Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH SELF CARE MANAGEMENT TERHADAP

KEPATUHAN PENGOBATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


DI PUSKESMAS TENAYAN RAYA TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

CHINDY MARISKHA ANDRIANI

NIM : 18010003

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

2021
BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Menurut World healt organization, Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana
peningkatan darah sistolik berada diaata batas normal yaitu lebih dari 190 mmHg dan
tekanan darah sistolik lebih dari 90 mmHg. Kondisi ini menyebabkan pembuluh darah
terus meningkatkan tekanan (WHO, 2021).
Berdasarkan data dari WHO tahun 2019 diketahui bahwa jumlah orang dewasa
dengan hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada
tahun 2015. Penyakit ini berkembang dengan pesat di negara-negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan faktor
risiko hipertensi pada populasi tersebut. Prevalensi hipertensi tertinggi di Afrika
mencapai (27%) sedangkan prevalensi hipertensi terendah di Amerika sebesar (18%)
(WHO, 2019).
Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan
angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218 kematian. Hipertensi
terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-
64 tahun (55,2%). Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru
diketahui setelah terjadi komplikasi (Andri et al., 2021; Sihotang et al., 2020).
Riau merupakan salah satu provinsi diindonesia yang turut menggalami fluktuasi
prevalensi hipertensi. Pada tahun 2007 prevalensi hipertensi riau yaitu 33,9 %, lebih
tinggi dari angka nasional, namun pada tahun 2013 riau menjadi salah satu dari 5
provinsi dengan prevalensi terendah yakni sebesar 20,9%, akan tetapi pada tahun 2018
terjadi peningkatan kembali yang cukup tinggi, setidaknya diatas 25% (Kemenkes RI,
2018).
Self care merupakan suatu kegiatan yang dibuat dan dilakukan oleh individu itu
sendiri untuk mempertahankan kehidupan yang sejahtera baik itu dalam keadaan sehat
ataupun sakit. Self Care pada pasien hipertensi merupakan salah satu bentuk usaha
positif klien untuk mengoptimalkan kesehatan dari klien, mengontrol dan
memanagement tanda dan gejala yang muncul, mencegah terjadinya komplikasi dan
meminimalkan gangguan yang timbul pada fungsi tubuh (Winata et al., 2018).
Self management hipertensi sangat dibutuhkan agar pasien tidak mengalami
penurunan kesehatan dikarenakan penyakit sering berulang. Self management mengarah
pada tindakan untuk mempertahankan perilaku yang efektif meliputi penggunaan obat
yang diresepkan, mengikuti diet dan olahraga, pamantauan secara mandiri dan koping
emosional dengan penyakit yang diderita (Fernalia et al., 2019).
Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan
kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif dan
kesediaan pasien untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal
yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan.Kepatuhan pasien
merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi. Kepatuhan serta pemahaman yang
baik dalam menjalankan terapi dapat mempengaruhi tekanan darah dan mencegah terjadi
komplikasi.
Fenomena yang ada di daerah Kecamatan tenayanan raya, kelurahan sialang sakti
pada pasien hipertensi, secara umum pasien hipertensi lebih mengutamakan upaya
farmakologi dan kurang diimbangi dengan upaya non farmakologis. Upaya non
farmakologis yaitu dengan memodifikasi gaya hidup yang meliputi diet, pengendalian
berat badan dan aktifitas fisik dalam self care management hipertensi yang dilakukan.
Kunjungan pasien hipertensi ke pelayanan kesehatan secara umum disebabkan karena
terjadinya gejala hipertensi yang dianggap sebagai ganguan oleh pasien. Dari fenomena
tersebut maka dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan self care management pada pasien
hipertensi di Pukesmas tenayan raya masih kurang efektif dibuktikan secara umum
pasien hipertensi hanya menekankan pada salah satu aspek dari self care management,
sedangkan kegiatan yang lain seperti olahraga, pengaturan diet, pemantau kesehatan
mandiri dan koping emosional kurang mendapat perhatian.
Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH SELF CARE MANAGEMENT TERHADAP KEPATUHAN
PENGOBATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS TENAYAN
RAYA”
B. Rumusan Masalah
Ada pun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada Pengaruh Self Care
Management terhadap kepatuhan Pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas
Tenayan Raya Pekanbaru.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya Pengaruh Self Care Management terhadap
kepatuhan Pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Tenayan Raya
Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan
b. Untuk mengidentifikasi Self Care Management pada responden penderita
hipertensi di Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru.
c. Untuk mengidentifikasi tingkat kepatuhan pengobatan pada responden
penderita hipertensi di Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Digunakan sebagai bahan masukan atau kajian untuk meningkatkan ilmu
terutama di bidang kesehatan tentang Pengaruh Self Care Management
terhadap kepatuhan Pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Tenayan
Raya Pekanbaru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Menambah informasi dan masukan untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan pustaka di STIKES Pekanbaru Medical Center
dalam meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya mengetahui
Pengaruh Self Care Management terhadap kepatuhan Pengobatan pada
pasien hipertensi di Puskesmas Tenayan Raya Pekanbaru.
c. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi tenaga
kesehatan dalam melakukan upaya preventif.
E. Ruang Lingkup
Materi penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup keilmuan yang
berhubungan dengan kajian Keperawatan Komunitas dan keperawatan medical bedah.
Focus penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Self Care Management
terhadap kepatuhan Pengobatan pada pasien hipertensi di Puskesmas Tenayan Raya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat kelurahan Sialang Sakti.
Sampel penelitian ini adalah setiap orang yang menderita hipertensi di Kelurahan
Sialang Sakti yang datang ke Puskesmas Tenayan Raya dan memenuhi kriteria untuk
dijadikan sampel penelitian. Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
Penelitian ini menggunakan Disain penelitian kuantitatif dengan metode cross
sectional untuk mengetahui Pengaruh pendidikan, usia, dan jenis kelamin terhadap
kepatuhan pengobatan pada pasien hipertensi di puskesmas tenayan raya tahun 2021.
F. Keaslian Penelitian

TABEL 1.1

KEASLIAN PENELITIAN

Keterangan Lam Murni Sagala Sri Wulandari, Herliawati, Fernalia , Buyung


(2019) Fuji Rahmawati Keraman , Rahmad
(2021) Satrio Putra
(2021)
Judul Pengaruh Hypertention Hubungan pengetahuan dan Faktor-faktor yang
Self Management Self care management berhubungan dengan self
Education (HSME) dengan kepatuhan minum care management pada
terhadap tekanan darah obat pada pasien hipertensi pasien Hipertensi.
di puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
kabanjahe. Indralaya.
Tujuan Tujuan dari penelitian Tujuan dari penelitian ini Tujuan dari penelitian ini
ini adalah untuk adalah untuk mengetahui adalah untuk mengetahui
mengetahui Pengaruh Hubungan pengetahuan dan faktor-faktor yang
Hypertention Self Self care management berhubungan dengan self
Management Education dengan kepatuhan minum care management pada
(HSME) terhadap obat pada pasien hipertensi pasien hipertensi.
tekanan darah di di wilayah kerja Puskesmas
puskesmas kabanjahe. Indralaya.
Metode Metode penelitian ini Jenis penelitian ini adalah Penelitian ini merupakan
adalah quasi desain deskriptif korelatif penelitian kuantatif
eksperimental dengan yang bertujuan untuk dengan desain survey
desain penelitian pretest mengungkapkan hubungan analitik yang
dan posttest with korelatif dengan pendekatan menggunakan rancangan
control group desain. cross sectional antara penelitian cross sectional
variabel. dimana variable
independen
(pengetahuan, nilai,
efikasi diri) dan variabel
dependen (self care
management) di ukur
secara langsung dalam
waktu yang bersamaan.
Hasil Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil penelitian Terdapat hubungan yang
penelitian dan dan pembahasan yang signifikan antara
pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, pengetahuan dengan self
dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan care management pasien
maka dapat bahwa Ada hubungan hipertensi di Pukesmas
disimpulkan bahwa bermakna (signifikan) Kabawetan, terdapat
hipotesis (Ha) yang antara self care hubungan yang
digunakan dalam management dengan signifikan antara nilai
penelitian ini diterima, kepatuhan minum obat pada individu dengan self care
yang berarti bahwa ada pasien hipertensi di management pasien
pengaruh Hypertension Wilayah Kerja Puskesmas hipertensi di Pukesmas
Self management Indralaya. Kabawetan, terdapat
Education (HSME) hubungan yang
Terhadap tekanan darah signifikan antara efikasi
pasien hipertensi di diri dengan self care
puskesmas Kabanjahe. management pasien
hipertensi di Pukesmas
Kabawetan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah menjadi naik karena
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
terganggu sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Puspita et al., 2019).
Menurut WHO (2013), hipertensi didefenisikan sebagai keadaan tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi sering kali
disebut sebagai pembunuh gelap (Sillent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu (Vitahealth, 2006).

2. Etiologi Hipertensi
Sekitar 90 % hipertensi belum diketahui dengan pasti yang disebut hipertensi
primer atau esensial. Sedangkan7 % disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi
renalis dan 3% disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal serta
penyebab lain (Muttaqin, 2014).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Hipertensi primer :
1) Riwayat keluarga
2) usia yang bertambah lanjut
3) Obesitas
4) Kebiasaan merokok
5) Asupan lemak jenuh dalam jumlah besar
6) Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat, obesitas (hiperlipidemia), kurang


berohlahraga, konsumsi garam yang berlebihan dan kurang asupan
serat merupakan pemicu terjadi hipertensi. Faktor resiko terjadinya
adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetic (faktor resiko
yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minum beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik,
stress, penggunaan estrogen (Kemenkes, 2014).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain yaitu kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler, dan
lain-lain. Sekitar 10% dari pasien hipertensi tergolong hipertensi
sekunder. Pada 5-10% penderita hipertensi penyebabnya adalah
penyakit ginjal. 1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau
pemakaian obat tertentu (misalnya pemakaian pil KB). Faktor pencetus
munculnya hipertensi sekunder antara lain : penggunaan kontrasepsi
oral, coarcration aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan
psikiatris), kehamilan, peningkatan intravaskular, dan stress
(Udjianti,2011).
3. Tanda dan Gejala
a. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensi pada retina
c. Cara brerjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
d. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan kapiler (Corwin,
2009).
4. Komplikasi
Hipertensi apabila dibiarkan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
perubahan pada arteri, yang serupa dengan perubahan akibat penuaan. Perubahan ini
mencakup kerusakan endotel dan arteriosklerosis. Arteriosklerosis yaitu suatu
penebalan dan peningkatan kandungan jaringan ikat dinding arteri yang menurunkan
komplians arteri. Perubahan pada struktur pembuluh darah yang dikombinasi dengan
peningkatan tekanan arterial akan memacu arteriosklrosis, penyakit jantung koroner,
hipertrofi ventrikel kiri, dan kerusakan ginjal (Aaoronson & Ward, 2010).
Beberapa komplikasi yang timbul akibat hipertensi diantaranya :
a. Jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan
lubang pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran
darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa
nyeri di dada dan dapat berakibat terjadinya gangguan otot jantung,
bahkan dapat menyebabkan serangan jantung.
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung berkerja lebih
berat untuk memompa darah. Kondisi ini membuat otot jantung
menebaal dan merenggang sehingga daya pompa jantung menurun.
Apabila kondisi tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, dapat
menyebabkan terjadinya kegagalan kerja jantung. Tanda-tanda
terjadinya gagal jantung yaitu sesak nafas, nafas pendek.
c. Strroke
Strok dapat terjadi akibat pendarahan yang disebabkan oleh
tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh selain otak karena adanya tekanan tinggi, stroke dapat
terjadi apabila arteri yang memperdarahi orak mengalami penebalan
dan hipertrofi sehingga aliran darah dari otak berkurang dan terjadi
aneurisma.
d. Infark miokard
infark miokard terjadi apabila arteri koroner mengalami
aterosklerosis atau terbentuknya trombus yang menghambat aliran
darah sehingga tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium.
Kebutuhan oksigen yang tidak mencakup pada miokardium dapat
menyebabkan jantung mengalami iskemia dan kemudian mengalami
infark.
e. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena adanya kerusakan progresif
akibat tekanan tinggi pada pembuluh darah kapiler glomelurus ginjal.
Rusaknya glomerulus dapat menyebabkan aliran darah ke neufron
terganggu dan dapat menyebabkan terjadinya hipoksia dan akhirnya
kematian pada neufron. Rusaknya glomerulus juga dapat
menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga osmolaritas plasma
darah berkuran dan menyebabkan edema.
f. Ensefalopati ( kerusakan otak )
Ensfalopati biasanya ditemukan pada hipertensi maligna. Tekannan
darah yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya peningkatan
tekanan pembuluh kapiler dan mendorong cairan keruang interstisial
diseluruh susunan saraf pusat. Kemudian neuron-neuronn disekitarnya
menjadi kolaps sehingga menyebabkan koma serta kematian.
5. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau
esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi
sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit
jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report 2003, diagnosis hipertensi
ditegakkan apabila didapatkan tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam waktu
yang berbeda (Brustan, 2017).
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya sebagai berikut yaitu:
a. Hipertensi primer : Hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.
Diderita sekitar 95 % orang dan disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu :
1) Faktor keturunan, kemungkinan lebih besar mendapat
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2) Ciri persorangan, seperti (umur, jenis kelamin).
3) Kebiasaan hidup, menimbulkan hipertensi seperti konsumsi
garam (lebih dari 30 g), kegemukan atau makan berlebihan,
stres, merokok, minum alkohol dan minum obat-obatan.
b. Hipertensi sekunder : Pada hipertensi sekunder, penyebab dan
patofisiologi dapat diketahui dengan jelas sehingga lebih mudah untuk
dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder di
antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan
adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,
resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatan seperti
kontrasepsi oral dan kortikosteroid (Yessie 2013).
Tabel 2.1

Klasifikasi berdasarkan derajat Hipertensi

(JNC VIII) (MUHADI, 2016)

KATEGORI SISTOLIK DIASTOLIK


Optimal < 120 mmHg < 80 mmH
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi derajat I 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi derajat II 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi derajat III ≥ 180 mmHg ≥110 mmHg

6. Penatalaksanaan Hipertensi
Tatalaksana hipertensi meliputi non farmakologis dan farmakologis,
tatalaksana non farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup, upaya ini dapat
menurunkan tekanan darah atau menurunkan ketergantungan penderita hipertensi
terhadap penggunaan obat-obatan. Sedangkan tatalaksana farmakologis umumnya
dilakukan dengan memberikan obat-obatan antihipertensi di puskesmas. Apabila
upaya nonfarmakologis belum mampu mencapai hasil yang diharapkan, puskesmas
bisa merujuk pasien ke pelayanan kesehatan sekunder yaitu rumah sakit (Depkes,
2013).
a. Pengendalian Faktor resiko
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan
tekanan darah. Pola hiduo sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan
mengendalikan hipertensi adalah :
1) Makan gizi seimbang
2) Mengatasi obesitas / menurunkan berat badan
3) Melakukan olahraga secara teratur
4) Berhenti merokok
5) Mengurangi konsumsi alkohol
b. Terapi farmakologis
Menurut (Canadian Hypertension Education Program, 2012),
Penatalaksanaan farmakologis yaitu penatalaksanaan menggunakan obat-
obatan antihipertensi. Terdapat 5 obat apabila dikonsumsi salah satunya
dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah klien yaitu :
1) Diuretik Tiazid
2) Penghambat Adrenergik
3) Penghambat angiostensin converting enzyme (ACE Inhibitor)
4) Calcium channel blocker (CCB)
5) Angiostensin receptor blocker (ARB)

B. Konsep Self Care Management


1. Defenisi Self care management
Self care menurut Orem adalah kemampuan individu dalam melakukan
aktivitas perawatan diri untuk mempertahankan hidup, meningkatkan, dan
memelihara kesehatan serta kesejahteraan individu (Kozier, 2010).
Self care merupakan suatu kegiatan yang dibuat dan dilakukan oleh individu
itu sendiri untuk mempertahankan kehidupan yang sejahtera baik itu dalam keadaan
sehat ataupun sakit. Self Care pada pasien hipertensi merupakan salah satu bentuk
usaha positif klien untuk mengoptimalkan kesehatan dari klien, mengontrol dan
memanagement tanda dan gejala yang muncul, mencegah terjadinya komplikasi dan
meminimalkan gangguan yang timbul pada fungsi tubuh (Winata et al., 2018).
Kegiatan dalam self care management hipertensi meliputi penggunaan obat
anti hipertensi secara benar, kegiatan untuk memantau tekanan darah dan gejala
yang muncul terkait penyakit hipertensi, pengaturan diet yaitu diet yang sesuai untuk
penatalaksaanaan hipertensi, melakukan olahraga sesuai petunjuk untuk menurunkan
tekanan darah dan kegiatan untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan
hipertensi (Sihotang et al., 2020).
Tujuan dari Self Management yaitu Untuk mengoptimalkan kesehatan,
mengontrol dan memanajemen tanda dan gejala yang muncul, mencegah terjadinya
komplikasi, meminimalisir gangguan yang ditimbulkan pada fungsi tubuh, emosi,
dan hubungan interpersonal dengan orang lain yang dapat mengganggu kehidupan
klien (Akhter, 2010).
2. Komponen Self Care Management
Ada 5 komponen self management pada klien hipertensi sebagai berikut :
a. Integritas diri
Mengacu pada kemampuan pasien untuk peduli terhadap kesehatan
dengan menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari
mereka seperti diet yang tepat, olahraga, dan kontrol berat badan. Pasien
dengan hipertensi harus mampu:
1) Mengelola porsi dan pilihan makanan ketika makan
2) Makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan
3) Mengurangi konsumsi lemak jenuh
4) Mempertimbangkan efek pada tekanan darah ketika membuat pilihan
makanan untuk dikonsumsi
5) Menghindari minum alkohol
6) Mengkonsumsi makanan rendah garam atau menggunakan sedikit
garam ketika membumbui masakan
7) Mengurangi berat badan secara efektif
8) Latihan/olahraga untuk mengontrol tekanan darah dan berat badan
dengan berjalan kaki, jogging, atau bersepeda selama 30-60 menit
perhari
9) Berhenti merokok
10) Mengontrol stres dengan mendengarkan musik, istirahat, dan
berbicara dengan anggota keluarga
b. Regulasi diri
Mencerminkan perilaku mereka melalui pemantauan tanda dan gejala
yang dirasakan oleh tubuh, penyebab timbulnya tanda dan gejala yang
dirasakan, serta tindakan yang dilakukan. Perilaku regulasi diri meliputi :
1) Mengetahui penyebab berubahnya tekanan darah
2) Mengenali tanda-tanda dan gejala tekanan darah tinggi dan rendah
3) Bertindak dalam menanggapi gejala
4) Membuat keputusan berdasarkan pengalaman e. Mengetahui situasi
yang dapat mempengaruhi tekanan darah
5) Membandingkan perbedaan antara tingkat tekanan darah.
c. Interaksi dengan tenaga kesehatan
Didasarkan pada konsep yang menyatakan bahwa kesehatan (dalam
kasus hipertensi tekanan darah yang terkontrol dengan baik) dapat tercapai
karena adanya kolaborasi antara klien dengan tenaga kesehatan dan individu
lain seperti keluarga, teman, dan tetangga. Perilaku yang mencerminkan
interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya adalah sebagai berikut :
1) Nyaman ketika mendiskusikan rencana pengobatan dengan penyedia
layanan kesehatan.
2) Nyaman ketika menyarankan perubahan rencana perawatan kepada
penyedia layanan kesehatan.
3) Nyaman ketika bertanya kepada penyedia layanan kesehatan terkait
hal yang tidak dipahami.
4) Berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk
mengidentifikasi alasan berubahnya tingkat tekanan darah.
5) Meminta orang lain untuk membantu dalam mengontrol tekanan
darah.
6) Nyaman ketika bertanya pada orang lain terkait teknik manajemen
yang dilakukan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
d. Pemantauan Tekanan Darah
Dilakukan untuk mendeteksi tingkat tekanan darah sehingga klien
dapat menyesuaikan tindakan yang akan dilakukan dalam self management.
Perilaku pemantauan tekanan darah meliputi :
1) Memeriksa tekanan darah saat merasa sakit
2) Memeriksa tekanan darah ketika mengalami gejala tekanan darah
rendah
3) Memeriksa tekanan darah untuk membantu membuat keputusan
hipertensi perawatan diri
e. Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan
Mengacu pada kepatuhan pasien terhadap konsumsi obat anti-
hipertensi dan kunjungan klinik. Komponen ini juga melibatkan konsumsi
obat sesuai dosis yang telah ditentukan, waktu yang ditentukan untuk minum
obat, dan kunjungan klinik rutin setiap 1-3 bulan (Akhter, 2010).
3. Perilaku pengeloaan Self Management
Ada 5 perilaku Self Management pada klien hipertensi sebagai berikut :
a. Kepatuhan terhadap diet
b. Aktivitas fisik
c. Kontrol stress
d. Membatasi konsumsi alkohol
e. Berhenti merokok
4. Faktor yang mempengaruhi perilaku dalam Self Care Management
a. Faktor Internal
Faktor internal atau yang berasal dari diri klien dalam Self Care
Management terdiri dari keyakinan atau nilai terkait penyakit, efikasi diri dan
pengetahuan (Nwinee, 2011).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada Self Care Management hipertensi
yaitu :
1) Dukungan sosial
2) Lingkungan
3) Pekerjaan atau penghasilan
4) Sosial ekonomi

C. Konsep Kepatuhan
1. Defenisi Kepatuhan
Fatmah (2012) mendefenisikan kepatuhan adalah sebagai perilaku untuk
menaati saran-saran dokter atau prosedur dari dokter tentang penggunaan obat, yang
sebelumnya didahului oleh proses konsultasi antara pasien dengan dokter penyedis
medis.
Kepatuhan terhadap pengobatan diartikan secara umum sebagai tingkatan
perilaku dimana pasien menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta
dilanjutkan oleh tenaga kesehatan. Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat
antihipertensi dikarenaka sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala,
terapi jangka panjang, efek samping obat, regimen terapi yang kompleks,
pemahaman yang kurang tentang pengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya
pengobatan yang relatif tinggi.
Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi.
Kepatuhan serta pemahaman yang baik dalam menjalankan terapi dapat
mempengaruhi tekanan darah dan mencegah terjadi komplikasi.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan


Menurut Suparyanto (2010), faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif. Pendidikan klien dapat
meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan
pendidikan yang aktif.
b. Akomodasi
Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien
yang dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan adalag jarak dan waktu,
biasanya pasien cenderung malas melakukan pemeriksaan pengobatan pada
tempat yang jauh.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan social
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-
teman, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan
terhadap program pengobatan seperti pengurangan berat badan, berhenti
merokok dan menurunkan konsumsi alkohol. Lingkungan berpengaruh besar
pada pengobatan, lingkungan yang harmonis dan positif akan membawa
dampaak yang positif pula pada pasien hipertensi, begitu juga kebalikannya
lingkungan negatif akan membawa dampak buruk pada proses pengobatan
pasien.
d. Meninglatkan interaksi profesional kesehatan klien
Meningkatkan iinteraksi profesional dengan klien adalah suatu hal
penting untuk memberikan umpan balik pada klien setelah memperoleh
informasi tentang diagnosis. Suatu penjelasan penyebab penyakit dan
bagaimana pengobatan dapat meningkatkan kepatuhan.
e. Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan klien
terlibat aktif dalam pembuatan program pengobatan (terapi).
f. Pengetahuan
pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu, mencari
penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Semakin tinggii
tingkat pengetahuan, semakin baik pula penderita hipertensi dalam
melaksanakan pengobatannya.
g. Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
akan berulang tahun. semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan berkerja. Dari segi
kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada
orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat
dari pengalaman dan kematangan jiwanya, semakin dewasa seseorang, maka
cara berfikir semakin matang dan teratur melakukan pengobatan
(Notoatmodjo, 2007).
h. Dukungan keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012). Pasien dengan hipertensi sangat
membutuhkan dukungan dari orang terdekat, yaitu keluarga, dukungan dapat
ditujukan melalui sikap yaitu dengan :
1) Memberikan perhatian, misalnya mempertahankan makanan meliputi
porsi, jenis, frrekuensi dalam sehari-hari serta kecukupan gizi.
2) Mengingatksn, misalnya kapan penderita harus minum obat, kapan
istirahat, serta kapan saatnya kontrol.
3) Menyiapkan obat yang harus diminum oleh klien.
4) Memberikan motivasi pada pasien hipertensi.
D. Kerangka Teori

Skema 2.1

Kerangka Teori

Peningkatan tekanan darah sistole dan


diastole ≥ 120/90 mmHg

HIPERTENSI

Tanda dan gejala : Sakit kepala, Jantung


berdebar-debar, Sulit bernafa, Mudsh Lelah,
Pandangan Kabur.
Gaya hidup, obesitas,
usia, kebiasaan
merokok, DLL
Komplikasi : Stroke, Infark Miokardium, Gagal
Nafas, Kerusakan Otak.

Penatalaksanaan : Farmakologis dan


Non Farmakologis

Kepatuhan

Patuh terhadap pengobatan Tidak patuh terhadap pengobatan

Self Care Management

Faktor yang mempengaruhi, usia, jenis


kelamin, pendidikan.
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berfikir dalam
kegiatan ilmu. Menggambarkan sesuatu berdassarkan kriteria konseptual atau hipotetik
dan bukan ciri-ciri yang diamati (Nursalam, 2017).

Skema 2.2

Kerangka Konsep

VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN

1. Self care management 1. Kepatuhan pengobatan


pada penderita hipertensi

Variabel confounding

1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Tingkat Pendidikan

Keterangan :

= Diteliti = = Tidak Diteliti


C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara. Hipotesis sebagai pernyataan tentative
antara satu variabel, dua variabel atau lebih (Donsu, 2016).

Hipotesis alternatif menyatakan adanya hubungan antar variabel sedangkan


hipotesis nol menyatakan tidak ada hubungan antar variabel (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :


1. H0 : Tidak ada pengaruh self care management terhadap kepatuhan
pengobatan pada pasien hipetensi
2. Ha : Adanya pengaruh self care management terhadap kepatuhan
pengobatan pada pasien hipertensi
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan Disain penelitian kuantitatif dengan metode Pre
Eksperimental dengan desain penelitian pretest dan posttest untuk mengetahui Pengaruh
tingkat pendidikan, usia, dan jenis kelamin terhadap kepatuhan pengobatan pada pasien
hipertensi di puskesmas tenayan raya tahun 2021. Pengumpulan data variabel
independen dan dependen dilakukan melalui responden menggunakan alat bantu
kuesioner.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Waktu

Kegiatan penelitian ini di mulai dari persiapan penelitian dari bulan september 2021.

2. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya Kelurahan


Sialang Sakti Kecamatan Tenayan Raya.
C. Populasi dan Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan unit-unit yang memiliki karakteristik yang sama


selanjutnya populasi tersebut akan disimpulkan (Bagus sumargo, 2020).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang


berkunjung di puskesmas tenayan raya pada tahun 2021.

2. Sampel

Pada penelitian ini yang akan dijadikan sampel adalah pasien yang memiliki
riwayat penyakit hipertensi yang berkunjung di puskesmas tenayan raya pada tahun
2021, yang memenuhi kriteria inklusi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.
Kriteria yang akan dijadikan responden dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :
a. Penderita hipertensi yang memiliki kesadaran composmentis
b. Dapat membaca dan menulis
c. Bersedia menjadi responden penelitian
D. Besar Sampel
Sampel adalah bagian dari populas yang dipilih dari sebagian rupa sehingga hasilnya
dapat menyimpulkan populasi atau dirinya sendiri (Bagus Sumargo, 2020). Pada penelitian
ini yang menjadi sampel adalah sebanyak 30 orang.

E. Teknik Sampel
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Simple random sampling, menurut bagus
sumargo (2020:28) simple random sampling merupakan prosedur pengambilan sampel
paling sederhana yang dilakukan secara fair, artinya setiap unit dapat memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih.

F. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini variabel dependen yang akan diteliti adalah kepatuhan
pengobatan pada penderita hipertensi.

2. Variabel Independen
Dalam penelitian ini variabel independen yang akan diteliti adalah self care
management.
G. Defenisi Operational

CARA ALAT SKALA


NO VARIABEL DEFENISI HASIL UKUR
UKUR UKUR UKUR
Segala sesuatu
yang berkaitan
dengan tanggung
jawab pasien 1. Self care
dalam mengelola management baik
Kuisioner
dirinya sendiri dan Skor =1
Self care self care
1 mempertahankan Kuisioner 2. Self care Ordinal
management managem
perilaku yang management
ent
efektif dalam tidak baik
menghadapi Skor =0
penyakit
hipertensi yang
dialami
Kepatuhan
(ketaatan)
pengobatan yaitu Kuisioner
1. Patuh
perilaku penderita kepatuha
Kepatuhan Skor = 1
2 melaksanakan Kuisioner n Ordinal
pengobatan 2. Tidak patuh
pengobatan yang pengobat
Skor = 0
disarankan oleh an
dokter atau orang
lain.
H. Jenis dan Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner sebagai instrument. Kuisioner
yang terdiri dari kuisioner self care management dan kuisioner kepatuhan
pengobatan.
b. Data Sekunder
Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan data sekunder dari pihak puskesmas
tenayan raya, berupa data kunjungan penderita hipertensi.

2. Cara Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan
1) Tahap administrasi
Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing,
peneliti mengurus surat permohonan izin penelitian dari Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Pekanbaru Medical Center. Surat penelitian tersebut
ditunjukkan kepada dinas kesehatan kota pekanbaru. Setelah surat
permohonan izin pengambilan data dan penelitian dikeluarkan oleh dinas
kesehatan kota pekanbaru, kemudian ditujukan ke puskesmas tenayan raya.
2) Tahap instrumen
a) Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent)
b) Lembar karakteristik responden
c) Lembar kuesioner self care management dan kuesioner kepatuhan
pengobatan.
3) Persiapan penelitian
a) Mengidentifikasi karakteristik responden sesuai dengan kriteria inklusi
penelitian
b) Setelah peneliti menemukan responden sesuai dengan kriteria inklusi,
peneliti menjelaskan pengertian, tujuan, manfaat dan prosedur yang
akan dilakukan kepada responden. Setiap responden berhak untuk
menerima dan menolak untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian.
c) Responden yang bersedia untuk berpartisipasi diminta untuk
menandatangani lembar informed consent.
d) Peneliti menentukan kontrak waktu dan tanggal pelaksanaan dengan
responden untuk mengisi kuesioner self care management dan
kuesioner kepatuhan. Pengisian kuesioner dapat dilakukan
dipuskesmas jika keadaan responden memungkinkan atau peneliti akan
melakukan home visit sesuai dengan kontrak yang telah ditentukan.
b. Tahap pelaksanaan
1) Memperkenalkan diri kepada responden
2) Mencatat nama, usia, jenis kelamin, dilembar observasi untuk
pendokumentasian
3) Memberi lembar kuesioner self care management dan kuesioner kepatuhan
kepada responden untuk di isi
4) Kuesioner yang telah diisi oleh responden kemudian dilakukan
pengecekam kembali oleh peneliti apakah sudah lengkap dan sesuai
prosedur
5) Peneliti mengucapkan terimakasi kepada responden peneliti
6) Data yang telah didapatkan kemudian diproses dalam pengelolaan data dan
dianalisa.

I. Pengolahan Data
Pengolahan data menurut (Notoatmodjo, 2012) dengan menggunakan komputer dapat
dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini:
1. Pemeriksaan (editing)
Hasil penyebaran angket harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner tersebut.
2. Pengkodean (coding)
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau
coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
3. Memasukkan Data (Entry Data)
Data jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau
huruf) dimasukkan kedalam program atau software komputer. Software computer ini
bermacam-macam, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah
satu program yang sering digunakan untuk entry data penelitian adalah program SPSS
for windows.
4. Pembersihan data (cleaning)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, cek
kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,
ketidak lengkapan dsb. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini
disebut pembersihan data atau data cleaning.
5. Pengolahan Data (processing)
Setelah data yang dimasukkan tidak terdapat kesalahan, peneliti memasukkan data
dengan mengelompokkan sesuai dengan variabelnya, kemudian peneliti mengolah data
menggunakan komputer

J. Analisa Data
1. Analisis univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini tersaji dalam bentuk distrubusi frekuensi.
Analisi penelitian ini meliputi karakteristik responden yaitu usia, pendidikan, self care
management, kepatuhan pengobatan,
2. Analisis bivariat
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mc Nemar’s
merupakan salah satu metode pengujian hipotesis yang digunakan ketika terdapat 2
sampel yang berpasangan/dependen. Salah satu contoh yang paling umum adalah
situasi “sebelum” dan “sesudah” perlakuan/treatment.

K. Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan peneliti terhadap
subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat
(Notoatmodjo, 2012). Langkah-langkah yang diambil peneliti dalam mematuhi etika
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan surat izin penelitian
Peneliti datang ke Puskesmas tenayan raya dengan menunjukkan surat izin penelitian
yang berisi permohonan izin peneliti dari Program Studi Keperawatan STIKes PMC
untuk melakukan penelitian di Puskesmas tersebut.
2. Penjelasan tentang peneliti
Responden dalam penelitian ini akan diberi informasi tentang sifat dan tujuan
penelitian yang akan dilakukan.
3. Pengisian inform consent
Responden diberi lembar persetujuan yang akan ditandatangani sebagai bukti
kesediaan menjadi responden. Dalam hal ini responden berhak untuk menolak terlibat
dalam penelitian ini.
4. Tanpa nama (Anonymity)
Peneliti tidak mencantumkan nama subjek pada pengumpulan data untuk menjaga
kerahasiaan subjek.
5. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti wajib menjaga kerahasiaan identitas responden, data yang diperoleh dari
responden, dan data penelitian. Kerahasiaan informasi yang diberikan responden akan
dijamin oleh peneliti dengan kuesioner tersebut dibawa pulang sehingga tidak bisa
dilihat oleh orang lain. Semua berkas yang mencantumkan identitas subjek hanya
digunakan untuk keperluan mengelola data dan bila tidak digunakan lagi akan
dimusnahkan.

Anda mungkin juga menyukai