dibuat bersama Abu Musa. Sepak terjangnya
dalam peristiwa ini merugikan pihak Mu’awiyah. Ali menolak keputusan
tahkim tersebut, dan tetap mempertahankan kedudukannya sebagai khalifah.
Setelah terjadinya peristiwa tersebut kelompok Ali pecah menjadi dua
bagian, dan kelompok yang keluar dari kelompok Ali dinamai sebagai

21
kelompok Khawarij (orang-orang yang keluar). Pada 24 Januari 661, ketika
Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid Kuffah, ia terkena hantaman
pedang beracun diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd
al-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematian
keluarga seorang wanita,temannya, yang terbunuh di Nahrawan.

5. Dinasti Pasca Khulafaur Rasyidin


5.1. Dinasti Umayyah

Daulah Bani Umayyah berdiri pada tahun 41 H/661 M. Didirikan oleh


Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Ia adalah gubernur Syam pada masa
pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Selama ia menjabat
gubernur, ia telah membentuk kekuatan militer yang dapat memperkuat
posisinya di masa-masa mendatang. Ia tidak segan-segan menghamburkan
harta kekayaan untuk merekrut tentara bayaran yang mayoritas adalah
keluarganya sendiri. Bani Umayah adalah sebuah nama yang diadopsi dari
nama salah seorang tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu
Umayyah ibn Abd Al-Syam ibn Abd Manaf ibn Qusay Al-Quraisyi Al-
Amawiy.15 Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Mu’awiyah ibn Abi
Sofyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams yang merupakan
pembangun dinasti Umayyah dan juga khalifah pertama yang memindahkan
ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus. Dinasti Umayyah
merupakan sebuah rezim pemerintahan Islam yang berada di bawah
kekuasaan keluarga Umayyah yang berlangsung dari tahun 661 M-750 M.
Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib, sebagian umat Islam membai’at Hasan
salah seorang anak Ali untuk menjadi Khalifah, namun jabatan tersebut
tidak berlangsung lama, karena Hasan tidak mau melanjutkan konflik
dengan Bani Umayyah (Mu’awiyah). Ia melakukan perdamaian dengan
Mu’awiyah dan menyerahkan kepemimpinan kepadanya. Dengan demikian,
Mu’awiyah menjadi penguasa tunggal masyarakat muslim ketika itu.
Sedangkan keluarga Hasan hidup mengasingkan diri sebagai orang biasa.
kepemimpinan secara turun menurun dimulai sejak Mu’awiyah mewajibkan
seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid bin

22
Mu’awiyyah. Masa pemerintahan dinassti Umayyah berlangsung selama 91
tahun dengan 14 orang 17 khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada
masa dinasti ini dalam bidang administrasi misalnya, telah terbentuk
berbagai lembaga administrasi pemerintahan yang mendukung tambuk
pimpinan dinasti Umayyah. Banyak terjadi kebijaksanaan yang dilakukan
pada masa ini, di antaranya; 1) Pemisahan kekuasaan; 2) Pembagian
wilayah; 3) Bidang administrasi pemerintahan; 4) Organisasi keuangan; 5)
Organisasi keteraturan; 6) Organisasi kehakiman; 7) Sosial dan budaya; 8)
Bidang seni dan sastra; 9) Bidang seni Rupa; 10) Bidang Arsitektur.16 Di
samping melakukan ekspansi teritorial, pemerintah dinasti Umayyah juga
menaruh perhatian dalam bidang pendidikan. Memberikan dorongan yang
kuat terhadap dunia pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana.
Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para ulama mau
melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta mampu
melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang berkembang
pada masa ini; 1) Ilmu agama; 2) Ilmu sejarah dan geografi; 3) Ilmu
pengetahuan bidang bahasa; dan 4) Bidang Filsafat.17 Khalifah Al-Walid
mendirikan sekolah kedokteran, ia melarang para penderita kusta meminta-
minta di jalan bahkan khalifah menyediakan dana khusus bagi para
penderita kusta. Pada masa ini sudah ada jaminan untuk sosial. Khalifah
terakhir bani Umayyah adalah Marwan.

5.2. Dinasti Abbasiyah

Berdirinya Dinasti Abbasiyah berawal sejak merapuhnya kekuasaan


Bani Umayyah yang berujung pada keruntuhan Dinasti Umayah di
Damaskus. Dengan segala konflik yang ada pada tubuh Bani Umayyah,
menjadikankan Bani Abbasiyah maju sebagai pengganti kepemimpinan
umat Islam. Wajah revolusi kepemimpinan Abbasiyah terhadap Umayyah
banyak mendapatkan simpati dari masyarakat, terutama dari kalangan
Syi’ah. Dukungan itu hadir disebabkan janji untuk menegakkan kembali
keadilan seperti yang dipraktikkan oleh Khulafaurrasyidin. Nama Dinasti
Abbasiyah diambil dari nama salah seorang paman Nabi Muhammad yang

23
bernama al-Abbas ibn Abd al- Muthalib ibn Hisyam. Dinasti ini didirikan
oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-
Abbas.18 Bani Abbasiyah merasa lebih berhak dari Bani Umayyah atas
Kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah dari Bani Hasyim yang secara
garis keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, Bani Umayyah
menguasai bangku kekhalifahan Islam secara paksa, dengan melalui tragedi
Perang Siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah, mereka
mengadakan gerakan yang luar biasa melakukan pemberontakan terhadap
Dinasti Umayyah.19 Kekuasaan Bani Abbasiyah berlangsung selama lima
abad sejak tahun 750-1258 M, melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah.
Setelah meruntuhkan Dinasti Umayyah dengan cara membunuh Marwan
sebagai khalifahnya, pada tahun 750 M, Abu al- Abbas mendeklarasikan
dirinya sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah. Ketika Abbas menjabat
khalifah, dia diberi gelar al-Saffah yang berarti penumpah atau peminum
darah. Berdirilah sebuah Dinasti menuju kekuasaan yang bersifat
internasional, dengan assimilasi corak pemikiran dan peradaban Persia,
Romawi Timur, Mesir dan sabagainya. Al-Saffah menjadi pendiri Dinasti
Arab Islam ketiga – setelah Khulafaurrasyidin dan Dinasti Umayyah – yang
sangat besar dan berusia lama. Pada masa kepemimpinan Harun al-Rasyid,
masyarakat hidup cukup mewah, seperti yang digambarkan dalam hikayat
“Seribu Satu Malam”. Kekayaan yang banyak dipergunakan khalifah untuk
kepentingan sosial. Rumah sakit didirikan, pendidikan dokter diutamakan
dan farmasi di bangun. Pada saat itu, Baghdad telah mempunyai 800 dokter.
Selain itu, Harun al-Rasyid juga mendirikan pemandian pemandian umum,
sehingga dirinya cukup terkenal pada zamannya. Pada masa khalifah Harun
al-Rasyid kota Baghdad juga menjadi saingan satu-satunya Bizantium.
Kejayaannya berjalan seiring dengan kemakmuran kerajaan. Peradaban
Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah.
Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju. Kemajuan ilmu pengetahuan
diawali dengan penerjemahan naskah-naskah asing terutama yang berbahasa
Yunani ke dalam bahasa arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan
perpustakaan Bait al- Hikmah, dan terbentuknya mazhab-mazhab ilmu

24
pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berpikir.
Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah
Harun al-Rasyid (786- 809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M).
Berdasarkan fakta sejarah, sebanyak 37 khalifah yang pernah menjadi
pemimpin pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah. Setelah itu Dinasti
Abbasiyah mulai mengalami penurunan dan pada akhirnya runtuh.

5.3. Dinasti Utsmaniyah

Setelah dinasti Abbasiyah di Bagdad runtuh akibat serangan tentara


Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasannya tercabik- cabik dalam beberapa kerajan kecil yang
satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu.
Keadan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan
kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajan besar: Usmani di
Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajan Turki Usmani
merupakan kerajan terbesar dan paling lama berkuasa, berlangsung selama 6
abad lebih (1281-1924). Pada masa pemerintahan Turki Usmani, para Sultan
bukan hanya merebut negeri- negeri Arab. Dinasti Turki Usmani
melebarkan sayapnya ke sebelah Timur sehingga dalam waktu singkat
seluruh Persi dan Irak, yang dikuasai daulah Shafawiyah yang beraliran
Syl'ah, dapat direbut. Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga pada
tahun 1516 M/923 H dinasti Usmaniyah memegang kendali Dunia Islam
dengan pusat pemerintahannya di Istanbul. Di samping itu kerajan Turki
Usmani mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan
kebudayan Islam. Peran yang paling menonjol terlihat dalam politik ketika
masuk dalam barisan tentara profesional maupun dalam birokrasi
pemerintahan. Turki Usmani juga menunjukkan kehebatannya dalam
menangkis serangan-serangan musuhnya ketika itu. Ekspansi atau perluasan
yang dilakukannya langsung menusuk ke wilayah-wilayah penting di Barat,
termasuk penaklukan Konstantinopel. Asal Mula Turki Usmani Kerajan
Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari

25
wilayah Asia Tengah, yang termasuk suku Kayi.20 Ketika bangsa Mongol
menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi Sulaiman Syah, mengajak
anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dan lari
ke arah Barat. Mereka akhirnya terbagi menjadi dua. Kekuasan kerajan
Byzantium setelah negeri besar itu ditaklukan oleh sultan Muhammad Al-
Fatih tahun 1453. Bentuk Pemerintahan Turki Usmani gelar bagi penguasa
Usmani adalah Padi Syah atau Sultan. Dinasti Turki Usmani terkadang
menggunakan gelar khalifah, akan tetapi gelar tersebut tidak membawa klaim
apapun bagi otoritas universal atau eksklusif seperti pada pendahulu mereka,
adakalanya gelar seorang sultan itu lebih dari sekedar lokal dan dengan
menggunakan kekuasannya untuk tujuan yang diridhai agama. Dinastí Turki
Usmani menganu ajaran Sunni. Selama masa kesultanan Turki Usmani
(1299-1942 M.) sekitar 625 tahun berkuasa tidak kurang dari 38 Sultan

6. Islam dan Indonesia


6.1. Asal usul masuknya islam di indonesia

Teori Arab atau Teori Makkah menyatakan bahwa proses masuknya


Islam di Indonesia berlangsung saat abad ke-7 Masehi. Islam dibawa para
musafir Arab(Mesir) yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke
seluruh belahan dunia. Tokoh yang mendukung teori ini adalah Buya
Hamka. Teori masuknya Islam di Indonesia ini didukung beberapa 3 bukti
utama, yaitu 1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera
sudah terdapat perkampungan Islam (Arab), dengan pertimbangan bahwa
pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-
4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina. 2. Kerajaan Samudra Pasai
menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar
pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah
penganut mazhab Hanafi.

6.2. Proses Penyebaran Islam Di Indonesia

1) Perdagangan

26
Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling wala dalam tahap
Islamisasi, yang diperkirakan dimulai pada abad ke-7 M yang melibatkan
pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India.
2) Perkawinan

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap perdagangan. Para pedagang


yang datang lama-kelamaan menetap dan terbentuklah perkampungan
yang dikenal dengan nama pekojan
3) Pendidikan

Para ulama, kiai, dan guru agama berperan penting dalam penyebaran
agama dan kebudayaan Islam. Para tokoh ini menyelenggarakan
pendidikan melalui pondok pesantren bagi para santri-santrinya. Dari
para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan di tengah
masyarakat. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam
di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya dan Pesantren
Sunan Giri di Giri. Pada saat itu, terdapat berbagai kyai dan ulama yang
dijadikan guru agama atau penasihat agama di kerajaan- kerajaan.
4) Kesenian

Penyebaran Islam melalui seni budaya dapat dilakukan memalui


beberapa cara seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, tari, musik, dan
sastra. Saluran seni yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang dan
musik.
5) Politik

Kekuasaan raja memiliki peranan sangat besar dalam penyebaran Islam


di Indonesia. Ketika seorang raja memeluk Islam, maka secara tidak
langsung rakyat akan mengikuti. Dengan demikian, setelah agama Islam
mulai tumbuh di masyarakat, kepentingan politik dilaksanakan melalui
perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama.
Contohnya, Sultan Demak yang mengirimkan pasukannya dibawah
Fatahilah untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan
untuk menyebarkan agama Islam.

6) Tasawuf

27
Kata "tasawuf" sendiri biasanya berasal di kata "sufi" yang berarti Kain
Wol yang terbuat dari bulu Domba. Tasawuf adalah ajaran untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh
hubungan langsung secara sadar dengan Allah dan memperoleh ridha-
Nya. Saluran tasawuf berperan dalam membentuk kehidupan sisoal
bangsa Indonesia, hal ini dimunkinkan karena sifat tasawuf yang
memberikan kemudahan dalam pengkajian ajarannya karena disesuaikan
dengan alam pikiran masyarakatnya.

7. Himpunan Mahasiswa Islam


7.1. Latar Belakang Berdirinya HMI
1) Situasi dunia internasional

Berbagai argumen telah diungkapkan sebab-sebab kemunduran ummat


Islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa
kemunduran ummat Islam diawali dengan kemunduran berpikir, bahkan
sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Ketika ummat Islam
terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula
kemunduran diundang datang. Akibat dari keterbelakangan ummat Islam ,
maka munculah gerakan untuk menentang keterbatasan seseorang
melaksanakan ajaran Islam secara benar dan utuh (kaffah). Gerakan ini
disebut Gerakan Pembaharuan. Gerakan Pembaharuan ini ingin
mengembalikan ajaran Islam kepada ajaran yang totalitas, dimana disadari
oleh kelompok ini, bahwa Islam bukan hanya terbatas kepada hal-hal yang
sakral saja, melainkan juga merupakan pola kehidupan manusia secara
keseluruhan. Untuk itu sasaran Gerakan Pembaharuan atau reformasi adalah
ingin mengembalikan ajaran Islam kepada proporsi yang sebenarnya, yang
berpedoman kepada Al Qur'an dan Hadist Rassullulah SAW. Dengan
timbulnya ide pembaharuan itu, maka Gerakan Pem-baharuan di dunia Islam
bermunculan, seperti di Turki (1720), Mesir (1807). Begitu juga
penganjurnya seperti Rifaah Badawi Ath Tahtawi (1801-1873), Muhammad
Abduh (1849-1905), Muhammad Ibnu Abdul Wahab (Wahabisme) di Saudi
Arabia (1703-1787), Sayyid Ahmad Khan di India (1817-1898), Muhammad

28
Iqbal di Pakistan (1876-1938) dan lain-lain.

2) Situasi NKRI

Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu


pulalah Indonesia dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun
membawa paling tidak 3 (tiga) hal:

1) Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya

2) Missi dan Zending agama Kristiani

3) Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.

Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah
SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi
Tunggal Proklamasi atas nama bangsa Indonesia mengumandangkan
kemerdekaannya.

3) Kondisi umat Islam Indonesia

Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan


menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang
melakukan ajaran Islam itu hanya sebagai kewajiban yang diadatkan seperti
dalam upacara perkawinan, kematian serta kelahiran. Kedua : Golongan
alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktekkan
ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketiga :
Golongan alim ulama dan pengikut- pengikutnya yang terpengaruh oleh
mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah
untuk kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba
menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan
hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama Islam itu benar- benar
dapat dipraktekkan dalam masyarakat Indonesia.
4) Kondisi Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan

Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi
(PT) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sistem yang
diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah

29
sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme yang
"mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan manusia". Kedua : adanya
Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa
Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh
Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda
dunia PT dan Kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya "Krisis
Keseimbangan" yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara.
Akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan
dunia dan akhirat.

a. Berdirinya HMI

I. Latar belakang pemikiran

Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diprakasai oleh Lafran


Pane, seorang mahasiswa STI (Sekolah Tinggi Islam), kini UII (Universitas
Islam Indonesia) yang masih duduk ditingkat I. Tentang sosok Lafran Pane,
dapat diceritakan secara garis besarnya antara lain bahwa Pemuda Lafran
Pane anak keenam dari Sultan Pangurabaan Pane, yang lahir di Padang
Sidempuan pada tanggal 5 Februari 1922. Pemuda Lafran Pane yang tumbuh
dalam lingkungan nasionalis- muslim pernah menganyam pendidikan di
Pesantren, Ibtidaiyah, Wusta dan sekolah Muhammadiyah. Adapun latar
belakang pemikirannya dalam pendirian HMI adalah: "Melihat dan
menyadari keadaan kehidupan mahasiswa yang beragama Islam pada waktu
itu, yang pada umumnya belum memahami dan mengamalkan ajaran
agamanya. Keadaan yang demikian adalah akibat dari sistem pendidikan dan
kondisi masyarakat pada waktu itu. Karena itu perlu dibentuk organisasi
untuk merubah keadaan tersebut. Organisasi mahasiswa ini harus
mempunyai kemampuan untuk mengikuti alam pikiran mahasiswa yang
selalu menginginkan inovasi atau pembaharuan dalam segala bidang,
termasuk pemahaman dan penghayatan ajaran agamanya, yaitu agama
Islam. Tujuan tersebut tidak akan terlaksana kalau NKRI tidak merdeka,
rakyatnya melarat. Maka organisasi ini harus turut mempertahankan Negara
Republik Indonesia kedalam dan keluar, serta ikut memperhatikan dan

30
mengusahakan kemakmuran rakyat.

II. Peristiwa 5 Februari 1947

Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan


kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan
mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah
Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan
dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan
Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa
Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain
mengatakan "Hari ini adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam,
karena persiapan yang diperlukan sudah beres. Yang mau menerima HMI
sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah
terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini bisa berdiri dan berjalan".
Pada awal pembentukkannya HMI bertujuan diantaranya antara lain :

1) Mempertahankan kemerdekaan dan mempertinggi derajat rakyat


Indonesia dari intervensi kolonialisme Internasional.

2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.


Sementara tokoh-tokoh pemula/ pendiri (Founding Father) HMI
antara lain:
1) Lafran Pane (Yogyakarta)

2) Karnoto Zarkasyi (Ambarawa)

3) Dahlan Husein (Palembang)

4) Siti Zainah (Palembang)

5) Maisaroh Hilal (Singapura)

6) Soewali (Jember)

7) Yusdi Ghozali (Semarang)

8) M. Anwar (Malang)

9) Hasan Basri (Surakarta)

31
10) Marwan (Bengkulu)

11) Tayeb Razak (Jakarta)

12) Toha Mashudi (Malang)

13) Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta)

14) Zulkarnaen (Bengkulu)

15) Mansyur
7.2. Sejarah perjuangan HMI

1) Fase Konsolidasi Spiritual (1946-1947)

2) Fase Pengokohan (5 Februari 1947 - 30 November 1947)

Selama lebih kurang 9 (sembilan) bulan, reaksi-reaksi terhadap


kelahiran HMI barulah berakhir. Masa sembilan bulan itu dipergunakan
untuk menjawab berbagai reaksi dan tantangan yang datang silih
berganti, yang kesemuanya itu semakin mengokohkan eksistensi HMI
sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.

3) Fase Perjuangan Fisik / Bersenjata (1947 - 1949)

Seiring dengan tujuan HMI yang digariskan sejak awal


berdirinya, maka konsekuensinya dalam masa perang kemerdekaan, HMI
terjun kegelanggang pertempuran melawan agresi yang dilakukan oleh
Belanda, membantu Pemerintah, baik langsung memegang senjata bedil
dan bambu runcing, sebagai staff, penerangan, penghubung. Untuk
menghadapi pemberontakkan PKI di Madiun 18 September 1948, Ketua
PPMI/ Wakil Ketua PB HMI Ahmad Tirtosudiro membentuk Corps
Mahasiswa (CM), dengan Komandan Hartono dan wakil Komandan
Ahmad Tirtosudiro, ikut membantu Pemerintah menumpas
pemberontakkan PKI di Madiun, dengan mengerahkan anggota CM ke
gunung-gunung, memperkuat aparat pemerintah. Sejak itulah dendam
kesumat PKI terhadap HMI tertanam. Dendam disertai benci itu nampak
sangat menonjol pada tahun '64-'65, disaat- saat menjelang meletusnya

32
G30S/PKI.

4) Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950-1963)

Selama para kader HMI banyak yang terjun ke gelanggang


pertempuran melawan pihak-pihak agresor, selama itu pula pembinaan
organisasi terabaikan. Namun hal itu dilakukan secara sadar, karena itu
semua untuk merealisir tujuan dari HMI sendiri, serta dwi tugasnya yakni
tugas Agama dan tugas Bangsa. Maka dengan adanya penyerahan
kedaulatan Rakyat tanggal 27 Desember 1949, mahasiswa yang berniat
untuk melanjutkan kuliahnya bermunculan di Yogyakarta. Sejak tahun
1950 dilaksankanlah tugas-tugas konsolidasi internal organisasi. Disadari
bahwa konsolidasi organisasi adalah masalah besar sepanjang masa.
Bulan Juli 1951 PB HMI dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

5) Fase Kebangkitan HMI dalam transisi Orde Lama ke Orde Baru (1966
- 1968)

HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya


Orde Baru untuk menghapuskan orde lama yang sarat dengan
ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak antara lain HMI melalui Wakil
Ketua PB Mari'ie Muhammad memprakasai Kesatuan Aksi Mahasiswa
(KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan
Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan
Gestapu/ PKI sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama
berupa Rapat Umum dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman
Fakultas Kedokteran UI Salemba Jakarta, dimana barisan HMI
menunjukkan superioitasnya dengan massanya yang terbesar. Puncak
aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang
mengumandangkan tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal
itu. Tuntutan tersebut ternyata mendapat perlakuan yang represif dari
aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak mahasiswa menjadi
korban. Diantaranya antara lain : Arif Rahman Hakim, Zubaidah di

33
Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta,
Hasannudin di Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar,
kesemuanya merupakan pahlawan-pahlawan ampera yang berjuang tanpa
pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan ummat serta keselamatan
bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah hasil
yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak
sejarah berdirinya Orde Baru.
6) Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa (1969 - 1970)

Setelah Orde Baru mantap, Pancasila dilaksanakan secara murni


serta konsekuen (meski hal ini perlu kajian lagi secara mendalam), maka
sejak tanggal 1 April 1969 dimulailah Rencana Pembangunan Lima
Tahun (Repelita). HMI pun sesuai dengan 5 aspek pemikirannya turut
pula memberikan sumbangan serta partisipasinya dalam era awal
pembagunan. Bentuk-bentuk partisipasi HMI baik anggotanya maupun
yang telah menjadi alumni meliputi diantaranya : 1) partisipasi dalam
pembentukan suasana, situasi dan iklim yang memungkinkan
dilaksanakannya pembangunan, 2) partisipasi dalam pemberian konsep-
konsep dalam berbagai aspek pemikiran 3) partisipasi dalam bentuk
pelaksana langsung dari pembangunan.

7) Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970 - sekarang )

Suatu ciri khas yang dibina oleh HMI, diantaranya adalah


kebebasan berpikir dikalangan anggotanya, karena pada hakikatnya
timbulnya pembaharuan karena adanya pemikiran yang bersifat dinamis
dari masing- masing individu. Disebutkan bahwa fase pergolakan
pemikiran ini muncul pada tahun 1970, tetapi geja-gejalanya telah
nampak pada tahun 1968. Namun klimaksnya memang terjadi pada tahun
1970 dimana secara relatif. masalah-masalah intern organisasi yang rutin
telah terselesaikan. Sementara dilain sisi persoalan ekstern muncul
menghadang dengan segudang problema.

34
8) Fase tumbangnya Orde Baru dan Kemunculan Reformasi (Mei 1998-
2000)
Mahasiswa adalah inti kekuatan perubahan, ditengah berkuasanya
rezim orde baru dengan soeharto sebagai icon besarnya yang
menunjukkan kekuatan negeri ini (The Power Of State) dengan represif,
hegemonik dan atoriterianisme. HMI kembali bersama-sama dengan
elemen mahasiswa lainnya menjadi bagian dari kekuatan yang mampu
menumbangkan rezim tersebut. 10) Fase Tantangan II (2000-sekarang)
Fase tantangan ke-2 ini muncul justru setelah Orde Reformasi
berjalan dua tahun. Semestinya berdasarkan landasan-landasan atau
sikap- sikap yang telah diambil PB HMI memasuki era reformasi
semestinya HMI mengalami perkembangan yang signifikan menjawab
berbagai tantangan sesuai dengan perannya sebagai organisasi
perjuangan, yang harus tampil sebagai pengambil inisiatif dalam
memajukan kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pada fase
tantangan II ini HMI dihadapkan sekaligus pada dua tantangan besar
secara internal dan eksternal sekaligus.
Pertama, tantangan internal, antara lain:

a. Masalah eksistensi dan keberadaan HMI.

b. Masalah relevansi pemikiran-pemikiran HMI.

c. Masalah peran HMI sebagai organisasi perjuangan.

d. Masalah efektifitas HMI untuk memecahkan masalah yang


dihadapi bangsa.
Kedua, tantangan eksternal, antara lain:

a. Tantangan menghadapi perubahan zaman yang jauh berbeda


dari abad ke-20 dan yang muncul pada abad ke-21 ini.
b. Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam
zaman dan situasi yang berada dalam berbagai aspek kehidupan
khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.
c. Tantangan terhadap peralihan generasi yang hidup dalam
zaman dan situasi yang berada dalam berbagai aspek

35
kehidupan khususnya yang dijalani generasi muda bangsa.

d. Tantangan untuk mempersiapkan kader-kader dan alumni


HMI, yang akan menggantikan alumni-alumni HMI yang saat
ini menduduki berbagai posisi strategis dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena regenerasi
atau pergantian Penjabat-Penjabat, suka tidak suka, mau tidak
mau pasti terus berlangsung.
e. Tantangan menghadapi bahaya abadi komunis.

f. Tantangan menghadapi golongan lain, yang mempunyai misi


lain dari umat Islam dan bangsa Indonesia.
g.Tantangan tentang adanya kerawanan aqidah.

h. Tantangan menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi, yang terus berkembang tanpa henti.
i. Tantangan menghadapi perubahan dan pembaharuan di segala
aspek kehidupan manusia yang terus berlangsung sesuai
dengan semangat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sangat kompetitif.
j. Tantangan menghadapi masa depan yang belum dapat
diketahui bentuk dan coraknya.
k. Kondisi umat Islam di Indonesia yang dalam kondisi belum
bersatu.
l. Kondisi dan keadaan Perguruan Tinggi serta dunia
kemahasiswaan, kepemudaan, yang penuh dengan berbagai
persoalan dan problematika yang sangat kompleks
9) Fase Kebangkitan Kembali (2006-sekarang)
Gelombang kritik terhadap HMI tentang kemundurannya, telah
menghasilkan dua umpan balik; Pertama, telah muncul kesadaran
individual dan kolektif di kalangan anggota, aktivis, kader, bahkan
alumni HMI serta pengurus sejak dari Komisariat sampai PB HMI,
bahwa HMI sedang mengalami kemunduranl; Kedua, selanjutnya dari
kesadaran itu muncul pula kesadaran baru, baik secara individual dan

36
kolektif di kalangan anggota, aktivis, kader, alumni, dan pengurus bahwa
dalam tubuh HMI mutlak.

37
REFERENSI
Al-Usairy, Ahmad. 2008. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana.. Azra, Azyumardi. 1995. Jaringan Ulama; Timur Tengah dan
Kepulauann
Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan.

Firdaus, dan Maidi Harun. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Padang: IAIN-
IB Press.
Hasyimy, A. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia.

Bandung: Al Ma’arif.

Nor. 2007. Islam Nusantara: Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Karim, M. A. 2009. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta:


Pustaka Book Publisher
Kuntowijoyo. 1999. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta. Yayasan
Bentang Budaya.
Mughni, Syafiq A. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Jakarta: Logos.
Munir, Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Sitompul, Agus Salim. 1986. Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan
Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: Integritas Dinamika
Press.
Sitompul, Agus Salim. 2008. Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975). Jakarta:
Bina Ilmu
Syukur, F. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra Hamka, B. 2016. Sejarah umat Islam. Jakarta: Gema Insani

TABEL RENCANA PENGELOLAAN SPI DAN SPH


Kegiatan Deskripsi Metode Alokasi
waktu
Pendahuluan 1. Fasilitator memberi salam Ceramah 10 menit

38
(greeting);
2. Fasilitator memberikan
muqadimah dan berkenalan
dengan peserta.
3. Fasilitator menyiapkan
peserta secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses
pemberian materi;
4. Fasilitator mengajukan
pertanyaan tentang kaitan
antara pengetahuan
sebelumnya dengan materi
yang akan disampaikan;
5. Fasilitator
menjelaskan tujuan
pembelajaran atau
kompetensi dasar
yang akan dicapai.
Inti Ilmu pengantar sejarah brainstor 10 menit
ming
Inti Masyarakat arab pra islam FGD 20 menit
Inti Masyarakat arab fase islam FGD 20 menit
Inti Khulafa’ urrasyidin FGD 20 menit
Inti Dinasti pasca khulafa’ FGD 20 menit
urrasyidin
Inti Islam dan Indonesia Ceramah 20 menit
Inti Himpunan mahasiswa islam Pemapara 30 menit
n materi
Penutup 1. Peserta dan fasilitator Ceramah , 30 menit
melakukan refleksi terhadap tanya
kegiatan di forum jawab dan
2. Fasilitator memberikan games

39
ulasan atau hasil kegiatan
pembelajaran di forum
3. Sharing session/pemberian
motivasi kepada Peserta
untuk semangat berproses di
HMI
4. Fasilitator menutup sesi, dan
mengembalikan pada
pemandu.Pemandu
melakukan penajaman
pemahaman

40

Anda mungkin juga menyukai