Anda di halaman 1dari 34

GAMBARAN TINGKAT STRES DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA

MAHASISWI KEPERAWATAN SEMESTER 3 KELAS 2A DI ITSK RS dr.


SOEPRAOEN MALANG

Disusun untuk memenuhi tugas Metodologi Keperawatan

Dosen Pembimbing:

Apriyani Puji Hastuti, S.Kep Ners, M.Kep

Disusun Oleh:

Malikatul Khusniyah (201030)

PRODI D-III KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN


KESDAM V/ BRAWIJAYA MALANG

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya kepada Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dan
tepat waktu serta salam selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad
SAW. Tak lupa pula saya ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu dosen yang
telah membantu dan memberikan arahan dan bimbingannya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul "Gambaran Tingkat Stres
dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Keperawatan Semester 3 kelas 2A di
ITSK RS dr. Soepraoen Malang".

Namun saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat
terbatas, baik dari segi metodologi penulisan, isi dan literatur penulisan makalah
ini. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini dan untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah
berikutnya.

Demikian penulisan Karya Tulis Ilmiah ini saya perbuat dengan


sebenarnya semoga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, saya
mohon maaf apabila ada kesalahan atas Karya Tulis Ilmiah ini, saya ucapkan
terimakasih.

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR .............................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................
2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................
4
2.1 Stres...................................................................................................
4
2.1.1 Definisi....................................................................................
4
2.1.2 Klasifikasi ..............................................................................
5
2.1.3 Penyebab Stres .......................................................................
5
2.1.4 Respons Terhadap Stres .........................................................
7
2.1.5 Tingkat Stres ..........................................................................
9
2.2 Menstruasi ........................................................................................
10

iii
2.2.1 Definisi ...................................................................................
10
2.2.2 Dinamika Siklus Menstruasi ..................................................
10
2.2.3 Fase Siklus Menstruasi ...........................................................
11
2.2.4 Mekanisme Siklus Menstruasi ...............................................
13
2.2.5 Hormon yang Mengontrol Siklus Menstruasi.........................
14
2.2.6 Gangguan dalam Siklus Menstruasi........................................
15
2.2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi ..........
16
2.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Perubahan Siklus
Menstruasi...............................................................................................
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................
20
3.1 Kerangka Konsep .............................................................................
20
3.2 Definisi Operasional .........................................................................
20
3.3 Jenis dan Desain ...............................................................................
21
3.4 Populasi dan Sampel ........................................................................
21
3.4.1 Populasi ..................................................................................
21
3.4.2 Sampel ....................................................................................
22

iv
3.5 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................
...............................................................................................................23
3.5.1 Data Primer ............................................................................
........................................................................................................23
3.5.2 Data Sekunder ........................................................................
........................................................................................................24
3.6 Pengolahan Data dan Analisis data Penelitian .................................
...............................................................................................................24
3.6.1 Pengolahan Data .....................................................................
........................................................................................................24
3.6.2 Analisis Data ..........................................................................
........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia masalah kesehatan reproduksi masih memprihatinkan


karena penyebaran penduduk yang belum merata tingkat sosial ekonomi dan
pendidikan belum memadai serta tingkat kesehatan belum terjangkau. Pada
umumnya sebagian perempuan mengalami ketidaknyamanan yang dirasakan
sebelum menstruasi dengan gejala bervariasi, sehingga mampu mengganggu
aktivitas sehari-hari. Persentase remaja putri yang berusia antara 15–19 tahun
di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami perubahan siklus menstruasi yang
tidak teratur yaitu sebanyak 8,7 %. Alasan perubahan siklus menstruasi yang
tidak teratur pada perempuan usia 15–19 tahun di Sulawesi Tenggara adalah
0,5 % karena sakit, 4,6 % karena masalah hormonal, 2,3 % karena masalah
berat badan, 6,9 % karena faktor stres, 11,3 % lain-lain, dan 15,7 % tidak
mengetahui alasannya. (Ferdiansyah, 2014).

Remaja pada umunya mengalami pencarian jati diri atau keutuhan


diri, itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial,
fisiologi dan psikologis didalam diri mereka maupun ditengah masyarakat
tempat mereka hidup. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka.
Ada dua alasan hal itu terjadi yaitu pertama, ketika masih anak-anak, seluruh
masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang
membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah.
Kedua, karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai
gengsi dan menolak bantuan dari orang dewasa.

Salah satu yang terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan


reproduksi berkaitan dengan peristiwa menstruasi, yang ditentukan oleh
proses somato-psikis, yang sifatnya kompleks yang meliputi hormonal,
psikososial, dan salah satunya siklus menstruasi dan sering disertai dengan

1
gangguan fisik dan mental yang bisa menyebabkan salah satunya yaitu
pikiran, adanya kecemasan dan stres. yang bisa menyebabkan salah satunya
yaitu pikiran, adanya kecemasan dan stres.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut diatas, maka


peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran tingkat stress
dengan siklus menstruasi pada mahasiswi keperawatan semester 3 kelas 2A di
ITSK RS dr. Soepraoen”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas maka peneliti dapat
merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah Gambaran Tingkat
Stres dengan Siklus Menstruasi pada Mahasiswi Keperawatan Semester 3
kelas 2A di ITSK RS dr. Soepraoen Malang?”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tingkat stres dengan siklus menstruasi pada
mahasiswa keperawatan semester 3 kelas 2A di ITSK RS dr. Soepraoen.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa
keperawatan semester 3 kelas 2A di ITSK RS dr. Soepraoen.
b. Diketahuinya gambaran siklus menstruasi pada mahasiswa
keperawatan semester 3 kelas 2A di ITSK RS dr. Soepraoen.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi


Sebagai bahan masukan bagi institusi akademik di ITSK RS dr. Soepraoen
untuk sebagai bahan referensi, administrasi perpustakaan bagi mahasiswa-
mahasiswi dilingkungan akademik.
2. Bagi Responden

2
Sebagai bahan informasi bagi mahasiswi ITSK RS dr. Soepraoen untuk
memahami tentang hubungan tingkat stres dengan perubahan siklus
menstruasi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya
khususnya bagi program studi keperawatan yang berhubungan dengan
penelitian tentang tingkat stres dengan perubahan siklus menstruasi.

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 STRES
2.1.1 Definisi
Istilah ‘stres’ digunakan oleh masyarakat luas dan memiliki banyak
pengertian tersendiri. Sampai saat ini, perdebatan tentang definisi stres
masih berlangsung hangat, sehingga masih belum ada kesepakatan antar
peneliti tentang definisi stres (Contrada dan Baum, 2011). Berdasarkan
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2020), stres adalah gangguan atau
kekacauan mental dan emosional yang disebabkan oleh faktor luar
(KBBI, 2020). Namun, secara garis besar, terdapat 3 prinsip dalam
mendefinisikan stres, diantaranya:
1. Stimulus, yaitu definisi yang menggambarkan stres
sebagai dampak dari suatu tekanan dari lingkungan luar.
2. Respons, yaitu definisi yang menggambarkan stres sebagai
respon seseorang terhadap stimulus yang merugikan atau
membahayakan. Respon tersebut dapat berupa respon
fisiologis, yang dibentuk oleh aktivitas simpatis adrenal-
medulla atau aktivitas pituitari-adrenal-kortikal, dan
respon psikologis.
3. Proses dinamik, yaitu definisi yang menggambarkan stres
sebagai proses dinamik yang mencerminkan faktor
eksternal dan internal seseorang. Prinsip ini menjelaskan
bahwa tingkat stres yang dimiliki seseorang dipengaruhi
oleh tuntutan dari dirinya sendiri dan tuntutan dari
lingkungan sekitar.
Dalam persepsi biomedis, stres didefinisikan sebagai
bagian yang memberi respon terhadap stimulasi yang
merugikan. Dalam persepsi psikologis, stres didefinisikan
sebagai proses interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Kemudian, dalam persepsi kesehatan psikologis, stres

4
didefinisikan sebagai penggabungan dari efek patologis antara
individu dengan lingkungannya.(Handarini & Wulandari,
2020).
2.1.2 Klasifikasi
Stericker dan Show (2013), menggolongkan stres berdasarkan
persepsi individu terhadap stimulus stres yang dialaminya
(Shahsavarani et al., 2015). Penggolongan ini dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
1. Eustres, adalah stres yang bersifat menyenangkan dan
merupakan pengalaman yang memuaskan. Eustres dapat
meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan
performansi individu. Eustres juga dapat meningkatkan motivasi
individu untuk menciptakan sesuatu, misalnya seperti karya
seni.
2. Distres, adalah stres yang merusak atau bersifat tidak
menyenangkan. Stres dirasakan sebagai suatu keadaan dimana
individu mengalami rasa cemas, ketakutan, khawatir, atau
gelisah, sehingga individu mengalami keadaaan psikologis yang
negatif, menyakitkan, dan timbul keinginan untuk
menghindarinya.
Kemudian, stres juga dapat digolongkan berdasarkan lama
waktu individu terpapar dengan stimulus stres yang dialaminya
(Handarini & Wulandari, 2020). Penggolongan ini juga dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Stres Akut, adalah stres yang terjadi sesaat setelah seseorang
mengalami suatu kejadian. Stres jenis ini biasa terjadi pada
suatu kejadian yang jarang terjadi, misalnya stres pasca
bencana alam, atau cukup sering terjadi, misalnya stres saat
ujian.
2. Stres Kronik, adalah stres yang terjadi dalam jangka waktu
yang lama, misalnya stres dalam pekerjaan.
2.1.3 Penyebab Stres

5
Stres dapat terjadi setiap saat dalam hidup. Semua individu dari
berbagai usia dapat mengalami stres. Namun, sumber-sumber penyebab
stres tersebut dapat berubah seiring dengan pertambahan usia. Kondisi
psikologis ataupun fisik yang dapat menimbulkan stres disebut stressor.
Stressor dapat berupa stimulus fisik, seperti penyakit kronik, atau
stimulus psikologis, seperti kehidupan sosial.
Kemudian, stressor dapat dikelompokkan berdasarkan tiga sumber
(Sarafino dan Smith, 2011), yaitu:
a. Sumber dari dalam Individu
Terkadang stres dapat bersumber dari diri sendiri, seperti penyakit
kronis, konflik di dalam diri, ataupun tujuan hidup yang tidak
tercapai. Penyakit kronis dapat menimbulkan desakan fisik dan
psikologis kepada individu, sehingga akan menimbulkan tingkat
stres yang beragam, sesuai dengan umur dan variabel lain. Stres
juga dapat tumbuh akibat adanya konflik yang terjadi dalam diri
seseorang. Konflik terjadi apabila terdapat dua motivasi yang
bertentangan secara simultan, baik dari diri sendiri, lingkungan,
ataupun keduanya.
b. Sumber dari dalam Keluarga
Bukan merupakan hal yang aneh apabila stres seseorang timbul
akibat orang-orang terdekat. Keluarga dapat memberi kenyamanan,
tetapi juga dapat menjadi sumber konflik dan tekanan pada seorang
individu. Masalah interpersonal dapat timbul dari masalah
keuangan, perilaku tidak toleransi, atau perbedaan pendapat. Selain
itu, keluarga juga dapat menimbulkan tingkat stres yang tinggi
dalam diri individu, seperti hadirnya anggota keluarga baru,
perceraian, ataupun kematian anggota keluarga.
c. Sumber dari dalam Komunitas
Kontak dengan masyarakat luar dapat memberikan dampak stres
yang cukup signifikan. Pada anak-anak, stres biasa ditimbulkan
akibat kondisi-kondisi di lingkungan sekolah, seperti kompetisi
atau pertandingan. Sedangkan pada orang dewasa, stres yang

6
timbul cenderung berhubungan dengan kondisi di lingkungan kerja.
Kondisi lingkungan seseorang juga dapat menjadi penyebab stres,
seperti suara berisik atau keramaian. Kondisi yang ramai dan sesak
dapat mengurangi respon diri terhadap lingkungan sekitar dan
menahan diri seseorang untuk bergerak secara bebas. Kondisi
lingkungan lain, seperti perang atau terorisme, juga dapat
menimbulkan perasaan terancam, sehingga dapat menimbulkan
stres dan penurunan kesehatan.
2.1.4 Respons terhadap stres
Stimulus stres yang potensial dapat memberikan tekanan dan
mempengaruhi kondisi biologis, psikologis, dan sosial individu,
sehingga akan menyebabkan timbulnya perubahan dalam hidup.
Perubahan tersebut diakibatkan oleh adanya respon tubuh terhadap
stressor. Respon stres dapat dilihat melalui berbagai aspek (Sarafino
dan Smith, 2011), yaitu:
1. Aspek Fisiologis
Respons fisiologis individu terhadap stressor, atau tekanan,
disebut ‘reaktivitas’. Peneliti menjelaskan reaktivitas sebagai
ukuran perbandingan terhadap ambang batas stimulus yang
potensial untuk menimbulkan stres pada individu. Faktor genetik
dan kondisi mental, misalnya stres kronik, juga dapat
mempengaruhi reaktivitas individu terhadap stressor yang
muncul. Respons fisiologis, atau ‘reaktivitas’, yang timbul
ditandai dengan munculnya respons ‘fight-or-flight’ pada
individu. Pada respon ‘fight-or-flight’, persepsi terhadap bahaya
akan mengaktifkan sistem saraf simpatis dan menstimulasi
banyak organ, seperti jantung dan kelenjar adrenal. Oleh sebab
itu, respons fisiologis terhadap stressor dapat ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah, detak jantung, detak nadi, dan
sistem pernafasan, sebagai efek dari meningkatnya sistem saraf
simpatis.
2. Aspek Psikososial

7
Sistem biologis, psikologis, dan sosial dapat mempengaruhi satu
sama lain untuk membentuk suatu aspek psikososial dalam
individu. Reaksi psikososial terhadap stres meliputi:
a. Respons Kognitif
Stres dapat merusak fungsi kognitif dengan
mengganggu perhatian, misalnya individu yang tinggal pada
lingkungan bising. Suasana yang bising menyebabkan
individu tersebut harus mengubah fokus antara suara yang
harus di dengar dan tidak harus didengar. Namun, tidak
hanya stres dapat mempengaruhi kognitif seseorang, tetapi
kondisi kognitif juga dapat mempengaruhi tingkat stres
seseorang, misalnya seseorang yang mengkhawatirkan hasil
ujiannya saat sedang mengerjakan ujian. Hubungan dua
arah antara stres dan kognitif sangat penting dalam proses
berpikir, yang dikenal dengan ‘executive functioning’.
‘Executive functioning’ merupakan kemampuan kognitif
seseorang untuk menentukan regulasi dan arah pikiran,
seperti memfokuskan perhatian, menghambat respon atau
impuls yang tidak dibutuhkan, mengatur kapasitas memori,
dan memilah berbagai macam respon yang dibutuhkan
tubuh.
b. Respon Emosional
Individu dari berbagai usia dapat mengekspresikan
emosi yang dimilikinya. Emosi cenderung hadir
berdampingan dengan stres, dan masyarakat sering
menggunakan kondisi emosional mereka untuk
mengevaluasi stres yang dihadapi. Rasa takut adalah reaksi
emosional yang sering terjadi. Reaksi ini dapat
menyebabkan ketidaknyamanan dalam aspek fisiologis dan
psikologis.
c. Respon Tingkah Laku

8
Stres dapat mengubah perilaku seseorang terhadap
lingkungan, misalnya pada situasi bencana alam. Beberapa
kondisi stres yang terjadi saat bencana alam dapat
menuntun masyarakat untuk berbuat baik dan membantu
sesama. Namun, di sisi lain, kondisi tersebut juga dapat
membuat masyarakat malas untuk bersosialisasi dan apatis
terhadap sesama. Stres yang ditimbulkan akibat
diskriminasi sosial dapat meningkatkan perilaku agresif
pada individu.
2.1.5 Tingkat Stres
Menurut buku ‘Potter and Perry's Fundamentals of Nursing-4th
Edition’, tingkat stres dibagi menjadi tiga bagian (Crisp et al., 2013),
yaitu:
1. Stres Ringan
Stres ringan adalah stres yang tidak mengganggu aspek
fisiologisseseorang, sehingga tidak menimbulkan penyakit,
kecuali bila dihadapi secara terus menerus. Stres jenis ini
umumnya dirasakan oleh setiap orang dan dialami dalam jangka
waktu menit hingga jam, seperti tertidur, kemacetan, kritik dari
orang lain, dan terlambat.
2. Stres Sedang
Stres sedang adalah stres yang dapat mengganggu aspek fisiologis
seseorang. Stres jenis ini umumnya dialami dalam jangka waktu
jam hingga hari, seperti perselisihan dalam keluarga atau konflik
yang belum terselesaikan.
3. Stres Berat
Stres berat adalah stres yang berlangsung dalam jangka waktu
minggu hingga tahun. Stres ini dapat disebabkan oleh
permasalahan yang tidak terselesaikan, seperti keluarga yang
tidak harmonis, kemiskinan, dan penyakit kronis. Stres jenis ini
dapat menurunkan atau memperparah kondisi kesehatan individu
yang mengalaminya.

9
2.2 MENSTRUASI
2.2.1 Definisi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus yang disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium.
Menstruasi adalah penumpahan lapisan uterus yang terjadi setiap
bulan berupa darah dan jaringan, yang dimulai pada masa pubertas,
ketika seorang perempuan mulai memproduksi cukup hormon
tertentu (kurir kimiawi yang dibawa didalam aliran darah) yang
menyebabkan mulainya aliran darah ini. (Ferdiansyah, 2014).
2.2.2 Dinamika Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan waktu sejak hari pertama
menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya.
Sedangkan panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal
mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi
berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Karena jam mulainya menstruasi tidak diperhitungkan dan
tepatnya waktu keluar menstruasi dari ostium uteri eksternum tidak
dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1
hari. Dalam satu siklus terjadi perubahan pada dinding rahim
sebagai akibat dari produksi hormon-hormon oleh ovarium, yaitu
dinding rahim makin menebal sebagai persiapan jika terjadi
kehamilan. (Ferdiansyah, 2014).
Siklus menstruasi perempuan normal berkisar antara 21-35 hari
dan hanya 10-15 persen perempuan yang memiliki siklus
menstruasi 28 hari. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi
oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus menstruasi gadis usia
12 tahun ialah 25,1 hari, pada perempuan usia 43 tahun 27,1 hari,
dan pada perempuan usia 55 tahun 51,9 hari. Setiap bulannya,
menstruasi berlangsung sekitar 3-7 hari. Setelah hari kelima dari
siklus menstruasi, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai
persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Pada

10
sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan, endometrium
meluruh dan terjadilah siklus berikutnya. (Ferdiansyah, 2014).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada
umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari
masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri
dari fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur
dengan darah yang banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair,
tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan
dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.
Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh
suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif didalam endometrium.
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal
selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa
kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr
per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini
mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah
yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus
tersebut atau 150 sampai 400 mg pertahunnya.
2.2.3 Fase Siklus Menstruasi
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antara 2
siklus bisa berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan
mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini adalah normal, setelah beberapa
lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan lamanya
menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender.
Dengan menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda
setiap bulannya. Setelah beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola
siklus anda dan hal ini akan membantu anda dalam memperkirakan
siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1 dengan tanda
silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian
Anda dapat mengetahui siklus Anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi,
endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan

11
terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan. Sekitar hari ke- 14,
terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel telur ini masuk
ke dalam salah satu tuba falopi dan didalam tuba bisa terjadi
pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan
masuk ke dalam rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka
endometrium akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus
menstruasi). Siklus ini berlangsung selama 3-5 hari kadang sampai
7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan endometrium kemudian
dimulai lagi pada siklus ovarium. Siklus menstruasi dibedakan
menjadi 4 fase, yaitu:
1) Fase Menstruasi atau Dekuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus
disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh.
Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri
dangan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi,
sel-sel epitel dan struma yang mengalami disintegrasi dan
otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar
vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari.
2) Fase Pasca Menstruasi atau Fase Regenerasi Luka
endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar
berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput
lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah
mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4
hari.
3) Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5
mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14
dari siklus menstruasi. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3
subfase, yaitu:
1) Fase Proliferasi Dini (Early Proliferation Phase)
Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase

12
ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis
dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut
kelenjar.
2) Fase Proliferasi Madya (Mid Proliferation Phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10.
Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal
dari epitel permukaan yang berbentuk torak dan
tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti
berbentuk telanjang (nake nukleus).
3) Fase Proliferasi Akhir (Late Proliferation) Fase ini
berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase
ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak
rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar
membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh
aktif dan padat.
4) Fase Pra Menstruasi atau Fase Sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung
dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini
endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata.
Didalam endometrium tertimbun glikogen dan
kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk
telur yang dibuahi.
2.2.4 Mekanisme Siklus Menstruasi
Hormon steroid, estrogen, dan progesteron mempengaruhi
pertumbuhan endometrium. Dibawah pengaruh estrogen endometrium
memasuki fase ploriferasi sesudah ovulasi, endometrium memasuki
fase sekresi dibawah pengaruh progesteron. Dengan menurunnya kadar
estrogen dan progesteron pada akhir siklus menstruasi, terjadilah regresi
endometrium yang kemudian diikuti oleh perdarahan yang dikenal
dengan nama menstruasi. Mekanisme menstruasi belum diketahui

13
seluruhnya, selain faktor hormonal, maka ada beberapa faktor lain yang
ikut berperan. Faktor-faktor tersebut ialah:
a. Faktor Enzim
Dalam fase proliferasi, estrogen mempengaruhi tersimpannya
enzim-enzim hidrolitik tersebut dilepaskan dan merusak bagian
dari sel-sel yang berperan dalam sintesis protein. Akibatnya
terjadi gangguan dalam metabolisme endometrium yang
mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
b. Faktor Vaskuler
Fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam
lapisan fungsional endometrium dalam hal ini pertumbuhan
arteri, vena, dan hubungan diantaranya dengan terjadinya regresi
endometrium, maka timbul statis dalam vena serta saluran-
saluran yang menghubungkannya dengan arteri yang akhirnya
terjadi nekrosis, perdarahan, dan hematom baik dari arteria
maupun dari vena.
c. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin. Dengan
desigentrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan
menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor
untuk membatasi perdarahan pada menstruasi.
2.2.5 Hormon yang Mengontrol Siklus Menstruasi
Pematangan folikel dan ovulasi dikontrol oleh hipotalamus–
pituitary ovarium axis. Hipotalamus mengontrol siklus, tetapi
hipotalamus dapat dipengaruhi oleh stimulus yang lebih tinggi diotak
misalnya kecemasan dan stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi.
Hipotalamus memacu kelenjar hipofisis dengan mensekresi
gonadotroping-releasing hormon (GnRH).
Sekresi GnRH melalui pembuluh darah kecil disistem pembuluh
darah portal kelenjar hipofisis ke hipofisis anterior, gonadotropin
hipofisis mengatur sintesis dan pelepasan follicle-stimulating hormone
(FSH) dan luteining hormone (LH).

14
Follicle stimulating hormone (FSH) adalah hormone glikoprotein
yang memacu pematangan folikel selama fase folikuler dari siklus
menstruasi. FSH juga membantu LH memacu sekresi hormon steroid,
terutama estrogen oleh sel granulose dari folikel matang. LH juga
termasuk glikoprotein, LH ikut dalam steroidogenosis dalam folikel dan
berperan penting dalam ovulasi yang tergantung pada midcicle surge
dari LH. Produksi progesteron oleh korpus luteum juga dipengaruhi
oleh LH.
2.2.6 Gangguan dalam Siklus Menstruasi
a. Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya menstruasi sedikitnya tiga
bulan berturut-turut. Amenorea primer apabila seorang wanita
berumur 18 tahun keatas tidak pernah dapat menstruasi, sedangkan
pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat menstruasi
tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya
mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk
diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-
kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk
kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan
wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor,
penyakit infeksi, dan lain-lain.
b. Polimenorea atau Epimenoragia
Polimenorea adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa
yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama
atau lebih banyak dari biasa. Polimenorea merupakan gangguan
hormonal dengan umur korpus luteum memendek sehingga siklus
menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena
keduanya.
c. Oligomenorea
Oligomenore merupakan suatu keadaan dimana siklus haid
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap

15
sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami haid
yang lebih jarang dari pada biasanya. Namun, jika berhentinya
siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut
dikenal sebagai amenorea sekunder.23 Oligomenorea biasanya
terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormone tersebut
menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi memanjang,
sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering
terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun
beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea
yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal yang
terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus,
hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya haid pertama dan
menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan
keseimbangan hormon dalam tubuh.
2.2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah
sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan Hormon
Ketidakseimbangan Hormon Menstruasi iregular dapat
disebabkan terlalu banyak atau sedikit hormon, yang dapat
disebabkan oleh masalah tiroid, sindrom polikistik ovarium,
obat-obatan, premenopause, sakit, gaya hidup, olah raga
berlebihan, dan stres.
b. Stres
Beban pikiran sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh,
termasuk periode menstruasi. Kondisi pikiran yang tidak stabil
dapat menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan kortisol. Hal
ini berefek pada estrogen, progesteron dan menurunkan
produksi gonadotropin- releasing hormone (GnRH) sehingga
menghambat terjadinya ovulasi atau menstruasi.
c. Penyakit

16
Siklus menstruasi yang tidak teratur dalam waktu lama
merupakan tanda-tanda adanya penyakit pada saluran
reproduksi. Misalnya, fibroid, kistas, endometriosis, polip,
sindrom polikistik ovarium, infeksi pada saluran reproduksi
maupun kelainan genetik.
d. Perubahan Rutinitas
Perubahan rutinitas dalam hidup dapat berpengaruh pada kondisi
fisik. Misalnya, mereka yang harus berganti jam kerja dari pagi
menjadi malam. Hal ini biasa terjadi hingga tubuh
menyesuaikan dengan siklus atau rutinitas baru.
e. Berat Badan
Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi
menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang
menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat
tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan berat badan.
Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan
anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan
yang berat dapat menimbulkan amenorrhea.

2.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Perubahan Siklus Menstruasi


Stresor
Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit.
Salah satunya menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada
menstruasi. Kebanyakan wanita mengalami sejumlah perubahan dalam
siklus menstruasi selama masa reproduksi. Dalam pengaruhnya terhadap
siklus menstruasi, stres melibatkan sistem neuro endokrinologi sebagai
sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita.(Ferdiansyah,
2014).
Stres dapat mempengaruhi siklus menstruasi, karena pada saat stres,
hormon stres yaitu hormone kortisol sebagai produk dari glukokortioid
korteks adrenal yang disintesa pada zona fasikulata bisa mengganggu
siklus menstruasi karena mempengaruhi jumlah hormon progesteron

17
dalam tubuh. Jumlah hormon dalam darah yang terlalu banyak inilah
yang dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi.
Gangguan pada siklus menstruasi ini melibatkan mekanisme regulasi
intergratif yang mempengaruhi proses biokimia dan seluler seluruh tubuh
termasuk otak dan psikologis. Pengaruh otak dalam reaksi hormonal
terjadi melalui jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium yang meliputi
multiefek dan mekanisme kontrol umpan balik. Pada keadaan stres
terjadi aktivasi pada amygdala pada sistem limbik. Sistem ini akan
menstimulasi pelepasan hormon dari hipotalamus yaitu corticotropic
releasing hormone (CRH). Hormon ini secara langsung akan
menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya
dinukleus arkuata. Proses ini terjadi melalui penambahan sekresi opioid
endogen.
Peningkatan CRH akan menstimulasi pelepasan endorphin dan
adrenocorticotropic hormone (ACTH) ke dalam darah. Endofrin sendiri
diketahui merupakan opiat endogen yang peranannya terbukti dapat
mengurangi rasa nyeri. Peningkatan kadar ACTH akan menyebabkan
peningkatan pada kadar kortisol darah. Pada wanita dengan gejala
amenore hipotalamik menunjukkan keadaan hiperkortisolisme yang
disebabkan adanya peningkatan CRH dan ACTH.
Hormon-hormon tersebut secara langsung dan tidak langsung
menyebabkan penurunan kadar GnRH, dimana melalui jalan ini maka
stres menyebabkan gangguan siklus menstruasi. Dari yang tadinya siklus
menstruasinya normal menjadi oligomenorea, polimenorea atau
amenorea. Gejala-gejala ini umumnya bersifat sementara dan biasanya
akan kembali normal apabila stres yang ada bisa diatasi.
Tubuh akan bereaksi saat mengalami stres. Faktor stres ini dapat
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang
menunjukan keadaan stres adalah adanya reaksi yang muncul yaitu
menegangnya otot tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres yang
menyebabkan tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan
meningkat. Disisi lain saat stres, tubuh akan memproduksi hormon

18
adrenalin, estrogen, progesteron serta prostaglandin yang berlebihan.
Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara
berlebihan, sedangkan progesteron bersifat menghambat kontraksi.

Kerangka Teori

Gambar 2.3

19
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin


diamati atau diukur melalui penelitian yang dilakukan. Berdasarkan
landasan teoritis yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan maka
dapat dirangkumkan kerangka berpikir peneliti dalam bentuk sebuah
kerangka konsep seperti yang digambarkan di bawah ini:

20
3.2 Definisi Operasional

VARIABEL DEFINISI ALAT INDIKATOR SKALA


OPERASIONAL UKUR PENILAIAN

(Independent) Respon individu Kuisioner Tinggi:7-10 Interval


ketika merasa tertekan Sedang: 4-6
Stres dengan kondisi yang
Rendah:1-3
dialaminya seperti
perasaan gelisah,
cemas, sedih, dan
marah

(Dependent) Jarak waktu sejak hari Kuisioner Normal: 21-35 Interval


pertama menstruasi hari
Siklus sampai datangnya Tidak normal:
Menstruasi menstruasi berikutnya <21 hari atau
>35 hari

3.3 Jenis dan Desain

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan study


crossectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan
pengukuran atau pengamatan dilakukan pada satu waktu bersamaan
(sekali waktu), untuk melihat gambaran tingkat stres dengan siklus
menstruasi pada mahasiswi keperawatan semester 3 kelas 2A di ITSK RS
dr. Soepraoen Malang.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau


subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. (Ferdiansyah, 2014)

21
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi
keperawatan semester 3 kelas 2A di ITSK RS dr. Soepraoen
sebanyak 37 orang mahasiswi.

3.4.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi keperawatan


semester 3 kelas 2A di ITSK RS dr. Soepraoen yang mengalami
menstruasi, dengan tekhnik pengambilan sampel non probability
sampling yaitu dengan teknik purposive sampling yang merupakan
teknik sampling dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini tidak
memberikan peluang yang sama dari setiap anggota populasi, yang
bertujuan tidak untuk generalisasi yang berasas pada probabilitas
yang tidak sama. (Ferdiansyah, 2014) Jumlah sampel pada
penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin yaitu:

N
n=
N ( a ) +1
2

Keterangan:

N = Besar populasi

n = Besarnya sampel

α2 = Tingkat kepercayaan yang diinginkan = 0,102

jadi, jumlah sampel pada penelitian in adalah:

36
n=
36 ( 0,102 ) +1

36
n=
36 ( 0,01 ) +1

36
n=
0,36+1

36
n=
1,36

22
n=26,470

n=26

Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 26 responden yang


memenuhi kriteria penelitian. Adapun kriteria sampel dibagi atas
kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman
dalam menentukan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini adalah:
1. Semua mahasiswi keperawatan semester 3 kelas 2A di
ITSK RS dr. Soepraoen yang mengalami menstruasi.
2. Mahasiswi keperawatan semester 3 kelas 2A yang
bersedia untuk menjadi responden.
3. Mahasiswi dengan status registrasi aktif.
4. Mahasiswi yang mengalami menstruasi selama 1 tahun.
5. Mahasiswi yang dalam keadaan sehat.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau
mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari
studi karena berbagai sebab. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kriteria eksklusi sebagai berikut:
1. Mahasiswi yang tidak bersedia untuk menjadi
responden.
2. Mahasiswi dengan status registrasi tidak aktif.
3. Mahasiswi yang tidak mengalami menstruasi.
4. Siswi yang tidak sehat.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

23
Untuk memperoleh data primer yaitu dilakukan dengan cara
mengedarkan suatu pernyataan yang berupa formulir.
Langkah–langkah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:

a. Sebelum kuisioner diberikan kepada responden, peneliti


memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan
tentang isi kuisioner yang diberikan pada responden.
b. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka
responden diminta kesediaannya untuk mengisi kuisioner.
c. Jika responden telah menyatakan bersedia, maka kuisioner
diberikan dan dijelaskan cara pengisian kuisioner.
d. Setelah kuisioner selesai diisi oleh responden, maka
kuisioner dikumpulkan dan dilakukan pengolahan data.

3.5.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari ITSK RS dr. Soepraoen yang


digunakan sebagai pelengkap dan data penunjang data primer
yang ada prevalensinya untuk keperluan penelitian.

3.6 Pengolahan Data dan Analisis Data Penelitian

3.6.1 Pengolahan Data

a. Editing
Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan ulang
kelengkapan format kuisioner dan mengecek kembali
kemungkinan kesalahan pengisian.
b. Koding
Setiap jawaban dikonversi ke dalam angka-angka sesuai
dengan format kode yang telah disiapkan untuk mempermudah
dalam pengolahan data berikutnya.
c. Tabulasi

24
Penyajian data dalam bentuk tabel yang diolah dengan
menggunakan komputer.

3.6.2 Analisis Data

Data yang akan dikumpulkan terlebih dahulu diedit baik


pada waktu dilapangan maupun pada saat memasukkan data ke
dalam komputer. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kebenaran
data. Setelah itu dilakukan koding kemudian data dimasukkan
kedalam tabel sesuai dengan tujuan penelitian dan diolah secara
elektronik dengan menggunakan program komputer Microsoft
Office Excel versi 2010.

Kemudian data dianalisa melalui persentase dan


perhitungan jumlah dengan cara menggunakan analisa univariat
dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan
menggunakan tabel distribusi frekuensi sehingga menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.

25
26
DAFTAR PUSTAKA

Ferdiansyah, L. O. (2014). Gambaran Tingkat Stres Dengan Siklus Menstruasi


Pada Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wangi-Wangi Kab. Wakatobi.
Kebidanan Dan Keperawatan..

KBBI, 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pengertian Stres.


https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/stres
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Contrada, R. J., & Baum, A. 2011. The Handbook of Stres Science. Biology
Psychology and Health. New York: Springer Publishing Company
Shahsavarani A. et al,. 2015. Stress: Facts and Theories through Literature
Review. International Journal of Medical Reviews, Volume 2 No.2.
Ambarwati, et al. 2017. GAMBARAN TINGKAT STRES MAHASISWA. Jurnal
Keperawatan Jiwa (JKJ). Volume 5 No.1
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV
Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Rakhmawati A., (2012), Hubungan Tingkat Stres dan Obesitas dengan Kejadian
Gangguan Siklus Menstruasi pada Wanita Dewasa Muda (on line) Fakultas
Kedokteran Universitas Di Ponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id,
di akses 15 Mei 2014
Riset Kesehatan Dasar, (2010), Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Tahun 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
http://akademikciamik2010.files.wordpress.com, diakses 18 Mei 2014.
Sugiyono, (2012), Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai