Anda di halaman 1dari 88

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.

D P1A0
DENGAN BENDUNGAN SALURAN AIR SUSU IBU (ASI )
DI RB MARGA WALUYA SURAKARTA
TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Uji Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh:

AULIA UTAMI DEWI


NIM B09 008

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY D P1A0


DENGAN BENDUNGAN SALURAN AIR SUSU IBU (ASI)
DI RB MARGA WALUYA SURAKARTA
TAHUN 2012

Diajukan Oleh :

AULIA UTAMI DEWI

NIM : B09008

Telah diperiksa dan disetujui

Pada Tanggal Juli 2012

Pembimbing

(Estri Kusumawati, S.ST)


NIK 201187066

ii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.D P1A0


DENGAN BENDUNGAN SALURAN AIR SUSU IBU (ASI)
DI RB MARGA WALUYASURAKARTA
TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan oleh :
AULIA UTAMI DEWI
NIM : B09008

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah


Akhir Program DIII Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
Pada Tanggal .... Juli2012

Penguji I Penguji II

(DHENY ROHMATIKA, S.SiT) (ERNAWATI, S.ST)


NIK 200582015 NIK 200886033

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Ahli Madya Kebidanan

Mengetahui,
Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes KUSUMA HUSADA Surakarta

(DHENY ROHMATIKA, S.SiT)


NIK 200582015

iii
CURICULUM VITAE

Foto 3×4

Nama : Aulia Utami Dewi

Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 26 Agustus 1992

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jetak Pabrik, RT 02 / RW 01 , Jetak, Sidoharjo,

Sragen.

Riwayat pendidikan

1. SDN 02 JETAK LULUS TAHUN 2003

2. SMPN 02 SIDOHARJO, SRAGEN LULUS TAHUN 2006

3. SMAN3 SRAGEN LULUS TAHUN 2009

4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Angkatan 2009/2010

iv
MOTTO

v Pada saat melahirkan bayi, setiap perempuan mempunyai aura asing yang sama,
seolah-olah dia tak tahu malu, sendiri.
(Boris Paqsternak)
v Baik terlihat karena ada buruk, sukses terasa karena ada gagal, naik indah kalau
pernah turun, kesucian bergetar karena keluar dari kekotoran.
(Franklin P. Jones)
v Membantu anak-anak bertumbuh, membantu keluarga bertumbuh, membantu
masyarakat bertumbuh, di situ juga kebahagiaan bertumbuh.
(Franklin P. Jones)

v “Obat adalah sebuah seni, karunia dari alam, peraturan bagi pasien, dan
mempunyai prinsip tindakan dan alasan pada setiap kasus.

(Plato - Filsof Yunani)

v “Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat
suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya
ia dengan kemajuan selangkah pun”.
(Bung Karno)

v
PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada :

v Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

v Bapak, Ibu tercinta terima kasih atas segala doa, dukungan, serta kasih sayang

selama ini.

v Dosen Pembimbing “Ibu Estri Kusumawati, S.ST” terima kasih atas segala

bimbingannya, dari awal hingga akhir dalam pembuatan tugas akhir Karya Tulis

Ilmiah.

v Dokter Agus, SPOT , dr. Bintang, SPOT, Mahhaiu, yang memberiku suntikan

untuk tetap berdiri dan semangat.

v Saudaraku yang mendukung dan memberikan canda tawanya.

v Teman-teman senasib seperjuangan.

v Almamater tercinta.

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karta Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul ” Asuhan Kebidanan Ibu

Nifas pada Ny. D P1A0 dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu di RB Marga

Waluya Surakarta”. KTI ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai

pihak, KTI ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Hartati, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Kaprodi D III Kebidanan STIKes Kusuma

Husada

3. Estri Kusumawati, S.ST, selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan teori dan metode penelitian dalam penulisan KTI.

4. Trisiwi Tjipto Palupi, Amd.Keb, S.KM, M.Kes, selaku kepala RB Marga

Waluya Surakarta yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian.

5. Seluruh Dosen Prodi Diploma III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta yang

telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan KTI ini.

6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan kasih

sayang kepada saya.

vii
7. Ny. D beserta keluarga yang telah bersedia menjadi responden dalam

pembuatan KTI ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan KTI ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan KTI

ini. Oleh karena itu, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan-masukan

dari semua pihak yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan KTI ini.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

viii
Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
Program Studi D III Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012
Aulia Utami Dewi
B09. 008

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. D P1A0


DENGAN BENDUNGAN SALURAN AIR SUSU IBU (ASI)
DI RB MARGA WALUYA
SURAKARTA

xiv + 73 halaman + 1 tabel + 11 lampiran

INTISARI
Latar Belakang : Data AKI tahun 2007 terdapat 228/100.00 kelahiran hidup,
dan 60% nya terjadi pada masa nifas. Data angka kejadian kasus ibu nifas dengan
bendungan saluran ASI di RB Marga Waluya Surakarta pada bulan Januari 2011
sampai Desember 2011 terdapat 10 kasus (6,17%). Masa nifas membutuhkan
pengawasan dan perawatan agar tidak terjadi komplikasi misalnya bendungan
saluran air susu ibu dimana ibu merasakan nyeri pada payudaranya sehingga dapat
mengganggu rasa nyaman ibu.
Tujuan Studi Kasus: Mampu melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas pada
Ny.D P1A0 dengan bendungan saluran ASI di RB Marga Waluya Surakarta dengan
7 langkah Varney.
Jenis Studi Kasus : Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
deskriptif. Studi kasus dilakukan di RB Marga Waluya Surakarta pada Ny. D P 1A0
umur 26 tahun dengan bendungan saluran ASI, menggunakan format asuhan
kebidanan pada ibu nifas menurut manajemen kebidanan varney dan dilaksanakan
pada tanggal 19 Mei 2012. Teknik pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil Studi Kasus : Setelah 3 hari diberikan terapi antalgin 500 mg per oral 3x1,
perawatan payudara, dan menyusui bayi dengan baik dan benar didapatkan hasil
masalah dapat teratasi, kecemasan ibu tidak ada, panas ibu turun, rasa nyeri dan
bengkak hilang, laktasi menjadi lancar, ibu dapat menyusui bayinya dengan lancar
dan bendungan saluran ASI sudah teratasi.
Kesimpulan : Kesimpulan dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bahwa
bendungan saluran ASI dapat diatasi dengan penanganan yang tepat yaitu terapi
antalgin 500 mg per oral, perawatan payudara, dan menyusui bayinya dengan baik
dan benar sehingga ASI dapat keluar dengan lancar dan bendungan saluran ASI
sudah teratasi.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Bendungan ASI, Karya Tulis Ilmiah.


Kepustakaan : 18 literatur (Tahun 2004-2011).
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii

CURICULUM VITAE…………………………………………………….. iv

MOTTO…………………………………………………………………….. v

PERSEMBAHAN………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

INTISARI…………………………………………………………………... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR TABEL………………………………………………………….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 3

C. Tujuan Studi Kasus................................................................. 3

D. Manfaat Studi Kasus............................................................... 4

E. Keaslian Studi Kasus ............................................................. 5

F. Sistematika Penulisan………………………………………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis ............................................................................ 9

1. Masa Nifas ..................................................................... 9

2. Bendungan Saluran ASI……………... ............................ 13

x
B. Teori Manajemen Kebidanan ............................................... 19

C. Landasan Hukum .................................................................... 37

D. Kerangka Konsep…………………………………………… 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus .................................................................... 39

B. Lokasi Studi Kasus …………………………….. ................. 39

C. Subyek Studi Kasus ................................................................ 39

D. Waktu Studi Kasus ................................................................. 40

E. Instrumen Studi Kasus ............................................................ 40

F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 40

G. Alat-alat yang Dibutuhkan ..................................................... 43

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus………………………………………………. 45

1. Penkajian data…………………………………………… 45

2. Interpretasi data…………………………………………. 56

3. Diagnosa potensial………………………………………. 58

4. Antisipasi / Tindakan Segera……………………………. 58

5. Perencanaan……………………………………………… 58

6. Pelaksanaan……………………………………………… 59

7. Evaluasi………………………………………………….. 60

B. Pembahasan…………………………………………………… 68

xi
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………. 71

B. Saran…………………………………………………………... 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kerangka Konsep .......................................................................... 38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan Karya Tulis ilmiah.

Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Pendahuluan.

Lampiran 3 Surat Keterangan Pengambilan Data Awal.

Lampiran 4 Surat Permohonan Responden.

Lampiran 5 Persetujuan Pasien dalam Pengambilan Kasus.

Lampiran 6 Format Askeb.

Lampiran 7 Lembar Observasi.

Lampiran 8 SAP Perawatan Payudara.

Lampiran 9 SAP Cara Menyusui yang Baik dan Benar.

Lampiran 10 SAP Gizi Ibu Menyusui.

Lampiran 11 Lembar Konsultasi.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan

masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin

sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan oleh masalah yang

berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan di

seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau

bersalin (Ambarwati, 2009).

Data SDKI mencatat Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun

2007 terdapat 228/100.000 kelahiran hidup dan sekitar 60% kematian terjadi

pada masa nifas. Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah

perdarahan (30%), infeksi (12%), eklamsi (11%), partus lama (5%), abortus

(5%). Prosentase terbesar kedua adalah infeksi. Infeksi pada ibu terjadi pada

saat kehamilan seperti infeksi saluran kemih, saat persalinan seperti infeksi

intrauterin, dan saat nifas seperti mastitis dan abses payudara yang diawali

dengan adanya bendungan saluran ASI ( Laksono, 2010).

Pada permulaan masa nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik,

atau apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna maka akan

terjadi bendungan saluran ASI. Payudara panas dan keras pada perabaan dan

nyeri namun suhu badan tidak naik, biasanya terjadi antara hari ke 3-5 setelah

persalinan (Retna, 2008).

1
2

Bendungan saluran ASI merupakan permulaan kemungkinan infeksi

payudara atau mastitis. Bendungan ASI yang tidak tertangani dengan baik

akan menimbulkan demam, nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan pada

payudara hingga abses payudara. Upaya untuk mencegah terjadinya

komplikasi akibat bendungan saluran ASI dibutuhkan peran bidan antara lain

mempersiapkan ibu pada masa antenatal dengan melakukan pemeriksaan

payudara dan menjaga kebersihan payudara, memberikan informasi tentang

perawatan payudara pada masa nifas dan memberikan motivasi ibu untuk

menyusui pada masa nifas (Rulina, 2004).

Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan dari data rekam medik di

RB MargaWaluya Surakarta pada bulan Januari 2011 hingga bulan Desember

2011 jumlah ibu nifas seluruhnya adalah 162 orang, ibu nifas normal adalah

101 orang (62,34%), ibu nifas dengan anemia ringan 21 orang (13%), ibu

nifas dengan peningkatan berat badan 16 orang (9,8%) ibu nifas dengan

anemia berat 14 orang (8,7%), dan ibu nifas dengan bendungan saluran ASI

10 orang (6,17%). Walaupun kejadian bendungan saluran ASI cukup rendah,

namun bendungan saluran ASI perlu penanganan yang lebih agar tidak terjadi

mastitis dan abses payudara.

Penulis tertarik untuk melakukan studi kasus yang berjudul“ Asuhan

Kebidanan pada Ibu Nifas dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu (ASI) di

RB Marga Waluya Surakarta“.


3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana penatalaksanaan

Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. D P1A0 dengan Bendungan Saluran

Air Susu Ibu (ASI) di RB Marga Waluya Surakarta dengan Pendekatan

Manajemen Varney ?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Mampu melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. D P1A0

dengan bendungan saluran ASI di RB Marga Waluya Surakarta dengan 7

langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melaksanakan pengkajian pada ibu nifas Ny. D P1A0 dengan

bendungan saluran ASI.

2) Menginterpretasi data pada ibu nifas Ny. D P1A0 dengan bendungan

saluran ASI.

3) Menentukan diagnose potensial yang timbul pada ibu nifas Ny. D

P1A0 dengan bendungan saluran ASI.

4) Melakukan tindakan segera pada ibu nifas Ny. D P1A0 dengan

bendungan saluran ASI.


4

5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada ibu nifas Ny. D P1A0

dengan bendungan saluran ASI.

6) Melaksanakan perencanaan pada ibu nifas Ny. D P1A0 dengan

bendungan saluran ASI.

7) Melakukan evaluasi terhadap asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.

D P1A0 dengan bendungan saluran ASI

b. Mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di

lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada ibu nifas Ny.

D P1A0 dengan bendungan saluran ASI.

c. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada ibu nifas Ny. D

P1A0 dengan bendungan saluran ASI.

D. Manfaat Studi kasus

1. Bagi penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran

ASI.

2. Bagi profesi

Dapat memberikan informasi kepada tenaga kerja lainnya dalam

melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran

ASI.
5

3. Bagi Institusi

a. RB

Sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan

pada ibu nifas dengan bendungan saluran Air Susu Ibu.

b. Pendidikan

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya asuhan

kebidanan pada bendungan saluran ASI dan sebagai bahan referensi di

perpustakaan.

E. Keaslian Studi Kasus

Dari penelusuran pustaka, peneliti menemukan penelitian yang serupa

dengan penelitian yang akan dilakukan diantaranya:

1. Wulandari, NA (2006), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu pada NY.S P1A0 di Polindes

Tanjungsari Boyolali”. Bendungan saluran ASI terjadi karena ibu

menyusui yang salah posisi dan tidak menyusui dengan sempurna.Asuhan

yang dilakukan adalah memberikan kompres hangat 2 kali dalam sehari

setiap sebelum mandi sampai payudara ibu tidak membengkak lagi, terapi

analgetik dan antibiotik yaitu paracetamol 500 mg per oral setiap 4 jam

perhari selama demam. Hasilnya menunjukkan bahwa dari asuhan yang

diberikan kepada ibu selama 4 hari dapat menghilangkan rasa cemas

dengan hadirnya orang-orang yang lebih dekat dengan ibu. Keadaan ibu

membaik dan bayi dapat menetek dengan baik dan benar.


6

2. Wahyu Wuri W (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada

Ny.N P1 A0 dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu di BPS Finolia

Banjarsari Surakarta”. Bendungan saluran ASI terjadi karena ibu

menyusui yang salah dan kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna .

Asuhan yang diberikan adalah memberikan kompres hangat 2 kali setiap

hari sebelum mandi sampai payudara ibu tidak bengkak lagi, terapi

paracetamol 3 x 500 mg perhari selama demam. Hasilnya menunjukkan

bahwa setelah empat hari keadaan umum ibu baik, Air Susu Ibu keluar

lancar, rasa nyeri dan bengkak hilang.

3. Eny Kusuma (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas

NY.Y P2 A0 dengan Bendungan Saluran Air Susu Ibu di BPS Anik Suroso

Mojosongo Surakarta”. Bendungan saluran ASI terjadi karena pada ibu

menyusui yang salah dan kelenjar yang tidak dikosongkan. Asuhan

kebidanan yang diberikan adalah mengompres hangat juga kompres dingin

diantara waktu menyusui serta diurut dahulu atau dipompa agar sumbatan

hilang, terapi analgetik dan antibiotik yaitu paracetamol 500 mg 3x1

tablet, amoxilin 500 mg 3x1 tablet, Fe 60 mg 1x1 tablet selama demam.

Hasilnya menunjukkan bahwa setelah empat hari keadaan umum ibu baik,

ASI keluar lancar, rasa nyeri dan bengkak hilang.

Perbedaan antara kasus yang dulu dengan sekarang adalah pada lokasi,

subyek, waktu pengambilan kasus. Persamaan kasus yang dipakai adalah pada

asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan saluran ASI.


7

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri atas tiga bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi

kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari teori medis yang berisi tentang pengertian masa

nifas, tujuan asuhan masa nifas, klasifikasi masa nifas, kunjungan

masa nifas, pengertian bendungan saluran ASI, etiologi dan

patofisiologi bendungan saluran ASI, cara menyusui yang baik dan

benar, perawatan payudara, teori manajemen kebidanan berisi

manajemen 7 langkah Varney yang berisi pengkajian, interpretasi

data, diagnosa potensial, tindakan segera, rencana tindakan,

implementasi, evaluasi, landasan hukum serta kerangka konsep.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek studi

kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik

pengumpulan data serta alat-alat yang dibutuhkan dalam

pengambilan kasus.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi laporan kasus dengan menggunakan manajemen

kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah yaitu mulai


8

dari pengkajian data, interpretasi data, diagnosa potensial,

antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan data

perkembangan SOAP.

PEMBAHASAN

Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara teori dan praktek

yang penulis temukan sewaktu pengambilan kasus dengan

pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk

menjawab tujuan penulisan dan merupakan inti dari pembahasan

penanganan ibu nifas dengan bendungan saluran ASI.Saran

merupakan alternatif pemecahan masalah dan anggapan

kesimpulan yang berupa kesenjangan, pemecahan masalah

hendaknya bersifat realitas yang artinya saran itu dapat

dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MEDIS

1. Masa Nifas

a. Pengertian

1) Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alal-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama enam

minggu (Wulandari, 2009).

2) Nifas (purperium) dimulai setelah partus selesai, dan berakhir

setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru

pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3

bulan (Sarwono, 2006).

3) Masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat – alat

kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil

(Laksono, 2010).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Ambarwati (2009) , tujuan asuhan masa nifas dibagi

menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1) Tujuan umum:

Membantu ibu dan suaminya selama masa transisi mengasuh

anak.

9
10

2) Tujuan khusus:

a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun

psikologinya.

b) Melaksanakan skrining yang komprehansif, mendeteksi

masalah, mengobati/ merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu dan bayinya.

c) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, pemberian ASI dan imunisasi

serta perawatan bayi sehat.

c. Periode Masa Nifas

Menurut Laksono (2010), masa nifas dibagi dalam 3 periode :

1) Puerpenium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerpenium intermadial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-

8 minggu.

3) Remote puerpenium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama bila selama hamil atau sewaktupersalinan mengalami

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-

minggu, bulanan, bahkan tahunan.


11

d. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Depkes (2010), pada masa nifas diperlukan paling sedikit

empat kali kunjungan masa nifas, yaitu:

1) Kunjungan I, 6-8 jam setelah persalinan, bertujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk

jika perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

2) Kunjungan II, 6 hari setelah persalinan, bertujuan :

a) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal.

b) Memastikan ibu mengkonsumsi cukup makanan, cairan,

dan istirahat.

c) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan ibu tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

d) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi

menjaga bayi tetap hangat, merawat bayi sehari-hari dan

merawat tali pusat.

3) Kunjungan III, 2 minggu setelah persalinan, sama seperti

kunjungan ke II.
12

4) Kunjungan IV, 6 minggu setelah persalinan.

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu

dan bayi alami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

e. Komplikasi masa nifas.

Menurut Farrer (2005), komplikasi masa nifas antara lain :

1) Perdarahan pervagina.

Perdarahan pervagina atau post partum hemorargi adalah

kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus

genetalia setelah melahirkan.

2) Infeksi masa nifas.

Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada

traktus genetalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan

pecahan ketuban atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan

atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut

ini :

a) Nyeri pelvik.

b) Demam 38,5 ˚C atau lebih.

c) Rabas vagina yang abnormal.

d) Rabas vagina yang berbau busuk.

e) Keterlambatan dalam penurunan uterus.


13

3) Kelainan payudara.

a) Bendungan saluran ASI

b) Mastitis.

c) Abses Payudara.

2. Bendungan Saluran ASI

a. Pengertian

1) Bendungan saluran ASI dikarenakan penyempitan duktus

laktiferus atau oleh kelenjar- kelenjar yang tidak dikosongkan

dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu

(Wulandari 2009).

2) Peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka

mempersiapkan diri untuk laktasi (Purwanti, 2008).

b. Etiologi Bendungan Saluran ASI

Menurut Hubertin (2005), bendungan saluran ASI disebabkan oleh :

1) Elastisitas payudara kurang.

2) Bayi belum menyusu dengan baik.

3) Kelenjar mammae tidak dikosongkan dengan sempurna.

4) BH terlalu ketat.

5) Puting susu yang kurang bersih sehingga menyebabkan

penyumbatan duktus.
14

c. Patofisiologi Bendungan Saluran ASI

Bendungan saluran air susu ibu ditandai dengan payudara

bengkak, keras, terasa panas sampai suhu badan sedikit naik

sehingga menyebabkan air susu tidak lancar atau keluar sedikit.

Bendungan ASI merupakan permulaan kemungkinan infeksi

payudara atau mastitis. Apabila masih terjadi akan menimbulkan

demam, nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan pada payudara

dan terjadi pemadatan perubahan warna pada payudara

( Laksono, 2010).

d. Penatalaksanaan Bendungan saluran ASI.

1) Cara menyusui yang baik dan benar

Menurut Alimul (2006), cara menyusui bayi yang baik dan benar

sebagai berikut:

a) Sebelum menyusui, keluarkan sedikit ASI untuk mengolesi

puting ibu agar bayi mencium aromanya dan lebih berselera

menyusu.

b) Susui bayi setiap kali ia menginginkannya dan selama yang ia

mau.

c) Saat menyusui, letakkan bayi dalam pangkuan sedemikian rupa

hingga wajah dan tubuhnya menghadap ke payudara ibu.

Posisinya harus lurus searah, dari telinga, hidung, dan

badannya. Dagunya menempel di payudara ibu.


15

d) Duduklah dalam posisi yang nyaman dan tegak, jangan

membungkuk. Kalau perlu, sangga tubuh bayi dengan bantal.

Ibu yang baru saja menjalani persalinan dengan operasi sesar

tak perlu khawatir karena posisi bayi berada di atas perut.

e) Jika bayi menyusu pada payudara kiri, letakkan kepalanya di

siku lengan kiri ibu. Lengan kiri bayi bebas ke arah payudara.

Begitu pula sebaliknya.

f) Topanglah payudara dengan meletakkan ibu jari tangan ibu di

atas puting dan keempat jari menyangga payudara.

g) Usai menyusui, bayi akan melepaskan isapannya. Kalau tidak,

lepaskan puting dengan memasukkan jari kelingking ibu ke

mulut bayi melalui sudut mulut atau tekan dagu bayi agar bibir

bawahnya terbuka. Jangan langsung menarik puting terlalu kuat

selagi masih berada di dalam mulut bayi karena akan

membuatnya lecet.

h) Bila puting lecet, lakukan kompres dingin di payudara dan

tetaplah menyusui bayi. Usai menyusui, usapkan tetesan ASI

untuk pelumasan dan perlindungan. Jika menggunakan obat

dokter, seka puting dengan air atau waslap basah yang lembut

setiap kali akan menyusui.


16

2) Terapi berupa analgetik dan antibiotik bila puting susu lecet.

3) Perawatan Payudara.

Menurut Wulandari (2009), perawatan payudara pasca

persalinan merupakan kelanjutan perawatan payudara semasa

hamil, yang mempunyai tujuan sebagai berikut :

a) Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari

infeksi.

b) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet

c) Untuk menonjolkan puting susu

d) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus

e) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan

f) Untuk memperbanyak produksi ASI

g) Untuk mengetahui adanya kelainan

Menurut Ambarwati (2009), pelaksanaan perawatan payudara

pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1–2 hari sesudah bayi

dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari.

Persiapan Alat

a) Baby oil secukupnya.

b) Kapas secukupnya

c) Waslap 2 buah

d) Handuk bersih 2 buah

e) Bengkok
17

f) Dua baskom berisi air (hangat dan dingin)

g) BH yang bersih dan terbuat dari katun.

Persiapan Ibu

Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan

dengan handuk.

a) Baju ibu bagian depan dibuka.

b) Pasang handuk.

Pelaksanaan Perawatan Payudara

a) Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit,

kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.

b) Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari

telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.

c) Penonjolan puting susu yaitu :

(1) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali

(2) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap

(3) Memakai pompa puting susu

d) Pengurutan payudara:

(1) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan

(2) Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu

sebanyak 30 kali.

(3) Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk

mengeluarkan kolustrum.

(4) Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.


18

Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air

hangat dan dingin secara bergantian selama ± 5 menit (air hangat

dahulu kemudian air dingin) .Kemudian pakailah BH (kutang) yang

menyangga payudara. Diharapkan dengan melakukan perawatan

payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan, proses laktasi

dapat berlangsung dengan sempurna.

Perawatan Payudara dengan masalah menurut Purwanti (2008)

perawatan payudara dengan masalah meliputi:

1) Puting Lecet

Untuk mencegah rasa sakit, bersihkan puting susu dengan

air hangat ketika sedang mandi dan jangan menggunakan sabun,

karena sabun bisa membuat puting susu kering dan iritasi.

2) Penyumbatan Kelenjar Payudara

Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut,

mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah

puting susu dan lebih berhati-hatilah pada area yang mengeras.

Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama

mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat

menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat

pada awal sesi menyusui, sehingga bisa mengeringkannya dengan

efektif. Lanjutkan dengan mengeluarkan air susu dari payudara

itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar

menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut. Tempelkan


19

handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada

payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi

dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan

lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar

susu dan secara perlahan-lahan turun ke arah puting susu.

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan, teori ilmiah melalui penemuan. Keterampilan dalam rangkaian

atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus

pada klien (Varney, 2004).Manajemen kebidanan 7 langkah meliputi :

1. Pengkajian Data

Adalah alat utama pengkajian awal pasien dan merupakan proses

berkelanjutan, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk

memberi asuhan dan menilai keadaan pasien secara keseluruhan, baik

data subyektif maupun data obyektif (Winkjosastro, 2007).

a. Data Subyektif

Adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu data kejadian (Winkjosastro, 2007).

Informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga

kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau

komunikasi. Dalam hal ini data diperoleh dari wawancara dengan


20

pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dimana wawancara tersebut

untuk mengetahui riwayat ibu meliputi:

1) Identitas

Menurut Sujiyatini (2009), biodata ini memberikan

gambaran awal mengenai identitas ibu nifas dengan bendungan

saluran ASI, terdiri dari :

a) Nama : Dinyatakan dengan tujuan agar dapat

mengenal pasien dan tidak keliru

dengan pasien lain.

b) Umur : Untuk mengeahui faktor resiko

dilihat dari umur pasien.

c) Agama : Untuk memberikan motivasi pasien

sesuai dengan agama yang dianut,

agar petugas lebih mudah dalam

pendekatan dan pemberian dorongan

moril pada pasien.

d) Suku Bangsa : Mempermudah dalam pelaksanaan

asuhan kebidanan untuk mengetahui

faktor pembawaan atau ras.

e) Pendidikan : Untuk mengetahui pendidikan akhir yang

nantinya penting dalam memberikan

pendidikan kesehatan pasien sesuai

dengan tingkat agar motivasi yang


21

diberikan petugas dapat diterima sesuai

dengan pengetahuan.

f) Pekerjaan : Untuk mengetahui tingkat sosial

ekonomi.

g) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan

tempat tinggalnya dan untuk

mempermudah bila sewaktu-waktu

diperlukan.

2) Keluhan Utama

Mengetahui alasan atau keluhan utama yang membuat

pasien datang berhubungan dengan masa nifas. Pada kasus ini

biasanya pasien datang dengan keluhan payudara bengkak,

kemerahan, nyeri, dan puting susu lecet (Sujiyatini, 2009).

3) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian

haid terakhir dan pengalaman haid sebelumya ( Farrer, 2005) .

4) Riwayat perkawinan

Status perkawainan syah atau tidak, karena akan

mempengaruhi psikologi dari ibu nifas. Lamanya perkawinan

berapa kali menikah dan sebagai istri yang keberapa, berapa

jumlah anaknya merupakan data yang dibutuhkan karena

mempengaruhi keberadaan ibu dalam keluarga

(Sujiyatini, 2009).
22

5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

a) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur

kemahamilan ibu dan hasil pemeriksaan

kehamilan (Winkjosastro, 2007).

b) Persalinan : Spontan atau buatan lahir aterm

atau prematur ada perdarahan atau tidak,

waktu persalinan ditolong oleh siapa,

dimana tempat melahirkan

(Winkjosastro, 2007).

c) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir

Persalinan (abortus, lahir hidup, apakah

dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat

komplikasi atau intervensi pada masa nifas

dan apakah ibu tersebut mengetahui

penyebabnya (Sujiyatini, 2009).

6) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat Kehamilan Sekarang menurut Winkjosastro (2007),

perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau tidak,

meliputi :

a) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)

Digunakan untuk mengetahui umur kehamilan.


23

b) Hari Perkiraan Lahir (HPL)

Untuk mengetahui perkiraan lahir.

c) Umur Kehamilan (UK)

Untuk mengetahui umur kehamilan.

7) Keluhan-keluhan

Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan pada trimester I,

II, dan III (Winkjosastro, 2007).

8) Ante Natal Care (ANC)

Mengetahui riwayat ANC, teratur/tidak, tempat ANC, dan saat

kehamilan berapa (Sujiyatini, 2009).

9) Penyuluhan yang didapat

Perlu dikaji apakah klien pernah mendapatkan penyuluhan,

tempat penyuluhan dan saat usia kehamilan berapa

(Nursalam, 2004).

10) Imunisasi TT

Perlu dikaji apakah klien pernah mendapatkan imunisasi TT

(Nursalam, 2004).

11) Riwayat Keluarga Berancana

Jenis dan lama berlangsungnya tiap metode kontrasepsi bersama

dengan komplikasi yang menyertai komplikasi ini dapat

mencakup amenorhoe atau penyakit tromboembolik dengan

kontrasep oral, dismenorhea hebat (menoragia), infeksi pelvis


24

akibat kontrasepi dalam rahim atau kegagalan konstrasepsi

(Sujiyatini, 2009).

12) Riwayat Penyakit

a) Riwayat penyakit sekarang

Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini

(Sujiyatini, 2009).

b) Riwayat penyakit sistemik

Untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit seperti

jantung, ginjal, asma, hipatitis, DM, hipertensi dan epilepsi

atau penyakit lainnya (Sujiyatini, 2009).

c) Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang

menderitapenyakit menular seperti TBC dan Hepatitis,

menurun seperti jantung dan DM (Sujiyatini, 2009).

d) Riwayat keturunan kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam

keluarga (Sujiyatini, 2009).

e) Riwayat operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani

(Sujiyatini, 2009).
25

f) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Pola Nutrisi

Selama hamil : Untuk mengetahui asupan nutrisi

selama hamil.

Saat nifas : Untuk mengetahui asupan nutrisi

pasien selama nifas

(Hendorson, 2006).

(2) Personal Hygiene

Selama hamil : Untuk mengetahui berapa kali pasien

mandi, gosok gigi, keramas, ganti

pakaian.

Saat nifas : Untuk mengetahui berapa kali pasien

mandi, gosok gigi, keramas, ganti

pakaian (Wiknjosastro, 2007).

(3) Eliminasi

Selama hamil : Dikaji untuk mengetahui berapa kali

ibu BAB dan BAK, adakah

kaitannya dengan obstipasi atau tidak.

Selama nifas : Dikaji untuk mengetahui berapa kali

ibu BAB dan BAK dalam sehari,

apakah mengalami kesulitan atau

sudah pergi ke kamar mandi sendiri.

Dalam keadaan normal, ibu dapat


26

BAK secara spontan dalam 8 jam

setelah melahirkan, sedangkan BAB

biasanya tertunda 2 sampai 3 hari

setelah melahirkan (Sujiyatini, 2009).

(4) Istirahat /tidur : Dikaji untuk mengetahui apakah ibu

dapat istirahat atau tidur sesuai

kebutuhannya. Berapa jam ibu tidur

dalam sehari dan kesulitan selama

ibu melakukan istirahat. Kebutuhan

tidur ± 8 jam pada malam hari dan 1

jam pada siang hari. Pola istirahat

dan aktivitas ibu selama nifas yang

kurang dapat menyebabkan kelelahan

dan berdampak pada produksi ASI

(Henderson, 2006).

(5) Pola Seksual : Dikaji untuk mengetahui

berapa kali ibu melakukan hubungan

dalam seminggu (Purwanti, 2009).

g) Psikososial budaya

Menurut Sujiyatini (2009), yang ditanyakan antara lain:

Pribadi : Kehamilan sekarang direncanakan atau tidak.

Suami : Mendukung atau tidak dengan kehamilan

sekarang.
27

Keluarga : Mendukung atau tidak dengan kehamilan

sekarang.

h) Penggunaan obat-obatan dan jamu atau rokok

Merokok, minum alkohol dan minum obat-obatan tanpa

indikasi perlu untuk diketahui.

b. Data obyektif

Adalah data yang dapat di observasi dan diukur

(Wiknjosastro, 2007). Adapun data obyektif meliputi :

Pemeriksaan Fisik

1) Status Generalis

a) Keadaan umum

Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang,

buruk (Johnson, 2004).

b) Kesadaran

Kesadaran yang meliputi penilaian secara kualitatif seperti

composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma, dan status

gizi (Alimul, 2006). Pada kasus ini kesadaran ibu

composmentis.

c) Tanda-tanda vital

(1) Tensi

Untuk mengetahui faktor hipertensi, tekanan darah

normal l20/80 mmHg (Johnson, 2004).


28

(2) Suhu

Untuk mengetahui suhu badan klien, kemungkinan

demam atau febris yang merupakan gejala adanya

infeksi yang berdampak pada masa nifas. Batas

normalnya 36,50 C sampai 37,5º C (Johnson, 2004).

(3) Respirasi

Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung

dalam 1 menit, batas normalnya 18 sampai 24 x/menit

(Johnson, 2004).

(4) Nadi

Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung

dalam 1 menit normalnya 60 sampai 100 x/menit

(Johnson, 2004).

d) Tinggi Badan

Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 crn

atau tidak, termasuk resti atau tidak (Winkjosastro, 2007).

e) Berat Badan

Penambahan berat badan rata-rata 2 kg tiap bulan sesudah

kehamilan 20 minggu dan adanya penurunan berat berat

badan dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda

yang baik (Winkjosastro, 2007).


29

f) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Untuk mengetahui lingkar lengan atas pasien, jika kurang

dari normal 23,5 cm, maka ibu kekurangan energi kronis

(Winkjosastro, 2007).

2) Pemeriksaan sistematis

Adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematis dengan menggunakan indra penglihatan,

pendengaran, penciuman dan perabaan sebagai suatu alat

mengumpulkan data (Winkjosastro, 2007).

Meliputi :

a) Kepala :

Untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala

pada rambut untuk menilai warna kelebatan, distribusi dan

karakteristik lainnya (Winkjosastro, 2007).

(1) Rambut

Untuk mengetahui warna rambut, kotor atau tidak,

mudah rontok atau tidak (Winkjosastro, 2007).

(2) Muka

Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan,

adakah oedema (Winkjosastro, 2007).


30

(3) Mata

Untuk mengetahui apakah konjungtiva pucat atau

tidak, sklera ikterik atau tidak, mata cekung atau tidak

(Alimul, 2004).

(4) Hidung

Untuk menilai adanya kelainan adakah polip, apakah

hidung tersumbat (Winkjosastro, 2007).

(5) Telinga

Apakah ada serumen atau tidak, simetris atau tidak

(Winkjosastro, 2007).

(6) Mulut/gigi/gusi

Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak ada

caries dan karang gigi atau tidak, gusi berdarah atau

tidak (Retna, 2008).

b) Leher

Mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid

dan ada pembesaran kelenjar getah bening atau tidak

(Sujiyatini, 2009).

c) Dada dan axilla

(1) Dada

Untuk mengetahui apakah ada kelainan bentuk atau

tidak (Sujiyatini, 2009).


31

(2) Mammae

Untuk mengetahui bentuk payudara kanan dan kiri

simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak,ada tidaknya

luka bekas operasi, apakah payudara merah,mengkilap,

bengkak, keadaan putting susu dan bagaimana

pengeluaran ASI. Pada kasus bendungan saluran ASI

ditandai dengan bentuk payudara yang tidak simetris,

bengkak, nyeri bila ditekan, dan warna menjadi

kemerahan (Sujiyatini, 2009).

(3) Axilla

Untuk mengetahui apakah terdapat nyeri tekan atau

tidak, ada benjolan atau tidak (Sujiyatini, 2009).

(4) Abdomen

Bagaimana keadaannya.pembesarannya. Adakah luka

bekas operasi, lokasinya, jenisnya

(Winkjosastro, 2007).

(5) Ekstremitas

Apakah ada oedema varices, atau tidak, reflek patella

+/-, simetris atau tidak (Winkjosastro, 2007).

3) Pemeriksaan khusus obstetri ( lokalis)

a) Abdomen

Bagaimana ukuran, bentuk, dan perubahan kulit

(Johnson, 2004).
32

b) Genital : adakah oedema/ tidak, eritema / tidak dan

pengeluaran secret.

2. Interpretasi Data

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa

tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti

diagnosa tetapi membutuhkan penanganan (Varney ,2004).

a. Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan

(Varney, 2004 ).

Diagnosa Kebidanan : Ny.X P..A..umur ... tahun, nifas hari ke…

dengan bendungan saluran air susu ibu.

Data Dasar :

1) Data subyektif :

Ibu mengatakan payudara bengkak, terasa panas, nyeri, dan

puting susu lecet (Varney, 2004).

2) Data obyektif :

a) TTV

(1) Tekanan Darah : Normalnya 120/80 mmHg

(Johnson, 2004).

(2) Nadi : Normalnya 60 sampai 100 x/mnt

(Johnson, 2004 ).
33

(3) Suhu : 36,5 0C - 37,5oC atau lebih

(Johnson, 2004).

(4) Respirasi : Normalnya 18 - 24 x/mnt

(Johnson, 2004).

b) Mammae

(1) Pembengkakan : Ada pembengkakan

(Sujiyatini, 2009).

(2) Simetris : Tidak simetris (Sujiyatini, 2009).

(3) Areola : Hyperpigmentasi (Sujiyatini, 2009).

(4) Putting susu : Datar / terbenam (Sujiyatini, 2009).

(5) Kolostrum : Belum keluar atau sedikit keluar

(Sujiyantini, 2009).

(6) Nyeri tekan : Ada nyeri saat ditekan

(Sujiyatini, 2009).

(7) Kemerahan : Ada kemerahan (Sujiyatini, 2009).

b. Masalah

Yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pada pengkajian atau yang menyertai diagnosa

Masalah pada kasus ini ibu nifas merasa cemas dan kurang nyaman

sehubungan dengan keadaan payudaranya (Sumarah, 2009).

c. Kebutuhan

Merupakan hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi

dalam diagnosa dan masalah (Sumarah, 2009).


34

3. Diagnosa potensial

Pada langkah ini penulis mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial lain berdasarkan masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi pencegahan, bila

memungkinkan sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat

bersiap-siap mencegah bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-

benar terjadi (Hubertin, 2005).

Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI

terjadi mastitis. Oleh karena itu perlu adanya tindakan segera yang dapat

dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan (Sujiyatini, 2009).

4. Tindakan Segera

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan

dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat

dimana harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan ibu dan

anak (Sumarah, 2009).

Antisipasi pertama yang dilakukan pada ibu nifas dengan

bendungan saluran ASI yaitu memberikan terapi analgetik 500 mg 3x1

serta memberikan kompres hangat (Sujiyatini, 2009).

5. Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh

berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah


35

diidentifikasi atau antisipasi. Pada langkah ini data dasar atau informasi

yang tidak lengkap dapat dilengkapi.setiap rencana asuhan haruslah

disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan pasien agar dapat

dilaksanakan dengan efektif. Pada langkah ini tugas bidan adalah

memutuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan bersama

sebelum melaksanakannya.

Rencana yang diberikan pada ibu nifas dengan bendungan saluran

ASI menurut Laksono (2010), adalah sebagai berikut:

a. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital.

b. Beri dukungan moril pada ibu.

c. Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin.

d. Anjurkan ibu menyusukan kedua payudaranya.

e. Beri konseling dan latihan tentang perawatan payudara.

f. Anjurkan mengompres hangat payudara sebelum disusukan.

g. Ajarkan ibu menyusui bayinya dengan benar.

h. Anjurkan ibu memakai BH yang menopang payudara dan tidak

terlalu ketat.

i. Berikan antalgin 500 mg per oral 3x1 sehari, bila diperlukan.

j. Lakukan evaluasi setelah 4 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

6. Pelaksanaan

Merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan seperti pada perencanaan. Ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian oleh bidan, pasien dan tim kesehatan lainnya. Jika
36

bidan melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaan (Varney, 2004).

Pelaksanaan pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI

menurut Laksono (2010), antara lain :

a. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

b. Memberi dukungan moril pada ibu.

c. Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin.

d. Menganjurkan ibu menyusukan kedua payudaranya.

e. Memberi konseling dan latihan tentang perawatan payudara.

f. Menganjurkan mengompres hangat payudara sebelum disusukan.

g. Mengajarkan ibu menyusui bayinya dengan benar.

h. Menganjurkan ibu memakai BH yang menopang payudara dan tidak

terlalu ketat.

i. Memberikan antalgin 500 mg per oral 3x1 sehari, bila diperlukan.

j. Melakukan evaluasi setelah 4 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

7. Evaluasi

Langkah ini merupakan evaluasi pengecekan apakah rencana

asuhan yang meliputi pemenuhan kebutuhan benar-benar telah

terpengaruhi secara efektif atau tidak (Varney, 2004).

Evaluasi yang diharapkan pada ibu nifas dengan bendungan saluran

ASI menurut Laksono (2010), antara lain :.

a. Keadaan umum baik.

b. Kecemasan ibu berkurang.


37

c. Bayi sudah disusukan sesering mungkin.

d. Kedua payudara telah disusukan.

e. Ibu sudah mengerti cara perawatan payudara.

f. Ibu bersedia mengompres hangat payudara sebelum disusukan.

g. Ibu sudah mengetahui cara menyusui yang benar.

h. Ibu bersedia memakai BH yang menopang payudara dan tidak

terlalu ketat.

i. Keadaan ibu baik, payudara sudah tidak bengkak lagi dan ASI keluar

dengan lancar.

j. Bendungan saluran ASI teratasi.

C. Landasan Hukum

Dalam menangani kasus seorang bidan diberi kewenangan sesuai

dengan Permenkes No. 1464/Menkes/Per/2010tentang izin dan

penyelenggaraan praktek bidan dan Kepmenkes Indonesia

No:900/Menkes/SK/VII/2002 pasal 16 ayat 1h tentang pelayanan ibu nifas

abnormal yang mencakup retensio plasenta,renjatan dan infeksi ringan

(Depkes RI, 2010).


38

D. Kerangka Konsep
Input Proses Output

Asuhan kebidanan Ibu nifas dengan bendungan


Ibu nifas dengan
pada ibu nifas dengan
bendungan saluran saluran ASI diharapkan:
bendungan saluran
ASI
ASI dengan 1. Keadaan umum ibu baik.
manajemen 7 langkah
2. Ibu tidak cemas lagi.
Varney :
3. Rasa nyeri dan bengkak
1. Pengkajian
hilang.
2. Interpretasi data
4. Laktasi menjadi lancar.
3. Diagnosa potensial
5. Ibu dapat menyusui
4. Tindakan segera.
bayinya dengan benar.
5. Perencanaan
6. Ibu bisa melakukan
6. Pelaksanan
perawatan payudara
7. Evaluasi
sendiri.

Tabel 2.1 Kerangka Konsep

(Varney, 2004)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan

metode deskriptif dengan tipe studi kasus. Metode penelitian deskriptif adalah

suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif

(Notoatmodjo, 2010).

Laporan studi kasus yaitu dilakukan dengan meneliti suatu

permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal

(Notoatmodjo, 2010 ). Jenis Karya Tulis Ilmiah ini adalah laporan kasus pada

ibu nifas Ny. D P1A0 dengan bendungan saluran ASI.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan

(Notoatmodjo, 2010). Pengambilan lokasi studi kasus ini dilakukan di RB

Marga Waluya Surakarta.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus adalah suatu yang dijalankan sebagai bahan penelitian

yang dapat diambil datanya (Notoatmodjo, 2010 ). Pada studi kasus ini yang

menjadi subyek adalah Ny.D P1A0 dengan bendungan saluran ASI.

39
40

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis

untuk mencari kasus (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan kasus dilakukan pada

tanggal 19 Mei 2012 sampai 22 Mei 2012.

E. Instrumen Studi Kasus

Merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,

dalam arti kata lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah (Notoatmodjo, 2010). Pada studi kasus ini penulis menggunakan

instrument format asuhan kebidanan ibu nifas dengan 7 langkah Varney.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data atau informasi metode yang digunakan penulis

adalah

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan di

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan

memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru

(Iqbal, 2007).
41

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien secara sistematis dengan cara :

1) Inspeksi

Memeriksa dengan melihat dan mendengar. Dengan melihat

maka kita mendapatkan hasil pemeriksaan dalam hal kesan umum

penderita, warna permukaan tubuh yang dapat dilihat, bentuk

badan, ukuran perbandingan antara bagian tubuh dan gerakan

dinding dada waktu bernafas (Arita, 2008). Pada kasus ini

dilakukan pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki dan

memeriksa mammae.

2) Palpasi

Pemeriksaan dengan perabaan, menggunakan rasa,

melakukan dengan ujung jari dan tangan (Arita, 2008). Dalam hal

ini palpasi dilakukan untuk memeriksa keadaan payudara.

3) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan suara yang terdapat didalam

tubuh dengan bantuan alat stetoskop (Arita, 2008). Pemeriksaan

ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah ibu normal atau

tidak.

4) Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk

permukaan badan dengan perantara jari tangan. Bertujuan untuk

mengetahui keadaan organ-organ dalam tubuh. Tergantung dari isi


42

jaringan yang ada dibawahnya (Arita, 2008).

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana penelitian mendapatkan keterangan atau

pemberian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini wawancara dilakukan pada

Ny. D dan keluarga.

c. Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang berencana, antara

lain meliputi : melihat, mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu

yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti

(Notoatmojo, 2010). Pada kasus ini yang diobservasi adalah keadaan

umum, vital sign, keadaan payudara, dan perineum.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.

Data sekunder disebut juga data tersedia (Iqbal, 2007).

a. Studi dokumentasi yaitu semua bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumentasi (Notoatmodjo, 2010). Pada studi

dokumentasi ini diambil dari Buku Catatan ibu nifas di RB Marga

Waluya Surakarta.
43

b. Studi kepustakaan yaitu bahan pustaka yang sangat penting dalam

menunjang latar belakang suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Studi kepustakaan ini diambil dari buku-buku referensi tahun 2004

sampai 2011.

G. Alat-alat yang Dibutuhkan

Dalam pelaksanaan studi kasus dengan judul asuhan kebidanan ibu

nifas pada Ny. D P1A0 dengan bendungan saluran ASI, penulis menggunakan

alat-alat sebagai berikut:

1. Alat yang dibutuhkan dalam pengumpulan data adalah :

a. Format asuhan kebidanan ibu nifas

b. Alat Tulis

2. Alat yang dibutuhkan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi

adalah :

a. Stetoskop.

b. Spygmomanometer.

c. Thermometer.

d. Jam tangan.

e. Timbangan.

f. Reflek Hammer.

3. Breast care :

a. Baby oil secukupnya.

b. Kapas secukupnya.
44

c. Waslap 2 buah.

d. Handuk bersih 2 buah.

e. Bengkok.

f. Dua baskom berisi air (hangat dan dingin).

g. BH yang bersih dan terbuat dari katun.

4. Alat dan bahan dalam pendokumentasian.

a. Status atau catatan medik pasien.

b. Dokumen yang ada (buku KIA).

c. Alat tulis.
BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian Data

Tempat : RB Marga Waluya Surakarta

Tanggal : 19 Mei 2012

Pukul : 17.00 WIB

a. Data Subyektif

1) Identitas

Nama : Ny. D Nama Suam : Tn. Y

Umur : 26 tahun Umur : 29 tahun

Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Dempo Selatan No 05 , Mojosongo, Surakarta.

2) Keluhan utama

Ibu mengatakan telah melahirkan pada tanggal 16 Mei 2012 jam

10.55 WIB mengeluh sejak tadi pagi payudaranya bengkak, nyeri,

terasa panas, bayinya susah menyusu, dan ibu merasa cemas

dengan keadaannya.

45
46

3) Riwayat Menstruasi

a) Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama saat

umur 13 tahun.

b) Siklus : Ibu mengatakan siklus ±30 hari.

c) Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali

sehari.

d) Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasi teratur.

e) Lamanya : Ibu mengatakan lama menstruasi 4-5 hari.

f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah menstruasi encer,

berwarna merah, dan tidak menggumpal.

g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak merasa nyeri saat

menstruasi.

4) Riwayat Perkawinan

Ibu mengatakan :

a) Status perkawinan : Sah, kawin 1 kali.

b) Kawin umur : 25 tahun dengan suami umur 28 tahun,

lamanya 1 tahun, belum mempunyai anak.

5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Ibu mengatakan ini kehamilan, persalinan dan nifas pertamanya.

6) Riwayat Kehamilan Sekarang

a) HPHT : Ibu mengatakan hari pertama menstruasi terakhir

tanggal 13 Agustus 2011.


47

b) HPL : Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 20 Mei

2012.

c) UK : 39 minggu 3 hari.

7) Keluhan-keluhan

Trimester I : Ibu mengatakan sering mual dan kadang muntah.

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Trimester III : Ibu mengatakan sering pegel di pinggang.

8) ANC : 8 kali teratur di bidan.

Trimester I : 2 kali pada umur kehamilan 2 dan 3 bulan.

Trimester II : 3 kali pada umur kehamilan 4, 5 dan 6 bulan.

Trimester III : 3 kali pada umur kehamilan 7, 8 dan 9 bulan.

9) Penyuluhan yang pernah didapat

Ibu mengatakan pernah mendapat penyuluhan gizi ibu hamil dari

bidan saat usia kehamilan 2 bulan.

10) Imunisasi TT

Ibu mengatakan imunisasi TT 3 kali :

TT I : Pada saat akan menikah.

TT II : Pada umur kehamilan 2 bulan.

TT III : Pada umur kehamilan 3 bulan.

11) Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi

apapun.
48

12) Riwayat Persalinan ini..

a) Tempat persalinan : RB. Marga Waluya Surakarta

b) Tanggal/ jam persalinan : 16 Mei 2012 jam 10.55 WIB.

c) Jenis persalinan : Normal

d) Penolong : Bidan

e) Komplikasi dalam persalinan : Tidak ada komplikasi

f) Perineum

(1) Rupture/ tidak : Tidak ada ruptur

g) Perdarahan.

(1) Kala I : 20 ml.

(2) Kala II : 100 ml.

(3) Kala III : 50 ml.

(4) Kala IV : 100 ml.

Total : 270 ml.

h) Tindakan lain : Tidak ada.

i) Lama persalinan.

(1) Kala I : 6 jam 10 menit.

(2) Kala II : 12 menit.

(3) Kala III : 10 menit.

(4) Kala IV : 2 jam.

Total : 8 jam 32 menit.


49

(5) Keadaan bayi

(5) BB/ PB : 3750 gram/ 50 cm

(6) Apgar score : 8/9/9

(7) Cacat bawaan : Tidak ada

13) Riwayat Penyakit.

a) Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit

apapun seperti flu, batuk, dan diare.

b) Riwayat Penyakit sistemik

(1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa cepat

lelah saat beraktifitas ringan dan tidak

pernah merasa berdebar-debar pada dada

sebelah kiri.

(2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri

pada pinggang.

(3) Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak

nafas ataupun batuk berkepanjangan lebih

dari 3 bulan.

(4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat warna

kuning pada kulit, ujung kuku dan mata.

(5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah merasa haus,

lapar dan tidak sering BAK pada malam

hari.
50

(6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

tekanan darah > 140/90 mmHg dan tidak

pernah mengeluh pusing yang menetap.

(7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kejang disertai keluar busa dari mulut.

(8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak pernah menderita

penyakit apapun seperti HIV, ISK, dan

AIDS.

c) Riwayat Penyakit keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun suami tidak ada

yang menderita penyakit menular seperti TBC, Epilepsi,

Hepatitis, dan penyakit menurun seperti Jantung, DM, dan

Hipertensi.

d) Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun suami tidak ada

riwayat keturunan kembar.

e) Riwayat operasi

Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun.


51

f) Pola kebiasaan sehari-hari

(1) Pola nutrisi

Selama hamil:

(a) Makan : Ibu mengatakan makan 3-4 kali selama

hamil.

Jenis makanan : Nasi, sayur, dan lauk.

Porsi : Sedang.

(b) Minum : Ibu mengatakan minum 6-7 gelas

selama hamil

Jenis minuman : Teh, susu, dan air putih.

Selama nifas :

(a) Makan : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari.

Jenis : Nasi, sayur, dan lauk.

Porsi : Sedang

(b) Minum : Ibu mengatakan minum 8-9 gelas

sehari

Jenis : Teh, susu dan air putih.

(2) Personal Hygiene

Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, gosok gigi

tiap kali habis mandi dan keramas 3 x

dalam seminggu, ganti baju 2 x sehari


52

Selama nifas : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, gosok

gigi tiap kali habis mandi dan keramas 2 x

dalam seminggu, ganti baju 2 x sehari, ganti

pembalut 2 x sehari.

(3)Eliminasi

Selama hamil BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari,

warna kecoklatan, konsistensi lunak.

BAK : Ibu mengatakan BAK 4-5 kali sehari,

warna kekuningan , konsistensi cair.

Selama nifas BAB : Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari,

warna kecoklatan, konsistensi lunak.

BAK : Ibu mengatakan BAK 5-6 kali sehari,

warna kekuningan , konsistensi cair.

(4)Istirahat / Tidur.

Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil tidur

siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam.

Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang ± 1 jam,

tidur malam ± 5 jam.

(5)Pola seksual

Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil jarang

melakukan hubungan seksual.

Selama nifas : Ibu mengatakan belum melakukan

hubungan seksual.
53

g) Psikososial budaya

(1) Perasaan ibu

Ibu mengatakan merasa senang karena persalinannya lancar

dan anak sehat.

(2) Dukungan keluarga

Ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dan senang atas

kelahiran bayinya.

(3) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal dengan suaminya.

(4) Pantangan makan.

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan selama hamil

dan nifas.

(5) Kebiasaan adat istiadat.

Ibu mengatakan ada acara selamatan atas kelahiran anaknya.

h) Penggunaan obat-obatan dan jamu atau rokok :

Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat-obatan selain yang

diberikan oleh bidan, dan tidak merokok dan suami juga tidak

merokok.

b. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

1) Status Generalis

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis
54

c) TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20x/mnt

N : 84x/mnt S : 37,5°C

d) TB : 157 cm

e) BB sebalum Hamil: 52 kg

f) BB sekarang : 63 kg

g) LILA : 26 cm

2) Pemeriksaaan Sistematis

a) Kepala

(1) Rambut : Bersih, warna hitam, tidak rontok, tidak

berketombe.

(2) Muka : Tidak bengkak dan tidak ada cloasma.

(3) Mata

(a) Oedema : Tidak oedema.

(b) Conjungtiva : Merah muda.

(c) Sklera : Putih.

(4) Hidung : Bersih, tidak ada polip.

(5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada secret.

(6) Mulut/ gigi/ gusi : Bersih, tidak ada stomatitis, gigi tidak

berlubang, dan gusi tidak berdarah.

b) Leher

(1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok.

(2) Tumor : Tidak ada tumor.


55

(3) Pembesaran Kelenjar Limfe

Tidak ada pembesaran kelenjar Limfe.

c) Dada dan Axilla

(1) Dada : Simetris kanan dan kiri.

(2) Mamae

(a) Pembengkakan : Ada, di sebelah kiri payudara.

(b) Tumor : Tidak ada tumor.

(c) Simetris : Tidak simetris.

(d) Kemerahan : Sedikit kemerahan.

(e) Areola : Hiperpigmentasi.

(f) Puting susu : Mendatar.

(g) Kolostrum : Keluar sedikit.

(3) Axilla

(a) Benjolan : Tidak ada benjolan.

(b) Nyeri : Ada nyeri saat ditekan.

(4) Ekstremitas

(a) Varices : Tidak ada varices.

(b) Oedem : Tidak oedema.

(c) Reflek Patella : Positif kanan dan kiri.

(d) Betis merah /lembek/keras: Tidak merah/ tidak

lembek/ tidak keras.


56

3) Pemeriksaan Khusus Obstetri (Status Lokalis)

a) Abdomen

(1)Inspeksi

(a) Pembesaran perut : Tidak ada.

(b) Linea Alba/nigra : Linea alba.

(c) Striae albican/livide : Striae Livide.

(d) Kelainan lain : Tidak ada kelainan bekas operasi.

(2)Palpasi

(a) Kontraksi : Tidak ada.

(b) TFU : Pertengahan pusat simfisis.

(c) Kandung Kemih : Kosong.

b) Anogenital

(1)Vulva vagina

(a) Varices : Tidak ada varices.

(b) Kemerahan : Tidak kemerahan.

(c) Nyeri : Tidak nyeri.

(d) Lokhea : Rubra.

(2)Perineum

(a) Keadaan luka : Baik.

(b) Bengkak/ kemerahan : Tidak bengkak/ tidak kemerahan.

(3)Anus

(a) Haemoroid : Tidak ada haemoroid.

(b) Lain – lain : Tidak ada.


57

(4)Inspekulo

(a) Vagina : Tidak dilakukan pemeriksaan.

(b) Portio : Tidak dilakukan pemeriksaan.

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan.

b) Pemeriksaan Penunjang Lain : Tidak dilakukan pemeriksaan.

2. Interpretasi Data

Tanggal 19 Mei 2012 Pukul 17.15 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. D P1A0 umur 26 tahun nifas hari ke tiga dengan bendungan saluran

ASI.

Data Dasar

1) Data Subyektif :

a) Ibu mengatakan habis melahirkan tanggal 16 Mei 2012 jam 10.55

WIB.

b) Ibu mengatakan payudaranya bengkak, nyeri dan badan terasa

panas sejak tadi pagi.

c) Ibu mengatakan bayinya susah menyusu.

2) Data Obyektif :

a) TTV

(1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg

(2) Nadi : 84 x/mnt


58

(3) Suhu : 37,50C

(4) Respirasi : 20 x/mnt

b) Mammae

(1) Pembengkakan : Ada, di sebelah kiri payudara.

(2) Simetris : Tidak simetris.

(3) Areola : Hiperpigmentasi.

(4) Puting susu : Mendatar.

(5) Kolostrum : Keluar sedikit.

(6) Nyeri tekan : Ada nyeri saat ditekan.

(7) Kemerahan : Sedikit kemerahan.

b. Masalah

Ibu merasa cemas.

Data Dasar : Ibu mengatakan cemas dan takut sehubungan dengan

keadaannya.

c. Kebutuhan

1) Memberi support mental pada ibu.

2) Memberikan konseling tentang perawatan payudara.

3. Diagnosa Potensial

Mastitis.
59

4. Antisipasi/Tindakan Segera

a. Kompres hangat.

b. Terapi analgetik Antalgin 500mg 3x1.

5. Perencanaan

Tanggal 19 Mei 2012 Pukul 17.17 WIB

a. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu.

b. Beri dukungan moril pada ibu.

c. Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin

d. Anjurkan ibu menyusukan kedua payudaranya

e. Anjurkan ibu mengompres hangat payudara sebelum disusukan.

f. Anjurkan ibu memakai BH yang menopang payudara dan tidak terlalu

ketat.

g. Berikan antalgin 500 mg per oral 3x1.

h. Lakukan evaluasi.

6. Pelaksanaan

Tanggal 19 Mei 2012 Pukul 17.35 WIB

a. Pukul 17.35 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu

mengalami bendungan saluran ASI.

b. Pukul 17.37 WIB Memberi dukungan moril pada ibu.

c. Pukul 17.40 WIB Menganjurkan ibu menyusui sesering mungkin pada

kedua payudaranya.
60

d. Pukul 17.45 WIB Menganjurkan ibu mengompres hangat payudara

sebelum disusukan.

e. Pukul 17.47 WIB Menganjurkan ibu memakai BH yang menopang

payudara dan tidak terlalu ketat.

f. Pukul 17.48 WIB Memberikan antalgin 500 mg per oral 3x1.

7. Evaluasi

Tanggal 19 Mei 2012 Pukul 17.50 WIB

a. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

b. Kecemasan ibu berkurang

c. Ibu mengatakan bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

d. Ibu mengatakan bersedia mengompres hangat payudara sebelum

disusukan.

e. Ibu sudah diberi antalgin 500 mg per oral 3x1 serta ibu bersedia untuk

meminum obat yang diberikan secara teratur.

f. Keadaan ibu sudah membaik, payudara masih bengkak.


61

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal 20 Mei 2012 Pukul : 16.00 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan masih nyeri dan bengkak pada sekitar payudara dan

panas badan sudah berkurang.

2. Ibu mengatakan lupa cara menyusui bayinya dengan benar.

3. Ibu mengatakan sudah minum obat.

4. Ibu mengatakan bayinya masih tidak mau menyusu.

O : Obyektif

1. KU : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 82 x/mnt

S : 37oC R : 20 x/mnt

4. Palpasi

a. Mammae : Payudara bengkak

b. Putting susu : Mendatar, ASI sedikit keluar

5. Pengeluaran pervaginam : Lokhea sanguinolenta berwarna merah

kekuningan berisi darah dan lendir.

6. Perineum

Bengkak/ kemerahan : Tidak bengkak/ tidak kemerahan.


62

A : Assesment

Ny. D P1A0 umur 26 tahun, nifas hari ke empat dengan bendungan

saluran ASI.

P : Planning

Tanggal 20 Mei 2012

1. Pukul 16.10 WIB Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu

masih mengalami bendungan saluran ASI.

2. Pukul 16.25 WIB Memberikan bimbingan cara menyusui yang benar.

3. Pukul 16.40 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan

payudara

4. Pukul 17.30 WIB Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan

bergizi dan banyak minum air putih.

5. Pukul 17.40 WIB Memberi ibu terapi antalgin 500 mg per oral 3x1.

Evaluasi

Tanggal 20 Mei 2012 Pukul : 17.45 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu sudah mengerti cara menyusui yang benar.

3. Ibu mengatakan telah melaksanakan perawatan payudara setiap pagi

dan sore.

4. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan banyak

minum air putih.

5. Ibu bersedia untuk minum obat yang sudah diberikan secara teratur.
63

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal 21 Mei 2012 Pukul : 14.45 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan rasa nyeri dan bengkak pada payudara sudah mulai

berkurang.

2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar tetapi belum lancar.

3. Ibu mengatakan sudah tahu cara menyusui yang benar.

4. Ibu mengatakan sudah melakukan perawatan payudara sendiri.

5. Ibu mengatakan sudah tidak panas lagi.

O : Obyektif

1. KU : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg N: 82 x/mnt

S : 36oC R : 20 x/mnt

4. Palpasi

a. Mammae : Masih sedikit bengkak.

b. Putting susu : Sedikit menonjol, ASI keluar cukup banyak.

5. Pengeluaran pervaginam : Lokhea sanguinolenta berwarna merah

kekuningan berisi darah dan lendir.

6. Perineum

Bengkak/ kemerahan : Tidak bengkak/ tidak kemerahan.


64

A : Assesment

Ny.D P1A0 umur 26 tahun nifas hari ke lima dengan bendungan saluran

ASI.

P : Planning

Tanggal 21 Me1 2011

1. Pukul 14.50 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan

perawatan payudara secara rutin.

2. Pukul 14.55 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui dengan

benar.

3. Pukul 14.58 WIB Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya

sampai payudara benar-benar kosong.

4. Pukul 15.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui

bayinya sesering mungkin.

5. Pukul 15.03 WIB Memberi ibu terapi antalgin 500 per oral 3x1.

Evaluasi

Tanggal 21 Mei 2012 Pukul : 15.05 WIB

1. Ibu sudah melakukan perawatan payudara tiap pagi dan sore.

2. Ibu dapat melakukan teknik menyusui yang benar.

3. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sampai payudara benar-benar

kosong.

4. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

5. Ibu bersedia minum obat yang sudah diberikan secara teratur.


65

DATA PERKEMBANGAN III

Tanggal 22 Mei 2012 Pukul : 15.05 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan rasa nyeri dan bengkak di payudaranya sudah

tidak ada lagi.

2. Ibu mengatakan puting susunya sudah menonjol dan ASI sudah

keluar lancar.

3. Ibu mengatakan sampai saat ini bayinya tetap disusui dengan ASI

saja.

O : Obyektif

1. KU : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg N : 82 x/mnt

S : 36oC R : 20 x/mnt

4. Palpasi

a. Mammae : Tidak bengkak

b. Putting susu : Menonjol, ASI lancar.

5. Pengeluaran pervaginam : Lokhea sanguinolenta berwarna merah

kekuningan berisi darah dan lendir.

6. Perineum

Bengkak/ kemerahan : Tidak bengkak/ tidak kemerahan.


66

A : Assessment

Ny.D P1A0 umur 26 tahun, nifas hari ke enam normal.

P : Planning

Tanggal 22 Mei 2012 Pukul : 15.10 WIB

1. Pukul 15.10 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan.

2. Pukul 15.12 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan

perawatan payudara secara teratur.

3. Pukul 15.15 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui

bayinya sesering mungkin sesuai keinginan

bayi.

4. Pukul 15.18 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi

makanan bergizi bagi ibu menyusui.

5. Pukul 15.23 WIB Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan.

Evaluasi

Tanggal 22 Mei 2012 Pukul : 15.40 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu bersedia untuk tetap melakukan perawatan payudara secara

teratur.

3. Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin dan sesuai

keinginan bayi.

4. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan bergizi bagi ibu menyusui.


67

5. Ibu bersedia memberikan ASI ekslusif pada bayinya.

6. Ibu merasa senang karena dapat menyusui bayinya.

7. Bendungan saluran ASI sudah teratasi, payudara sudah tidak

bengkak, nyeri, dan kemerahan, suhu ibu normal (36˚C) dan ASI

keluar lancar.
68

B. PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan

yang terjadi antara praktek yang dilakukan di RB Marga Waluya dengan teori

yang ada. Disini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut

langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney. Pembahasan

ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesimpulan dan pemecahan

masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan

sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi :

1. Pengkajian

Sesuai dengan teori Varney, pengkajian adalah pengumpulan

semua data yang diperlukan untuk keseluruhan evaluasi terhadap pasien.

Menurut Laksono (2010), tanda / keluhan pada pasien dengan bendungan

saluran ASI yaitu payudara bengkak, keras, terasa panas sampai berwarna

kemerahan. Sedangkan keluhan dari Ny. D yaitu payudara bengkak, nyeri,

dan badan terasa panas (suhu 37,5˚C) dan payudara terlihat sedikit

kemerahan. Dari data pengkajian tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus.

2. Interpretasi Data
69

Pada tinjauan kasus dalam interpretasi data didapatkan masalah

yaitu ibu merasa cemas. Menurut Sumarah (2009), hal ini terjadi karena

ibu mengalami bendungan saluran ASI. Dengan penjelasan yang baik dan

dukungan moril dapat mengurangi rasa cemas itu, sehingga ibu tidak perlu

takut lagi menyusui bayinya. Dalam penanganan kasus pada Ny. D, bidan

memberikan dukungan moril dengan cara menemani ibu dan mengajak

bicara serta member penjelasan kepada keluarga. Setelah diberi penjelasan

rasa cemas ibu sudah mulai berkurang. Jadi tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

3. Diagnosa Potensial

Pada tinjauan kasus jika bendungan saluran ASI tidak segera

ditangani akan mengakibatkan infeksi mastitis (Hubertin, 2005). Akan

tetapi pada tinjauan kasus tidak terjadi mastitis karena ibu sudah diberi

terapi, penjelasan bagaimana cara perawatan payudara, cara menyusui

yang benar, dan ditunjukkan agar ibu tetap memberikan ASI secara

eksklusif sehingga tidak ada tanda-tanda dan gejala kearah mastitis. Jadi

tidak didapati kesenjangan antara kasus dan teori.

4. Antisipasi

Pada tinjauan teori menurut Sujiyatini (2009), antisipasi

bendungan ASI adalah pemberian analgetik dan kompres hangat.

Antisipasi pada Ny. D adalah pemberian kompres hangat dan antalgin 500

mg 3x1. Pada tahap ini antisipasi tidak dilakukan karena diagnosa

potensial tidak muncul.


70

5. Perencanaan

Pada tahap ini, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa, masalah

dan kebutuhan. Perencanaan dalam teori menurut Laksono (2010),

adalah observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, beri

dukungan moril pada ibu, anjurkan ibu untuk menyusui sesering

mungkin, anjurkan ibu menyusukan kedua payudaranya, beri

konseling dan latihan tentang perawatan payudara, anjurkan

mengompres hangat payudara sebelum disusukan, ajarkan ibu

menyusui bayinya dengan benar, anjurkan ibu memakai BH yang

menopang payudara dan tidak terlalu ketat, berikan antalgin 500 mg

per oral 3x1 sehari, bila diperlukan, dan lakukan evaluasi. Pada

kasus Ny. D rencana tindakan yang dilakukan sama dengan

perencanaan dalam teori. Jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

6. Pelaksanaan

Penyusunan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa masalah yang

ditemukan untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang lebih

membahayakan. Pelaksanaan dilakukan sesuai perencanaan. Dalam

tahap ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

7. Evaluasi
71

Evaluasi dari studi kasus diperoleh hasil pasien sembuh dalam tiga

hari, keadaan umum ibu baik, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80

x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu badan normal 36˚C, kecemasan ibu

berkurang, rasa nyeri dan bengkak serta tidak ada kemerahan pada

payudara, ASI keluar lancar, ibu dapat menyusui bayinya dengan lancar,

ibu bisa melakukan perawatan payudara sendiri dan bendungan saluran

ASI sudah teratasi.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari Asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI yang

diberikan pada Ny. D P1A0 dapat disimpulkan :

a. Pengkajian telah dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data

menurut lembar format yang tersedia melalui teknik wawancara dan

observasi sistemik. Dimulai dari identitas pasien sampai pemeriksaan

penunjang. Pada Ny. D P1A0 dengan keluhan payudara bengkak, nyeri

dan badan terasa panas (suhu 37,5˚C) , payudara bengkak, puting susu

mendatar, kolustrum keluar sedikit, payudara kemerahan dan ada nyeri

bila ditekan.

b. Interpretasi data dari hasil pengkajian diperoleh Ny. D P1A0 nifas hari

ke-3 dengan bendungan saluran ASI, masalah yang terjadi adalah ibu

merasa cemas, dan kebutuhan yang dilakukan adalah memberi support

mental dan konseling tentang perawatan payudara pada ibu.

c. Pada Ny. D P1A0 diagnosa potensial mastitis tidak terjadi.

d. Pada Ny. D P1A0 antisipasi dengan observasi vital sign dan keadaan

payudara, terapi berupa antalgin 500 mg 3x1 dan diberi kompres

hangat.

e. Perencanaan yang diberikan pada Ny. D P1A0 dengan bendungan

saluran ASI antara lain beri konseling dan latihan tentang perawatan

72
73

payudara, ajarkan ibu menyusui bayinya dengan benar, beri kompres

hangat dan beri antalgin 500 mg 3x1 per oral dan lakukan evaluasi.

f. Pelaksanaan yang diberikan pada Ny. D P1A0 dengan bendungan

saluran ASI antara lain memberi konseling dan latihan tentang

perawatan payudara, mengajarkan ibu menyusui bayinya dengan benar,

memberi antalgin 500 mg 3x1 per oral, dan melakukan evaluasi.

g. Evaluasi adalah tahapan penilaian terhadap keberhasilan asuhan yang

telah diberikan dalam mengatasi masalah pasien. Setelah penulis

melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien selama 3 hari,

bendungan saluran ASI sudah teratasi.

2. Pada Kasus Ny. D P1A0 tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

nyata di lapangan.

3. Pada kasus Ny. D P1A0 terdapat alternatif pemecahan masalah dengan

memberikan antalgin 500 mg per oral 3x1, melakukan perawatan payudara,

menyusui bayi dengan baik dan benar sehingga ASI dapat keluar dengan

lancar dan bendungan saluran ASI dapat teratasi.


74

B. SARAN

Dari adanya kesimpulan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Pasien

Diharapkan lebih sering menyusui bayinya sesuai keinginan bayi, selalu

melakukan perawatan payudara serta memberi ASI eksklusif pada bayinya

selama 6 bulan.

2. Bagi Profesi

Pentingnya informasi tentang perawatan payudara pada setiap ibu hamil

sehingga bila terjadi kasus pada ibu nifas dengan bendungan saluran ASI

ibu segera ke petugas kesehatan untuk mendapatkan penanganan.

3. Bagi Institusi Pendidikan dan RB

Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan

keterampilan dalam penanganan kasus ibu nifas dengan bendungan saluran

ASI sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan

menyeluruh sesuai dengan teori yang ada.

Anda mungkin juga menyukai