Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN

PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN


PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN
MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)

TESIS

Oleh

HENRY ROTUAHMAN MANIK


107018011/EP

K O LA
E
H
S
PA

A
N

C
A S A R JA
S

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN
PEMERINTAH, INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN
PERUSAHAAN DAN SUMBER PENDAPATAN
MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister


Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HENRY ROTUAHMAN MANIK


107018011/EP

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH INFLASI,
PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI,
SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN
SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS
JALUR)
Nama Mahasiswa : Henry Rotuahman Manik
Nomor Pokok : 107018011
Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, SE, MS) (Dr. Bastari, SE, MM)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin,SE,M.Ec.) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang,MSIE)

Tanggal lulus : 30 Oktober 2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Telah diuji pada

Tanggal : 30 Oktober 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S.


Anggota : 1. Dr. Bastari, S.E., M.M.
2. Prof. Dr.Sya’ad Afifuddin, S.E., M.Ec
3. Dr. Rahmanta, M.Si.
4. Dr. Rujiman, M.A.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


PERNYATAAN

“ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH,


INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN SUMBER
PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PENGHASILAN DI KOTA MEDAN (ANALISIS JALUR)”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar

merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Medan, Oktober 2012


Penulis,
Materai
6000
Henry Rotuahman Manik

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


ANALISIS PENGARUH INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH,
INVESTASI, SUMBER PENGHASILAN PERUSAHAAN DAN
SUMBER PENDAPATAN MASYARAKAT TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DI KOTA
MEDAN (ANALISIS JALUR)

ABSTRAK

Dalam struktur APBN tahun 2010, penerimaan pajak menyumbang 80%


penerimaan dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Dari tahun ke tahun
peranan Pajak Penghasilan (PPh) semakin meningkat, bahkan peningkatan pajak
dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non migas
dibandingkan dengan sektor migas.
Penelitian ini merupakan kajian tentang perkembangan Penerimaan Pajak
Penghasilan (PPh) di Kota Medan kurun waktu 1990 sampai dengan 2010 dengan
menggunakan Analisis Jalur. Jenis data dalam penelitian ini adalah data time
series, yaitu data inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan
perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber
pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) yang
bersumber dari Direktorat Jenderal Pajak dan Badan Pusat Statistik serta
penelitian – penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel
Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan (yang
ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan Sumber Pendapatan
Masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Secara
parsial Investasi dan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena Pajak)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di
Kota Medan. Pengeluaran Pemerintah dan Sumber Penghasilan Masyarakat
(Pendapatan Perkapita) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. Inflasi berpengaruh negatif namun
tidak signifikan terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

Kata kunci : Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan


Perusahaan, Penghasilan Kena Pajak, Sumber Penghasilan
Masyarakat, Pendapatan Perkapita, Pajak Penghasilan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INFLATION, THE ISSUING OF
THE GOVERNMENT, INVESTMENT, THE SOURCE OF THE
PRODUCTION OF THE COMPANY AND THE SOURCE OF
THE INCOME OF THE COMMUNITY TOWARDS
ACCEPTANCE OF INCOME TAX IN THE MEDAN
CITY (THE ANALYSIS OF THE ROUTE)

ABSTRACT

In the APBN structure in 2010, acceptance of the tax contributed 80% domestic
acceptance. Income tax (PPh) and the Value Added Tax (PPN) contributed 83.29
% for acceptance of taxation. From the year to the role year of Income Tax (PPh)
increasingly increased, in fact the increase in the tax from the sector of this
income tax began to be stressed in the sector of non oil and gas compared with
the sector of oil and gas. This research was the study about the development of
Acceptance of Income Tax (PPh) in the Medan City the period 1990 up to 2010 by
using the Analysis of the Route. The data kind in this research was the data time
series, that is the inflation data, the issuing of the government, investment, the
source of the production of the company (that it was demonstrated by gross
income before the tax) and the source of the income of the community (that was
shown by the income per capita) that originated in Directorate General Pajak and
the Statistik Central Committee as well as the other research research that were
connected with this research.Results of the research showed that together the
Inflation variable, Pengeluaran of the Government, Investasi, Sumber of the
Production of the Company (that it was demonstrated by gross income before the
tax) and the Source of the Income of the Community (that was shown by the
income per capita) gave the influence that was significant towards acceptance of
Income Tax in the Medan City. Partially Investment and the Source of the
Production of the Company (the Kena Pajak Production) influential positive and
significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City. The issuing of
the Government and the Source of the Production of the Community (the
Perkapita Income) influential positive but not significant towards Acceptance of
Income Tax in the Medan City. Inflation was influential of the negative but not
significant towards Acceptance of Income Tax in the Medan City.

Keywords: Inflation, the Issuing of the Government, Investment, the Source of


the Production of the Company, the Production was subject to the
Tax, the Source of the Production of the Community, the Perkapita
Income, Income Tax.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Penyayang yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga tesis yang berjudul

“Analisis Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi, Sumber

Penghasilan Perusahaan dan Sumber Pendapatan Masyarakat Terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan” ini dapat diselesaikan dengan

segala kelebihan dan kekurangannya. Dengan rasa bangga dan Penulis

mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

Prof.Dr. Ramli, S.E., M.S.


Dr. Bastari, S.E., M.M.
selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu,
mendorong, membimbing dan memberikan semangat kepada penulis agar tetap
berjuang dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
Dalam melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, Penulis banyak
memperoleh bantuan baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun pengarahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE., M.Ec., Ketua Program Studi Magister
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera.
3. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S., Sekretaris Program Studi Magister
Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, S.E., M.Ec., Bapak Dr. Rahmanta, M.Si.,
Bapak Dr. Rujiman, MA, sebagai Dosen Penguji.
5. Seluruh dosen pengajar Pasca Sarjana Ekonomi Pembangunan USU, yang
dengan sabar telah membimbing penulis selama belajar di Program Pasca
Sarjana Ekonomi Pembangunan USU.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


6. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Propinsi Sumatera Utara I
yang telah memberi izin kepada penulis untuk melanjutkan perkuliahan.
7. Kepala KPP Pratama Medan Petisah, Ibu Esther P.J. Pangaribuan, Kepala
Seksi Waskon I, Bapak Anto Sibarani dan rekan-rekan di KPP Pratama Medan
Petisah atas dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.
8. Kepala KPP Madya Medan, Bapak Muslim Gunanta, Kepala Seksi Waskon
VI, Ibu Porman Romianna Manihuruk dan rekan-rekan di KPP Madya Medan
atas dukungan dan bantuannya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XIX Magister Ekonomi Pembangunan
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, terutama Bapak Pulung,
Sugeng, Tugino, Rosleni Sitindaon, Lasmey Nurwini Sinaga, Lenny Herlina
Sianipar, Ade Viera dan Rismauli, yang selalu mendukung dalam perkuliahan
dan penulisan tesis ini.
10. Seluruh staf dan karyawan sekretariat Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, seluruh pengelola perpustakaan USU atas dukungan literatur
dan bantuan yang diberikan, serta semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak
dan Ibuku Tercinta, J.A Manik, BA (Alm.) dan R. Boru Sinaga, kakak dan adik-
adikku tersayang, istri tercinta Theresia Octaviani, dan buah hatiku tercinta
Hanesa Vici Asima Mega Manik yang telah memberikan dorongan, semangat,
inspirasi, dan dukungan yang luar biasa.
Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya untuk kemajuan
pendidikan dan perpajakan di masa yang akan datang. Semoga kiranya Allah
Bapa Yang Maha Pengasih memberkati kita. Amin.

Medan, Nopember 2012


Penulis

Henry Rotuahman Manik

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


RIWAYAT HIDUP

N ama : Henry Rotuahman Manik

Agama : Katholik

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Tempat/Tanggal lahir : Pematangsiantar, 28 Januari 1979

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Istri : Theresia Octaviani

Anak : Hanesa Vici Asima Mega Manik

Nama Orangtua Laki-Laki : Jesman Anthony Manik, BA

Nama Orangtua Perempuan : Rosmaulina Sinaga

Riwayat Pendidikan Formal:

1. Sekolah Dasar Negeri No. 128077 Pematangsiantar Lulus Tahun 1991

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pematangsiantar Lulus Tahun 1994

3. Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Pematangsiantar Lulus Tahun 1997

4. Program Diploma I Perpajakan BPLK I Medan Lulus Tahun 1998

5. Sarjana Ekonomi Universitas Medan Area Lulus Tahun 2006

6. Sekolah Pascasarjana USU Jurusan Ekonomi Pembangunan Lulus Tahun 2012

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
DAFTRA SINGKATAN ........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................... 9
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 12


2.1. Landasan Teori ....................................................................... 12
2.1.1. Filosofi dan Karateristik Pajak ................................... 12
2.1.2. Fungsi Pajak ............................................................... 13
2.1.3. Klasifikasi Pajak......................................................... 14
2.2. Pajak Penghasilan................................................................... 16
2.2.1. Peranan Pajak Penghasilan (PPh) dan Faktor – Faktor
yang Mempengaruhinya ............................................. 17
2.3. Kebijakan Fiskal..................................................................... 18
2.3.1. Pengeluaran Pemerintah ............................................. 19
2.4. Teori dan Pemikiran Investas ................................................. 21
2.4.1. Pendesakan Investasi oleh Kebijakan Fiskal.............. 22
2.4.2. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi ......................... 25
2.5. Pendapatan ............................................................................. 26
2.6. Penelitian Terdahulu .............................................................. 28
2.7. Kerangka Konseptual ............................................................. 32
2.8. Hipotesis Penelitian................................................................ 35

BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 37


3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 37
3.2. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 37
3.3. Model Analisis ....................................................................... 37
3.4. Pengolahan Data..................................................................... 43
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................... 43

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................. 45
4.1. Hasil Penelitian ...................................................................... 45
4.1.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan .......... 45
4.1.2. Perkembangan Sumber Penghasilan Perusahaan
(Penghasilan Bruto Sebelum Dikenakan Pajak) ........ 48
4.1.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita......................... 51
4.1.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah .................... 53
4.1.5. Perkembangan Inflasi ................................................. 55
4.1.6. Perkembangan Investasi ............................................. 57
4.2. Hasil Analisis Data................................................................. 59
4.3. Pembahasan ............................................................................ 66
4.3.1. Analisis Pengaruh ....................................................... 66
4.3.2. Diagram Jalur ............................................................. 71
4.3.3. Penghitungan Pengaruh .............................................. 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 78


5.1. Kesimpulan ............................................................................ 78
5.2. Saran....................................................................................... 79

DAFTRA PUSTAKA ................................................................................ 82

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Investasi Indonesia .......................................................................... 6


1.2. Keadaan Inflasi, Pendapatan per Kapita, Investasi dan
Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2005 – 2008............. 8
2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 29
4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan
Tahun 1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) .................................. 46
4.2. Perkembangan Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan Tahun
1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ............................................ 49
4.3. Pendapatan Perkapita di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010
(dalam satuan Rupiah)..................................................................... 52
4.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Kota Medan Tahun
1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah) ............................................. 54
4.5. Perkembangan Inflasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010
(dalam satuan persen)...................................................................... 56
4.6. Perkembangan Investasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010
(dalam Miliar Rupiah) ..................................................................... 58
4.7. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan (Y1) dengan
Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I) .............. 60
4.8. Hasil Regresi Sumber Pendapatan Masyarakat (Y2) dengan
Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I) .............. 62
4.9. Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P), Pengeluaran
Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan Perusahaan
(Y1) dan Sumber Pendapatan Masyarakat (Y2) ............................... 64

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ...................................................................... 34


4.1. Pengaruh inflasi (P), pengeluaran pemerintah (G), investasi
(I) terhadap Pajak Penghasilan (Y3) melalui sumber
penghasilan perusahaan, yang ditunjukkan oleh pendapatan
bruto sebelum pajak (Y1) dan sumber pendapatan masyarakat,
yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita (Y2) .......................... 72

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Penerimaan Negara dan Hibah Tahun 2007 – 2010


(dalam Miliar Rupiah) ..................................................................... 85
2. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan/Pengh Kena Pajak
(Y1) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan
Investasi (I) ..................................................................................... 86
3. Hasil Regresi Sumber Pendapatan Masyarakat/Pendapatan
Perkapita (Y2) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G)
dan Investasi (I) .............................................................................. 87
4. Hasil Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P),
Pengeluaran Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber
Penghasilan Perusahaan (Y1), dan Sumber Pendapatan
Masyarakat (Y2) .............................................................................. 88
5. R2 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas ......................................... 90

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


BPS = Badan Pusat Statistik
BUT = Bentuk Usaha Tetap
DJP = Direktorat Jenderal Pajak
DPP = Dasar Pengenaan Pajak
GDP = Gross Domestic Product
KPP = Kantor Pelayanan Pajak
NPWP = Nomor Pokok Wajib Pajak
OLS = Ordinary Least Square
PBB = Pajak Bumi dan Bangunan
PDB = Produk Domestik Bruto
PKP = Penghasilan Kena Pajak
PPh = Pajak Penghasilan
BPHTB = Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
PPN = Pajak Pertambahan Nilai
PPnBM = Pajak Penjualan atas Barang Mewah
PTKP = Penghasilan Tidak Kena Pajak
VAT = Value Added Tax
WP = Wajib Pajak
WPOP = Wajib Pajak Orang Pribadi

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk

mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan,

pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.

Peran serta masyarakat sangat diharapkan oleh pemerintah salah satunya adalah

dengan membayar pajak. Pajak adalah alat anggaran yang dapat dipergunakan

sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

pemerintah terutama kegiatan rutin. Sumber pembiayaan utama untuk

pembangunan di Indonesia adalah berasal dari pajak. Bahkan saat ini kontribusi

pajak dalam mengisi kas negara sangat besar, hampir mencapai 80%. Keadaan ini

mengakibatkan realisasi penerimaan negara sangat bergantung pada penerimaan

pajak sehingga dapat dikatakan bahwa saat ini pajak adalah tulang punggung

penerimaan negara. Selain berfungsi sebagai sumber penerimaan negara

(budgetary), pajak juga dapat memiliki fungsi sebagai alat untuk mengatur

(regulatory) dan mengawasi kegiatan swasta dalam perekonomian. Ketika harga

CPO melambung tinggi di pasar internasional, eksportir CPO berlomba-lomba

menjual produknya ke luar negeri, padahal kebutuhan domestik juga sangat tinggi

dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Ketika itu pemerintah mengoptimalkan

fungsi mengatur pajak dengan cara menaikkan pajak ekspor CPO sampai 60%

(enam puluh persen), sehingga para eksportir akan berpikir berkali-kali jika ingin

mengekspor CPO, akibatnya kebutuhan CPO dalam negeri menjadi terkendali.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Kedua fungsi pajak tersebut harus dijalankan secara seimbang dan tepat guna

karena akan sangat berpengaruh terhadap keadaan perekonomian. Berdasarkan

lembaga pemungutnya, pajak dibedakan menjadi Pajak Negara atau Pajak Pusat

dan Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang

akan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara secara umum. Pajak

Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah seperti provinsi,

kabupaten maupun kota yang dipergunakan untuk membiayai rumah tangga

daerah masing-masing.

Berdasarkan data APBN tahun 2010 (lampiran 1), penerimaan pajak

mencapai Rp729,17 triliun atau merupakan penyumbang 80% dari penerimaan

dalam negeri. Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

menyumbang 83,29 % untuk penerimaan perpajakan. Jika diamati lagi sejak tahun

2007, penerimaan Pajak Penghasilan mencapai Rp238,43 triliun, menyumbang

51% untuk penerimaan pajak dalam negeri, pada tahun 2008 mengalami

peningkatan menjadi Rp327,49 triliun atau peranannya naik menjadi 52,62%,

tahun 2009 juga mengalami kenaikan sebesar Rp357,40 triliun dan peranannya

juga mengalami kenaikan menjadi 56,54%, namun pada tahun 2010 penerimaan

Pajak Penghasilan turun menjadi Rp340,32 triliun dan peranannya dalam APBN

juga mengalami penurunan menjadi 48,48%. Peranan penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan peningkatan

pajak dari sektor pajak penghasilan ini mulai dititikberatkan pada sektor non

migas dibandingkan dengan sektor migas. Tetapi untuk tahun 2010 penerimaan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pajak Penghasilan dalam APBN mengalami penurunan hingga mencapai 17

triliun Rupiah.

Kepala Pusat Kebijakan APBN Kementerian Keuangan, Askolani

(04 Januari 2011) mengatakan bahwa target penerimaan pajak tahun 2010 tidak

dapat dicapai. Realisasi penerimaan Pajak Penghasilan non migas hanya bisa

mencapai 97% dari target yang telah ditetapkan dalam APBN-P 2010

(www.pajak.go.id). Penerimaan pajak dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal bisa berupa kebijakan di bidang perpajakan dan

bisa juga kualitas dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh DJP.

Peningkatan pelayanan, gencarnya penyuluhan, penyederhanaan prosedur dan

administrasi perpajakan dapat mempengaruhi keberhasilan pencapaian

penerimaan pajak. Selain faktor internal, faktor eksternal juga sangat

mempengaruhi pencapaian target penerimaan pajak. Penerimaan Pajak

Penghasilan sangat dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi masyarakat, karena

semakin baik kondisi perekonomian maka akan semakin banyak penghasilan yang

akan diterima oleh masyarakat baik yang diterima oleh perusahaan maupun

penghasilan yang akan diterima oleh masyarakat secara perorangan.

Meningkatnya penghasilan masyararakat, baik penghasilan perusahaan maupun

pendapatan perkapita merupakan pertanda meningkatnya pertumbuhan

perekonomian yang akan dinyatakan dengan meningkatnya Produk Domestik

Bruto (PDB) riil pertahun. PDB biasanya diukur melalui pendekatan hasil

produksi, pengeluaran dan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa potensi penerimaan pajak suatu negara akan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


tergantung pada tingkat pendapatan perkapita, struktur perekonomian, distribusi

pendapatan, keadaan sosial politik dan administrasi pendapatan.

Kegiatan perekonomian secara garis besarnya dapat dikelompokkan ke

dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-

unit produksi memproduksi barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini

timbul pendapatan atau penghasilan yang kemudian akan dapat dilakukan untuk

keperluan konsumsi dan investasi. Inflasi, produktivitas investasi dan ekspor serta

faktor-faktor ekonomi makro lainnya dapat mempengaruhi kondisi ekonomi

makro yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi pendapatan perkapita

masyarakat Indonesia. Banyak ekonom mengatakan bahwa tingkat inflasi akan

memberikan semacam indikator kemampuan pemerintah dalam mengelola

perekonomian. Inflasi ini biasanya ditandai dengan adanya kenaikan harga-harga.

Naik turunnya inflasi akan berpengaruh terhadap sumber penghasilan perusahaan

dan sumber pendapatan masyarakat. Pembentukan modal dan ekspor dapat

menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal bisa melalui investasi

dan pinjaman luar negeri (Latief, 2002). Walaupun satu atau dua tahun setelah

krisis ekonomi 1998, ekonomi Indonesia sudah kembali menunjukkan

pertumbuhan ekonomi yang positif, namun hingga saat ini pertumbuhannya rata-

rata per tahun relatif masih lambat dibandingkan negara-negara tetangga yang

juga terkena krisis seperti Korea Selatan dan Thailand. Salah satu penyebab

lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah masih belum intensifnya

kegiatan investasi, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk

Penanaman Modal Asing (PMA).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Peranan faktor investasi pada era orde baru, khususnya PMA merupakan

faktor pendorong yang sangat krusial bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang

tinggi dan berkelanjutan serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

perkapita. Mudrajad Kuncoro (2004) mengatakan bahwa investasi merupakan

faktor penggerak pertumbuhan, disebutkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi

yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh adanya investasi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disebutkan bahwa pertumbuhan yang

ditopang oleh investasi diharapkan akan dapat meningkatkan produktivitas dan

dapat membantu penyerapan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja akan

mengurangi angka pengangguran dan akibatnya pendapatan perkapita akan

meningkat. Perkembangan investasi dapat dilihat dari nilai nominalnya maupun

pertumbuhannya setiap tahun. melalui nilai pembentukan modal tetap bruto. Nilai

nominal investasi di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat,

walaupun pada tahun-tahun tertentu sempat terjadi penurunan. Selain melihat

perkembangan investasi berdasarkan nilai nominalnya, perkembangan investasi

juga dapat dilihat dari pertumbuhannya tiap tahun. Penurunan yang signifikan

terjadi pada tahun 1998 dimana pertumbuhannya menjadi -33,01% seiring dengan

pertumbuhan ekonomi saat itu sebesar -13,13%. Melihat perkembangan data

investasi di Indonesia dapat dikatakan bahwa Investasi di Indonesia masih belum

stabil. Walaupun jumlah investasi secara nominal meningkat, pertumbuhannya

belum tentu ikut meningkat, bahkan bisa juga menurun. Pada tahun 1996-1997,

secara nominal investasi meningkat tetapi pertumbuhannya menurun pesat yakni

dari 14,51% pada tahun 1996 menjadi 8,57% pada tahun 1997. Perkembangan

investasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 1.1. Investasi Indonesia

Pertumbuhan Investasi
Tahun
Investasi (Milyar Rupiah)
1986 9,20 136.726,60
1987 5,50 144.245,44
1988 11,51 160.846,31
1989 14,92 184.839,79
1990 16,08 214.557,44
1991 12,90 242.236,26
1992 3,59 250.921,10
1993 6,60 267.480,92
1994 13,76 304.274,81
1995 13,99 346.857,67
1996 14,51 397.201,96
1997 8,57 431.234,21
1998 -33,01 288.891,78
1999 -18,20 236.326,62
2000 16,74 275.881,10
2001 6,49 293.792,70
2002 4,69 307.584,60
2003 0,60 309.431,05
2004 14,68 354.865,74
2005 10,89 393.500,50
2006 2,60 403.719,24
2007 9,39 441.614,01
2008 11,69 493.222,49
Sumber : Data World Bank (2010)

Pemerintah telah menempuh berbagai cara untuk meningkatkan peran

investasi dalam pertumbuhan ekonomi, salah satunya adalah melalui kebijakan

fiskal yang ekspansif. Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat mendorong

investasi melalui peningkatan permintaan agregat. Pemikiran ini merupakan

gagasan J.M Keynes dimana peningkatan permintaan agregat sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan investasi dan selanjutnya akan dapat mendorong

pertumbuhan pendapatan masyarakat.

Kebijakan fiskal ekspansif ditandai dengan adanya peningkatan pengeluaran

pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk belanja negara menurut fungsinya,

dapat dibedakan menjadi belanja untuk fungsi pelayanan umum, dan belanja

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


untuk fungsi ekonomi. Secara umum peningkatan belanja pemerintah lebih

didominasi untuk fungsi pelayanan umum. Anggaran fungsi pelayanan umum

tersebut antara lain mencakup: program-program pelayanan umum yang

dilakukan oleh kementerian negara/lembaga, pemberian berbagai jenis subsidi,

pembayaran bunga utang, program penataan administrasi kependudukan, program

pemberdayaan masyarakat, pembangunan daerah, serta program penelitian dan

pengembangan iptek. Sementara itu, belanja pada fungsi ekonomi dialokasikan

untuk mendukung upaya percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan

transportasi, pertanian, infrastruktur, dan energi. Meskipun anggaran belanja

untuk fungsi ekonomi menunjukan peningkatan namun jumlah anggaran yang

dialokasikan untuk fungsi ini tidak lebih besar daripada belanja fungsi pelayanan

umum. Berdasarkan jenis belanja negara, perkembangan belanja pemerintah pusat

masih didominasi oleh pengeluaran yang sifatnya wajib daripada pengeluaran

yang bersifat tidak mengikat. Pengeluaran yang sifatnya wajib meliputi: belanja

pegawai, pembayaran bunga utang, subsidi, dan sebagian belanja barang.

Pengeluaran yang tidak mengikat seperti: belanja modal, bantuan sosial, sebagian

belanja barang dan belanja lain-lain.

Sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di

Indonesia, Kota Medan merupakan kota yang kaya dengan potensi perpajakan,

namun akhir-akhir ini fenomena yang terjadi adalah realisasi penerimaan pajak,

khususnya penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan, tidak dapat dicapai

sesuai dengan target yang telah dibebankan. Pada tahun 2010, Kepala Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara Satu, Yusri Natar Nasution

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


mengatakan bahwa penerimaan PPh untuk tahun pajak 2009 hanya mencapai 90%

dari target, yaitu Rp4,5 triliun, padahal target yang dibebankan adalah Rp5 triliun

(Sinar Indonesia Baru, 09 Januari 2010). Hal ini menjadi pemikiran karena disisi

lain pendapatan perkapita masyarakat, investasi dan pengeluaran pemerintah

cenderung mengalami kenaikan sebagaimana digambarkan dalam tabel dibawah

ini :

Tabel 1.2. Keadaan Inflasi, Pendapatan per Kapita, Investasi dan


Pengeluaran Pemerintah Kota Medan Tahun 2005 - 2008

Pendapatan per Investasi Pengeluaran


Tahun Inflasi Kapita (Rp)
(Miliar Rupiah) Pemerintah (Rp)
2005 22,39% 12.350.761 8.100,08 1.554.437.368.000
2006 5,97% 12.428.759 8.432,50 1.675.570.183.000
2007 6,42% 13.479.259 8.567,34 1.939.698.097.000
2008 10,63% 13.684.396 13.426,05 3.620.112.147.000
Sumber : BPS Kota Medan

Kota Medan memiliki potensi perpajakan yang cukup besar dan masih

banyak yang belum tergali terutama dari sektor non migas khususnya potensi

penerimaan PPh perusahaan dan PPh orang pribadi. Jumlah penduduk yang

semakin besar, maraknya pembangunan sarana dan prasarana kota dan semakin

meningkatnya transaksi bisnis serta pertumbuhan ekonomi yang selalu mengalami

kenaikan, merupakan potensi pajak yang masih harus digali dengan optimal.

Peranan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan negara yang semakin besar

yang ditandai dengan naiknya target penerimaan pajak dari tahun ke tahun maka

pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus selalu melakukan

kajian maupun penelitian terhadap pengaruh indikator-indikator ekonomi makro

terhadap penerimaan pajak.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Dilatarbelakangi oleh uraian dan pemikiran-pemikiran tersebut di atas, maka

penulis tertarik untuk meneliti pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah,

investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan

bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh

pendapatan perkapita) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan maka yang

menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh terhadap

sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto

sebelum pajak) di Kota Medan.

2. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh terhadap

sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan

perkapita) di Kota Medan.

3. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak)

berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan.

4. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber pendapatan

masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) berpengaruh

terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan.

5. Apakah inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan

sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


perkapita) berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota

Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya

pendapatan bruto perusahaan sebelum pajak) di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya

pendapatan perkapita) di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan bruto perusahaan

sebelum pajak).

4. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber

pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan

perkapita).

5. Untuk mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh besarnya pendapatan bruto sebelum

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh

pendapatan perkapita).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal

Pajak yang ada di Kota Medan agar dapat mengetahui pengaruh inflasi,

investasi, pengeluaran pemerintah, pendapatan perusahaan dan pendapatan

perkapita terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Kota Medan.

2. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal

Pajak yang ada di Kota Medan agar dapat melakukan berbagai langkah –

langkah yang dapat meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan sebagai

sumber pendapatan negara.

3. Sebagai referensi bagi pihak lain dalam menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan. serta berguna

juga sebagai referensi penelitian sejenis lainnya.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Filosofi dan karateristik pajak

Soemitro (2002) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran masyarakat atau

rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjuk dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Andrani (2002) juga

mengemukakan bahwa pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan)

terutama oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan

tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung atau tidak langsung dapat

ditunjuk, yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Sementara itu Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga

atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Perpajakan

menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan

untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat disebutkan unsur-unsur

yang terkandung dalam pengertian pajak antara lain :

a. Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara, dan iuran tersebut berupa

uang (bukan barang dan jasa) yang akan mengisi kas negara;

b. Sifatnya dapat dipaksakan ;

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


c. Ketentuan perpajakan dilaksanakan berdasarkan perundang-undangan yang

dibuat oleh penyelenggara negara dan pemerintah ;

d. Tidak mendapatkan jasa timbal balik dan kontraprestasi langsung dari

negara;

e. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yaitu pembiayaan negara

yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.2. Fungsi Pajak

Pada umumnya pajak memiliki dua fungsi, sebagaimana diuraikan oleh

Supramono dan Damayanti (2005) bahwa fungsi pajak adalah :

a. Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu fungsi sebagai sumber dana bagi

pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya;

b. Fungsi mengatur (regulator) yaitu fungsi untuk mengatur atau

mengeluarkan kebijakan-kebijakan pemerintah dari sudut sosial dan

ekonomi.

Selain fungsi tersebut, menurut Burton dan Ilyas (2005) terdapat pula fungsi

lain dari pajak yang saat ini mengemuka, yaitu fungsi demokrasi dan fungsi

redistribusi. Fungsi demokrasi menyatakan bahwa pajak merupakan salah satu

penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemerintah dan

pembangunan demi kemaslahatan manusia. Berdasarkan fungsi ini dapat

dikatakan bahwa pajak memiliki konsekuensi untuk memberikan hak-hak timbal

balik yang meskipun tidak diterima langsung tetapi diberikan kepada warga

negara pembayar pajak. Selanjutnya pajak akan berfungsi redistribusi, yaitu

mengimplementasikan unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Bila

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


pajak diterapkan dengan baik maka akan dapat dipastikan terjadi beberapa

dampak terhadap perekonomian dan berbagai aspeknya.

2.1.3. Klasifikasi Pajak

a. Menurut Golongan

a.1. Pajak Langsung

Pajak langsung adalah pajak yang dimaksudkan untuk dipikul

sendiri oleh yang membayarnya. Jadi pajak jenis ini tidak dapat

dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh),

PPh tidak bisa dilimpahkan atau digeser kepada orang/pihak lain

untuk menanggungnya. Wajib Pajak ini harus memikul sendiri pajak

itu walaupun pembayarannya bisa melalui pihak lain.

a.2. Pajak Tidak langsung

Pajak tidak langsung adalah pajak yang dimaksudkan dapat

dilimpahkan atau dibebankan oleh yang membayarnya kepada pihak

lain atau pemikul. Contoh : PPN dan PPnBM. Pemikul pajak tidak

langsung adalah konsumen. Golongan pajak ini bisa dilimpahkan atau

digeserkan oleh penjual kepada pembeli.

b. Menurut Sifat

b.1. Pajak Subyektif

Pajak Subyektif adalah pajak yang dalam pengenaannya

memperhatikan keadaan atau kondisi pribadi wajib pajak. Misalnya

Pajak Penghasilan Orang pribadi. Bila wajib pajaknya orang pribadi,

maka pengenaannya adalah sesuai dengan kondisi pribadi wajib pajak.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Misalnya, kawin atau tidak kawin, mempunyai tanggungan keluarga

atau tidak dan sebagainya.

b.2. Pajak Obyektif

Pajak obyektif adalah pajak yang dalam pengenaanya hanya

memperhatikan sifat obyek pajaknya saja, misalnya Bea Meterai, PPN

dan PPnBM. Sebagai contoh : Bea Meterai dipungut apabila obyek

pajak telah ada dan memenuhi syarat misalnya dokumen berupa

pembayaran yang memuat jumlah lebih besar dari Rp. 1.000.000,-

akan dikenakan Bea Meterai sebesar Rp. 6.000,- tanpa melihat kondisi

wajib pajak.

c. Menurut Pemungut dan Pengelolanya

Berdasarkan kewenangan dalam pemungutannya, pajak

digolongkan menjadi Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Pajak Pusat

adalah jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh Pemerintah Pusat,

antar lain Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), Bea Meterai,

Bea Masuk, Cukai, dan Pungutan Ekspor. Sedangkan Pajak Daerah

dipungut oleh Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi

dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, diantaranya seperti Pajak

Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak

Pembangunan I dan Pajak Hiburan.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.2. Pajak Penghasilan

Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa segala pajak untuk

keperluan negara harus berdasarkan undang-undang. Berdasarkan UUD 1945

diterbitkan Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan yang telah diubah terakhir dengan Undang – Undang

Nomor 16 tahun 2009 dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 yang telah

diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak

Penghasilan. Berdasarkan Undang – Undang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa

Pajak Penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang dikenakan terhadap subjek

pajak yang mempunyai penghasilan. Penghasilan adalah setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang menjadi Subyek Pajak

adalah :

1) a. orang pribadi ;

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak ;

2) badan ;

3) bentuk usaha tetap.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.2.1. Peranan Pajak Penghasilan (PPh) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya

Berdasarkan golongannya Pajak Penghasilan diklasifikasikan sebagai pajak

langsung. Pajak golongan ini tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Di

negara-negara yang sedang berkembang sebagian besar penerimaan pajaknya

berasal dari sumber pajak tak langsung. Nafziger dan Todaro (2003) menyebutkan

bahwa proporsi PDB terhadap pajak langsung pada negara sedang berkembang

lebih rendah daripada pajak langsung di negara-negara maju. Hal ini dapat terjadi

karena pada negara-negara yang sedang berkembang golongan berpenghasilan

tinggi lebih rendah dibandingkan golongan berpenghasilan rendah. Jika diamati

lebih mendalam, dalam perkembangannya akan terjadi proses pergeseran dari

dominasi pajak tidak langsung menjadi pajak langsung sesuai dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi diiringi dengan peningkatan pendapatan

perkapita penduduknya. Potensi penerimaan pajak suatu negara akan bergantung

pada tingkat pendapatan perkapita, struktur perekonomian, distribusi pendapatan,

keadaan sosial politik dan administrasi pendapatan.

Distribusi pendapatan nasional ditentukan oleh faktor produksi. Harga

faktor produksi adalah jumlah yang dibayarkan ke faktor-faktor produksi, Upah

(wage) yang diterima oleh pekerja (Wajib Pajak Orang Pribadi) dan sewa (rent)

yang dikumpulkan oleh para pemilik modal (Wajib Pajak Badan). Meningkatnya

output akan meningkatkan pendapatan perkapita dan akan memperluas basis pajak

serta subyek pajak langsung dan tak langsung. Peningkatan basis pajak langsung

terjadi disebabkan pajak langsung baru dikenakan bila melewati tingkat

pendapatan tertentu yang biasa disebut dengan penghasilan tidak kena pajak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


(PTKP). Peningkatan pendapatan perkapita akan meningkatkan jumlah wajib

pajak perorangan maupun badan.

Pertumbuhan sektor riil selama proses pembangunan ekonomi yang diikuti

oleh pertumbuhan sektor moneter di samping mencerminkan peningkatan obyek

pajak dan wajib pajak (orang pribadi dan badan), juga akan mendukung

kemudahan dalam pengumpulan pajak.

2.3. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal yang dijalankan pemerintah untuk mencapai output yang

tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi,

stabilitas harga, serta keseimbangan dalam neraca pembayaran secara umum yaitu

menambah pengeluaran pemerintah dan mengurangi pajak pendapatan. Dengan

melaksanakan kebijakan fiskal yang tepat diharapkan akan mampu meningkatkan

permintaan agregat secara langsung. Samuelson (2003) mengemukakan bahwa

kebijakan fiskal sebagai salah suatu proses pembentukan perpajakan dan

pengeluaran publik. Proses tersebut merupakan upaya menekan fluktuasi siklus

ekonomi, dan ikut berperan menjaga ekonomi yang tumbuh dengan penggunaan

tenaga kerja penuh dimana tidak terjadi laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah.

Berdasarkan definisi tersebut ditemukan dua instrumen pokok di dalamnya, yaitu

belanja negara dan perpajakan.

Dengan kedua instrumen tersebut, pemerintah dapat menetapkan program

pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar adalah dari pajak

yang secara keseluruhan terangkum dalam suatu anggaran. Dengan adanya

anggaran, pemerintah dapat mengendalikan dan mencatat masalah-masalah

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


fiskalnya. Suatu anggaran menunjukkan rencana pengeluaran dan penerimaan

pemerintah yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Anggaran tersebut

terdiri atas berbagai program pengeluaran khusus (pendidikan, pertahanan,

kesejahteraan, dan lainnya) serta sumber pajak (pajak penghasilan, pajak

penjualan, dan lainnya). Ketika anggaran mengalami defisit maka pemerintah

mengambil kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan ini ditujukan untuk

meningkatkan daya beli masyarakat. Sebaliknya, pada saat anggaran surplus, ini

berarti pemerintah mengambil kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan ini bertujuan

untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

2.3.1. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah merupakan instrumen kebijakan fiskal. Pengeluaran

pemerintah adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan jasa untuk

kepentingan nasional, seperti pembelian persenjataan dan alat-alat kantor

pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan

bersenjata, dan lainnya. Pengeluaran pemerintah juga merupakan instrumen

pengukur untuk menentukan seberapa besar peran sektor pemerintah dan sektor

swasta.

Jika pemerintah ingin melakukan penambahan pengeluaran, pemerintah

harus mempertimbangkan juga darimana sumber pembiayaan pengeluaran

tersebut. Apakah membiayai pengeluaran itu dengan meminjam dari masyarakat

atau dengan meminjam dari bank sentral. Ada beberapa teori mengenai

perkembangan pengeluaran pemerintah yang telah dikembangkan para ekonom.

WW Rostow dan RA Musgrave berpendapat bahwa perkembangan pengeluaran

pemerintah sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara. Ada

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


perbedaan fokus alokasi sumber daya antara negara pada tahap awal

perkembangan, tahap menengah pembangunan, dan tahap lanjut yang kemudian

tercermin dalam pengeluaran negara. Masing-masing tentunya berawal dari

kebutuhan yang berbeda, sehingga arah kebijakannya juga berbeda. Ini tentunya

berkaitan dengan seberapa lama negara itu telah merdeka dan kualitas sumber

daya manusianya.

Untuk menuju tingkat ekonomi yang lebih tinggi beberapa tahapan harus

dilalui oleh negara pada awal perkembangan ekonomi dan ada beberapa hal yang

sudah terpenuhi oleh negara pada tahap lanjut pembangunan, sehingga tidak perlu

lagi terfokus pada penyediaan prasarana layaknya negara pada tahap awal

perkembangan. Secara ringkas teori pengeluaran negara menguraikan tiga tahapan

yang pasti dilalui setiap negara. Pada tahap awal perkembangan ekonomi,

diperlukan pengeluaran pemerintah yang besar untuk investasi pemerintah,

utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, dan

pendidikan. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap

diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor

swasta sudah mulai berkembang. Kemudian pada tahap lanjut pembangunan

ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan,

kesehatan, dan jaminan sosial. Gagasan lain dikemukakan oleh Adolph Wagner.

Pengamatan empiris yang dilakukannya terhadap negara-negara Eropa, Amerika

Serikat, dan Jepang pada abad ke 19 menunjukan bahwa dalam perekonomian

suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


pendapatan nasional negara tersebut. Menurut Wagner, terdapat lima hal yang

menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu meningkat, yaitu :

a. Tuntutan peningkatan perlindungan keamanan dan pertahanan.

b. Kenaikan tingkat pendapatan masyarakat.

c. Urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi.

d. Perkembangan demokrasi.

e. Ketidakefisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintahan.

2.4. Teori dan Pemikiran Investasi

Teori ekonomi mengartikan investasi sebagai pengeluaran-pengeluaran

untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan

tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam

perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di

masa depan. Boediono (2008) mengemukakan bahwa investasi adalah

pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk

menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Kegiatan investasi

memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi

dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan akhirnya akan

meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Dengan kata lain dapat disebutkan

bahwa meningkatnya kegiatan investasi diharapkan akan meningkatkan

permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja.

Ketika pendapatan nasional meningkat, maka dengan mengasumsikan

pendapatan masyarakat yang juga meningkat, permintaan barang dan jasa oleh

masyarakat akan bertambah pula. Permintaan yang semakin besar akan semakin

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


menguntungkan pihak swasta dan kemudian mendorong investasi baru. Dengan

demikian, pendapatan nasional akan berpengaruh positif terhadap investasi.

Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara, maka investasi yang terbentuk

pun juga semakin besar.

Selain suku bunga, unsur lain yang berpengaruh dari segi biaya dalam

keputusan investasi adalah pajak. Pemerintah pusat memliki banyak sekali alat

dan peraturan mengenai perpajakan yang dapat mempengaruhi biaya investasi.

Satu hal yang berperan penting dalam keputusan investasi tersebut adalah pajak

penghasilan perusahaan. Tinggi rendahnya pajak yang ditetapkan tersebut

digunakan pemerintah untuk mendorong atau menghambat investasi di sektor

swasta.

2.4.1. Pendesakan Investasi oleh Kebijakan Fiskal

Para ekonom telah mengembangkan berbagai pemikiran dan teori yang

dapat menjelaskan mengenai pengaruh kebijakan fiskal terhadap investasi swasta.

Pemikiran tersebut berbeda-beda karena dibangun dengan asumsi yang berbeda

pula. Samuelson (2010) mengemukakan bahwa pendesakan dalam konteks

investasi atau sering disebut crowding out adalah suatu konsep pemikiran yang

menyatakan bahwa belanja pemerintah, defisit pemerintah ataupun hutang

pemerintah dapat menciutkan jumlah investasi dunia usaha. Penanaman modal

atau investasi merupakan pengorbanan konsumsi di masa kini untuk

meningkatkan konsumsi di masa depan. Investasi atau pembentukan modal ini

dapat berbentuk investasi pada asset riil, dan asset finansial. Investasi pada asset

riil misalnya pembelian tanah, mesin, pembangunan pabrik dan lain-lain.

Sementara itu, investasi pada asset finansial dapat dilakukan di pasar uang atau di

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


pasar modal. Di pasar uang, investasi yang dilakukan berupa deposito atau

sertifikat bank sentral, sedangkan di pasar modal berupa saham, atau obligasi.

Investasi juga sangat berperan dalam makroekonomi. Pertama, investasi

merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan berubah-ubah. Dengan

demikian, perubahan besar dalam investasi akan sangat berpengaruh terhadap

permintaan agregat dan akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan

kerja. Investasi dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Investasi

yang dilakukan oleh pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau

barang oleh pemerintah pusat dalam jangka panjang untuk investasi pembelian

surat berharga dan investasi langsung, yang mampu mengembalikan nilai pokok

ditambah dengan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya dalam jangka

waktu tertentu.

Investasi merupakan penanaman modal di mana penanaman modal tersebut

bisa berasal dari Penanaman Modal dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman

Modal Asing (PMA). Investasi ini merupakan faktor penting yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Investasi sebagai salah

satu komponen penting dari Aggregate Demand (AD) merupakan suatu faktor

krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi (sustainable

development) atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi

melibatkan kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor-sektor

ekonomi. Menurut Sukirno (2003) investasi sebagai suatu kegiatan penggunaan

uang untuk penyediaan barang-barang modal yang dipergunakan dalam suatu

kegiatan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Dalam hal investasi

ini, pemerintah Indonesia telah menetapkan suatu kebijaksanaan tentang

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


penanaman modal melalui UU No. 1 Tahun 1967 mengenai Penanaman Modal

Asing (PMA) dan UU No. 6 Tahun 1968 mengenai Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN). Kemudian disempurnakan dengan berlakunya masing-masing

UU No. 11 dan UU No. 12 Tahun 1970. Berbagai kebijakan investasi PMA harus

didukung oleh PMDN yang baik sehingga memberi hasil yang maksimal.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968

tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), maka Indonesia memasuki era

baru dalam kebijaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia. Dengan adanya

kebijaksanaan tersebut maka para investor asing dan swasta nasional berani

melakukan penanaman modal untuk kegiatan ekonomi. Investasi dapat diartikan

sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk

membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk

menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia

dalam perekonomian (Sukirno, 2003).

Kegiatan investasi akan menimbulkan dua efek, yaitu :

1. Efek langsung terhadap tingkat pengeluaran agregat, yaitu bila pengeluaran

investasi meningkat, pengeluaran agregat di pasar uang akan meningkat,

yang kemudian akan menaikkan tingkat pendapatan nasional melalui proses

multiplier.

2. Efek terhadap kapasitas produksi nasional, terjadi pada sisi penawaran

agregat dan efek ini bersifat jangka panjang sehingga kenaikan pengeluaran

investasi akan meningkatkan jumlah kapital. Dengan meningkatnya jumlah

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


kapital, produksi perekonomian meningkat yang kemudian akan

meningkatkan penawaran agregat.

2.4.2. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai

pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-

peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah

barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk

memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Kegiatan investasi

memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi

dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf

kemakmuran masyarakat.

Mengingat investasi akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial,

maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya

domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana

infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat

teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan semakin

besarnya investasi pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan

mendorong pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga

dalam mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada

akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.5. Pendapatan

Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat-giatnya

dilaksanakan oleh negara yang sedang berkembang bertujuan untuk meningkatkan

pendapatan riil per kapita, pendapatan ini pada umumnya masih rendah. Gejala

umum yang sering terjadi dalam proses pembangunan di negara-negara

berkembang adalah hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai akibat

dari kenaikan pendapatan.

Sukirno (2006) mengemukakan bahwa pendapatan adalah jumlah

penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu

periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa

klasifikasi pendapatan antara lain:

1) Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa

memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara.

2) Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus

dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap

dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3) Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa

yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi

bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di

Indonesia ;

1. Perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah

tanah.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2. Perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak

mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh.

3. Laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi

pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Pendapatan per kapita dapat diartikan sebagai penerimaan yang diperoleh

rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang

dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan

rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam hal ini pendapatan per

kapita determinan potensi ekonomi yang penting selain luas negara serta

penduduk suatu negara. Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu

Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi

pada negara-negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan

pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan

pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang

terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang

berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai

transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar

anggota masyarakat.

Sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya

berasal dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan

rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam

sumber pendapatan (Susilowati et al, 2002). Bagi rumah tangga pedesaan yang

hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan

oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan.

Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi

barang dan jasa non-pertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan

mobilitas tenaga kerja pedesaan.

Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan

pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang

diterapkan. Disektor non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume

produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

2.6. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penulisan penelitian ini selain didukung teori yang

berhubungan dengan variable-variabel yang saling mempengaruhi dalam

penulisan penelitian ini, penulis juga mencantumkan penelitian sebelumnya yang

berhubungan dengan penelitian ini yang dapat dijadikan sebagai referensi

sebagaimana dapat dilihat pada table 2.1 berikut :

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Variabel Variable Bebas Hasil Penelitian
Analisis Terikat
1 Ismail Fahmi Analisa Faktor – Faktor OLS Pajak - Inflasi (INF t-1) Inflasi mempunyai pengaruh negatif
Nasution (2008) yang Mempengaruhi Penghasilan - Pendapatan terhadap penerimaan PPh Orang
Penerimaan Pajak Orang Pribadi Perkapita Pribadi di Sumatera Utara. Sebaliknya
Penghasilan Orang Pribadi - Pertumbuhan PDRB Pendapatan perkapita mempunyai
di Sumatera Utara pengaruh positif terhadap penerimaan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi di
Sumatera Utara.
2 Saepudin Analisis Faktor-Faktor OLS Penerimaan - Pertumbuhan PDRB Terdapat hubungan yang positif antara
(2008) Yang Mempengaruhi PPN - Jumlah PKP penerimaan PPN dengan pertumbuhan
Penerimaan PPN di terdaftar PDRB dan jumlah PKP terdaftar.
Sumatera Utara - Inflasi Sebaliknya, dengan inflasi justru
terdapat hubungan yang negatif.
3 Abdul Wahab Analisis Ekspor dan SEM Pertumbuhan - Exchange rate Exchange rate, investasi, kredit dan
(2009) Pengaruhnya Terhadap Ekonomi - Investasi ekspor berpengaruh positif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan - Kredit pertumbuhan ekonomi
Kesempatan Kerja di - Ekspor
Sulawesi Selatan
4 Agustina Endah Analisis Pengaruh ECM Investasi - Pengeluaran Pengeluaran Pemerintah dan defisit
Wahyuningtyas Pengeluaran Pemerintah Pemerintah anggaran berpengaruh negatif terhadap
(2010) dan Defisit Anggaran - Defisit Anggaran masuknya investasi namun tidak
Terhadap Investasi di signifikan
Indonesia
5 Novita Sitompul Analisis Determinan OLS Pertumbuhan - Investasi Investasi PMDN tahun sebelumnya
(2008) Konsumsi Masyarakat di Ekonomi - Jumlah Tenaga dan jumlah tenaga kerja berpengaruh
Indonesia Sumatera Kerja positif dan signifikan terhadap
Utara - Ekspor pertumbuhan ekonomi Sumatera
Utara.
6 Asmuri (2006) Analisis Pengaruh OLS Penerimaan - Reformasi Reformasi perpajakan, inflasi dan
Reformasi Perpajakan, Pajak Perpajakan jumlah WP berpengaruh signifikan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Inflasi dan Jumlah WP - Inflasi terhadap penerimaan pajak.
terhadap Penerimaan Pajak - Jumlah WP
7 Pagan, et.al. Analisis Determinan Pajak OLS Pajak - Inflasi Antara inflasi dan PPN memiliki
(Contemporary Pertambahan Nilai Pertambahan - Pertumbuhan PDRB hubungan yang dinamis. Penerimaan
Economic Policy, Nilai PPN turun secara dramatis akibat
October 2001) adanya kenaikan inflasi sebesar 25%,
pada tahun 1983 namun penerimaan
PPN naik akibat naiknya inflasi 5%
dan pada tahun 1995 penerimaan PPN
naik juga akibat naiknya inflasi 10-
15%.
8 Deddy Rustiono Analisis Pengaruh OLS Pertumbuhan - Investasi Angkatan kerja, investasi swasta
(2008) Investasi, Tenaga Kerja dan Ekonomi di - Tenaga Kerja (PMA dan PMDN) dan belanja
Pengeluaran Pemerintah Jawa Tengah - Pengeluaran pemerintah daerah memberi dampak
Terhadap Pertumbuhan Pemerintah positif terhadap perkembangan PDRB
Ekonomi di Propinsi Jawa Propinsi Jawa Tengah
Tengah
9 Eva Susanti (2008) Analisa Faktor-faktor yang OLS Pertumbuhan - Konsumsi Konsumsi masyarakat dan investasi
Mempengaruhi Ekonomi Masyarakat memberikan pengaruh yang positif
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia - Investasi dan signifikan, sedangkan variabel
Indonesia - Ekspor ekspor neto berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan secara statistik
terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia
10 Yogi Rahmayanti Analisis Potensi Pajak OLS Penerimaan - Tax rate PPh dan PPN mempunyai peran yang
(2006) Pajak - GDP signifikan terhadap penerimaan pajak
- Collection System di Indonesia. Salah satu hasil estimasi
yang dilakukan menunjukkan bahwa
Tax Base (GDP) dan time trend (trend
waktu) mempunyai hubungan yang
positif terhadap penerimaan PPh.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.7. Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori ekonomi dan hasil penelitian terdahulu yang pernah

dilakukan terhadap variable-variabel yang akan diteliti sebagaimana telah

diuraikan di atas diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi

penerimaan pajak. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses

kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk

kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan nasional merupakan akumulasi dari

seluruh penghasilan masyarakat perorangan maupun penghasilan perusahaan.

Pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas

prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan

ataupun tahunan.

Penerimaan Pajak Penghasilan sangat ditentukan oleh besarnya penghasilan

yang diperoleh masyarakat. Semakin besar pendapatan masyarakat maupun

penghasilan perusahaan maka Pajak Penghasilan yang akan dibayarnya juga akan

semakin besar, hal ini sesuai dengan penelitian Ismail Fahmi Nasution (2008)

yang menyatakan bahwa pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi. Kegiatan perekonomian

dapat dikelompokkan ke dalam kegiatan memproduksi dan kegiatan

mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi barang dan jasa,

dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan atau penghasilan yang

kemudian akan dapat dilakukan untuk keperluan konsumsi dan investasi. Inflasi,

produktivitas investasi dan pengeluaran pemerintah serta faktor-faktor ekonomi

makro lainnya dapat mempengaruhi kondisi ekonomi makro yang pada akhirnya

akan dapat mempengaruhi penghasilan masyarakat Indonesia. Berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


penelitian Saepudin (2008) ditemukan bahwa inflasi mempunyai hubungan yang

negatif terhadap pertumbuhan PDRB dan penerimaan PPN. Semakin besar inflasi

maka pertumbuhan pendapatan akan semakin kecil dan demikian juga dengan

penerimaan pajak akan semakin kecil juga. Selain itu, Abdul Wahab (2009) dan

Eva Susanti (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa investasi berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin besar investasi maka pendapatan

masyarakat juga semakin besar sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan

semakin besar. Selain pengaruh inflasi dan investasi, pendapatan atau penghasilan

masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah. Hal tersebut

ditemukan oleh Deddy Rustiono dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa

belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan

PDRB di Propinsi Jawa Tengah. Semakin besar belanja pemerintah maka

pendapatan atau penghasilan masyarakat akan semakin besar dan akhirnya PDRB

juga akan semakin besar pula.

Setelah mempelajari uraian teori dan laporan penelitian terdahulu, penulis

akan menjelaskan pengaruh variable inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

terhadap penerimaan pajak penghasilan melalui sumber penghasilan perusahaan

dan melalui sumber pendapatan masyarakat. Inflasi akan memberikan pengaruh

yang negatif terhadap penerimaan pajak penghasilan karena semakin besar inflasi

maka pendapatan masyarakat dan penghasilan perusahaan akan semakin kecil.

Jika penghasilan kecil maka pajak penghasilan juga akan kecil. Investasi

diperkirakan akan memberikan pengaruh yang positif terhadap penerimaan pajak

penghasilan, karena semakin besar investasi maka akan banyak sektor-sektor

ekonomi masyarakat yang akan bergerak sehingga akan menambah penghasilan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


maupun pendapatan masyarakat. Selain investasi, pengeluaran pemerintah juga

diperkirakan akan menaikkan penerimaan pajak penghasilan. Semakin banyak

pengeluaran pemerintah, baik melalui belanja barang maupun belanja

pembangunan, maka akan semakin banyak masyarakat yang akan terlibat

didalamnya dan akhirnya akan memperoleh penghasilan atau pendapatan dari

adanya pengeluran pemerintah tersebut dan akibatnya pajak penghasilan yang

akan diperoleh oleh negara juga akan semakin besar pula.

Penulis akan menjelaskan pengaruh variable-variabel yang saling

mempengaruhi tersebut dalam bentuk kerangka konseptual sebagai berikut :

Inflasi (P)

Sumber Penghasilan
Perusahaan ( Y1)
Pengeluaran Pajak
Penghasilan
Pemerintah (G) ( Y3)

Sumber Pendapatan
Masyarakat ( Y2)

Investasi (I)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


2.8. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari permasalahan yang menjadi

objek penelitian dan tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan perumusan

masalah dan kerangka konseptual di atas serta memperhatikan beberapa kajian

empiris yang dilakukan para peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Inflasi berpengaruh negatif terhadap sumber penghasilan perusahaan (yang

ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) di Kota Medan namun

pengeluaran pemerintah dan investasi berpengaruh positif.

2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap sumber pendapatan masyarakat (yang

ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) di Kota Medan namun pengeluaran

pemerintah dan investasi berpengaruh positif.

3. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Penerimaan pajak Penghasilan di Kota

Medan namun pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak)

berpengaruh positif.

4. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota

Medan namun pengeluaran pemerintah, investasi dan sumber pendapatan

masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) berpengaruh

positif.

5. Inflasi berpengaruh negatif terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota

Medan namun pengeluaran pemerintah, investasi, sumber penghasilan

perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) dan

sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


perkapita) berpengaruh positif.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah perkembangan Penerimaan Pajak

Penghasilan (PPh) di Kota Medan kurun waktu 1990 sampai dengan 2010 dan

faktor – faktor yang mempengaruhinya.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data time series, dari tahun 1990

sampai dengan tahun 2010. Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini

berasal dari data sekunder (secondary data) yang diperoleh dari kantor Wilayah

DJP Sumatera Utara I dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan. Untuk

melengkapi hasil olahan data sekunder, informasi-informasi yang berkaitan juga

dikumpulkan melalui berbagai literatur serta surat kabar dan artikel yang diunduh

melalui media internet.

3.3. Model Analisis

Untuk menganalisa pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi,

sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto

perusahaan sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan

oleh pendapatan perkapita) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota

Medan ini digunakan model ekonometrika, sedangkan metode yang dipakai

adalah metode kuadrat linier terkecil (Ordinary Least Square) dengan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


menggunakan analisis jalur (Path Analysis). Analisis Jalur ialah suatu teknik

untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika

variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung

tetapi juga secara tidak langsung ( Robert D. Rutherford, 2007). Alasan

menggunakan analisis jalur adalah karena dengan cara ini dapat dijelaskan tata

hitung antar variable dan hubungan mana yang perlu diperhitungkan karena

dianggap penting. Analisis jalur ini memungkinkan dilakukannya analisis

terhadap serangkaian hubungan secara simultan sehingga memberikan efisiensi

secara statistik (Land et al.2008)

Secara matematis model analisis hubungan antara variabel bebas terhadap

variabel terikat dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi (P), Pengeluaran pemerintah

(G) dan Investasi (I) terhadap Sumber penghasilan perusahaan (Y1)

dirumuskan dalam fungsi :

Y1 = f (P, G, I) ..............................................................(3.1)

b. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi (P), Pengeluaran pemerintah

(G) dan Investasi (I) terhadap Sumber pendapatan masyarakat (Y2)

dirumuskan dalam fungsi :

Y2 = f (P, G, I) ..............................................................(3.2)

c. Untuk mengetahui pengaruh Inflasi (P), Pengeluaran pemerintah

(G), Investasi (I), Sumber penghasilan perusahaan (Y1) dan Sumber

pendapatan masyarakat (Y2) terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan di

Kota Medan (Y3) dirumuskan dalam fungsi :

Y3 = f (P, G, I, Y1, Y2).....................................................(3.3)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Selanjutnya berdasarkan fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model

persamaan struktural sebagai berikut :

Y1 = PY1P + PY1G + PY1I + e1 ....................................... substruktural 1

Y2 = PY2P + PY2G + PY2I + e2 ...................................... substruktural 2

Y3 = PY3P + PY3G + PY3I + PY3Y1 + PY3Y2 + e3 ......... substruktural 3

Keterangan :

Y1 = Sumber Penghasilan Perusahaan

Y2 = Sumber Pendapatan Masyarakat

Y3 = Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan

P = Inflasi di Kota Medan

G = Pengeluaran Pemerintah Kota Medan

I = Investasi di Kota Medan

e1,e2,e3 = Error Term (Kesalahan Pengganggu)

Besarnya pengaruh pengaruh variable inflasi, pengeluaran pemerintah, dan

investasi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan melalui sumber

penghasilan perusahaan dan sumber pendapatan masyarakat dapat dihitung secara

direct effect (DE), indirect effect (IE), dan total effect (TE) dengan formula

sebagai berikut :

1. Pengaruh langsung (Direct Effect atau DE)

a. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variable Penghasilan Kena Pajak

(Y1) :

P Y1 = PY1P

b. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variable

Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


G Y1 = PY1G

c. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variable Penghasilan Kena Pajak

(Y1) :

I Y1 = PY1I

d. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variable Pendapatan Perkapita

(Y2):

P Y2 = PY2P

e. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variable

Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 = PY2G

f. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variable Pendapatan Perkapita

(Y2) :

I Y2 = PY2I

g. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3):

P Y3 = PY3P

h. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) :

P Y3 = PY3P

i. Pengaruh variable investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) :

I Y3 = PY3I

j. Pengaruh variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) :

Y1 Y3 = PY3Y1

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


k. Pengaruh variabel Pendapatan Perkapita (Y2) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) :

Y2 Y3 = PY3Y2

2. Pengaruh tidak langsung (Indirect Effect atau IE)

a. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

P Y1 Y3 = (PY3P) (PY3Y1)

b. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

G Y1 Y3 = (PY3G) (PY3Y1)

c. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

I Y1 Y3 = (PY3I) (PY3Y1)

d. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

P Y2 Y3 = (PY3P) (PY3Y2)

e. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 Y3 = (PY3G) (PY3Y2)

f. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

I Y2 Y3 = (PY3I) (PY3Y2)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3. Pengaruh total (total effect)

a. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

P Y1 Y3 = (PY1P) + (PY3Y1)

b. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

G Y1 Y3 = (PY1G) + (PY3Y1)

c. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

I Y1 Y3 = (PY1I) + (PY3Y1)

d. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

P Y2 Y3 = (PY2P) + (PY3Y2)

e. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 Y3 = (PY2G) + (PY3Y2)

f. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

I Y2 Y3 = (PY2I) + (PY3Y2)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


3.4. Pengolahan Data

Peneliti akan menggunakan software pengolah data statistik SPSS 19.0.

untuk melakukan pengolahan data hasil penelitian

3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Penerimaan Pajak Pajak Penghasilan (PPh) adalah jumlah

total penerimaan pajak penghasilan dalam satu tahun dalam miliar

rupiah.

b. Sumber Penghasilan Perusahaan adalah jumlah total

penerimaan perusahaan dan dapat dinilai dengan uang yang menjadi

dasar penghitungan pajak yang terutang. Sumber Penghasilan

Perusahaan ini ditunjukkan oleh jumlah Penghasilan Kena Pajak.

Penghasilan Kena Pajak merupakan suatu nilai yang digunakan untuk

menghitung besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar oleh Wajib

Pajak dalam satu tahun pajak dan dicantumkan dalam Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak,

dinyatakan dalam miliar rupiah.

c. Sumber Pendapatan Masyarakat adalah jumlah total

penerimaan masyarakat yang ditunjukan oleh jumlah Pendapatan

Perkapita. Merupakan indikator yang menunjukkan tingkat pendapatan

masyarakat yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dalam

satu tahun dihitung dalam satuan rupiah.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


d. Inflasi merupakan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok

barang tertentu (bukan satu macam barang saja) dan terjadi secara

terus menerus, dalam satuan persen.

e. Pengeluaran Pemerintah adalah nilai riil jumlah total realisasi

pengeluaran pemerintah selama satu tahun anggaran sesuai dengan

APBD dan jumlah pengeluaran ini dinyatakan dalam miliar rupiah.

f. Investasi adalah pembentukan modal tetap bruto selama satu tahun.

Pembentukan modal ini termasuk perbaikan lahan, pabrik, mesin, dan

pembelian peralatan, dan pembangunan jalan, kereta api, dan

sejenisnya, termasuk sekolah, kantor, rumah sakit, tempat tinggal

perumahan swasta, komersial dan bangunan industri, dengan tidak

membedakan investasi dari sektor swasta maupun publik dalam satu

tahun dalam miliar rupiah.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan

Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah suatu institusi di Indonesia yang

bertugas untuk menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak. Direktorat

Jenderal Pajak dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan berkantor pusat di

Jalan Jenderal Gatot Subroto No.40-42 Jakarta. Dalam menjalankan tugas dan

fungsinya, organisasi DJP terbagi atas unit kantor pusat dan unit kantor

operasional. Kantor pusat terdiri atas Direktur Jenderal Pajak, Sekretaris

Direktorat Jenderal, para Direktur, dan jabatan Tenaga Pengkaji. Unit kantor

operasional terdiri atas Kantor Wilayah DJP (Kanwil DJP) sebanyak 31 unit,

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sebanyak 331 unit. Untuk menjangkau masyarakat

Wajib Pajak yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau oleh

Kantor Pelayanan Pajak (KPP), DJP menyediakan Kantor Pelayanan,

Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) sebanyak 207 unit dan Pusat

Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan (PPDDP) yang sampai saat ini masih

berjumlah satu unit dan berkedudukan di Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak di Kota

Medan, DJP telah mendirikan beberapa, kantor operasional terdiri atas 1 Kantor

Wilayah dan 7 unit Kantor Pelayanan Pajak yaitu :

1. Kantor Wilayah DJP Sumatera Utara I

2. Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

7. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

8. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Penerimaan Pajak Penghasilan selalu mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun dan perkembangannya dapat dilihat melalui tabel 4.1. dibawah ini.

Tabel 4.1. Perkembangan Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan


Tahun 1990 s/d 2010 (dalam Miliar Rupiah)

Total Pajak Total Pajak


Tahun Tahun
Penghasilan Penghasilan
1990 136,23 2001 767,73
1991 147,43 2002 1.336,81
1992 160,92 2003 1.562,63
1993 170,81 2004 1.693,92
1994 181,63 2005 1.593,33
1995 202,30 2006 2.055,88
1996 251,47 2007 2.312,63
1997 452,71 2008 3.816,49
1998 451,30 2009 4.402,40
1999 666,76 2010 4.847,73
2000 767,75
Sumber : Direktorat Jenderal Pajak (Tahun 2012)

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa penerimaan Pajak

Penghasilan di Kota Medan cenderung mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


target penerimaan pajak setiap tahun memang relatif tinggi dan hal ini memaksa

DJP untuk bekerja lebih keras lagi dalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Sejak tahun 1990 sampai dengan 1994 penerimaan Pajak Penghasilan per tahun

tidak melebihi 10 persen malah dibandingkan dengan tahun 1993, pertumbuhan

penerimaan Pajak Penghasilan hanya 6,33 persen, pertumbuhan yang paling tinggi

adalah pada tahun 1992 yaitu 9,15 persen dibandingkan dengan tahun 1991. Pada

tahun 1995 penerimaan Pajak Penghasilan mengalami kenaikan mencapai 11,38

persen dibandingkan tahun 1994. Pada tahun 1994 pemerintah Republik

Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang

Perubahan Atas UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Kebijakan

pemerintah ini berakibat sangat positif terhadap pertumbuhan penerimaan Pajak

Penghasilan. Sejak tahun 1995 sampai dengan 2000 pertumbuhan penerimaan

Pajak Penghasilan rata-rata 30 persen setiap tahunnya. Kemudian pada tahun

2000 Pemerintah kembali menerbitkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000

tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

Pajak Penghasilan. Kebijakan pemerintah ini juga ternyata berakibat sangat positif

terhadap pertumbuhan penerimaan Pajak Penghasilan khususnya di Kota Medan.

Pertumbuhan penerimaaan Pajak Penghasilan tahun 2001 dibanding tahun 2000

mencapai hampir 23 persen. Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2010

pertumbuhan penerimaan Pajak Penghasilan selalu mengalami peningkatan.

Meskipun pada tahun 2001 sempat mengalami penurunan sebesar -0,003 persen

dibandingkan tahun 2000 namun pada tahun 2002 pertumbuhan penerimaan Pajak

Penghasilan mulai naik lagi bahkan mencapai 74 persen dan pada tahun 2008

mencapai 65 persen.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan sejak tahun 2002 telah

menembus angka 1 Triliun Rupiah dan terus mengalami kenaikan. Namun

berdasarkan perhitungan pemerintah masih ada potensi Pajak Penghasilan yang

masih bisa digali lebih dalam lagi sehingga pada tahun 2008 Pemerintah kembali

menerbitkan Undang-Undang Pajak Penghasilan dengan terbitnya Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Meskipun pada tahun 2008 ini

terjadi krisis ekonomi global yang mampu menggugurkan Lehman Brothers dan

Washington Mutual, dua bank terbesar di AS, namun penerimaan Pajak

Penghasilan di Kota Medan masih bisa mengalami pertumbuhan sebesar 65

persen dibandingkan dengan tahun 2007. Kebijakan pemerintah ini ternyata masih

mampu meningkatkan pertumbuhan penerimaan Pajak Penghasilan hingga tahun

2010 khususnya untuk Kota Medan penerimaan Pajak Penghasilan masih bisa

tumbuh di atas 10 persen. Hal ini bisa menggambarkan bahwa kebijakan peraturan

perpajakan mampu mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan khususnya di

Kota Medan.

4.1.2. Perkembangan Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Bruto


Sebelum Dikenakan Pajak)

Pengertian Sumber Penghasilan Perusahaan dalam penelitian ini adalah

jumlah total penerimaan perusahaan yang dapat dinilai dengan uang yang menjadi

dasar penghitungan pajak yang terutang. Sumber Penghasilan Perusahaan ini

ditunjukkan oleh besarnya jumlah Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan Kena

Pajak merupakan suatu nilai yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak

penghasilan yang harus dibayar oleh Wajib Pajak dalam satu tahun pajak dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


dicantumkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan

Wajib Pajak.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan,

penghasilan bruto sebelum dikenakan pajak biasa disebut juga dengan

Penghasilan Kena Pajak yaitu laba bruto Wajib Pajak yang menjadi dasar untuk

menghitung pajak penghasilan. Sehingga Sumber Penghasilan Perusahaan dalam

penelitian ini diwakili oleh Penghasilan Kena Pajak. Penghasilan Kena Pajak ini

diperoleh dari Laporan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang dilaporkan oleh

perusahaan setiap tahun melalui Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan

(SPT Tahunan PPh). Semakin besar laba bruto perusahaan maka Penghasilan

Kena Pajak juga akan semakin besar dan Pajak Penghasilan yang akan dibayar

juga semakin besar.

Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan selalu mengalami fluktuasi dalam

kurun waktu tahun 1990 sampai dengan 2010, sebagaimana dapat dilihat dalam

berikut ini.

Tabel 4.2. Perkembangan Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan Tahun


1990 s/d 2010 (Dalam Miliar Rupiah)

Penghasilan Kena Penghasilan Kena


Tahun Tahun
Pajak Perusahaan Pajak Perusahaan
1990 136,69 2001 912,54
1991 146,30 2002 1.986,78
1992 184,60 2003 1.998,95
1993 182,66 2004 1.989,79
1994 183,53 2005 1.980,66
1995 303,28 2006 3.256,53
1996 326,23 2007 3.195,48
1997 494,60 2008 3.036,32
1998 599,12 2009 4.734,82
1999 675,25 2010 4.932,20
2000 913,15
Sumber : Direktorat Jenderal Pajak (Tahun 2012)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut di atas dapat dilihat bahwa Penghasilan

Kena Pajak perusahaan di Kota Medan cenderung selalu mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun. Target penerimaan pajak yang selalu mengalami kenaikan

setiap tahun memaksa Direktorat Jenderal Pajak agar melakukan segala tindakan

yang dianggap perlu untuk meningkatkan penerimaan pajak. Karena Penghasilan

Kena Pajak merupakan dasar untuk menghitung Pajak Penghasilan maka agar

Pajak Penghasilan bisa naik maka salah satu cara yang dilakukan adalah dengan

melakukan pembinaan terhadap wajib pajak agar melaporkan Penghasilan Kena

Pajaknya dengan benar sehingga diperoleh Pajak Penghasilan yang optimal.

Pertumbuhan Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan sejak tahun 1990 sampai

dengan 1994 hanya sekitar 8 persen per tahunnya. Pada tahun 1995 Penghasilan

Kena Pajak mengalami kenaikan sampai 65,25 persen jika dibandingkan dengan

tahun 1994. Walaupun pada tahun 1996 Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan

mengalami kenaikan hanya sebesar 7,57 persen namun pada tahun 1997

Penghasilan Kena Pajak kembali mengalami kenaikan yang signifika lagi hingga

51,61 persen bahkan sampai dengan tahun 2002 masih mengalami pertumbuhan

di atas 10 persen.

Pertumbuhan Penghasilan Kena Pajak di Kota Medan dalam kurun waktu

tahun 2000 sampai 2007 masih mengalami kenaikan dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 31 persen per tahunnya. Namun pada tahun 2008, akibat

terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2008, Penghasilan Kena Pajak

perusahaan di Kota Medan juga ikut terkoreksi mengalami penurunan hingga

mencapai -4,98 persen jika dibandingkan dengan Penghasilan Kena Pajak pada

tahun 2007. Namun pada tahun 2009 Penghasilan Kena Pajak kembali mengalami

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


pertumbuhan lagi hingga mencapai 55,94 persen. Meskipun pada tahun 2010

pertumbuhan hanya 4,17 persen hal ini membuktikan bahwa ekonomi Kota

Medan masih sanggup menghadapi krisis ekonomi akibat krisis ekonomi global

pada tahun 2008.

Laju pertumbuhan Penghasilan Kena Pajak yang selalu mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi kota

Medan juga mengalami peningkatan. Walaupun perekonomian nasional belum

benar-benar pulih karena masih dipengaruhi oleh berfluktuasinya nilai Dollar

Amerika terhadap nilai Rupiah yang juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan

ekonomi di Kota Medan. Walaupun ekonomi belum pulih sejak krisis ekonomi tahun

1997 namun perekonomian di Kota Medan sangat menjanjikan bagi para pelaku

ekonomi sehingga para pelaku ekonomi selalu melakukan perbaikan dan antisipasi

dibidang ekonomi. Kondisi ini juga didukung oleh suku bunga bank yang telah

menurun, sehingga kegiatan ekonomi sektor riil mulai bergerak menyebabkan laju

pertumbuhan ekonomi di Kota Medan mengalami kenaikan positif yang mendorong

Penghasilan Kena Pajak juga mengalami kenaikan yang positif. Selain itu data

tersebut di atas juga dapat menggambarkan bahwa wajib pajak di Kota Medan

mempunyai itikat yang baik untuk membangun Indonesia dengan melaporkan

Penghasilan Kena Pajaknya semakin baik dari tahun ke tahun.

4.1.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita

Pendapatan per kapita merupakan ukuran yang digunakan untuk

menggambarkan standard of living seseorang. Semakin tinggi pendapatan per

kapita maka akan disimpulkan bahwa kesejahteraan penduduk ataupun

masyarakat suatu wilayah juga akan tinggi. Kualitas hidup masyarakat yang lebih

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


baik ini dapat dicerminkan dengan banyaknya gedung-gedung perkantoran

maupun perdagangan, pusat-pusat perdagangan, jalan, sarana kesehatan, sarana

pendidikan, fasilitas umum lainnya dan banyak lagi indikator lainnya yang secara

langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pendapatan masyarakat.

Pendapatan per kapita juga dapat diartikan sebagai penerimaan yang

diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu

dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa-jasa, yang dibutuhkan

rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Sebagai salah satu kota

metropolitan di Indonesia, Kota Medan selalu melakukan pembangunan disegala

bidang dan berusaha untuk meningkatkan pendapatan penduduknya, hal ini dapat

dilihat dari perkembangan Pendapatan Perkapita Kota Medan sejak tahun 1990

hingga tahun 2010 sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Medan Tahun


1990 s/d 2010 (dalam satuan Rupiah)

Pendapatan per Pendapatan per


Tahun Tahun
Kapita Kapita
1990 1.554.241 2001 8.800.803
1991 1.663.597 2002 10.018.442
1992 1.923.116 2003 10.705.120
1993 2.402.115 2004 11.958.606
1994 2.728.568 2005 12.350.761
1995 3.040.568 2006 12.428.759
1996 3.296.014 2007 13.479.259
1997 3.561.581 2008 13.684.396
1998 4.894.149 2009 14.295.250
1999 5.788.932 2010 21.236.779
2000 7.242.601
Sumber : BPS Kota Medan (Tahun 2012)

Setelah memperhatikan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa

Pendapatan Perkapita Kota Medan cenderung mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Pendapatan Perkapita Kota Medan pada tahun 1991 hanya tumbuh

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


sebesar 7 persen jika dibandingkan dengan tahun 1990. Sejak tahun 1992 hingga

tahun 1995 pertumbuhan Pendapatan Perkapita Kota Medan selalu berada diatas

10 persen. Pada tahun 1996 dan 1997 walaupun mengalami pertumbuhan yang

positif tetapi pertumbuhannya kurang dari 10 persen. Pada tahun 1998

Pendapatan Perkapita menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Walaupun

krisis ekonomi dunia menerpa Indonesia pada tahun 1998, ternyata Kota Medan

masih bisa bertahan, hal ini dapat dilihat dari Pendapatan Perkapita Kota Medan

yang masih tumbuh bahkan bisa mencapai 37 persen. Sampai dengan tahun 2002

pertumbuhan Pendapatan Perkapita Kota Medan masih berada di atas 10 persen.

Pada tahun 2003 walaupun masih tumbuh positif namun pertumbuhannya kembali

tidak mencapai 10 persen, hanya 6,85 persen. Walaupun tahun berikutnya

mencapai 11,71 persen namun tahun 2005 sampai dengan tahun 2009

pertumbuhan Pendapatan Perkapita masih berada dibawah 10 persen. Walaupun

demikian pada tahun 2010 terjadi hal yang menggembirakan yaitu pertumbuhan

Pendapatan Perkapita tahun 2010 tumbuh 48 persen dibandingkan tahun 2009.

Hal ini membuktikan bahwa perekonomian Kota Medan setiap tahun semakin

membaik.

Perekonomian Kota Medan yang lebih baik ini akan bisa dicapai jika

pemerintah Kota Medan selalu berusaha untuk meningkatkan pendapatan per

kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang

memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer

pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah.

4.1.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pengeluaran Pemerintah akan sangat diperlukan untuk menstabilkan

kondisi perekonomian. Pengeluaran Pemerintah cenderung akan mengalami

kenaikan seiring dengan kenaikan pendapatan pemerintah dan juga perkembangan

perekonomian. Pengeluaran yang sifatnya wajib untuk dikeluarkan antara lain:

belanja pegawai, pembayaran bunga utang, subsidi, dan sebagian belanja barang.

Samuelson dalam Agustina, 2010 menyatakan bahwa Pengeluaran Pemerintah

juga merupakan instrumen pengukur dimana pemerintah menentukan seberapa

besar peran sektor pemerintah dan sektor swasta. Di samping itu, pengeluaran

pemerintah dapat menjadi penentu pokok jumlah pengeluaran agregat, dan juga

penentu pertumbuhan GNP riil jangka pendek.

Sesuai dengan perkembangan ekonomi, Kota Medan juga akan melakukan

pembangunan disegala bidang dan hal ini akan membutuhkan pengeluaran

pemerintah yang tidak sedikit. Perkembangan pengeluaran pemerintah Kota

Medan sejak tahun 1990 sampai dengan 2010 dapat dilihat dari Tabel 4.4 sebagai

berikut.

Tabel 4.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah di Kota Medan Tahun


1990 s/d 2010 (Dalam Miliar Rupiah)

Pengeluaran Pengeluaran
Tahun Tahun
Pemerintah Pemerintah
1990 313,92 2001 916,22
1991 336,88 2002 796,50
1992 383,14 2003 905,42
1993 458,58 2004 1.063,11
1994 373,97 2005 1.554,44
1995 427,88 2006 1.675,57
1996 491,52 2007 1.939,70
1997 575,98 2008 3.620,11
1998 200,77 2009 3.823,15
1999 449,05 2010 4.232,17
2000 416,77
Sumber : - Badan Pusat Statistik Kota Medan (Tahun 2012)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


- Berbagai macam sumber

Memperhatikan fluktuasi pengeluaran pemerintah Kota Medan pada Tabel

4.4. diatas, perkembangan Pengeluaran Pemerintah cenderung selalu mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1991 Pengeluaran Pemerintah hanya

mengalami peningkatan 7 persen dibandingkan tahun 1990. Kemudian sejak tahun

1992 hingga tahun 1997 Pengeluaran Pemerintah selalu berada di atas 10 persen.

Pada tahun 1998 ketika krisis ekonomi global melanda Kota Medan, Pengeluaran

Pemerintah juga mengalami penurunan bahkan sampai mencapai -65 persen.

Untuk menjaga agar ekonomi tetap stabil akibat krisis ekonomi pada tahun 1998

maka pada tahun 1999 Pengeluaran Pemerintah Kota Medan mengalami kenaikan

hingga 123 persen bila dibandingkan dengan tahun 1998. Walaupun Pengeluaran

Pemerintah sempat mengalami penurunaan pada tahun 2000 namun sejak tahun

2001 Pengeluaran Pemerintah kembali naik secara signifikan hingga hampir

mencapai 120 persen. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2010 Pengeluaran

Pemerintah selalu mengalami pertumbuhan positif. Bahkan pada tahun 2008

mencapai 86 persen untuk menjaga kestabilan ekonomi Kota Medan akibat krisis

ekonomi yang terjadi di Amerika.

Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Kota Medan yang cenderung

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun mengindikasikan bahwa Pemerintah

Kota Medan ingin membuktikan bahwa Pemerintah Kota Medan memegang

peranan yang penting dalam pengembangan perekonomian Kota Medan.

4.1.5. Perkembangan Inflasi

Inflasi menunjukan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara

umum dan terus menerus. Inflasi diukur dalam persen (%). Naiknya inflasi

disebabkan adanya kenaikkan jumlah uang beredar, turunnya suku bunga dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


permintaan masyarakat akan barang juga meningkat. Tingginya inflasi

menyebabkan harga-harga di pasar domestik naik dan selanjutnya meningkatkan

nilai dari transaksi perdagangan.

Perkembangan inflasi Kota Medan dari tahun 1990 sampai dengan 2010

dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut ini.

Tabel 4.5. Perkembangan Inflasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010
(dalam satuan persen)

Tahun Inflasi Tahun Inflasi Tahun Inflasi


1990 7,56 1997 13,1 2004 6,64
1991 8,99 1998 83,81 2005 22,39
1992 4,56 1999 1,68 2006 5,97
1993 9,75 2000 5,9 2007 6,42
1994 8,28 2001 15,5 2008 10,63
1995 7,24 2002 9,49 2009 2,69
1996 8,7 2003 4,46 2010 8
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan (Tahun 2012)

Fluktuasi inflasi selama periode tahun 1990 sampai dengan 2000 yang

tertinggi di Kota Medan terjadi pada tahun 1998 mencapai 83,81 persen. Hal ini

disebabkan terjadinya krisis ekonomi yang sedang melanda dunia. Angka ini

merupakan angka pencapaian inflasi tertinggi selama kurun waktu 20 tahun

terakhir. Hal ini dapat terjadi karena memang situasi dan kondisi perekonomian

pada saat itu tidak kondusif dan susah untuk diprediksi arahnya. Pada saat itu nilai

mata uang di beberapa negara khususnya Asia merosot tajam, terutama terhadap

mata uang dolar Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan besar banyak yang

terpuruk mengalami kerugian dalam waktu yang relatif singkat bahkan banyak

yang gulung tikar.

Pasca krisis ekonomi, dalam kurun waktu tahun 1999 sampai dengan

tahun 2010, inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu mencapai 22,39 persen.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada bulan Oktober 2005.

Pemerintah menaikkan harga BBM sehingga inflasi melonjak akibat mendorong

peningkatan biaya produksi barang dan jasa (cost push inflation). Pada tahun 2006

inflasi kembali turun menjadi sebesar 5,97 persen bahkan menjadi lebih rendah

dibanding tahun 2004 yang besarnya 6,64 persen. Ini menandakan bahwa

Pemerintah telah berhasil mengendalikan inflasi. Pada tahun 2008 inflasi kembali

naik akibat terjadinya kembali krisis ekonomi di negara Amerika Serikat dan

pemerintah kembali berhasil mengendalikan inflasi dan berada diangka 1 digit

yaitu 2,69 persen.. Dengan berhasilnya inflasi dikendalikan pada tahun 2006,

untuk tahun-tahun kedepannya diharapkan berbagai kebijakan dan kerjasama

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kota Medan agar inflasi tahun yang akan

datang diharapkan juga dapat ditekan berada diangka 1 digit.

4.1.6. Perkembangan Investasi

Investasi merupakan salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi.

Sebagai kota ke-3 terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, mau tidak

mau Kota Medan harus terus membenahi perekonomiannya agar Kota Medan

tidak menjadi Kota yang kumuh dan mampu memberikan kehidupan yang layak

bagi penduduknya. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan biaya yang tidak

kecil, sumber pembiayaan selain dari pajak dan anggaran pengeluaran pemerintah,

dibutuhkan juga sumber dana segar dari pihak non pemerintah Kota Medan.

Perkembangan investasi di Kota Medan sejak tahun 1990 sampai dengan

2010 dapat kita lihat pada Tabel 4.6 berikut ini.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.6. Perkembangan Investasi di Kota Medan Tahun 1990 s/d 2010
(dalam Miliar Rupiah)

Tahun Investasi Tahun Investasi


1990 5.929,56 2001 7.374,64
1991 6.265,83 2002 7.463,76
1992 6.657,09 2003 7.708,83
1993 6.547,09 2004 7.809,93
1994 6.884,43 2005 8.100,08
1995 6.906,57 2006 8.432,50
1996 7.000,62 2007 8.567,34
1997 7.224,12 2008 13.426,05
1998 7.442,03 2009 13.574,02
1999 6.303,87 2010 14.435,09
2000 7.338,78
Sumber : - BPS Kota Medan (Tahun 2012)
- Berbagai Macam Sumber

Berdasarkan data tersebut pada Tabel 4.6 di atas dapat dideskripsikan

bahwa dalam periode tahun 1990 sampai dengan 2010 Investasi di Kota Medan

cenderung selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 memang investasi

menurun sebesar -15,29 persen bila dibandingkan dengan besarnya investasi pada

tahun 1998. Hal ini disebabkan krisis keuangan yang melanda dunia pada tahun

1998 memaksa investor untuk menahan diri dulu untuk tidak melakukan investasi

sampai tahun 1999. Namun pada tahun 2000 investasi Kota Medan mulai tumbuh

lagi hingga mencapai 16,42 persen dan pertumbuhan ini berlanjut terus hingga

tahun 2010. Malah pada tahun 2008 pertumbuhan investasi mencapai titik

tertinggi dalam periode 1990 sampai dengan 2010 yaitu mencapai 56,71 persen.

Padahal pada tahun 2008 ini juga sedang terjadi krisis ekonomi dunia khususnya

di Amerika yang biasanya dapat mempengaruhi perekonomian dunia.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Perlu diketahui bahwa sejak dilanda krisis ekonomi pada akhir tahun 1997,

penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara berangsur angsur mulai

menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh

letak geografis dan potensi demografis yang cukup strategis, tetapi didukung juga

oleh kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan

iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke

waktu. Keadaan tersebut dapat menggambarkan bahwa investor sangat yakin pada

kondisi ekonomi Indonesia khususnya Kota Medan cukup tangguh dalam

menghadapi krisis ekonomi global sehingga para investor tidak ragu untuk

berinvestasi di Kota Medan. Lapangan usaha yang menjadi tujuan utama

berinvestasi di Kota Medan adalah sektor perdagangan, industri pengolahan dan

sektor jasa. Dari investasi yang ada diharapkan akan semakin mempercepat

pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Kota Medan sehingga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakatnya dan mensejahterakan penduduknya.

4.2. Hasil Analisis Data

a. Untuk Persamaan Substruktural 1 :

Y1 = PY1P + PY1G + PY1I + e1

Keterangan :

Y1 : Sumber Penghasilan Perusahaan

P : Inflasi Kota Medan

G : Pengeluaran Pemerintah Kota Medan

I : Investasi Kota Medan

e1 : Error

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Berdasarkan data yang diperoleh dan persamaan diatas dilakukan

pengolahan data dengan menggunakan program SPSS.19.0 sehingga diperoleh

hasil regresi sesuai dengan lampiran II dan dapat disampaikan pada tabel ini.

Tabel 4.7. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan (Y1) dengan Inflasi
(P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I).

Variabel Koefisien*) T Sig


Konstanta 1,497 0,153
P (Inflasi) 0,071 0,681 0,505
G (Pengeluaran Pemerintah 1,594 3,270 0,005
I (Investasi) -0,676 -1,405 0,178
Dependent variabel : Sumber Penghasilan Perusahaan
Nilai F Sig = 0,000
Nilai F Hitung = 35,993
R2 = 0,864
Sumber : Lampiran II
*) Nilai Koefisien Jalur adalah nilai Beta atau Standardized Coefficient yang ada pada tabel
Coefficient.

Berdasarkan hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.7 di atas dapat

disajikan model estimasi sebagai berikut adalah :

Ȳ1 = 0,071 P + 0,594 G - 0,676 I

t sig = (0,505) (0,005) (0,178)

F Sig = 0,000

R2 = 0,864

Berdasarkan hasil model estimasi tersebut di atas diketahui bahwa :

a. Secara bersama-sama variable Inflasi, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi

berpengaruh signifikan terhadap Sumber Penghasilan Perusahaan pada

tingkat kepercayaan 95%. Hal ini terlihat dari nilai F-Sig sebesar 0,000, pada

α = 5%.

b. Secara bersama-sama (simultan) variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah dan

Investasi mampu memberikan pengaruh sebesar 86,4 persen terhadap Sumber

Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena Pajak). Hal ini diketahui dari nilai

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


R2 sebesar 0,864, sedangkan sisanya sebesar 13,6 persen dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan tersebut.

c. Variabel Inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Sumber

Penghasilan Perusahaan. Hal ini dapat diketahui karena nilai t-sig sebesar

0,505 > 0,05.

d. Variabel Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Sumber Penghasilan Perusahaan. Hal ini dapat diketahui karena nilai t-sig

sebesar 0,005 < 0,05.

e. Variabel Investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Sumber

Penghasilan Perusahaan. Hal ini dapat diketahui karena nilai t-sig sebesar

0,178 > 0,05.

b. Untuk Persamaan Substruktural 2 :

Y2 = PY2P + PY2G + PY2I + e2

Keterangan :

Y2 : Sumber Penghasilan Masyarakat

P : Inflasi Kota Medan

G : Pengeluaran Pemerintah Kota Medan

I : Investasi di Kota Medan

e2 : Error

Berdasarkan persamaan diatas dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan program SPSS.19.0 sehingga diperoleh hasil regresi sesuai dengan

lampiran III dan dapat disampaikan pada tabel ini.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.8. Hasil Regresi Sumber Pendapatan Masyarakat (Y2) dengan Inflasi
(P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan Investasi (I).

Variabel Koefisien*) T Sig


Konstanta 1,745 0,099
P (Inflasi) 0,134 0,979 0,341
G (Pengeluaran Pemerintah 1,727 2,674 0,016
I (Investasi) -0,866 -1,359 0,192
Dependent variabel : Sumber Pendapatan Masyarakat
Nilai F Sig = 0,000
Nilai F Hitung = 18,059
R2 = 0,761
Sumber : Lampiran III
*) Koefisien Jalur adalah nilai Beta atau Standardized Coefficient yang ada pada
tabel Coefficient.

Berdasarkan hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.8 di atas dapat

disajikan model estimasi sebagai berikut :

Ȳ2 = 0,134 P + 1,727 G - 0,866 I

t sig = (0,341) (0,016) (0,192)

F Sig = 0,000

R2 = 0,761

Berdasarkan hasil regresi dan model estimasi tersebut di atas diketahui bahwa :

a. Secara bersama-sama variable Inflasi, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi

berpengaruh signifikan terhadap Sumber Pendapatan Masyarakat pada

tingkat kepercayaan 95%. Hal ini terlihat dari nilai F-Sig sebesar 0,000, pada

α = 5%.

b. Besarnya R2 adalah 0,761, artinya bahwa variabel Inflasi, Pengeluaran

Pemerintah dan Investasi secara bersama-sama (simultan) mampu

memberikan pengaruh terhadap Sumber Pendapatan Masyarakat (Pendapatan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Perkapita) sebesar 76,1 persen, sisanya sebesar 23,9 persen dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan tersebut.

c. Variabel Inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Sumber

Pendapatan Masyarakat. Hal ini dapat diketahui karena nilai t-sig sebesar

0,341 > 0,05.

d. Variabel Pengeluaran Pemerintah berpengaruh signifikan terhadap Sumber

Pendapatan Masyarakat. Hal ini dapat diketahui karena nilai t-sig sebesar

0,016 < 0,05.

e. Variabel Investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Sumber Pendapatan

Masyarakat. Hal ini dapat diketahui karena nilai t-sig sebesar 0,192 > 0,05.

c. Untuk Persamaan Substruktural 3 :

Y3 = PY3P + PY3G + PY3I + PY3Y1 + PY3Y2 + e3

Keterangan :

Y3 : Pajak Penghasilan

Y1 : Sumber Penghasilan Perusahaan

Y2 : Sumber Penghasilan Masyarakat

P : Inflasi di Kota Medan

G : Pengeluaran Pemerintah Kota Medan

I : Investasi di Kota Medan

e3 : Error

Berdasarkan persamaan diatas dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan program SPSS.19.0, sesuai dengan lampiran IV dan dapat

disampaikan pada tabel ini.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Tabel 4.9. Hasil Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P),
Pengeluaran Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan
Perusahaan (Y1), dan Sumber Pendapatan Masyarakat (Y2)

Variabel Koefisien *) T Sig


Konstanta -3,949 0,001
P (Inflasi) -0,029 -1,207 0,246
G (Pengeluaran Pemerintah) 0,149 1,057 0,307
I (Investasi) 0,400 3,478 0,003
Y1 ( Sumber Penghasilan Perusahaan) 0,347 4,118 0,001
Y2 (Sumber Pendapatan Masyarakat) 0,135 2,118 0,051
Dependent variabel : Pajak Penghasilan
Nilai F Sig = 0,000
Nilai F Hitung = 488,871
R2 = 0,994
Sumber : Lampiran IV
*) Koefisien Jalur adalah nilai Beta atau Standardized Coefficient yang ada pada
tabel Coefficient.

Berdasarkan hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.9 di atas dapat

disajikan model estimasi sebagai berikut adalah :

Ȳ3 = - 0,029 P + 0,149 G + 0,400 I + 0,347 Y1 + 0,135 Y2

t sig = (0,246) (0,307) (0,003) (0,001) (0,051)

F Sig = 0,000

R2 = 0,994

Berdasarkan hasil regresi tersebut di atas diketahui bahwa :

a. Secara bersama-sama variable Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi,

Sumber Penghasilan Perusahaan dan Sumber Pendapatan Masyarakat

berpengaruh signifikan terhadap Pajak Penghasilan pada tingkat kepercayaan

95%. Hal ini terlihat dari nilai F-Sig sebesar 0,000, pada α = 5%.

b. Besarnya R2 adalah 0,994, artinya bahwa variabel Inflasi, Pengeluaran

Pemerintah, Investasi, Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Pajak) dan Sumber Penghasilan Masyarakat (Pendapatan Perkapita) secara

bersama-sama (simultan) mampu memberikan pengaruh terhadap Penerimaan

Pajak Penghasilan yaitu sebesar 99,4 persen, sedangkan sisanya sebesar 0,6

persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model

persamaan tersebut.

c. Variabel Inflasi berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Pajak

Penghasilan. Hal ini diketahui karena nilai t-sig sebesar 0,246 > 0,05.

d. Variabel Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif namun tidak signifikan

terhadap Pajak Penghasilan. Hal ini diketahui karena nilai t-sig sebesar

0,307 > 0,05.

e. Variabel Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pajak

Penghasilan. Hal ini diketahui karena nilai t-sig sebesar 0,003 < 0,05.

f. Variabel Sumber Penghasilan Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Pajak Penghasilan. Hal ini diketahui karena nilai t-sig sebesar

0,001 < 0,05.

g. Variabel Sumber Pendapatan Masyarakat berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Pajak Penghasilan. Hal ini diketahui karena nilai t-sig sebesar

0,051 = 0,05.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


4.3. Pembahasan

4.3.1. Analisis Pengaruh

1. Pengaruh variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi


terhadap Sumber Penghasilan Perusahaan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti diketahui

bahwa pengaruh variabel inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

secara bersama-sama (simultan) terhadap sumber penghasilan perusahaan

(Penghasilan Kena Pajak) yaitu sebesar 86,4 persen. Hasil penelitian ini

sesuai dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Ismail Fahmi

Nasution (2008), Saepudin (2008) dan Agustina (2010) yang

menyampaikan bahwa inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

mempengaruhi pendapatan atau penghasilan masyarakat. Secara teori

kenaikan inflasi akan menurunkan penghasilan maupun pendapatan karena

perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk bisa

berproduksi dengan optimal atau mengurangi produksi sehingga dapat

mengurangi pendapatan. Namun berdasarkan hasil penelitian, yang terjadi

adalah hal yang sebaliknya, yaitu inflasi memiliki pengaruh yang positif

terhadap sumber penghasilan perusahaan namun hasilnya tidak signifikan.

Hal ini bisa terjadi karena pada saat mengalami peningkatan inflasi,

perusahaan akan mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu ataupun biaya

yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap produksi sehingga

pendapatan tetap mengalami kenaikan. Selain itu perusahaan juga akan

berusaha mencari barang substitusi yang lebih murah agar tidak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


meningkatkan biaya untuk mempertahankan nilai jual barang sehingga

produk yang dihasilkan oleh perusahaan tidak mengalami kenaikan yang

signifikan dan terjangkau oleh masyarakat.

Hasil pengolahan data juga menghasilkan hubungan yang negatif

antara investasi dengan sumber penghasilan perusahaan namun tidak

signifikan. Secara teori, penghasilan dapat ditingkatkan dengan

memaksimalkan investasi karena investasi dapat menggerakkan sumber

daya ekonomi untuk menambah pendapatan. Namun untuk tahun berjalan

investasi ternyata dapat mengurangi penghasilan perusahaan. Perusahaan

akan mengeluarkan biaya yang sangat besar pada tahun tersebut sehingga

penghasilan bersih akan berkurang demikian juga dengan Penghasilan

Kena Pajak otomatis juga akan berkurang. Efektivitas dari investasi saat

ini akan dapat dinikmati oleh perusahaan dalam 1 atau 2 tahun yang akan

datang karena investasi merupakan permintaan barang dan jasa untuk

menciptakan atau menambah kapasitas produksi / pendapatan dimasa yang

akan datang (Rudiger Dornbusch et al. 2004).

2. Pengaruh variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah dan Investasi


terhadap Sumber Pendapatan Masyarakat

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti diketahui

bahwa pengaruh variabel inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi

secara bersama-sama (simultan) terhadap Sumber Pendapatan Masyarakat

(Pendapatan perkapita) yaitu sebesar 76,1 persen. Hal ini juga sesuai

dengan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Ismail

Fahmi Nasution (2008), Saepudin (2008) dan Agustina (2010) yang

menyampaikan bahwa inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi akan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


mempengaruhi pendapatan atau penghasilan masyarakat. Berdasarkan

hasil pengolahan data juga ditemukan bahwa inflasi berpengaruh positif

terhadap sumber pendapatan masyarakat dan juga tidak signifikan. Secara

teori kenaikan inflasi akan menurunkan penghasilan maupun pendapatan

karena masyarakat akan mengeluarkan biaya tambahan untuk usahanya

sehingga dapat mengurangi pendapatan. Namun berdasarkan penelitian

untuk kota Medan hal ini tidak terbukti. Meskipun terjadi kenaikan inflasi

ternyata Pendapatan Perkapita di Kota Medan masih dapat naik meskipun

tidak signifikan. Beberapa kemungkinan yang terjadi adalah, jika terjadi

kenaikan harga, masyarakat akan mencari barang substitusi untuk

memenuhi kebutuhannya ataupun produksinya yang relatif masih mudah

diperoleh di lingkungan Kota Medan dan sekitarnya. Kemungkinan yang

lain adalah masih adanya lapangan pekerjaan yang ada di Kota Medan.

Sehingga ketika terjadi kenaikan inflasi, selain mengurangi biaya hidup

masyarakat akan mencari penghasilan lain yang dapat menambah

penghasilannya sehingga pendapatannya otomatis juga akan bertambah.

Kenaikan gaji pegawai negeri sipil yang terjadi hampir setiap tahun juga

ikut memberikan sumbangan naiknya pendapatan perkapita meskipun

terjadi kenaikan inflasi.

Secara teori, investasi dapat dibagi menjadi tiga golongan antara lain.

investasi tetap perusahaan yang terdiri dari pengeluaran perusahaan atas

mesin tahan lama, perlengkapan dan bangunan-bangunan seperti fasilitas

pabrik dan perlengkapan mesin lainnya, investasi ini juga dapat disebut

sebagai investasi tetap bisnis. Yang kedua adalah investasi tempat tinggal

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


umumnya terdiri dari investasi perumahan. Dan yang ketiga adalah

investasi persediaan (Dorbusch, Fischer, 2004). Jika investasi lebih

ditekankan pada pembelian tanah, bangunan, fasilitas pabrik atau

perlengkapan mesin maka tidak akan berpengaruh pada pendapatan

masyarakat malah cenderung akan mengurangi pendapatan masyarakat

karena perusahaan akan mengutamakan penggunaan mesin canggih

dibanding tenaga manusia sehingga akan menimbulkan pengangguran

yang akan mengurangi pendapatan masyarakat. Selain itu untuk tahun

berjalan, efektivitas dari investasi saat ini tidak akan meningkatkan

pendapatan saat ini tapi mungkin akan dapat dinikmati dalam 1 atau 2

tahun yang akan datang (Dornbusch et al. 2004).

3. Pengaruh variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi,


Sumber Penghasilan Perusahaan dan Sumber Penghasilan
Masyarakat terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti diketahui

bahwa variabel inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi, sumber

penghasilan perusahaan dan sumber penghasilan masyarakat secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh sangat besar terhadap penerimaan

Pajak Penghasilan yaitu sebesar 99,4 persen. Hal ini telah sesuai dengan

teori ekonomi yang menyatakan bahwa variable makro ekonomi seperti

inflasi, pengeluaran pemerintah dan investasi akan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dipengaruhi oleh

pendapatan masyarakat dan akhirnya pendapatan masyarakat tentu akan

mempengaruhi penerimaan pajak.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Secara teori kenaikan inflasi akan menurunkan pendapatan karena

perusahaan akan menambah biaya produksi atau bahkan mengurangi

produksi sehingga dapat mengurangi pendapatan. Berdasarkan penelitian

ini inflasi berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak, namun tidak

signifikan. Hasil ini terjadi karena penghasilan atau pendapatan

masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh inflasi saja. Dan apanila inflasi

terjadi maka masyarakat maupun pelaku ekonomi akan segera mencari

jalan keluar dari akibat yang ditimbulkan oleh inflasi tersebut, sehingga

pendapatan maupun pengeluarannya tetap terkendali dan pendapatan yang

diperoleh bisa sesuai dengan harapan atau yang telah direncanakan karena

pendapatan mereka akan mempengaruhi pengeluaran. Kondisi ini sesuai

dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Ismail Fahmi Nasution (2008)

yang menyatakan bahwa Inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap

penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Sumatera Utara. Dapat

dijelaskan bahwa dengan menurunnya inflasi cenderung akan membuat

harga menjadi turun sehingga orang akan semakin senang untuk

berbelanja. Transaksi ini akan membuat penghasilan bagi produsen

maupun pedagang akan semakin meningkat dan dapat mengakibatkan

naiknya Pajak Penghasilan produsen maupun pedagang tersebut.

Pengeluaran Pemerintah mempunyai hubungan yang positif namun

pengaruhnya tidak signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di

Kota Medan. Hal ini bisa saja terjadi karena secara umum Pengeluaran

Pemerintah Kota Medan didominasi oleh pengeluaran untuk belanja

pegawai dan biaya operasional, biaya perjalanan dinas yang Pajak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Penghasilannya ditanggung oleh pemerintah atau tidak merupakan objek

Pajak Penghasilan. Seandainya dikenakan pajak pun ada batasan yang

dikenakan maupun tidak dikenakan pajak penghasilan misalnya

pembayaran gaji yang diterima oleh karyawan yang penghasilannya masih

dibawah penghasilan tidak kena pajak, pengeluaran pemerintah untuk dana

BOS pada besaran tertentu dan lain sebagainya.

Investasi, sumber penghasilan perusahaan dan sumber pendapatan

masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan

Pajak Penghasilan. Penghasilan dapat ditingkatkan dengan

memaksimalkan investasi karena investasi dapat menggerakkan sumber

daya ekonomi untuk menambah pendapatan. Naiknya pendapatan ini akan

menaikkan pendapatan masyarakat ataupun penghasilan yang akan

dikenakan pajak, sebagai dasar pengenaan pajak dan akibatnya Pajak

Penghasilan juga akan semakin besar dan untuk Kota Medan hasil

penelitian membuktikan bahwa pengaruh investasi, sumber penghasilan

perusahaan yang diproxy oleh penghasilan kena pajak dan sumber

pendapatan masyarakat yang diproxy oleh pendapatan perkapita

berpengaruh signifikan dalam menaikkan penerimaan Pajak Penghasilan.

4.3.2. Diagram Jalur (Path Diagram)

Berdasarkan pengolahan data yang dikumpulkan selama penelitian untuk

mengetahui pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah, investasi terhadap Pajak

Penghasilan melalui sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh

pendapatan bruto sebelum pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang

ditunjukkan oleh pendapatan perkapita) dengan model path analysis maka dapat

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


dibuat Diagram Jalur (Path Diagram) untuk analisis tersebut sebagaimana dapat

dilihat dalam Gambar 4.1 berikut ini.

P
PY1P = 0,071 PY3P = -0,029

PY2P = 0,134
Y1 PY3Y1 = 0,347
PY1G = 0,594
G Y3
PY3G = 0,149

PY2G = 1,727 PY3Y2 = 0,135


Y2
PY1I = -0,676 PY3I = 0,400

PY2I = -0,866

Gambar 4.1. Pengaruh inflasi (P), pengeluaran pemerintah (G), investasi


(I) terhadap Pajak Penghasilan (Y3) melalui sumber
Penghasilan perusahaan, yang ditunjukkan oleh pendapatan
bruto sebelum pajak (Y1) dan sumber pendapatan masyarakat,
yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita (Y2)

4.3.3. Penghitungan Pengaruh

Untuk penghitungan pengaruh inflasi (P), pengeluaran pemerintah (G),

dan investasi (I) terhadap Pajak Penghasilan (Y3) melalui sumber penghasilan

perusahaan, yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak (Y1) dan

sumber pendapatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh pendapatan perkapita (Y2)

sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 4.1. diatas, secara direct effect (DE),

indirect effect (IE), dan total effect (TE) dihitung dengan formula sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


4. Pengaruh langsung (Direct Effect atau DE)

a. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variable Penghasilan Kena Pajak

(Y1) secara langsung :

P Y1 = PY1P = 0,071

b. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variable

Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

G Y1 = PY1G = 0,594

c. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variable Penghasilan Kena Pajak

(Y1) :

I Y1 = PY1I = -0,676

d. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variable Pendapatan Perkapita

(Y2):

P Y2 = PY2P = 0,134

e. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variable

Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 = PY2G = 1,727

f. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variable Pendapatan Perkapita

(Y2) :

I Y2 = PY2I = -0,866

g. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3):

P Y3 = PY3P = -0,029

h. Pengaruh variabel pengeluaran pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) :

P Y3 = PY3P = 0,149

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


i. Pengaruh variable investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3) :

I Y3 = PY3I = 0,400

Variabel Investasi merupakan variabel yang mempunyai pengaruh secara

langsung yang paling besar terhadap penerimaan Pajak Penghasilan,

yaitu 0,400.

j. Pengaruh variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) :

Y1 Y3 = PY3Y1 = 0,347

k. Pengaruh variabel Pendapatan Perkapita (Y2) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) :

Y2 Y3 = PY3Y2 = 0,135

Variabel Pendapatan Perkapita merupakan variabel yang mempunyai

pengaruh secara langsung yang paling kecil terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan, yaitu 0,135.

5. Pengaruh tidak langsung (Indirect Effect atau IE)

a. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

P Y1 Y3 = (PY3P) (PY3Y1)

= (-0,029) (0,347)

= -0,010063 atau -0,01

b. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

G Y1 Y3 = (PY3G) (PY3Y1)

= (0,149) (0,347)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


= 0,051703 atau -0,052

c. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

I Y1 Y3 = (PY3I) (PY3Y1)

= (0,400) (0,347)

= 0,13880 atau 0,139

d. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

P Y2 Y3 = (PY3P) (PY3Y2)

= (-0,029) (0,135)

= -0,003915 atau -0,004

e. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 Y3 = (PY3G) (PY3Y2)

= (0,149) (0,135)

= 0,020115 atau 0,02

f. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

I Y2 Y3 = (PY3I) (PY3Y2)

= (0,400) (0,135)

= 0,0540 atau 0,054

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


6. Pengaruh total (total effect)

g. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

P Y1 Y3 = (PY1P) + (PY3Y1)

= (0,071) + (0,347)

= 0,418

h. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

G Y1 Y3 = (PY1G) + (PY3Y1)

= (0,594) + (0,347)

= 0,941

i. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Penghasilan Kena Pajak (Y1) :

I Y1 Y3 = (PY1I) + (PY3Y1)

= (-0,676) + (0,347)

= -0,329

j. Pengaruh variabel inflasi (P) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

P Y2 Y3 = (PY2P) + (PY3Y2)

= (0,134) + (0,135)

= 0,269

Pengaruh total variabel inflasi melalui Pendapatan Perkapita merupakan

variabel yang memiliki pengaruh paling kecil terhadap Pajak Penghasilan

yaitu sebesar 0,269.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


k. Pengaruh variabel Pengeluaran Pemerintah (G) terhadap variabel Pajak

Penghasilan (Y3) melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

G Y2 Y3 = (PY2G) + (PY3Y2)

= (1,727) + (0,135)

= 1,862

Pengaruh total variabel Pengeluaran Pemerintah melalui Pendapatan

Perkapita merupakan variabel yang memiliki pengaruh terbesar terhadap

Pajak Penghasilan, yaitu sebesar 1,862.

l. Pengaruh variabel investasi (I) terhadap variabel Pajak Penghasilan (Y3)

melalui variabel Pendapatan Perkapita (Y2) :

I Y2 Y3 = (PY2I) + (PY3Y2)

= (-0,866) + (0,135)

= -0,731

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan data yang dikumpulkan dan analisis serta pembahasan yang

dilakukan terhadap hasil penelitian pengaruh inflasi, pengeluaran pemerintah,

investasi, sumber penghasilan perusahaan (yang ditunjukkan oleh penghasilan

kena pajak) dan sumber pendapatan masyarakat (yang ditunjukkan oleh

pendapatan perkapita) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan

maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Investasi

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Sumber Penghasilan

Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto sebelum pajak) di Kota

Medan.

2. Secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Investasi

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Sumber Penghasilan

Masyarakat (yang ditunjukkan oleh Pendapatan Perkapita) di Kota Medan.

3. Secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Investasi

melalui Sumber Penghasilan Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan

bruto sebelum pajak) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

4. Secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, dan Investasi

melalui Sumber Pendapatan Masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


perkapita) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan di Kota Medan.

5. Secara bersama-sama variabel Inflasi, Pengeluaran Pemerintah, Investasi,

Sumber Penghasilan Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto

sebelum pajak) dan Sumber Pendapatan Masyarakat (yang ditunjukkan oleh

pendapatan perkapita) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

6. Inflasi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan

Pajak Penghasilan di Kota Medan.

7. Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap

Penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

8. Investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan di Kota Medan.

9. Sumber Penghasilan Perusahaan (yang ditunjukkan oleh pendapatan bruto

sebelum pajak) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak

Penghasilan.

10. Sumber Penghasilan Masyarakat (yang ditunjukkan oleh pendapatan

perkapita) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap Penerimaan

Pajak Penghasilan.

5.2. Saran

1. Besarnya Pengeluaran Pemerintah agar menjadi perhatian Direktorat Jenderal

Pajak karena setiap tahun pengeluaran pemerintah cenderung semakin besar.

Perlu dilakukan kerjasama dengan Pemerintah Daerah melalui sosialisasi dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


pengawasan terhadap Bendaharawan Pemerintah agar potensi Pajak

Penghasilan dari pengeluaran pemerintah dapat dioptimalkan.

2. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa Investasi mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di Kota Medan.

Pemerintah Daerah harus selalu menciptakan suasana berbisnis yang aman,

upah minimum yang kondusif bagi investor dan karyawan, kemudahan ijin

usaha dan kondisi yang menarik lainnya bagi para investor agar tertarik untuk

berinvestasi di Kota Medan. Dengan meningkatnya investasi diharapkan

penerimaan negara khususnya dari Pajak Penghasilan akan selalu mengalami

pertumbuhan yang lebih besar lagi.

3. Jumlah Sumber Penghasilan Perusahaan (Penghasilan Kena Pajak)

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak

Penghasilan di Kota Medan. Oleh sebab itu Direktorat Jenderal Pajak agar

selalu memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih baik lagi kepada

wajib pajak, melalui bimbingan, sosialisasi peraturan perpajakan ataupun

penyuluhan mengenai hak dan kewajiban wajib pajak dan pengawasan

terhadap wajib pajak sehingga Wajib Pajak semakin sadar, mau dan patuh

untuk melaporkan penghasilan maupun penghasilan kena pajaknya dengan

jujur sehingga dapat diperoleh Pajak Penghasilan yang optimal.

4. Jumlah Sumber Pendapatan Masyarakat (dalam hal ini Pendapatan Perkapita)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan Pajak Penghasilan di

Kota Medan. Oleh sebab itu dibutuhkan berbagai kebijakan dan kreatifitas

pemerintah untuk membuka lapangan kerja yang baru sehingga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat. Direktorat Jenderal Pajak agar lebih

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


meningkatkan penggalian dan pencarian wajib pajak-wajib pajak baru melalui

sensus pajak ataupun melakukan kerjasama dengan pihak lain yang

berhubungan dengan transaksi keuangan maupun kekayaan masyarakat

kemudian dilakukan bimbingan sehingga orang yang memiliki penghasilan

dan mampu membayar pajak menjadi wajib pajak yang baik dengan

membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

5. Pemerintah harus terus berusaha menjaga kestabilan inflasi, jangan sampai

mencapai angka dua digit agar gairah masyarakat untuk berbisnis meningkat

dan dengan adanya campur tangan yang baik dari pemerintah untuk

mengendalikan inflasi membuat masyarakat merasa aman dan tidak terlalu

mengkhawatirkan akibat – akibat negatif yang dapat ditimbulkan oleh inflasi.

6. Untuk memudahkan penelitian diharapkan agar pemerintah dalam hal ini

Pemerintah Kota Medan dan Direktorat Jenderal Pajak selalu memutakhirkan

data – data ekonomi melalui jaringan internet, sehingga masyarakat dapat

memantau dan melakukan penelitian terhadap perkembangan dan keadaan

perekonomian khususnya Kota Medan.

6. Disarankan kepada peneliti - peneliti lain, jika memungkinkan agar

mempertimbangkan atau menambah determinan lain serta memperluas

penelitian baik dari segi objek maupun runtut waktu penelitian.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Devano, Sony, dan Rahau, Siti. R., 2006, Perpajakan : Konsep, Pemikiran, dan
Isu, Jakarta : Prenada Media Group.

Gujarati, Damodar. N., 2003, Ekonomtrika Dasar, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Gunadi., 2002, Ketentuan Dasar Pajak Penghasilan, Jakarta : Salemba Empat.

---------., 2007, Pajak Internasional, Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.

Laksana, Harry Yusuf. A., 2007, Bagaimana Mendesain Pembuatan Suatu Tax
Policy Yang Baik, Jakarta, Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 1 Nomor
4.

Mankiw, N. Gregory., 2003, Teori Makro Ekonomi, Edisi ke-lima, Jakarta :


Erlangga.

Muhammad, Mar’ie., 2004, Kebijakan Fiskal Pemikiran, Konsep, dan


Implementasi, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Nasution, Chairuddin Syah., 2003, Analisis Potensi dan Pertumbuhan


Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia Perioede 1990 –
2000, Jakarta, Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 7 Nomor 2.

Normantu, Safri., 2003, Pengantar Perpajakan, Edisi ke-dua, Jakarta : Granit.

Pandiangan, Liberti., 2006, Memeta Potensi Pajak Indonesia, Majalah Berita


Pajak, Jakarta : Koperasi Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.

Prabowo, Y., 2002, Akuntansi Perpajakan Terpadu, Jakarta : Grasindo.

Rusdji, Muhammad., 2006, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Edisi
ke-tiga , Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Setiyaji, Gunawan, dan Amir, Hidayat., 2005, Evaluasi Kinerja Sistem


Perpajakan Indonesia, Jakarta, Jurnal Ekonomi : Universitas Indonusa
Esa unggul.

Skousen, Mark., 2005, Sejarah Pemikiran Ekonomi, Sang Maestro Teori-teori


Ekonomi Modern, Terjemahan Tri Wibowo Budi Santoso, Jakarta :
Penerbit Prenada Media.

Soemitro, Rochmat, dan Sugiharti, D. Kania., 2004, Asas dan Dasar Perpajakan,
Edisi Revisi, Bandung : Penerbit PT. Refika Aditama.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Subarsono, AG., 2004, Reposisi Lembaga Perpajakan, Yogyakarta, Jurnal
Kebijakan dan Administrasi Publik, Volume 8 Nomor 2.

Supramono, dan Damayanti, T.W., 2005, Perpajakan Indonesia : Mekanisme dan


Perhitungannya, Yogyakarta : Penerbit Andi.

Supranto, J., 2004, Ekonometri, Buku Kedua, Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.

Teera, Joweria M, Determinant of Tax Revenue in Uganda, University of Bath,


Bath, Departemen of Economics.

Undang-undang RI Nomor 16 Tahun 2000 s.t.d.t.d. Undang-Undang RI Nomor 16


Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2000 s.t.d.t.d. Undang – Undang Nomor 36


Tahun 2008 tentang pajak Penghasilan.

Uppal, J.S., 2003, Taxation in Indonesia, Yogyakarta : UGM Press.

-------------., 2005, Tax Reform In Indonesia, Yogyakarta : UGM Press.

Waluyo., 2006, Perpajakan Indonesia, Edisi ke-enam, Jakarta : Penerbit Salemba


Empat.

Yogi Rahmayanti., 2006, Indonesian Tax Reform : An Analysis of Tax Potential,


Jakarta, Jurnal Keuangan Publik Volume 4 Nomor 1.

Dornbusch, R. dan Fisher, S., 2004. Macroekonomi, Edisi Keempat, Alih Bahasa
Mulyadi, JA, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dumairy, 2004. Perekonomian Indonesia, Cetakan kelima, Penerbit Erlangga,


Jakarta.

Jonathan Sarwono, 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, Penerbit
Andi Yogyakarta.

Jonathan Sarwono, 2012. Path Analysis dengan SPSS, Penerbit PT Elex Media
Komputindo.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, BP-
Undip, Semarang.

Lains, Alfian, 2006, Ekonometrika : Teori dan Aplikasi, Jilid II, LP3ES, Jakarta.

Mankiw, N. Gregory, 2003. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta, PT.


Gramedia Pustaka Utama.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Setiawan, Dwi Endah Kusrini, 2010. Ekonometrika. Andi, Yogyakarta

Dornbusch, R. dan Fisher, S., 2004. Macroekonomi, Edisi Kedelapan, Alih


Bahasa Yusuf Wibisono, Roy Indra Mirazudin, Penerbit PT Media
Global Edukasi, Jakarta.

Nugroho, A.B., 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Dengan SPSS.
Andi Offset. Yogyakarta.

Umar, Husein, 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajawali
Pers, Jakarta.

Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta,

C. Trihendradi, 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik


Menggunakan SPSS 19, Andi Yogyakarta

Eva Susanti. 2008. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan


Ekonomi Indonesia. [Tesis]. Medan : Universitas Sumatera Sumatera
Utara, Program Pascasarjana.

Ismail Fahmi Nasution 2008. Analisa Faktor – Faktor yang Mempengaruhi


Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Sumatera Utara [Tesis].
Medan : Universitas Sumatera Sumatera Utara, Program Pascasarjana.

Saepudin. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan PPN di


Sumatera Utara [Tesis]. Medan : Universitas Sumatera Sumatera Utara,
Program Pascasarjana.

Novita Sitompul. 2008. Analisis Determinan Konsumsi Masyarakat di Indonesia


[Tesis]. Medan : Universitas Sumatera Sumatera Utara, Program
Pascasarjana.

Latief. 2002. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Global. Surakarta :


Muhammadiyah University Press.

Mudrajat Kuncoro. (2004). Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan


Edisi Ketiga. Yogyakarta : (UPP) YPKN.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 1. Penerimaan Negara dan Hibah Tahun 2007-2010 (Dalam Miliar
Rupiah)

Keterangan Tahun Anggaran


2007 2008 2009 2010

Pendapatan Negara dan Hibah 707.806,1 981.609,4 872.631,8 911.475,8


I. Penerimaan Dalam Negeri 706.108,3 979.305,4 871.640,2 910.054,3
1. Penerimaan Perpajakan 490.988,6 658.700,8 725.843,0 729.165,2
a. Pajak Dalam Negeri 470.051,8 622.358,7 632.098,8 702.033,9
i. Pajak Penghasilan 238.430,9 327.497,7 357.400,5 340.321,7
- Migas 44.000,5 77.018,9 56.723,5 39.882,7
- Non Migas 194.430,4 250.478,8 300.677,0 300.439,0
ii. Pajak Pertambahan Nilai 154.526,8 209.647,4 249.508,7 267.028,0
iii. Pajak Bumi dan Bangunan 23.723,5 25.354,3 28.916,3 26.486,6
iv. BPHTB 5.953,4 5.5573,1 7.753,6 7.354.8
v. Cukai 44.679,5 51.251,8 49.494,7 57.026,5
vi. Pajak Lainnya 2.737,7 3.034,4 4.273,2 3.816,3
b. Pajak Perdagangan Internasional 20.936,8 36.342,1 28.496,0 27.131,4
i. Bea Masuk 16.699,4 22.763,8 19.160,4 19.497,7
ii. Bea Keluar 4.237,4 13.578,3 9.335,6 7.633,6
2. Penerimaan Bukan Pajak 215.119,7 320.604,6 219.518,3 180.889,0
a. Penerimaan SDA 132.892,6 224.463,0 173.496,5 111.453,9
i. Migas 124.783,7 211.617,0 162.123,1 101.259,3
ii. Non Migas 8.108,9 12.846,0 11.373,5 10.194,6
b. Bagian Laba BUMN 23.222,5 29.088,4 30.794,0 23.005.1
c. PNBP Lainnya 56.873,4 63.319,0 49.210,8 36.719,1
d. Pendapatan BLU 2.131,2 3.734,3 5.442,2 9.710,9
II. Hibah 1.697,7 2.304,0 991,6 1.421,5

Sumber : Kementerian Keuangan (Nota Keuangan)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 2. Hasil Regresi Sumber Penghasilan Perusahaan/Pengh Kena
Pajak (Y1) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G) dan
Investasi (I)

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .930a .864 .840 609.26123 .864 35.993 3 17 .000 1.776

a. Predictors: (Constant), Investasi, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah


b. Dependent Variable: Pengh.Kena Pajak

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 40081366.756 3 13360455.585 35.993 .000a

Residual 6310387.243 17 371199.250

Total 46391753.999 20

a. Predictors: (Constant), Investasi, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah


b. Dependent Variable: Pengh.Kena Pajak

Coefficientsa

Unstandardized Standardized 95.0% Confidence


Coefficients Coefficients Interval for B
Model t Sig.
Std. Lower Upper
B Error Beta Bound Bound
1 (Constant) 2518,883 1682,187 1,497 ,153 -1030,223 6067,988
Inflasi 6,299 9,247 ,071 ,681 ,505 -13,210 25,808
Pengeluaran Pemerintah 1,974 ,604 1,594 3,270 ,005 ,700 3,247
Investasi -417,606 297,153 -,676 -1,405 ,178 -1044,544 209,333
a. Dependent Variable : Pengh. Kena Pajak

Coefficientsa

Correlations Collinearity Statistics


Model
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
Inflasi -,167 ,163 ,061 ,746 1,341
Pengeluaran Pemerintah ,921 ,621 ,292 ,034 29,716
Investasi ,877 -,323 -,126 ,035 28,903

a. Dependent Variable : Pengh. Kena Pajak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 3. Hasil Regresi Sumber Pendapatan asyarakat/Pendapatan per
Kapita (Y2) dengan Inflasi (P), Pengeluaran Pemerintah (G)
dan Investasi (I).
Model Summaryb
Change Statistics

Adjusted Std. Error of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .872a .761 .719 2909811.51336 .761 18.059 3 17 .000 .600

a. Predictors: (Constant), Investasi, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah


b. Dependent Variable: Pendapatan per Kapita

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.587E14 3 1.529E14 18.059 .000a


Residual 1.439E14 17 8.467E12

Total 6.027E14 20

a. Predictors: (Constant), Investasi, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah


b. Dependent Variable: Pendapatan per Kapita

Coefficientsa

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients 95.0% Confidence Interval for B
B Std. Error Beta t Sig. Lower Bound Upper Bound
1 (Constant) 14021488,814 8034071,424 1,745 ,099 -2928920,230 30971897,857
Inflasi 43223,233 44162,180 ,134 ,979 ,341 -49950,824 136397,289
Pengeluaran 7707,984 2883,066 1,727 2,674 ,016 1625,247 13790,720
Pemerintah
Investasi -1929227,811 1419194,599 -,866 -1,359 ,192 -4923466,684 1065011,061

a. Dependent Variable : Pendapatan per Kapita

Coefficientsa
Collinearity
Correlations
Model Statistics
Zero-order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
Inflasi -,113 ,231 ,116 ,746 1,341
Pengeluaran ,856 ,544 ,317 ,034 29,716
Pemerintah
Investasi ,811 -,313 -,161 ,035 28,903

a. Dependent Variable : Pendapatan per Kapita

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 4. Hasil Regresi Pajak Penghasilan (Y3) dengan Inflasi (P),
Pengeluaran Pemerintah (G), Investasi (I), Sumber Penghasilan
Perusahaan (Y1), dan Sumber Pendapatan Masyarakat (Y2)

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .997a .994 .992 130.13057 .994 488.871 5 15 .000 1.272

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita, Inflasi, Investasi, Pengh.Kena Pajak, Pengeluaran Pemerintah
b. Dependent Variable: Pajak Penghasilan

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 41392609.878 5 8278521.976 488.871 .000a

Residual 254009.489 15 16933.966

Total 41646619.367 20

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita, Inflasi, Investasi, Pengh.Kena Pajak,


Pengeluaran Pemerintah
b. Dependent Variable: Pajak Penghasilan

Coefficientsa
Unstandardized Standardized 95.0% Confidence
Coefficients Coefficients t Sig. Interval for B
Std. Lower Upper
Model B Error Beta Bound Bound
1 (Constant) - 390,82 -3,949 ,001 -2376,484 -710,443
1543,463 3
Inflasi -2,450 2,030 -,029 -1,207 ,246 -6,778 1,878
Pengeluaran Pemerintah ,174 ,165 ,149 1,057 ,307 -,177 ,525

Investasi 234,458 67,407 ,400 3,478 ,003 90,784 378,131


Pengh.Kena Pajak ,329 ,080 ,347 4,118 ,001 ,158 ,499
Pendapatan per Kapita ,000 ,000 ,135 2,118 ,051 ,000 ,000

a. Dependent Variable : Pajak Penghasilan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 41392609.878 5 8278521.976 488.871 .000a

Residual 254009.489 15 16933.966

Total 41646619.367 20
Coefficientsa
Collinearity
Correlations Statistics
Zero-
Model order Partial Part Tolerance VIF
1 (Constant)
Inflasi -,161 -,297 -,024 ,706 1,41
7
Pengeluaran Pemerintah ,980 ,263 ,021 ,021 48,5
48
Investasi ,961 ,668 ,070 ,031 32,6
02
Pengh.Kena Pajak ,967 ,728 ,083 ,057 17,4
38
Pendapatan per Kapita ,918 ,480 ,043 ,101 9,93
1
a. Dependent Variable : Pajak Penghasilan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


Lampiran 5. R2 Hasil Regresi Antar Variabel Bebas
a. R2 Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Pengeluaran Pemerintah

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .183a .033 -.017 17.21026 .033 .657 1 19 .428 2.222

a. Predictors: (Constant), Pengeluaran Pemerintah


b. Dependent Variable: Inflasi

b. R2 Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Investasi

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson
a
1 .079 .006 -.046 17.45043 .006 .120 1 19 .733 2.208

a. Predictors: (Constant), Investasi


b. Dependent Variable: Inflasi

c. R2 Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Penghasilan Kena Pajak

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson
a
1 .167 .028 -.023 17.25818 .028 .548 1 19 .468 2.209

a. Predictors: (Constant), Pengh.Kena Pajak


b. Dependent Variable: Inflasi

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


d. R2 Hasil Regresi Variabel Inflasi dengan Pendapatan Perkapita

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson
a
1 .113 .013 -.039 17.39336 .013 .245 1 19 .626 2.206

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita


b. Dependent Variable: Inflasi

e. R2 Hasil Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah dengan Investasi

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .977a .955 .953 267.30189 .955 404.646 1 19 .000 1.637

a. Predictors: (Constant), Investasi


b. Dependent Variable: Pengeluaran Pemerintah

f. R2 Hasil Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah dengan Penghasilan


Kena Pajak

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .921a .848 .840 491.81542 .848 106.142 1 19 .000 1.500

a. Predictors: (Constant), Pengh.Kena Pajak


b. Dependent Variable: Pengeluaran Pemerintah

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


g. R2 Hasil Regresi Variabel Pengeluaran Pemerintah dengan Pendapatan
Perkapita
Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson
a
1 .856 .733 .719 651.92053 .733 52.223 1 19 .000 .550

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita


b. Dependent Variable: Pengeluaran Pemerintah

h. R2 Hasil Regresi Variabel Investasi dengan Penghasilan Kena Pajak

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .877a .769 .757 1.21606 .769 63.164 1 19 .000 1.361

a. Predictors: (Constant), Pengh.Kena Pajak


b. Dependent Variable: Investasi

i. R2 Hasil Regresi Variabel Investasi dengan Pendapatan Perkapita

Model Summaryb
Change Statistics

Adjusted Std. Error of R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson
a
1 .811 .658 .640 1.47812 .658 36.613 1 19 .000 .704

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita


b. Dependent Variable: Investasi

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


j. R2 Hasil Regresi Variabel Penghasilan Kena Pajak dengan Pendapatan
Perkapita

Model Summaryb

Std. Error Change Statistics

Adjusted of the R Square Sig. F Durbin-


Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 Change Watson

1 .946a .895 .889 506.58769 .895 161.772 1 19 .000 1.595

a. Predictors: (Constant), Pendapatan per Kapita


b. Dependent Variable: Pengh.Kena Pajak

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Anda mungkin juga menyukai