Sasaran
Instrumen Sasaran Antara Sasaran Akhir
Operasional
Sumber : BI (2014)
Transmisi Dengan Pendekatan Kualitas
Sasaran
Instrumen Sasaran Akhir
Operasional
• Variabel-variabel
• Operasi Pasar • Suku bunga informatif • Stabilitas harga
Terbuka • Pertumbuhan
• Cadangan wajib ekonomi
minimum • Kesempatan Kerja
• Fasilitas diskonto
• Imbauan
Sumber : BI (2014)
Transmisi Kebijakan Moneter
Transmisi Langsung
Jalur Kredit
Sumber : BI (2014)
Transmisi Langsung
M = jumlah uang beredar
V = kecepatan perputaran uang
MV=PT P = tingkat harga secara umum (riil)
T = volume output atau transaksi ekonomi secara riil
Sumber : BI (2014)
Jalur Suku Bunga
Permintaan
Agregat
Sumber : BI (2014)
Jalur Nilai Tukar
Jumlah Uang
Beredar Permintaan
Agregat
Sumber : BI (2014)
Jalur Harga Aset
Permintaan
Agregat
Sumber : BI (2014)
Jalur Kredit
Giro Wajib Minimum
Kebijakan Ketersediaan
Liabilitas Bank
Moneter Kredit Bank
Investasi
Ekspansif ➔suku bunga akan dipasar uang akan turun dan harga saham akan
meningkat
Sumber : BI (2014)
Jalur Ketidakpastian
Kredibilitas Bank
Sentral
Sumber : BI (2014)
Jalur Ketidakpastian
Permintaan
Agregat
Sumber : BI (2014)
Perekonomian Indonesia dan Kebijakan Moneter
1945-1950
Perekonomian Indonesia 1945-1950
• Uang sisa zaman kolonial Belanda yaitu uang kertas De Javasche Bank
• Uang kertas dan logam pemerintah Hindia Belanda yang telah disiapkan Jepang sebelum
menguasai Indonesia yaitu DeJapansche Regering dengan satuan gulden (f) yang dikeluarkan tahun
1942
• Uang kertas pendudukan Jepang yang menggunakan Bahasa Indonesia yaitu Dai Nippon emisi 1943
dengan pecahan bernilai 100 rupiah serta Dai Nippon Teikoku Seibu, emisi 1943 bergambar
Wayang Orang Satria Gatot Kaca bernilai 10 rupiah dan gambar Rumah Gadang Minang bernilai 5
rupiah
Perekonomian Indonesia 1945-1950
1. Gunting Syafrudin adalah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Syafrudin Prawiranegara, Menteri Keuangan dalam
Kabinet Hatta II, yang mulai berlaku pada jam 20.00 tanggal 10 Maret 1950.
2. Menurut kebijakan itu, "uang merah" (uang NICA) dan uang De Javasche Bank dari pecahan Rp 5 ke atas digunting menjadi
dua.
3. Guntingan kiri tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula sampai tanggal 9
Agustus pukul 18.00. Mulai 22 Maret sampai 16 April, bagian kiri itu harus ditukarkan dengan uang kertas baru di bank dan
tempat-tempat yang telah ditunjuk.
4. Lebih dari tanggal tersebut, maka bagian kiri itu tidak berlaku lagi. Guntingan kanan dinyatakan tidak berlaku, tetapi dapat
ditukar dengan obligasi negara sebesar setengah dari nilai semula, dan akan dibayar tiga puluh tahun kemudian dengan
bunga 3% setahun.
5. "Gunting Sjafruddin" itu juga berlaku bagi simpanan di bank. Pecahan Rp 2,50 ke bawah tidak mengalami pengguntingan,
demikian pula uang ORI (Oeang Republik Indonesia).
6. Kebijakan ini dibuat untuk mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk utang menumpuk, inflasi tinggi,
dan harga melambung.
7. Dengan kebijaksanaan yang kontroversial itu, Sjafruddin bermaksud sekali pukul menembak beberapa sasaran: penggantian
mata uang yang bermacam-macam dengan mata uang baru, mengurangi jumlah uang yang beredar untuk menekan inflasi
dan dengan demikian menurunkan harga barang, dan mengisi kas pemerintah dengan pinjaman wajib yang besarnya
diperkirakan akan mencapai Rp 1,5 miliar
Instrument Kebijakan Ekonomi dan Moneter 1945-1950
Periode ini mempunyai ciri kebijakan moneter longgar, yang berarti bank sentral melakukan
kebijakan ekspansi moneter dengan penambahan uang beredar, yang dilakukan dengan monetisasi
atau pencetakan uang baru. Pencetakan uang baru dilakukan untuk menutup defisit anggaran
belanja negara yang terus membengkak.
1. Kebijakan Pengguntingan uang: Pada 19 Maret 1950, penurunan nilai uang 50%
untuk pecahan lima rupiah ke atas. Guntingan kiri berlaku sebagai alat pembayaran,
guntingan kanan ditukar dengan obligasi negara dengan bunga 3% setahun.
2. Kebijakan moneter penting yang terjadi dalam periode ini adalah devaluasi.
Devaluasi bukan merupakan instrumen pengendalian moneter namun kebijakan ini
secara tidak langsung akan mempengaruhi kebijakan moneter sesudahnya. Dalam
periode ini devaluasi telah dilaksanakan pada: Maret 1946: kurs US$1,00 diubah
dari Rp1,88 rp menjadi Rp2,6525; September 1949: kurs US$1,00 menjadi Rp3,80;
Instrument Kebijakan Ekonomi dan Moneter 1945-1950