Anda di halaman 1dari 6

Metode Konstruksi : Retaining Wall Page 1 of 6

Bahan Bangunan Buku Teknik Sipil Desain Rumah Jalan Raya KEAIRAN DAN LINGKU

Metode Konstruksi : Retaining Wall


Belajar Ilmu Teknik Sipil | Tutorial Software dan Cara menulis Skripsi Teknik Sipil

Konstruksi Baja Konstruksi Beton Kuliah Teknik Sipil Manajemen Kontraktor Skripsi

Home / Manajemen Proyek / Metode Konstruksi : Retaining Wall

Metode Konstruksi : Retaining Wall


Posted by Taufick Max Sunday, April 28, 2013 5 comments

Share on : 2 Tweet 0

Metode Konstruksi : Retaining Wall

Metode Konstruksi : Retaining Wall merupakan sebuah keharusan untuk


pembangunan sebuah gedung bertingkat banyak dengan jumlah basement lebih dari dua
lapis. Tanpa adanya retaining wall, pelaksanaannya niscaya akan menghadapi berbagai
kesulitan. Kondisi tanah yang dalam keadaan tidak ada beban bangunan di sekitarnya
sudah ada banyak gedung tinggi. Bila ada bangunan di sekitarnya areal, pemasangan
retaining wall menjadi solusinya.

Munculnya galian tanah basement akan mebuat perubahan struktur tanah di sekitarnya.
Risiko yang paling awal adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian sehingga aka nada
pergerakan gedung di sebelahnya. Bahayanya adalah, gedung akan bergeser atau bahkan
bias miring ke arah ke lubang galian.

http://www.kampus-sipil.com/2013/04/metode-konstruksi-retaining-wall.html 9/8/2014
Metode Konstruksi : Retaining Wall Page 2 of 6

Pergerakan gedung di sekitar lokasi galian biasanya terlihat dari adanya retakan tanah di
sekitar gedung (terutama yang paling dekat dengan lokasi galian). Selanjutnya akan
diikuti dengan miringnya gedung tersebut. Bila seperti ini, terjadilah evakuasi seluruh
penghuni bangunan. Penanganan utama yang wajib dilakukan adalah pembongkaran
gedung miring tersebut.

Kejadian seperti itu tentulah tidak dikehendaki oleh para perencana struktur bangunan.
Untuk mengantisipasi faktor tersebut dan demi kelencaran pekerjaan proyek maka di
buatlah dinding penahan tanah atau retaining wall.

Ada dua jenis dinding penahan tanah, yaitu retaining wall pile beruntun dan dinding
diafragma. Pada bab ini akan dibahas tentang retaining wall pile beruntun, sedangkan
dinding diafragma akan dibahas pada bab tersendiri.

RETAINING WALL PILE BERUNTUN

Retaining wall jenis ini dikatakan beruntun karena jarak antara-pile berdempetan
sedemikian rupa untuk mendapatkan daya tahan terhadap tekanan tanah (gaya lateral). b
isa juga di sebut dengan istilah secant pile karena memang pile ini saling bersinggungan
satu sama lainnya.

Dua jenis pile yang di pakai mempunyai karakteristik yang berbeda. Hal ini sebabkan
fungsi kedua pile yang tidak sama. Salah satu pile di sebut pile sekunder yang terbuat
dari campuran semen dan bentonite (mutu beton antara K-175 sampai K-225). Pile
sekunder harus mudah dipotong oleh mesin bor. Oleh karena itu, tidak boleh ada
pemasangan besi sama sekali pada pile ini. Pile sekunder mempunyai diameter lebih kecil.
Bila di perlukan, bias digunakan pile dengan diameter yang sama dengan pile struktur.

Jenis pile berikutnya di sebut pile primer yang merupakan rangka struktur utama dinding
penahan tanah. Pile primer wajib mempunyai rangka besi dan mutu beton di atas K-225.
Bila diameter dan pembesiannya dirasa kurang aman, di perlukan support kekuatan
berupa pemasangan angkur tanah (groung anchorage).

http://www.kampus-sipil.com/2013/04/metode-konstruksi-retaining-wall.html 9/8/2014
Metode Konstruksi : Retaining Wall Page 3 of 6

Retaining wall tipe pile beruntun mempunyai banyak ragam cara dalam pelaksanaannya.
Material yang digunakan untuk pembuatan pile ada dua jenis.

•PILE SECUNDER berbahan semen bentonite dengan mutu beton K-175 sampai K-225.
Jarak antara pile ditentukan sesuai dengan besaran diameter pile primer. Pile secunder ini
justru dikerjakan lebih dahulu sampai selesai keseluruhannya sesuai kebutuhan yang
direncanakan.

•PILE PRIMER merupakan inti dari retaining wall dengan konstruksi beton bertulang. Mutu
beton paling tidak K-300 atau bisa lebih sesuai hasil analisis struktur.

Proses pengerjaan tahap awal adalah memotong dua dinding pile secunder dengan mesin
bor. Nantinya setiap sisi-sisi dari pile secunder ini akan terkikis. Pengikisan ini lebih
tepatnya merupakan pembuatan (pengeboran) untuk penepatan pile primer. Setelah
tahapan pengikisan selesai (pengeboran), mulailah dilakukan pemasangan pile primer dan
sekaligus pengecoran.

Agar lebih jelas, akan diuraikan satu per satu cara pekerjaan yang sudah
dilaksanakan, yaitu sebagai berikut.

1.Pile beruntun bersilang dengan dua sumbu kerja (as). Diameter pile primer dan pile
sekunder sama besarnya. Penutup permukaan pile primer dengan cor dinding beton
bertulang.
2.Retaining wall pile beruntu bersilang dengan dua sumbu kerja (as). Diameter pile primer
dan pile sekunder sama besar. Penutup dengan beton terpisah untuk ruang drainase.
Kemudian dibuatkan dinding beton bertulang untuk menutupi permukan pile primer
sekaligus menyediakan ruang untuk drainase.
3.Retaining wall pile beruntun dengan dua sumbu kerja mempunyai perbedaan diameter
pile. Pile sekunder mengalami pemotongan untuk menjepit pile primer dengan penutup
permukaan dinding beton berimpitan dengan pile primer.
4.Retaining wall pile beruntun dengan satu sumbu kerja mempunyai perbedaan diameter
pile, dengan penutup permukaan dinding beton.
5.Retaining wall pile beruntun dengan satu sumbu kerja mempunyai diameter pile yang
sama, dengan penutup permukaan dinding beton.
6.Retaining wall pile beruntun dengan satu kerja mempunyai diameter pile yang sama
ataupun tidak sama di tambah angkur tanah sebagai support kekuatan dengan penutup
permukaan dinding beton.

Untuk retaining wall sistem pile beruntun mulai nomor 1 hingga kurang disukai untuk
dilaksanakan di Indonesia. Kebanyakan para desainer struktur lebih suka memakai
retaining wall nomor 4 hingga 6.

Pemakaian retaining wall pile beruntun dengan sedikit atau bahkan tidak
memperhitungkan beban vertikal adalah beban samping (lateral) akibat tekanan tanah
dalam gedung yang ada di sekitarnya. Diameternya disesuaikan dengan kebutuhan.
Retaining wall ini dikombinasikan dengan bentonite pile. Secara otomatis pertemuan
antara adonan semen pondasi tiang dengan bentonite pile akan menghasilkan struktur

http://www.kampus-sipil.com/2013/04/metode-konstruksi-retaining-wall.html 9/8/2014
Metode Konstruksi : Retaining Wall Page 4 of 6

kedap air. Setelah selesai, akan terlihat paduan yang kukuh antara bored pile dengan
bentonite pile untuk menahan gaya leteral.

POLA PEMASANGAN RETAINING WALL

Tentunya aka nada pertanyaan, bagaimana cara pengeborannya agar presisi sehingga
terhindar dari adanya penyimpangan titik bor? Hal ini mengingat pekerjaan pengeboran
dilakukan pada sekeliling proyek yang membentuk semacam pagar. Pengeboran bergerak
menyamping sehingga bisa saja terjadi missing titik bor. Akibatnya, jarak antara galian
dapat berbeda.

Dalam hal ini sebagai besar pekerja yang sudah berpengalaman telah membuat cara
untuk melakukan pengeboran, mereka telah terlebih dahulu membuat patron yang berupa
guide wall. Balok beton memanjang dengan pembesian yang tingginya dapat mencapai
1,2 m dan dibuat dua buah dengan jarak antara guide wall sesuai diameter tiang bor
ditambah 5 cm agar mata mesin bor dapat masuk. Cara ini akan memaksa alat bor tetap
di jalurnya. Metode ini tepatnya digunakan untuk pekerjaan pembuatan dinding
diaphragma.

Selain menggunakan guide wall jenis balok beton, terkadang ada juga yang memakai
pelat baja dengan balok beton yang dibentuk sesuai ukuran diameter pile yang akan
dibuat (patron). Cara ini akan membuat pengeboran menjadi lebih akurat.

Seluruh tiang bor dan bentonite pile harus masuk ke dalam lapisan tanah yang kadap air.
Model ini lebih pasnya dipakai untuk pembuatan retaining wall tipe pile beruntun.
Seterusnya, setelah seluruh pembuatan retaining wall selesai, secara berharap dilakukan
penggalian tanah.

Adakalanya retaining wall pile beruntun masih memerlukan ekstra perkuatan.


Penambahan ekstra perkuatan lebih banyak memakai angkur tanah (ground anchoraged).
Bila sampai level pelat basement, dilakukan pengeboran untuk pemasangan ground
anchoraged. Paling atas merupakan pengeboran yang paling panjang, selanjutnya
semakin ke bawah akan semakin pendek pengeborannya. Ini disebabkan semakin ke
bawah akan semakin kecil tekanan tanahnya.

Sekarang bagaimana proses pemasangan angkur tanah dapat dilaksanakan jika yang

http://www.kampus-sipil.com/2013/04/metode-konstruksi-retaining-wall.html 9/8/2014
Metode Konstruksi : Retaining Wall Page 5 of 6

dibor untuk pemasangan merupakan bentonite pile sehingga tentunya ada banyak risiko.
Bentonite pile tidak dapat di pasangi angkur tanah karena pile ini merupakan jenis beton
ringan.

Umumnya yang dibor untuk pemasangan angkur tanah adalah bore pile struktur. Hal ini
mengingat untuk pile struktur tentu akan penuh dengan pembesian yang rapat dan
berdiameter besar dalamnya. Bila asal dibor saja, bias-bisa mata bor rusak atau
pembesian pile rusak. Hal ini tidak boleh terjadi. Aplikasi di lapangan untuk permudah
pemasangan angkur tanah pada pile struktur menggunakan media sterofoam.

Terlebih dahulu sudah diketahui kedalaman pile, posisi setiap lantai basement, dan sudut
kemiringan angkur tanah. Titik-titik angkur tanah ditandai. Barulah waktu rangkaian besi
tiang bor di masukkan ke dalam lubang. Pada bagian yang akan dipasangi angkur tanah,
pembesiannya ditambah dengan perkuatan dengan perkuatan karena besi di bagian ini
terputus. Sebagai penanda biasanya diberi storefoam.

Ilustrasi titik lokasi untuk pengeboran angku tanah di halaman 34 menggambarkan


dinding penahan tanah atau retaining wall yang terlihat bahwa setiap tiang sudah
terpasang angkur tanah hingga basement terbawah.

Gambar diatas menunjukan bahwa seluruh tepi dinding retaining wall dalam keadaan
belum terlihat baik (permukaan retaining wall tidak rata). Rencana selanjutnya adalah
membuat dinding basement dengan ketebalan tertentu, sehingga otomatis luas areal
basement akan berkurang dengan adanya dinding basement.

Anda Bisa Membaca Artikel lain tentang Manajemen Proyek dibawah ini. Jika anda suka
mohon Like dan di Bagikan ke teman-teman yang lain. Terima Kasih

1. Faktor Keruntuhan Dinding Galian Tanah - New !!


2. MANAJEMEN PROYEK : Total Quality Control
3. PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol
4. PT.Waskita Karya Pelaksana Proyek Tol Bali
5. Pengenalan Form Work pada Proyek Konstruksi
6. Pengenalan Jumping Form
7. Pengenalan Slip Form
8. Penggunaan Form Work Khusus
9. Perhitungan Kekuatan Untuk Form Work
10. Proyek Underpass Simpang Dewa Ruci Bali.
11. Quality Control Pekerjaan Jalan
12. Sistem Pembangunan Konvensional/Down-up - New !!
13. Sistem Pembangunan Modern/ Top And Down - New !!
14. Teknologi Form Work

BACA ARTIKEL TEKNIK SIPIL LAINNYA:

http://www.kampus-sipil.com/2013/04/metode-konstruksi-retaining-wall.html 9/8/2014
Metode Konstruksi : Retaining Wall Page 6 of 6

Jenis- Aspek Definisi & PerencanaanPerencanaanContoh Analisis


jenis Penting Ruang KeterbatasanJadwal Menghitung Metode
Industri dalam Lingkup Sumber Proyek Menyusun Diagram
Jasa Manajemen Manajemen ...
Day... yang Jaringan... Preseden
Konstruks... Proye... Mura... (...

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA


Judul: Metode Konstruksi : Retaining Wall
Ditulis oleh Taufick Max
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau
keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://www.kampus-
sipil.com/2013/04/metode-konstruksi-retaining-wall.html. Terima kasih sudah
singgah membaca artikel ini.

Tweet 0

http://www.kampus-sipil.com/2013/04/metode-konstruksi-retaining-wall.html 9/8/2014

Anda mungkin juga menyukai