Anda di halaman 1dari 6

TUGAS AGAMA II

SIAPA ITU TUHAN YESUS

NAMA : HEDWIG BARBARA DESANTO NAHAK


NIM : 32121068
PRODI : MANAJEMEN B/1

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA


KUPANG
2021/2022
SIAPA ITU TUHAN YESUS
Yesus (bahasa Yunani:  Iesous 4 SM sampai 30-33 M), juga disebut sebagai Yesus
dari Nazaret atau Yesus Kristus, adalah tokoh sentral Kekristenan. Menurut ajaran sebagian
besar denominasi Kristen, Yesus dipandang sebagai Allah Putra (Anak Allah). Umat Kristen
meyakini bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus, Yang Diurapi) yang dinantikan. Hampir
semua akademisi setuju bahwa Yesus ada secara historis dan para sejarawan
menganggap Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas) sebagai sumber terbaik
untuk meneliti historisitas Yesus. Kebanyakan akademisi sepakat Yesus adalah
orang Galilea, rabi Yahudi yang mewartakan pesannya secara lisan, dibaptis oleh Yohanes
Pembaptis, dan disalibkan sesuai perintah Prefek Romawi Pontius Pilatus. Menurut
pandangan aliran utama saat ini, Yesus adalah seorang pewarta apokaliptik dan pendiri
sebuah gerakan pembaruan di dalam Yudaisme. Setelah kematiannya, pengikutnya percaya
bahwa Yesus bangkit dari kematian, dan komunitas yang mereka bentuk kemudian menjadi
Gereja Kristen. Era kalender yang paling umum, disingkat M (Masehi) dalam bahasa
Indonesia atau disingkat AD dari bahasa Latin "Anno Domini" ("dalam tahun Tuhan kita"),
didasarkan pada kelahiran Yesus. Kelahiran Yesus dirayakan setiap tahun pada 25 Desember
(atau beragam tanggal pada bulan Januari di dalam beberapa gereja timur) sebagai Natal.
Umat Kristen percaya bahwa Yesus memiliki suatu signifikansi yang unik di
dunia. Doktrin-doktrin Kristen mencakup keyakinan bahwa Yesus dikandung oleh Roh
Kudus, dilahirkan dari seorang perawan bernama Maria, melakukan berbagai mukjizat,
mendirikan Gereja, mati karena penyaliban sebagai kurban untuk penebusan, bangkit dari
kematian dan naik ke Surga, serta akan datang kembali ke bumi. Sebagian besar umat Kristen
percaya bahwa Yesus memungkinkan manusia untuk didamaikan dengan Allah. Pengakuan
Iman Nicea menegaskan bahwa Yesus akan menghakimi orang
mati baik sebelum atau setelah kebangkitan tubuh mereka, suatu peristiwa yang juga
dikaitkan dengan Kedatangan Kedua Yesus di dalam eskatologi Kristen, walaupun beberapa
kalangan meyakini peranan Yesus sebagai juru selamat memiliki kepentingan yang
lebih sosial atau eksistensial daripada akhirat, dan beberapa teolog terkenal telah
mengemukakan bahwa Yesus akan membawa suatu rekonsiliasi universal. Sebagian terbesar
dari kalangan Kristen menyembah Yesus sebagai penjelmaan dari Allah Putra, pribadi kedua
dalam satu Trinitas Ilahi. Beberapa kelompok Kristen menolak Trinitarianisme, baik sebagian
ataupun seluruhnya, karena mereka menganggapnya tidak selaras dengan kitab suci.
Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak ada
kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep ketuhanan
meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme, Tuhan
merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Menurut deisme,
Tuhan merupakan pencipta alam semesta, tetapi tidak ikut campur dalam kejadian di alam
semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para cendekiawan
menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda.
Yang paling umum, di antaranya adalah Mahatahu (mengetahui segalanya), Mahakuasa
(memiliki kekuasaan tak terbatas), Mahaada (hadir di mana pun), Mahamulia (mengandung
segala sifat-sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal
abadi. Penganut monoteisme percaya bahwa Tuhan hanya ada satu, serta tidak berwujud
(tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang
dapat direnungkan". Banyak filsuf abad pertengahan dan modern terkemuka yang
mengembangkan argumen untuk mendukung dan membantah keberadaan Tuhan.
Ada banyak nama untuk menyebut Tuhan, dan nama yang berbeda-beda melekat pada
gagasan kultural tentang sosok Tuhan dan sifat-sifat apa yang dimiliki-Nya. Atenisme pada
zaman Mesir Kuno, kemungkinan besar merupakan agama monoteistis tertua yang pernah
tercatat dalam sejarah yang mengajarkan Tuhan sejati dan pencipta alam semesta, yang
disebut Aten. Kalimat "Aku adalah Aku" dalam Alkitab Ibrani, dan
"Tetragrammaton" YHVH digunakan sebagai nama Tuhan, sedangkan Yahweh,
dan Yehuwa kadang kala digunakan dalam agama Kristen sebagai hasil vokalisasi dari
YHWH. Dalam bahasa Arab, nama Allah digunakan, dan karena predominansi Islam di
antara para penutur bahasa Arab, maka nama Allah memiliki konotasi dengan kepercayaan
dan kebudayaan Islam. Umat muslim mengenal 99 nama suci bagi Allah, sedangkan umat
Yahudi biasanya menyebut Tuhan dengan gelar Elohim atau Adonai (nama yang kedua
dipercaya oleh sejumlah pakar berasal dari bahasa Mesir Kuno, Aten). Dalam agama
Hindu, Brahman biasanya dianggap sebagai Tuhan monistis. Agama-agama lainnya memiliki
panggilan untuk Tuhan, di antaranya: Baha dalam agama Baha'i, Waheguru dalam Sikhisme,
dan Ahura Mazda dalam Zoroastrianisme. Banyaknya konsep tentang Tuhan dan
pertentangan satu sama lain dalam hal sifat, maksud, dan tindakan Tuhan, telah mengarah
pada munculnya pemikiran-pemikiran seperti omniteisme, pandeisme, atau filsafat Perennial,
yang menganggap adanya satu kebenaran teologis yang mendasari segalanya, yang diamati
oleh berbagai agama dalam sudut pandang yang berbeda-beda, maka sesungguhnya agama-
agama di dunia menyembah satu Tuhan yang sama, tetapi melalui konsep dan pencitraan
mental yang berbeda-beda mengenai-Nya.

Silsilah Yesus dan Kelahiran Yesus


Injil Matius dan Injil Lukas menyajikan genealogi atau silsilah Yesus. Injil Matius
menelusuri garis keturunan Yesus sampai kepada Abraham, melalui Daud. Injil Lukas
menelusuri garis keturunan Yesus melalui Adam sampai kepada Allah[  Daftar-daftar tersebut
identik antara Abraham dan Daud, tetapi sangat berbeda mulai dari Daud sampai kepada
Yesus. Para akademisi Kristen lazimnya (dimulai dengan sejarawan Eusebius telah
mengemukakan berbagai teori yang berupaya menjelaskan perbedaan garis keturunan
tersebut, misalnya bahwa laporan Injil Matius didasarkan pada garis keturunan Yusuf
sedangkan Injil Lukas didasarkan pada garis keturunan Maria. Akademisi biblika modern
seperti Marcus Borg dan John Dominic Crossan menganggap kedua silsilah tersebut sebagai
invensi untuk menyesuaikan dengan konvensi sastra Yahudi.
Injil Matius dan Injil Lukas mendeskripsikan kelahiran Yesus, khususnya bahwa
Yesus dilahirkan dari seorang perawan di Betlehem sebagai pemenuhan nubuat para nabi.
Laporan dari Injil Lukas menekankan peristiwa-peristiwa sebelum kelahiran Yesus dan
berpusat pada Maria, sementara Injil Matius kebanyakan mencakup peristiwa-peristiwa
setelah kelahiran dan berpusat pada Yusuf. Kedua laporan tersebut menyatakan bahwa Yesus
dilahirkan bagi Maria dan Yusuf, tunangannya, di Betlehem, dan kedua laporan tersebut
mendukung doktrin kelahiran dari perawan yang menyatakan bahwa Yesus dikandung secara
ajaib dari Roh Kudus di dalam rahim Maria dan ia tetap seorang perawan. Kelahiran dari
perawan telah menjadi salah satu ajaran yang konsisten dalam keyakinan Kristen ortodoks,
walaupun sejumlah teolog liberal mempertanyakannya selama 150 tahun terakhir ini. Injil
Matius berulang kali mengutip Perjanjian Lama untuk mendukung keyakinan bahwa Yesus
adalah Mesias yang dijanjikan untuk bangsa Yahudi.
Dalam Injil Matius, Yusuf mengalami kegundahan karena Maria, tunangannya, telah
hamil (Matius 1:19-20), tetapi dalam mimpi pertama Yusuf seorang malaikat meyakinkannya
agar tidak takut untuk mengambil Maria sebagai istrinya karena anak yang dikandungnya
dikandung dari Roh Kudus. Dalam Matius 2:1-12, orang-orang Majus atau Magi dari Timur
membawakan hadiah-hadiah bagi bayi Yesus yang dipandang sebagai Raja Orang Yahudi.
Herodes mendengar perihal kelahiran Yesus, dan ia ingin membunuh Yesus sehingga
memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki di Betlehem. Tetapi seorang malaikat
memperingatkan Yusuf dalam mimpinya yang kedua, dan keluarga tersebut melarikan diri ke
Mesir untuk kemudian kembali dan menetap di Nazaret. Menurut Lukas 1:31-38, Maria
mengetahui dari malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang anak
yang disebut Yesus melalui tindakan Roh Kudus. Pada waktu Maria akan melahirkan, ia dan
Yusuf melakukan perjalanan dari Nazaret ke kampung halaman Yusuf di Betlehem untuk
mendaftarkan diri dalam sensus yang diperintahkan oleh Kaisar Agustus. Ketika berada di
sana Maria melahirkan Yesus, dan karena mereka tidak mendapat tempat di rumah
penginapan, ia menempatkan bayi yang baru dilahirkannya di dalam sebuah palungan (Lukas
2:1-7). Seorang malaikat mengabarkan kelahiran itu kepada beberapa gembala, selanjutnya
mereka pergi ke Betlehem untuk melihat Yesus dan kemudian menyebarkan berita tersebut
(Lukas 2:8-20). Setelah mempersembahkan Yesus di Bait Allah, Yusuf, Maria, dan Yesus
kembali ke Nazaret.
Rumah masa kecil Yesus diidentifikasi dalam Injil Lukas dan Injil Matius sebagai
kota Nazaret di Galilea di mana Yesus tinggal bersama keluarga-Nya. Yusuf ditampilkan
dalam deskripsi-deskripsi masa kanak-kanak Yesus, namun tidak disebutkan lagi
setelahnya. Anggota keluarga Yesus yaitu, ibu-Nya, Maria, saudara-saudara-Nya, Yakobus,
Yoses (Yusuf), Yudas, Simon, dan saudari-saudari yang tidak disebutkan Namanya tercatat
dalam Injil dan sumber-sumber lain. Menurut Stephen L. Harris, Injil Markus menyampaikan
bahwa Yesus terlibat konflik dengan para tetangga dan kaum keluarga-Nya. Saudara-
saudara dan ibu Yesus datang untuk menjemput Yesus (Markus 3:31-35) karena orang-orang
mengatakan bahwa Ia sudah tidak waras (3:21). Yesus menanggapi bahwa mereka yang
melakukan kehendak Allah adalah keluarga-Nya yang sebenarnya. Dalam Injil Yohanes,
Maria mengikuti Yesus sampai saat penyaliban, dan Yesus mengekspresikan kepedulian
terhadap sang ibu (19:25-27).
Yesus disebut sebagai seorang tekton dalam Markus 6:3, menurut tradisi dipahami
sebagai tukang kayu tetapi dapat juga mencakup para pembuat benda dalam berbagai bahan,
termasuk pembangun. Injil memperlihatkan bahwa Yesus dapat membaca, memparafrasakan,
dan berdebat kitab suci, tetapi belum tentu berarti bahwa Yesus menerima pelatihan menulis
secara formal.

Pembaptisan dan Pencobaan


Yohanes Pembaptis digambarkan menyerukan penitensi dan pertobatan demi
pengampunan dosa serta mendorong untuk berderma kepada kaum miskin (Lukas 3:11)
ketika ia membaptis orang-orang di daerah Sungai Yordan di sekitar Perea, selain itu juga
menubuatkan kedatangan seseorang "yang lebih berkuasa" daripada dia (Lukas 3:16).
Belakangan Yesus mengidentifikasi Yohanes Pembaptis sebagai Elia (Markus 9:13-
14, Matius 11:14), seorang nabi yang diharapkan kedatangannya sebelum "hari Tuhan yang
besar dan dahsyat itu" (Maleakhi 4:5). Demikian juga Injil Lukas menyatakan bahwa
Yohanes Pembaptis memiliki roh dan kuasa Elia (Lukas 1:17). Dalam Injil Markus, Yohanes
membaptis Yesus dan setelah keluar dari sungai Yesus melihat Roh Kudus yang berbentuk
seperti seekor burung merpati turun ke atas-Nya dan terdengar suara dari Surga yang
menyatakan bahwa Yesus adalah Putra Allah (Markus 1:9-11). Ini merupakan salah satu dari
dua peristiwa dalam Injil yang menuliskan adanya suara dari Surga yang menyebut Yesus
"Putra" atau "Anak", peristiwa lainnya yaitu Transfigurasi. Roh tersebut kemudian mengantar
Yesus ke padang gurun di mana Yesus dicobai oleh Iblis (Markus 1:12- 13). Yesus kemudian
memulai pelayanan setelah Yohanes ditangkap (Markus 1:14). Pembaptisan Yesus dalam
Injil Matius dikisahkan serupa, di mana sebelum pembaptisan Yesus, Yohanes memprotes
dengan mengatakan, "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu" (Matius 3:14). Yesus
menanggapinya dengan permintaan untuk melaksanakan pembaptisan tersebut demi
"menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Matius 3:15). Injil Matius juga merinci ketiga
godaan yang ditawarkan Iblis kepada Yesus di padang gurun (Matius 4:3-11). Dalam Injil
Lukas, Roh Kudus turun seperti seekor burung merpati setelah semua orang di sana dibaptis
dan Yesus sedang berdoa (Lukas 3:21-22). Yohanes secara implisit mengenali Yesus dari
penjara setelah ia mengirim para pengikutnya untuk bertanya tentang Yesus (Lukas 7:18-23).
Pembaptisan dan pencobaan yang dialami oleh Yesus berfungsi sebagai persiapan untuk
melakukan pelayanan publik.
Injil Yohanes tidak menceritakan pembaptisan dan pencobaan yang dialami Yesus.
Dalam Injil Yohanes, Yohanes Pembaptis bersaksi bahwa ia melihat Roh yang turun ke atas
Yesus (Yohanes 1:32). Yohanes menyatakan di depan publik bahwa Yesus adalah Anak
Domba Allah yang menjadi kurban, dan beberapa pengikut Yohanes menjadi pengikut
Yesus. Dalam Injil Yohanes, Yohanes menyangkal bahwa ia adalah Elia (Yohanes 1:21).
Sebelum Yohanes dipenjarakan, Yesus juga turut membaptis orang-orang (Yohanes 3:22-24)
dan membaptis lebih banyak orang daripada Yohanes (Yohanes 4:1).

Pelayanan Publik
Injil Sinoptik menggambarkan dua lingkungan geografis yang berbeda dalam
pelayanan Yesus. Yang pertama bertempat di utara Yudea di Galilea, di mana pelayanan
Yesus mengalami suatu kesuksesan; dan yang kedua memperlihatkan ditolak dan dibunuhnya
Yesus ketika mengadakan perjalanan ke Yerusalem. Secara khusus Yesus melarang mereka
yang mengenali identitas-Nya untuk berbicara tentang hal itu, termasuk orang-orang yang
disembuhkan Yesus dan setan-setan yang diusir-Nya. Injil Yohanes menggambarkan
pelayanan Yesus lebih banyak berlangsung di dan sekitar Yerusalem daripada di Galilea.
Dalam Injil ini, identitas ilahi Yesus dinyatakan secara terbuka di hadapan publik dan segera
diakui oleh mereka.
Para akademisi membagi pelayanan Yesus ke dalam beberapa tahap. Pelayanan di
Galilea dimulai ketika Yesus kembali ke Galilea dari Gurun Yudea setelah penolakan atas
semua godaan Setan. Yesus berkhotbah di seluruh Galilea dan Matius 4:18-20 mengisahkan
bahwa murid-murid pertama Yesus, yang pada akhirnya membentuk inti dari Gereja perdana,
bertemu dengan Yesus dan mulai bepergian dengan-Nya. Periode ini meliputi peristiwa
Khotbah di Bukit, yaitu salah satu pengajaran utama Yesus, meredakan badai, memberi
makan 5.000 orang, berjalan di atas air, serta sejumlah mukjizat dan perumpamaan. Periode
ini berakhir dengan Pengakuan Petrus dan peristiwa Transfigurasi.
Seiring perjalanan Yesus menuju Yerusalem, dalam pelayanan di Perea, Yesus
kembali ke daerah di mana Ia dibaptis, sekitar sepertiga perjalanan turun dari Danau
Galilea di sepanjang Yordan (Yohanes 10:40-42). Periode pelayanan terakhir di Yerusalem
dimulai dengan masuknya Yesus ke kota tersebut pada hari Minggu Palma. Dalam Injil
Sinoptik, selama minggu tersebut Yesus mengusir para penukar uang dari Bait Allah
dan Yudas melakukan tawar-menawar untuk mengkhianati Yesus. Periode ini berpuncak
dalam Perjamuan Terakhir dan Amanat Perpisahan.
Dalam Injil Sinoptik, Yesus mengajarkan secara luas, sering kali dengan
perumpamaan, mengenai Kerajaan Allah (atau, dalam Injil Matius, Kerajaan
Surga). Kerajaan itu dideskripsikan telah dekat (Markus 1:15) dan telah ada dalam pelayanan
Yesus (Lukas 17:21). Yesus menjanjikan keikutsertaan dalam Kerajaan itu bagi mereka yang
menerima pesan-Nya (Markus 10:13-27). Yesus berbicara tentang "Anak Manusia" (atau
"Putra Manusia"), sebagai seorang sosok apokaliptik yang akan datang untuk mengumpulkan
orang-orang terpilih. Yesus memanggil orang-orang untuk bertobat dari dosa mereka dan
mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah. Yesus mengatakan kepada para pengikut-Nya
untuk berpegang teguh pada hukum Yahudi, kendati oleh beberapa kalangan Yesus sendiri
dianggap melanggar hukum tersebut, misalnya mengenai Sabat. Ketika ditanya mengenai apa
perintah terbesar, Yesus menjawab: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Dan hukum yang kedua, yang
sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Matius 22:37-
39). Ajaran-ajaran etika yang lain dari Yesus misalnya mengasihi musuh, menjauhkan diri
dari kebencian dan hawa nafsu, serta memberi pipi yang lain jika ditampar orang (Matius
5:21-44).
Injil Yohanes menyajikan ajaran-ajaran Yesus bukan hanya sebagai pewartaan-Nya sendiri,
tetapi sebagai wahyu ilahi. Sebagai contoh, Yohanes Pembaptis dalam Yohanes 3:34
menyatakan: "Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah,
karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas." Dalam Yohanes 7:16 Yesus
mengatakan, "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah
mengutus Aku." Ia menegaskan hal yang sama dalam Yohanes 14:10: "Tidak percayakah
engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan
kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku,
Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya."
Dalam Injil, kira-kira tiga puluh perumpamaan merupakan sekitar sepertiga ajaran
Yesus yang tercatat. Perumpamaan-perumpamaan tersebut diperlihatkan dalam khotbah-
khotbah. Perumpamaan Yesus sering kali mengandung simbolisme, dan biasanya mengaitkan
dunia jasmani dengan rohani. Tema-tema umum dalam kisah-kisah ini misalnya kebaikan dan
kemurahan hati Allah serta bahaya-bahaya pelanggaran. Beberapa perumpamaan Yesus,
seperti Anak yang Hilang (Lukas 15:11-32), relatif sederhana, sementara yang lainnya
seperti Benih yang Tumbuh (Markus 4:26-29) termasuk kompleks, mendalam, dan sulit
dipahami.

Anda mungkin juga menyukai