Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN AKHIR FARMAKOGNOSI

PRAKTIKUM IV
SUSUT PENGERINGAN

KELOMPOK B1/7
ANNISA MUSLIMAH A. I1C016022
DIAS NURBAWA L. I1C016034
LIE CLARISSA JELITA I1C016042

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMAS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
I. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan standardisasi mutu
dengan penentuan susut pengeringan simplisia.

II. Dasar Teori


Susut pengeringan merupakan kadar bagian yang menguap dari suatu zat. Kecuali
dinyatakan lain, sebanyak 1 g sampai 2 g zat ditetapkan pada temperatur 105°C selama 30
menit atau sampai bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan mendingin
dalam keadaan tertutup di dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih
rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5°C dan 10°C dibawah
suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu
yang ditentukan atau hingga bobot tetap (Anonim, 1989).
Tujuan dari susut pengeringan adalah untuk memberikan batas maksimal (rentang)
besarnya senyawa yang hilang selama proses pengeringan. Nilai atau rentang yang
diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Agoes, 2007).
Parameter kadar air merupakan banyaknya hidrat yang terkandung dalam bahan.
Tujuan penetapan kadar air adalah untuk memberikan batasan maksimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air di dalam bahan. Nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan
terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Anonim, 2000).Kadar air berhubungan dengan
potensi tumbuhnya mikroorganisme yang dapat menurunkan daya tahan bahan. Parameter ini
juga dapat menggambarkan besaran potensi degradasi senyawa akibat proses hidrolisis atau
degradasi karena mikroorganisme dengan air sebagai pendukungnya (Pramono, 2014).
Air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk yaitu air bebas, air terikat
secara lemah, dan air terikat kuat.
a) Air bebas, terdapat dalam ruang-ruang antarsel dan inter granular dan pori-pori yang
terdapat dalam bahan.
b) Air yang terikat secara lemah karena (teradsorbsi) pada permukaan koloid
makromolekuler seperti protein, pectin, pati, sellulosa. Selain itu, air juga terdispersi di
antara koloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat yang ada dalam sel. Air yang ada
dalam bentuk ini masih tetap mempunyai sifat air bebas dan dapat dikristalkan pada
proses pembekuan. Ikatan antara air dengan koloid tersebut merupakan ikatan hidrogen.
c) Air dalam keadaan terikat kuat yaitu membentuk hidrat. Ikatannya bersifat ionik
sehingga relatif sukar dihilangkan atau diuapkan. Air yang terdapat dalam bentuk bebas
dapat membantu terjadinya proses kerusakan bahan makanan misalnya
prosesmikrobiologis, kimiawi, enzimatik, bahkan oleh aktivitas serangga perusak.
Sedangkan air dalam bentuk lainnya tidak membantu terjadinya proses kerusakan
tersebut diatas. Oleh karenanya kadar air bukan merupakan parameter absolut yang dapat
dipakai untuk meramalkan kecepatan terjadinya kerusakan bahan makanan. Dalam hal ini
digunakan pengertian Aw (Aktivitas air) untuk menentukan kemampuan air dalam proses
kerusakan bahan makanan (Sudarmadji dkk., 1996).
III. Alat dan Bahan
1. Alat
Oven, neraca timbang, cawan penguap, pinset/penjepit kayu, dan desikator
2. Bahan
Simplisia yang dihasilkan pada praktikum I (pembuatan simplisa nabati)

IV. Prosedur Kerja


Simplisia
- Cawan ditimbang dan dipanaskan pada suhu 105˚C selama
30 menit hingga bobot konstan
- Sebanyak ± 2 gram simplisa ditimbang dengan seksama
dengan menggunakan cawan yang telah konstan
- Dipanaskan pada suhu 105˚C selama 60 menit
- Dimasukkan ke dalam desikator hingga suhu kamar
kemudian ditimbang
- Dipanaskan kembali pada suhu 105˚C selama 30 menit
hingga bobot konstan
- Dilakukan penetapan hingga diperoleh bobot konstan
Hasil

V. Data Pengamatan
a. Kelompok 1 (Daun Salam)
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 36,3863 - -
Simplisia 2,043 - -
Cawan + Simplisia 38,4293 38,3137 38,3013
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit
Perhitungan Susut Pengeringan
 Pemanasan 1
38,4293−38,3137
susut= × 100 %=0,3 %
38,4293
 Pemanasan 2
38,4293−38,3013
susut= × 100 %=0,33 %
38,4293

b. Kelompok 2 (Daun Jeruk Nipis)


Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 34,8319 - -
Simplisia 2,002 - -
Cawan + Simplisia 36,8339 36,6321 36,213
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit
Perhitungan Susut Pengeringan
 Pemanasan 1
36,8339−36,6321
susut= ×100 %=0,547 %
36,8339
 Pemanasan 2
36,8339−36,213
susut= × 100 %=0,577 %
36,8339
c. Kelompok 3 (Rimpang Lengkuas)
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 35,1648 - -
Simplisia 2,0125 - -
Cawan + Simplisia 37,1787 36,9694 36,9773
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit
Perhitungan Susut Pengeringan
 Pemanasan 1
37,1787−36,9694
susut= ×100 %=0,576 %
37,1787
 Pemanasan 2
37,1787−36,9773
susut= × 100 %=0,542 %
37,1787
d. Kelompok 4 (Rimpang Kencur)
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 37,1013 - -
Simplisia 2,0033 - -
Cawan + Simplisia 39,1046 38,9342 38,9121
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit

Perhitungan Susut Pengeringan


 Pemanasan 1
39,1046−38,9342
susut= × 100 %=0,435 %
39,1046
 Pemanasan 2
39,1046−38,9121
susut= × 100 %=0,492%
39,1046
e. Kelompok 5 (Herba Seledri)
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 36,9172 - -
Simplisia 1.9963 1,9212 1,9203
Cawan + Simplisia 38,9135 38,8266
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit
Perhitungan Susut Pengeringan
 Pemanasan 1
1.9963−1.9212
susut= ×100 %=3.8 %
1.9963
 Pemanasan 2
1.9963−1,9203
susut= × 100 %=3,8 %
1.9963
f. Kelompok 6 (Rimpang Jahe)
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 34,7648 - -
Simplisia 1.9963 - -
Cawan + Simplisia 36.8366 36.6344 36.6314
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit
Perhitungan Susut Pengeringan
 Pemanasan 1
36.8366−36.6344
susut= ×100 %=0,5 489 %
36.8366
 Pemanasan 2
36.8366−36.6314
susut= ×100 %=0,557 %
36.8366
g. Kelompok 7 (Kunyit)
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 37.7520 - -
Simplisia 2.0273 1.8763 1.8752
Cawan + Simplisia 39.9067 - -
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit
Perhitungan Susut Pengeringan
 Pemanasan 1
2.0273−1.8763
susut= × 100 %=7.448 %
2.0273
 Pemanasan 2
2.0273−1.8752
susut= ×100 %=7.502 %
2.0273
h. Kelompok 8 (Serai)
Berat (gram)
Awal Pemanasan I Pemanasan 2
*Cawan 36.8531 - -
Simplisia 2.0012 - -
Cawan + Simplisia 38.8548 38.6538 38.6531
* Berat cawan setelah pemanasan hingga bobot konstan
Pemanasan 1 = 60 menit
Pemanasan 2 = 30 menit
Perhitungan Susut Pengeringan
 Pemanasan 1
38.8548−38.6538
susut= × 100 %=0,517 %
38.8548
 Pemanasan 2
38.8548−38.6531
susut= ×100 %=0,524 %
38.8548
VI. Pembahasan
praktikum kali ini cawan yang digunakan untuk menentukan susut pengeringan
harus di panaskan terlebih dahulu pada suhu 105⁰C selama 30 menit atau hingga bobot
konstan. Pemanasan dilakukan menggunakan oven tujuannya agar air yang terkandung
dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105˚C
selama waktu tertentu (Anonim, 2012). kelebihan metode oven adalah suhu dan
kecepatan proses pengeringan dapat diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca,
sanitisi dan higiene dapat dikendalikan. Kelemahan metode oven adalah memerlukan
keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi dibanding pengeringan alami
(Anonim, 2012). Setelah cawan dipanaskan baru ditimbang dengan bahan dan dipanaskan
selama 60 menit dan 30 menit pada suhu 105 ˚C. Fungsi dari pemanasan ini untuk
memperoleh bobot konstan dan menentukan perubahan kadar air selama pengeringan
bahan yang mengandung air tinggi hal ini akan menyebabkan perubahan bentuk,
densitas dan porositas bahan.
Perubahan bentuk dan ukuran ini mempengaruhi sifat-sifat fisik dan akhirnya juga
berdampak pada berubahnya tekstur dan sifat transport (transport properties) produk yang
dihasilkan (Yan et al.,2008). Salah satu perubahan fisik yang penting selama pengeringan
adalah pengurangan volume eksternal bahan. Kehilangan air dan pemanasan
menyebabkan tekanan terhadap struktur sel bahan diikuti dengan perubahan bentuk dan
pengecilan ukuran (Yadollahinia & Jahangiri, 2009). Kemudian di masukan dalam
desikator, fungsi dari desikator sebagai tempat menyimpan sampel yang harus bebas air
dan mengeringkan dan mendinginkan sample yang akan digunakan untuk uji kadar air
(Crank, 1975).
Hasil yang didapat dari praktikum susut pengeringan ini ialah pada simplisia daun
salam didapat susut pengeringannya yaitu pada pemanasan pertama 0,3% dan pada
pemanasan kedua 0,33%. Pada Farmakope Herbal Indonesia Edisi I (2008) menyatakan
bahwa susut pengeringan daun salam tidak lebih dari 10%. Dari hasil susut pengeringan
yang didapat sesuai dengan literatur.
Hasil yang didapat untuk susut pengeringan simplisia daun jeruk nipis pada
pemanasan pertama ialah 0,547% dan pada pemanasan kedua ialah 0,577%.
Susut pengeringan simplisia rimpang lengkuas pada pemanasan pertama 0,576%
ialah dan pada pemanasan kedua ialah 0,542%. Menurut Farmakope Herbal Indonesia
(2008), susut pengeringan untuk rimpang lengkuas tidak lebih dari 10%. Dari hasil susut
pengeringan yang didapat sesuai dengan literatur.
Susut pengeringan simplisa rimpang kencur pada pemanasan pertama ialah 0,435%
dan pada pemanasan kedua ialah 0,492%. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2008),
susut pengeringan untuk rimpang kencur tidak lebih 10%. Dari hasil susut pengeringan
yang didapat sesuai dengan literatur.
Susut pengeringan simplisia herba seledri pada pemanasan pertama ialah 3,8% dan
pada pemanasan kedua juga 3,8%.
Susut pengeringan simplisia rimpang jahe pada pemanasan pertama ialah 0,5489%
dan pada pemanasan kedua ialah 0,557%. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2008),
susut pengeringan rimpang jahe tidak lebih dari 10%. Hal ini sesuai antara literatur
dengan hasil susut pengeringan yang didapat.
Susut pengeringan simplisia rimpang kunyit pada pemanasan pertama ialah 7,448%
dan pada pemanadan kedua ialah 7,508%. Menurut Farmakope Herbal Indonesia (2008),
susut pengeringan rimpang kunyit tidak lebih dari 12%. Hal ini sesuai antara literature
dengan hasil susut pengeringan kunyit yang didapat.
Susut pengeringan simplisa serai pada pemanasan pertama ialah 0,517% dan pada
pemanasan kedua ialah 0,524%.
Pada praktikum kali ini, hasil susut pengeringan yang didapat pada kedelapan
simplisia semuanya sesuai dengan literature.

Anda mungkin juga menyukai