Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF BBL PADA BY”I”

DENGAN BBLR HARI KE-2 DI RSI NASHRUL UMMAH


LAMONGANTAHUN 2016

Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin


Dosen Program Studi DIII Kebidanan Universitas Islam Lamongan
Email: fitrianaikhtiarinawatifajrin@gmail.com

ABSTRAK

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Pada tahun 2015 Di RSI Nashrul Ummah
Lamongan masih terdapat bayi baru lahir dengan BBLR sebesar (8,98%). Tujuan
penelitian ini adalah mendapat gambaran tentang penatalaksanaan Asuhan kebidanan
komprehensif pada BY. “I” dengan BBLR hari ke-2 Di RSI Nashrul Ummah
Lamongan Tahun 2016
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahdeskriptif observasi yang
dilaksanakan dengan pendekatan kohort mulai dari kehamilan sampai kontrasepsi
diperoleh melalui wawancara,pengkajian data primer, skunder, pemeriksaan fisik,
penunjang dan dilakukan pendokumentasian standar kebidanan SOAP.
Berdasarkan hasil penelitian, pada data subyektif terdapat persamaan antara
tinjauan teori dan tinjauan kasus pada keluhan utama yaitu bayi kecil, berat badan
kurang, bayi menangis merintih, lemas dan gerakan kurang aktif. Pada data obyektif
terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada pemeriksaan reflek
neurologi, diteori dijelaskan bahwa hasil dari pemeriksaan neurologi semua reflek-
refleknya lemah, sedangkan pada kasus hanya reflek menghisap, menelan dan tonic
neck saja yang lemah. Pada analisa data terdapat persamaan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus yakni pada masalah potensial bayi mengalami hipotermi, asfiksi, dan
hipoglikemi dan pada penatalaksanaan terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus pada pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Upaya yang dilakukan untuk melakukan pencegahan pada kasus bayi dengan
berat bayi lahir rendah yaitu semua ibu hamil mendapat pelayanan yang
komprehensif, memperbaiki status gizi ibu hamil dengan mengkonsumsi makanan
yang lebih sering atau lebih banyak dan lebih diutamakan makanan yang mengandung
nutrisi yang cukup, penyuluhan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim dan meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala 4 kali.

Kata Kunci : BBL, BBLR

PENDAHULUAN pada masalah perekonomian keluarga


Berat Bayi Lahir Rendah sehingga pemenuhan kebutuhan
(BBLR) merupakan bayi baru lahir komsumsi makanan pun kurang.
yang berat badannya saat lahir kurang Namun kejadian Berat Bayi Lahir
dari 2500 gram. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) juga dapat terjadi
Rendah (BBLR) pada dasarnya pada mereka yang status
berhubungan dengan kurangnya perekonomiannya cukup, hal ini
pemenuhan nutrisi pada masa berkaitan dengan paritas, jarak
kehamilan ibu dan hal ini berhubungan kelahiran, kadar hemoglobin dan
dengan banyak faktor dan lebih utama pemanfaatan pelayanan antenatal.Berat

1
Bayi Lahir Rendah(BBLR) termasuk Dalam hal ini, tentu perlu adanya
faktor utama dalam peningkatan pendampingan atau instruksi khusus
mortalitas dan morbilitas neonatus, dari tenaga medis.
bayi dan anak serta memberikan Berdasarkan data dari Dinas
dampak jangka panjang terhadap Kesehatan Propinsi Jawa Timur pada
kehidupan dimasa depan(Yulianti, tahun 2014 jumlah bayi lahir
2010). 594.461dengan rincian angka kejadian
Keadaan bayi sangat BBLR sebanyak 19.712 bayi 3.32
tergantung pada pertumbuhan janin %(Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa
dalam uterus, kualitas pengawasan Timur, 2015).Di Kabupaten Lamongan
antenatal, penanganan persalinan dan pada tahun 2015 terdapat 19.188 bayi
perawatan setelah lahir. Kejadian bayi lahir, dengan rincian angka kejadian
dengan berat badan yang rendah masih BBLR sebanyak 2.253 bayi (11.7%)
sangat tinggi di negara berkembang ini dari jumlah bayi baru lahir di
merupakan akibat rendahnya status Kabupaten Lamongan (Dinas
sosial ekonomi dan tingkat pendidikan Kesehatan Lamongan, 2016).Dari data
yang dimiliki kebanyakan masyarakat RSI Nashrul Ummah Lamongan pada
sehingga kesadaran dan pemahaman tahun 2015 jumlah bayi yang lahir 515
mengenal kondisi kehamilannya masih bayi, jumlah bayi yang lahir normal
sangat kurang akibatnya dapat terjadi sebanyak bayi 471 (91,4%) dan yang
komplikasi pada bayi seperti asfiksia mengalami BBLR sebanyak 21 bayi
dan mengakibatkan meningkatnya (4,1%), Asfiksi sebanyak 17 bayi
mordibitas dan mortalitas terhadap (3,3%) dan Ikterus sebanyak 6 bayi
bayi (Muslihatun, 2010). (1,2%),faktor-faktor yang
Berdasarkan Organisasi menyebabkan bayi dengan berat lahir
Kesehatan Dunia (WHO), di Indonesia rendah antara lain: status sosial
pada tahun 2014 prevalensi bayi berat ekonomi yang rendah 7(33.3%),
lahir rendah diperkirakan 29% dari dari kehamilan kurang bulan 9(42.8%),
seluruh kelahiran di dunia dengan perdarahan antepartum3 (14.2%),
batasan 35%-38% dan lebih sering kehamilan anemia 2(9.5%).Dalam satu
terjadi di negara-negara berkembang tahun terakhir tidak ada bayi yang
atau sosial ekonomi rendah. meninggal akibat dari berat lahir yang
Berdasarkan data hasil Survei rendah.
Demografi dan Kesehatan Indonesia Tingkat keberhasilan dalam
(SDKI) tahun 2012, Angka Kematian menangani bayi baru lahir dengan
Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar berat lahir rendah 100%. Dari data RSI
19 kematian/1000 kelahiran hidup dan Nashrul Ummah Lamongan pada bulan
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar Januari-Juni tahun 2016 jumlah bayi
32 kematian/1000 kelahiran hidup. yang lahir 178 bayi, dengan angka
Penyebab utama angkakematian bayi kejadian bayi dengan BBLR sebanyak
tinggi selain Berat Bayi Lahir Rendah 16 bayi (8.98%), faktor-faktor yang
(BBLR) adalah asfiksi, infeksi, diare menyebabkan bayi dengan berat lahir
dan pneumonia, untuk mengurangi rendah antara lain: status sosial
jumlah kematian neonatal, perlu ekonomi yang rendah 5 (31.25%),
adanya intervensi dari tingkat kehamilan kurang bulan 9 (56.25%),
masyarakat, tingkat pelayanan dasar kehamilan dengan oligohidramnion 2
dan tingkat rujukan. Di tingkat (12.5%)
masyarakat misalnya dengan Faktor penyebab Berat Bayi
perawatan neonatal di rumah, ASI Lahir Rendah (BBLR) adalah
ekskulsifdan penggunaan buku KIA. terjadinya interaksi antara sosio-
demografi, status gizi ibu hamil, status kali, penyuluhan tentang pertumbuhan
obstetrik, sosial ekonomi keluarga, dan dan perkembangan janin dalam rahim,
faktor instriksi janin. Jadi secara garis sehingga dapat mengurangi terjadinya
besar Berat Bayi Lahir Rendah bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) dipengaruhi oleh dua faktor (Hidayati, 2009).
yaitu faktor maternal dan faktor janin. Sebagai tenaga kesehatan
Faktor maternal yang mempengaruhi khususnya bidan, tindakan yang dapat
kejadian Berat Bayi Lahir Rendah dilakukan adalah dengan melakukan
(BBLR) adalah usia ibu, paritas, sosial upaya pencegahan (preventif) yakni
ekonomi yang rendah, penyakit akut dengan mendeteksi dini komplikasi
atau kronik ibu hamil, perdarahan hingga menangani komplikasi sesuai
antepartum, cervik yang tidak dengan standar yang telah ditetapkan
kompeten, kelainan bentuk uterus, dan mengupayakan agar setiap
kelainanplasenta, jarak kehamilan, kehamilan dapat diperiksa oleh bidan,
aktivitas fisik ibu, kebiasaan buruk ibu sehingga komplikasi dapat terdeteksi
(merokok dan konsumsi narkoba), lebih dini dan dapat ditangani sesegera
status gizi ibu hamil yang kurang, mugkin. Serta adanya dukungan dari
pendidikan ibu yang rendah, akses suami atau keluarga pasien diharapkan
terhadap tenaga kesehatan kurang. dapat memberikan rasa tenang dan
Sedangkan faktor janin yang berperan aman pada ibu hamil selama proses
pada kejadian Berat Bayi Lahir Rendah kehamilan.
(BBLR) jenis kelamin, etnik atau ras Sehinggadarikeadaantersebutdapatmen
dan kelainan kongenital (Prawiroharjo, imbulkan rasa
2010). kerjasamadantanggungjawabyang
Dampak dari Berat Bayi Lahir baikdiantarabidandankeluargapasien.
Rendah (BBLR) adalah penyakit yang Sehingga angka Berat Bayi Lahir
biasanya menyertai pada kasus ini Rendah (BBLR) dapat dikurangi.
seperti sindrom gangguan pernafasan
idiopatik (penyakit membrane hialin), METODE PENELITIAN
pneumonia aspirasi karena refleks Metode yang digunakan dalam
menelan belum sempurna, perdarahan penelitian ini adalahdeskriptif
spontan dalam ventrikel otak lateral observasi yang dilaksanakan dengan
akibat anoksia otak, pendekatan kohort mulai dari
hiperbilirubinemia, dan hipotermian kehamilan sampai kontrasepsi
(Muslihatun, 2010). diperoleh melalui
Upaya untuk tindakan wawancara,pengkajian data primer,
pencegahan pada kasus bayi Berat skunder, pemeriksaan fisik, penunjang
Bayi Lahir Rendah (BBLR),oleh dan dilakukan pendokumentasian
karena penyebab umum terjadinya standar kebidanan SOAP.
kasus Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) yang bersifat multifaktorial. PEMBAHASAN
Mengusahakan semua ibu hamil 1. Pengkajian Data Subyektif pada
mendapat perawatan antenatal yang BBL By“I” hari ke-2 dengan
komprehensif, memperbaiki status gizi BBLR
ibu hamil dengan mengkonsumsi
makanan yang lebih sering atau lebih Pada data subyektif terdapat
banyak dan lebih diutamakan makanan persamaan antara tinjauan kasus dan
yang mengandung nutrisi yang tinjauan teori yang terletak pada
memadai, meningkatkan pemeriksan keluhan utama, pada teori dijelaskan
kehamilan secara berkala minimal 4 bahwa keluhan utama pada bayi
dengan berat bayi lahir rendah yaitu Reflek-reflek pada pemeriksaan
bayi kecil, berat badan kurang, bayi neurologi dengan kasus berat bayi lahir
menangis, merintih, lemas, dan rendah tidak semuanya lemah, karena
gerakan kurang aktif. Sedangkan pada lemah atau tidaknya reflek tergantung
kasus bayi mengalami berat lahir yang dari keadaan umum dan kesadaran
kurang, bayi terlihat kecil, bayi dari bayi tersebut.
menangis merintih, lemas dan gerakan Dikuatkan dengan teori yang
kurang aktif. menyebutkan bahwa ciri-ciri dari bayi
Dikuatkan dengan teori yang dengan berat bayi lahir rendah berat
menyebutkan bahwa Berat Bayi Lahir badan kurang dari 2500 gram, rambut
Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir tipis halus, tulang tengkorak lunak,
yang berat badannya saat lahir kurang tulang rawan dan daun telinga imatur,
dari 2500 gram (Prawiroharjo, 2010). kulit tipis dan transparan, terdapat
Bayi baru lahir dengan berat bayi rambut lanugo terutama pada dahi,
lahir rendah selalu mengalami tanda- pelipis, telinga, lengan, serta reflek-
tanda seperti suara tangisan merintih, reflek pada pemeriksaan neurologis
gerakan yang lemah, dan keadaan lemah, terutama pada rflek menghisap,
umum yang lemah. menelan, dan reflek tonus leher lemah,
Opini ini dikuatkan oleh teori yang (Wahidayat, 2007).
menyebutkan bahwa tanda-tanda bayi
dengan berat lahir rendah yaitu tonus 3. Analisa Data pada BBL By“I”
otot lemah sehingga bayi kurang aktif hari ke-2 dengan BBLR
dan pergerakanya lemah, fungsi saraf
yang belum atau tidak efektif dan Terdapat persamaan pada analisa
tangisnya lemah, jaringan kelenjar data antara tinjauan kasus dan tinjauan
mammae masih kurang akibat teori, pada tinjauan kasus dan tinjauan
pertumbuhan otot dan jaringan lemak teori menyebutkan bahwa pada
masih kurang, dan verniks kaseosa masalah potensial bayi dengan berat
tidak ada atau sedikit bila ada bayi lahir rendah mengalami
(Prawiroharjo, 2010) hipoglikemi, hipotermi, dan asfiksi
neonatorum.
2. Pengkajian Data Obyektif pada Diperkuat oleh teori yang
BBL By“I” hari ke-2 dengan menyebutkan bahwa komplikasi yang
BBLR terjadi pada Berat Bayi Lahir Rendah
merupakan hipoglikemi, hipotermi,
Terdapat kesenjangan pada data asfiksineonatorum,hiperbilirubinemia,
obyektif untuk pemeriksaan neurologi, pneumoni aspirasi, dan infeksi.
diteori dijelaskan bahwa hasil dari (Wahidayat, 2007).
pemeriksaan neurologi semua reflek- Bayi baru lahir dengan berat bayi
refleknya lemah, sedangkan pada kasus lahir rendah (BBLR) lebih sering
hanya reflek menghisap, menelan dan mengalami beberapa komplikasi
tonic neck saja yang lemah. seperti hipotermi, asfiksi, hipoglikemi,
Kesenjangan ini dikuatkan oleh hiperbilirubinemia, pneumoni aspirasi
teori yang menyebutkan bahwa reflek- serta infeksi. Biasanya bayi dengan
reflek neurologi yang terjadi pada bayi berat lahir yang semakin rendah akan
dengan berat lahir rendah mengalami semakin mudah mengalami komplikasi
reflek yang lemah dikarenakan organ- tersebut.
organ tubuh bayi masih belum Opini ini dikuatkan oleh teori yang
berfungsi secara sempurna menyebutkan bahwa bayi dengan berat
(Wahidayat, 2007). lahir rendah akan lebih rentan
mengalami komplikasi seperti asfiksia dapat membentuk kekebalan tubuh
neonatorum, hipotermi, hipoglikemi, bayi sejak kecil.
hiperbilirubinemia, pneumoni aspirasi, Opini ini diperkuat dengan teori
dan infeksi, dikarenakan pertumbuhan yang menyebutkan bahwa ASI
janin dalam rahim yang terhambat merupakan cairan tubuh yang dinamis,
sehingga fungsi organ-organ dalam dan komposisi ASI senantiasa berubah
tubuh janin belum berfungsi semua. untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
(Hidayat, 2008) bayi. ASI pertama yang dikonsumsi
bayi, yang disebut fore-milk (ASI
4. Penatalaksanaan pada BBL awal), mengandung kadar lemak yang
By“I” hari ke-2 dengan BBLR lebih rendah, yang secara konstan
meningkat kadarnya dalam hind-milk
Pada kasus bayi dengan berat bayi (ASI akhir), dan ini yang diduga
lahir rendah didapatkan adanya mendasari timbulnya rasa puas atau
kesenjangan pada penatalaksanaan kenyang pada bayi. (Primadi, 2013)
antara kasus dan teori. Pada teori
menyebutkan bahwa penatalaksanaan KESIMPULAN
yang dilakukan pada bayi dengan berat Setelah melakukan asuhan
lahir rendah yaitu menghangatkan kebidanan pada By “I” Usia 2 Hari
bayi, pemenuhan nutrisi, mengkaji dengan Berat Bayi Lahir
reflek-reflek neurologi, melakukan Rendah(BBLR) di RSI Nashrul
penimbangan secara ketat, dan Ummah Lamongan, maka didapatkan
perawatan bayi baru lahir sehari-hari. kesimpulan :
Sedangkan pada kasus menyebutkan a. Data Subyektif terdapat persamaan
bahwa bayi masih dipuasakan karena antara tinjauan teori dan tinjauan
lambung bayi masih belum bisa kasus pada keluhan utama yaitu
menerima asupan nutrisi dan setelah bayi kecil, berat badan kurang, bayi
dilakukan retensi lambung ternyata
konsistensi dari retensi hitam dan menangis merintih, lemas dan
banyak. gerakan kurang aktif.
Kesenjangan ini diperkuat oleh b. Data Obyektif terdapat kesenjangan
teori yang menyebutkan bahwa bayi antara tinjauan teori dan tinjauan
dengan berat lahir rendah seharusnya kasus pada pemeriksaan reflek
segera diberikan nutrisi untuk neurologi.Diteori dijelaskan bahwa
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya.
hasil dari pemeriksaan neurologi
Tetapi jika pada saat diberikan ASI
dan bayi memuntahkan atau semua reflek-refleknya lemah,
mengeluarkannya kembali maka lebih sedangkan pada kasus hanya reflek
baik pemberian ASI dihentikan/bayi menghisap, menelan dan tonic neck
dipuasakan untuk sementara waktu saja yang lemah.
sampai lambung bayi bisa menerima c. Analisa Data terdapat persamaan
asupan nutrisi. Jika lambung bayi antara tinjauan teori dan tinjauan
sudah bisa menerima nutrisi maka
kasus yakni pada masalah potensial
segera berikan ASI sesuai kebutuhan
bayi. bayi mengalami hipotermi, asfiksi,
Pada bayi dengan berat bayi lahir dan hipoglikemi.
rendah sebaiknya segera dilakukan d. Penatalaksanaan terdapat
pemenuhan nutrisi berupa ASI. Karena kesenjangan antara tinjauan teori
ASI akan dapat membantu proses dan tinjauan kasus pada pemenuhan
menaikkan berat badan bayi, serta
kebutuhan nutrisi.
SARAN Wahidayat,Iskandar. 2007. Ilmu
Dapat dijadikan sebagai bahan Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
masukan atau tambahan untuk
perkembangan dan penyempurnaan
asuhan yang sudah ada.
Diharapkan dapat menyediakan
lebih banyak literatur dengan tahun
terbaru dalam menyusun Studi Kasus
khususnya kasus Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR).
Diharapkan dapat meningkatkan
kualitas pelayanan bagi petugas dan
klien sehingga tercapai asuhan
kebidanan yang lebih komprehensif.
Pemahaman tentang informasi
yang berhubungan dengan Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) akan membantu
masyarakat dalam mendeteksi dini
komplikasi dan tindakan yang harus
dilakukan agar tidak terjadi hal yang
tidak di inginkan

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Aminul. 2008.


Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak 1. Jakarta : Salemba medika

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan


Keperawatan pada Kehamilan
Fisiologis dan Patologis. Jakarta
: Salemba medika

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan


Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta : Fitramaya

Prawirohardjo, Sarwono. 2010.


Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : YBP SP

Primadi, A. 2010. Pemberian ASI pada


Bayi Lahir Kurang
Bulan.Jakarta: IDAI.

Yuliati, L. 2010. Asuhan Kebidanan IV


(Patologi Kebidanan). Jakarta :
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai