Anda di halaman 1dari 5

Problem Epistemologis dan Etis dalam

Pengembangan IPTEKS

Kristianus Riberu1*, Imbron Arifin2


1
Universitas Negeri Malang, Kota Malang, krisriberu@mail.com
2
Universitas Negeri Malang,Kota Malang, imron.arifin.fip@um.ac.id
krisriberu@gmail.com

ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah pengaruh besar


dari salah satu komponen ilmu filsafat yaitu epistemologis. Penelitian ini akan
menyampaikan pembahasan tentang sebuah probem epistemologis dan etis dalam
pengembangan IPTEKS. Pada pengembangan tersebut disampaikan dalam beragam
ilmu dan pengetahuan tentang filsafat, dimana akan terdapat beberapa perangkat yang
mampu menguraikan hakikat pengembangan IPTEKS.

Kata Kunci: epistemologis, etis, pengembangan IPTEKS

PENDAHULUAN
Filsafat merupakan ilmu pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang
seluruh kenyataan. Filsafat ini adalah refleksi tentang berfikir atas keseluruhan realitas
untuk mencapai hakikat atau kebenaran dan memperoleh hikmat dalam kehiduapan
tentunya (NURWAHYUDI, 2019). Pengembangan ilmu selalu dihadapkan pada
persoalan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Filsafat ilmu merupakan bagian dari
epistemologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah. Ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang menpunyai karateristik tertentu. Meskipun
secara metodologi ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial,
namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu
sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial (Abdullah,
2011).
Epistemologi merupakan penetapan kriteria untuk mendapatkan pengetahuan
yang sesungguhnya mengenai sesuatu yang riel dengan kesesuaian antara pengetahuan
riel dengan konsep. Epistemologi juga menggunakan kejelian dalam operasi aktivitas
scientific melalui upaya untuk mengatasi rintanganrintangan yang tidak efektif yang
mengganggu produksi pengetahuan (Abdullah, 2011). Pada pilar epistemologi selalu
menyangkut problematika tentang sumber pengetahuan, sumber kebenaran, cara
memperoleh kebenaran, criteria kebenaran, proses, sarana, dasar-dasar kebenaran,
sistem, prosedur, strategi. Pengalaman epistemologis dapat memberikan sumbangan
sarana legitimasi bagi ilmu atau menentukan keabsahan disiplin ilmu tertentu, dapat
memberikan sebuah kerangka acuan metodologis pengembangan ilmu, bisa
mengembangkan ketrampilan proses serta mengembangkan daya kreatif dan inovatif
(Widisuseno et al., 2013).
Perkembangan pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi
karena didukung oleh penemuan-penemuan baru yang diawali dengan percobaan-
percobaan, baik lembaga pemerintah maupun swasta yang memilki kepedulian
terhadap penelitian dan pengembangan. Setiap bidang ilmu pengetahuan telah memilki
kepedulian terhadap penelitian dan pengembangan, dengan metode pendekatan dan
cara penelitian masing-masing. Penggunaan metodologi dengan cermat dan sistematis
guna menemukan informasi ilmiah maupun teknologi yang baru untuk membuktikan
kebenaran hipotetis, agar dapat dirumuskan teori atau proses gejala alam atau sosial
(Lasiyo, 2007).
Adapun problematika epistemologis dan etis yang terjadi dalam pengembangan
IPTEKS berupa pendekatan IPTEKS yang memperlakukan dunia dan manusia hanya
sebagai objek semata. Eksploitasi (lingkungan dan juga terutama manusia) adalah
dampak buruk dari pengembangan IPTEKS. Manusia tidak seperti barang material
hanya bisa diukur kualitas dan tugasnya. Implikasinya dalam dunia pendidikan adalah
pendidikan mesti memperhatikan multi dimensi dari realitas dan juga manusia. Dunia
pendidikan mesti menawarkan alternatif kritis terhadap penggunaan teknologi agar
pendidikan betul-betul menjadi sarana yang membebaskan. Contoh konkret persoalan
etis, manusia menciptakan alat perang, nuklir, teknologi kloning manusia, mengambil
gen binatang untuk manusia. Dengan demikian urusan etis justru penting untuk
memeriksa relasi anatara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai
atau value.
METODE
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dengan menggunakan
pendekatan epistemologis. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu
fenomena dengan sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-
dalamnya pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang
diteliti. Pendekatan epistemologi adalah mempersoalkan bagaimana proses terjadinya
ilmu pengetahuan, termasuk didalamnya sarana ilmiah, sikap ilmiah, metode,
kebenaran ilmiah. Pemikiran merupakan landasan utama dalam melakukan kegiatan
ilmiah yang akan menggabungkan kemampuan akal dengan pengalaman dan data yang
diperoleh selama melakukan kegiatan ilmiah (Abdullah, 2011).
Pembahasan metode penelitian lebih pada aspek epistimologi, yaitu cara
memperoleh ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah. Cara menyusun tubuh
pengetahuan ini menurut Jujun, didasarkan pada: 1) Kerangka pemikiran yang bersifat
logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya
yang telah berhasil disusun. 2) Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari
kerangka pemikiran tersebut. 3) Melakukan verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji
kebenaran dan menyatakan secara faktual ( Jujun Suriasumantri, 2010). Epistemologi
ilmu pengetahuan secara deduksi membicarakan cara-cara untuk mencapai kesimpulan
bila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan mengenai semua atau sejumlah diantara
suatu kelompok sesuatu. Kesimpulan yang sah pada suatu penalaran deduktif selalu
merupakan akibat yang bersifat keharusan dari pernyataan-pernyataan yang lebih
dahulu diajukan. (Syaiful & rizal, 2019).
Adanya suatu penjabaran secara logis atau deduksi yang dimaksudkan untuk
memberikan pembuktian seketat mungkin mengenai seluruh sisi bidang pengetahuan
berdasarkan atas apa yang dianggap sebagai kebenaran-kebenaran hakiki tersebut
(Lasiyo, 2007:2). Penelitian ini menggunakan sarana berpikir bahasa yaitu, dengan
adanya bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek-objek
faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Malalui
transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai sesuatu objek tertentu
meskipun objek itu secara faktual tidak berada di tempat di mana kegiatan berpikir itu
dilakukan. Kemudian simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia
untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut, dengan bahasa dimungkinkan untuk
berpikir secra teratur dan sitematis.
PEMBAHASAN
EPISTEMOLOGI (teori pengetahuan)
Kata ini terdiri kata Bahasa Yunani episteme dan logos, yang berarti ilmu atau
studi tentang pengetahuan. Istilah-istilah yang setara dengan epistemologi adalah: 1.
Kriteriologi (berbicara tentang benar tidaknya pengetahuan), 2. Kritik pengetahuan
(pembahasan kritis tentang pengetahuan), 3. Gnoseologi (teori tentang pengetahuan),
4. Logika material (pembahasan logis dari segi isi sedangkan logika formal dari segi
bentuknya). Objek material epistemologi adalah pengetahuan dan objek formalnya
adalah hakekat pengetahuan.
Soal-soal penting yang dikaji dalam epistemology adalah asal usul pengetahuan,
pengalaman dan peran akal dalam pengetahuan, pengetahuan dan kebenaran atau
keniscayaan, skeptisme universal yang mungkin, kodrat kebenaran pengalaman dan
makna serta pengetahuan dalam kaitan dengan pikiran. Epistemologi ilmu juga
membahas jenis-jenis pengetahuan manusia (pengetahuan ilmiah dan non ilmiah). Ciri-
ciri pengetahuan ilmiah antara lain: (a) Berlaku umum: berarti jawaban atas pertanyaan
apakah sesuatu itu layak atau tidak tergantung pada factor-faktor subyektif; (b)
Mempunya kedudukan mandiri (otonom). Faktor-faktor di luar ilmu juga ikut
berpengaruh, tapi tadak menghalangi pengembangan ilmu secara mandiri; (c) Memiliki
dasar pembenaran: untuk mencapai derajat kepastian yang sebesar mungkin (apriori
dan aposteriori); (d) Sistemati: harus ada system dalam susunan pengetahuan dan cara-
cara memperoleh pengetahuan; (e) Intersubyektif: kepastian pengetahuan ilmiah tidak
didasarkan pada intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subyektif,
melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri.

ETIS
Etis dapat di definisikan sebagai benar secara moral atau berprinsip. Indivindu
dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk melalui prinsip etika. Etika
membicarakan tentang pertimbangan Tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam
hubungan antar manusia. Etika dari Bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat.

ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


Ilmumu pengetahuan pada dasarnya bersumber rasio dan fakta. Mereka yang
berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran, telah mengembangkan paham yang
disebut rasionalisme. Sedang mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap
lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran, telah mengembangkan
paham empirisme. Kaum rasionalisme alam nyata dan gaib adalah ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan berdasarkan objeknya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a)
Objek vertical (transcendental) menyangkut sang pencipta dan sifat-sifatnya, “kata-
kata” sang pencipta, (b) Objek horizontal menyangkut ciptaannya seperti manusia, alam
binatang, alam tumbuh-tumbuhan, alam benda materi, dan alam jagat raya, (c) Objek
“alam rekayasa” merupakan buatan manusia.

PROBLEM EPISTEMOLOGIS DAN ETIS DALAM PENGEMBANGAN IPTEKS


Epistemologi itu berkaitan dengan sumber pengetahuan dan kepastian
pengetahuan. Pertanyaannya apakah IPTEKS betul menjamin pengetahuan dan
kepastian pengetahuan? Jawabannya tentu Ya. Ilmu pengetahuan dan teknologi Itu
menjadi spirit modernisme, yang anti pendekatan spiritual dalam mendapatkan
pengetahuan yang pasti tentang dunia dan manusia. Intinya adalah yang benar menurut
teknologi dan modern science umumnya adalah apa yang dapat diukur dan diverifikasi
secara objektif. Yang tidak dapat diverifikasi secara ilmiah dari kacamata IPTEK tidak
dapat disebut pengetahuan yang benar. Tentu saja kita Terima itu. Tapi, problemnya
adalah realitas dan terutama manusia adalah realitas yang kompleks.
Pendekatan iptek mesti dilihat hanya salah satu pendekatan. Tapi manusia tidak
bisa direduksi hanya pada ilmu dan teknologi. Ada yang tidak bisa dilihat oleh
kacamata IPTEK semata. Problem terbesar dari pendekatan IPTEK adalah
memperlakukan dunia dan manusia hanya sebagai objek semata, eksploitasi
(lingkungan dan juga terutama manusia), ruang gerak manusia dikontrol sebagai suatu
nilai, penyalagunaan dalam penggunaan data, permasalahan dalam publikasi, dan
keabsahan sumber pengetahuan adalah dampak buruk dari ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dihadapkan dengan masalah moral dan akses ilmu dan teknologi yang merusak,
manusia didesak untuk mencari alternatif solusi berupa; (1) penerapan dari ilmu
pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dalam
proses perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, penciptaan ilmu bersifat
individual namun komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Implikasi
penting dari tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah bahwa setiap pencarian dan
penemuan kebenaran secara ilmiah harus disertai dengan landasan etis yang kukuh. (2)
Pengembangan IPTEKS harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga
keseimbangan ekosistem, bertanggung jawab kepada kepentingan umum, dan generasi
mendatang serta bersifat universal untuk memperkokoh eksistensi manusia. Tanggung
jawab etis tidak hanya menyangkut upaya penerapan ilmu dan teknologi secara tepat
dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, menyadari juga apa yang harus dikerjakan atau
tidak dikerjakan untuk memuliakan martabat manusia, baik dalam hubungan sebagai
pribadi, dengan lingkungannya maupun sebagai makhluk yang bertanggung jawab
terhadap Tuhan. (3) Penguatan nilai kejujuran dalam etika. Kejujuran merupakan hal
yang sangat mendasar dari manusia yang akan sangat berpengaruh dalam kehidupan
masyarakat. Kejujuran dan keadilan merupakan kunci utama dalam berbuat,
berinteraksi dengan lingkungan. Kejujuran menjadi point inti karena lewat kejujuran
martabat sesame manusia dimuliakan. (4) Mengedepankan nilai-nilai yang berkembang
dalam masyarakat, seperti nilai moral, nilai sosial, nilai agama, nilai kebenaran, nilai
keindahan. (5) Merunut/menelusuri keabsahan sumber pengetahuan. Pengingkaran atau
perlawanan etika dalam ilmu pengetahuan adalah pelanggaran terhadap prinsip-prinsip
etika keilmuan. Implikasinya dalam dunia pendidikan adalah pendidikan mesti
memperhatikan multi dimensi dari realitas dan juga manusia. Dunia pendidikan mesti
menawarkan alternatif kritis terhadap penggunaan teknologi agar pendidikan betul-
betul menjadi sarana yang membebaskan untuk memuliakan martabat manusia.

KESIMPULAN
Proses pencaraian dan penemuan kebenaran ilmu dan teknologi yang dilandasi
etika, merupakan kategori moral yang menjadi dasar sikap etis seorang ilmuwan dan
juga pengguna ilmu dan teknologi. Ilmuwan yang menghasilkan ilmu, juga masyarakat
sosial yang menggunakan ilmu dan teknologi bukan saja sebagai penganalisis materi
kebenaran atau pengguna ilmu dan teknologi semata, tapi juga menjadi prototipe moral
yang baik. Pengingkaran atau perlawanan etika dalam ilmu pengetahuan adalah
pelanggaran terhadap prinsip-prinsip etika keilmuan. Dengan demikian dunia
Pendidikan kita mesti memperhatikan multi dimensi dari realitas dan juga manusia.
Dunia pendidikan mesti menawarkan alternatif kritis terhadap penggunaan ilmu dan
teknologi agar pendidikan betul-betul menjadi sarana yang membebaskan untuk
memuliakan martabat manusia.
REFERENSI
Adib, Mohammad. (2010). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Abdullah, M. (2011). Pengembangan Teori Akuntansi Berbasis Filsafat Ilmu.
AKRUAL: Jurnal Akuntansi, 2(2), 136. https://doi.org/10.26740/jaj.v2n2.p136-
150
Hadi, Hardono. (2019) Epistemologi, Filsafat pengetahuan.Yogyakarta:Kanisius.
Jujun Suriasumantri. (2010). Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Popular. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta : 105
Lasiyo, (2007). Filsafat Ilmu Pengetahuan, Handout Kuliah Filsafat Ilmu. Program
Pascasarjana Universitas Airlangga
NURWAHYUDI, A. (2019). Epistemologi Anarkisme Penyiaran Islam Dalam
Perspektif Paul K. Feyerebend. Indonesian Journal of Islamic Communication,
1(2), 87–102. https://doi.org/10.35719/ijic.v1i2.161
Syaiful, A., & rizal, yusuf. (2019). Pendekatan Kualitatif (Paradigma, Epistimologi,
Teori dan Aplikasi). 1–21. https://doi.org/10.31219/osf.io/be687
Widisuseno, I., Ilmu, F., & Universitas, B. (2013). Ipteks Dan Strategi
Pengembangannya. Ipteks Dan Strategi Pengembangannya, 17(1).
https://doi.org/10.14710/humanika.17.1

Anda mungkin juga menyukai