Cermatilah bagaimana ajaran islam yang mewajibkan kita mengormati dan mematuhi guru
dengan melihat Ayat Al Quran dan hadits nabi Muhammad SAW
“Katakanlah wahai Muhammad, kalaulah seluruh lautan menjadi tinta untuk menulis
kalimah-kalimah Tuhanku, sudah tentu akan habis kering lautan itu sebelum habis kalimah-
kalimah Tuhanku, walaupun kami tambahi lagi dengan lautan yang sebanding dengannya
sebagai bantuan.”
Nabi Musa, Kaliimullah dengan segenap ketinggian maqomnya di hadapan Allah, tidak
diizinkan untuk mengambil ilmu dari Khidir, sampai akhirnya percakapan berlangsung dan
membuahkan hasil dengan sebuah syarat dari Khidir.
“Khidir berkata, jika engkau mengikuti maka janganlah engkau menanyakanku tentang
sesuatu apapun, sampai aku menerangkannya” (QS. Al Kahfi:70).
Jangan bertanya sampai diizinkan, itulah syarat Khidir kepada Musa. Maka jika seorang guru
tidak mengizinkannya untuk bertanya maka jangalah bertanya, tunggulah sampai ia
mengizinkan bertanya. Kemudian, doakanlah guru setelah bertanya seperti ucapan,
Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain. Banyak dari kalangan salaf berkata,
“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang tuaku dan
guru guruku semuanya.”
Memandangkan kedudukan guru itu sangat mulia, maka sawajarnya mereka dihormati dan
dikenang jasanya sepanjang hayat. Para sahabat dan salaf al-soleh merupakan suri tauladan
umat manusia yang telah memberikan banyak contoh dalam menghormati seorang guru.
Rasulullah sallallahualaihi wasallam bersabda;
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan
menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar
diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)
Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata;
“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan al-Syafi’e melihatku kerana
segan kepadanya.”
Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu
mengatakan;
Manakala Imam al-Syafi’e rahimahullah berkata;
“Dulu aku membolak-balikkan kertas di depan gurunya (Imam Malik) dengan sangat lembut
kerana segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya.”