Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PERSIAPAN
tahap pelaksanaan anggaran (APBN) merupakan kewenangan presiden selaku kepala pemerintah
untuk melaksanakan seluruh kebijakan yang telah tertuang dalam undang‐undang tersebut.
Untuk itu sejalan dengan pemberian peran kepada para menteri/kepala lembaga selaku chief
operational officer, presiden mendistribusikan anggaran yang telah disetujui dalam APBN
tersebut kepada kementerian/lembaga dengan menerbitkan peraturan presiden mengenai
rincian APBN.
1. Penetapan Pejabat Pengelola Anggaran
a. Pejabat pengelola keuangan meliputi Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
b. Bendahara yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA)
c. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berdasarkan Pasal 11 PP 45 Tahun 2013, masa
berlaku penetapannya bisa lebih dari satu tahun.
d. Pejabat Penguji Surat Perintah Membayar (PPSPM) yang ditetapkan oleh KPA.
a. Konsepsi DIPA
DIPA merupakan suatu daftar isian yang memuat uraian sasaran yang hendak
dicapai, fungsi, program dan rincian kegiatan, rencana penarikan dana tiap‐tiap
bulan dalam satu tahun serta pendapatan yang diperkirakan oleh
kementerian/lembaga. DIPA yang lengkap memuat uraian fungsi/subfungsi,
program, hasil (outcome), indikator kinerja utama (IKU) program, kegiatan,
indikator kinerja kegiatan (IKK), keluaran (output), jenis belanja, alokasi anggaran
dan rencana penarikan dana serta perkiraan penerimaan per bulan kementerian
negara/lembaga
b. Jenis DIPA
1) DIPA Kementerian Negara/Lembaga : DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat
(KP), DIPA Satker Vertikal/Kantor Daerah (KD), DIPA Dana Dekonsentrasi
(DK), DIPA Tugas Pembantuan (TP), DIPA Urusan Bersama (UB),
2) DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA‐BUN)
DIPA Bendahara Umum Negara (DIPA‐BUN) adalah DIPA yang memuat
rincian penggunaan anggaran yang bersumber dari Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara (BA‐BUN) yang dikelola Menteri Keuangan
selaku Pengguna Anggaran. Terdiri atas pengelolaan Utang Pemerintah;
b) Hibah; c) Investasi Pemerintah; d) Penerusan Pinjaman; e) Transfer ke
Daerah; f) Belanja Subsidi; g) Belanja Lain‐lain; h) Transaksi Khusus
d. Rencana Pendapatan
Penatausahaan pendapatan dimulai dari satuan kerja dikoordinasikan oleh
kementerian negara/lembaga dengan mengikuti kelompok pendapatan sebagai
berikut:
1) tiga digit pertama merupakan kelompok pendapatan;
2) lima digit pertama merupakan sub kelompok pendapatan;
3) enam digit merupakan mata anggaran penerimaan (MAP).
g. DIPA Sementara
Jika KPA belum menyampaikan DIPA sampai dengan batas waktu yang
ditentukan, maka Direktur Jenderal Perbendaharaan menerbitkan Surat
Pengesahan DIPA dilampiri DIPA yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal
Perbendaharaan berdasarkan keppres mengenai rincian APBN sebagai DIPA
Sementara. DIPA Sementara tidak perlu ditandatangani PA/KPA
h. Revisi DIPA
DIPA yang telah disahkan oleh DJPBN/Kepala Kanwil DJPBN apabila diperlukan
dapat direvisi oleh satker yang bersangkutan.
f. Pemeriksaan
g. PNBP Melalui Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU)
Seluruh pendapatan operasional BLU adalah PNBP. Pendapatan tersebut dapat
digunakan langsung, sesuai Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)‐nya tanpa
terlebih dahulu disetorkan ke Rekening Kas Negara/Daerah. Anggaran BLU
dimasukkan dalam RKA‐K/L dan RBA definitif BLU merupakan lampiran DIPA BLU.
Dengan demikian penggunaan PNBP harus sesuai dengan peruntukan yang telah
ditetapkan dalam DIPA dan RBA BLU. Khusus untuk BLU di lingkungan Pemerintah
Pusat, selanjutnya setiap triwulan, BLU tersebut wajib
mempertanggungjawabkan penggunaan dana secara langsung tersebut, dengan
menyampaikan SPM pengesahan yang dilampiri Surat Pernyataan Tanggung
Jawab (SPTJ) kepada KPPN selambat‐lambatnya tanggal 10 setelah akhir triwulan
yang bersangkutan untuk memperoleh pengesahan.
E. PROSES PEMBIAYAAN
Pembahasan mengenai pembiayan pada modul ini dibatasi pada pinjaman yang bersumber dari
pinjaman luar negeri.
1. Pengertian dan Prinsip‐Prinsip Pinjaman/Hibah Luar Negeri
Pinjaman luar negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang yang diperoleh pemerintah
dari pemberi pinjaman luar negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak
berbentuk surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu. Pinjaman luar negeri harus memenuhi prinsip: a. transparan; b. akuntabel; c.
efisien dan efektif; d. kehati‐hatian; e. tidak disertai ikatan politik; dan f. tidak memiliki
muatan yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara.