Amanah
Amanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al- Quran dan Hadits merupakan dua sumber hukum pokok syariat Islam
yang tetap, dan orang Islam tidak akan mungkin, bisa memahami syariat Islam
secara mendalam dan lengkap tanpa kembali kepada kedua sumber Islam
tersebut. Seorang mujtahid dan seorang ulama pun tidak diperbolehkan hanya
mencukupkan diri dengan mengambil salah satu dari keduanya.
Al-Quran dijadikan sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama
karena memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Allah SWT.. Allah
menciptakan manusia dan Dia pula yang mendidik manusia, sehingga
kandungan mengenai pendidikan telah termaktub dalam wahyu-Nya.
Sedangkan hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. baik berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, dan sifat.
Kedudukan hadits sebagai sumber hukum ajaran Islam yang kedua adalah
sebagai penjelas terhadap al-Quran, penegas terhadap ayat-ayat al-Quran,
menentukan hukum baru yang tidak ada pada al-Quran dan menghapus
ketentuan hukum dalam al-Quran.
Amanah sebagai salah satu bahasa serapan dalam bahasa Indonesia
menjadi suatu makna yang unik. Amanah dalam perkembangannya tidak
terlepas dari suatu ajaran yang di bawa oleh al-Quran sebagai sumber utama
dari agama Islam.
Dengan amanah sebagai suatu pesan moral, ataupun ideologi tersendiri
dari ajaran agama islam yang sangat sesuai dengan zaman apapun, dan di
manapun, ini menunjukan memang benar bahwa “shalih li kulli zaman wal
makan” dengan bukti eksistensi dari moral “amanah” yang sudah sejak lama di
ajarkan dalam Islam.
Maka dari itu penulis membuat makalah ini sebagai alat untuk
mempermudah pemahaman terhadap perintah menunaikan amanah.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hadits yang menjelaskan tentang perintah menunaikan amanah?
2. Apa makna dari Hadits yang menjelaskan tentang perintah menunaikan
amanah?
3. Siapakah para perawi yang meriwayatkan Hadits yang menjelaskan tentang
perintah menunaikan amanah?
4. Bagaimana kandungan tarbawi dari Hadits tersebut?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Hadits yang menjelaskan tentang perintah menunaikan
amanah.
2. Untuk mengetahui makna Hadits yang menjelaskan tentang perintah
menunaikan amanah.
3. Untuk mengetahui para perawi Hadits yang menjelaskan tentang perintah
menunaikan amanah.
4. Untuk mengetahui kandungan Hadits yang menjelaskan tentang perintah
menunaikan amanah.
3
BAB II
PEMBAHASAN
ٌ ق ثَاَل
:ث َ َ ق-صلَّى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم
ِ ِ اَيَةُال ُمنَاف:ال َ - ِأن َرسُوْ َل هللا َّ ُض َى هللاُ َع ْنه ِ َوع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر
ٌ َ ُمتّف, َ َواِ َذااْؤ تُ َمنَ خَ انf, َ َواِ َذا َو َع َدَأ ْخلَف,ب
ق َعلَ ْي ِه َ ث َك َذ
َ ِإ َذا َح َّد.
1
Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 44.
2
Salim Bahreisj, Terjemah Riadhus Shalihin I, (Bandung: PT Alma’arif, 1986), hlm. 210.
4
2. Makna Ijmali
“Dari Abu Hurairah ra., ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Tanda-
tanda orang munafik itu ada tiga yaitu : apabila berkata ia berdusta, apabila
berjanji ia mengingkari dan bila dipercaya ia berkhianat.” (HR.Bukhari dan
Muslim)
“Abu Huraira r.a. reported: The Messenger of Allah -peace and blessings
be upon him- said: “The signs of a hypocrite are three, even if he fasts and
prays and claims to be a Muslim: when he speaks he lies, when he gives a
promise he breaks it, and when he is trusted he is treacherous.” (HR.
Bukhari and Muslim)
3
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm. 210-211.
5
2. Imam Bukhari
Beliau adalah Amirul Mukminin dalam hadits, dia bernama Abdullah
Muhammad Ibnu Ismail Ibnu al-Mugirah Ibnu Bardizbah. Imam Bukhari
dilahrkan di Bukhara setelah shalat jum’at 13 Syawal 194 H. Ayahnya
meninggal saat ia masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang cukup
untuk kebutuhan hidup dengan baik dan terhormat. Ia di bina dan dididik
oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.4
Kecerdasan Imam Bukhari sudah tampak sejak kecil. Allah
menganugerahinya daya hafalan yang sangat kuat, jiwa yang cemerlang.
Imam Bukhari berkata “saya hafal hadits diluar kepala sebanyak 100.000
hadits sahih dan 200.000 hadits yang tidak sahih”.5 Imam Bukhari memiliki
guru-guru yang terkemuka dan dapat dipercaya seperti Yahya bi Ma’in, Ali
bin al-Madini, Ibnu Rahawaih dan lain sebagainya sejumlah 289 guru.6
Imam Bukhari jatuh sakit lalu wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H.
(31 Agustus 870 M.) dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Ibnu Salah dalam
Muqadimahnya menyebutkan, jumlah hadits sahih Bukhari sebanyak 7.275
buah, termasuk hadits yang terulang, atau sebanyak 4.000 hadits tanpa
pengulangan.7
3. Imam Muslim
Lengkapnya bernama Imam Abdul Husain bin al-Hajjaj bin Muslim bin
Kausyaz al-Qusyairi an-Naisabburi, lahir di Naisabur tahun 206 H. Beliau
merantau ke berbagai negeri untuk mencari hadits. Antara lain ke Hijaz,
Irak, Syam, Mesir, dan negara-negara lainnya. Beliau belajar hadits sejak
usia 12 tahun. Imam Muslim mempunyai guru hadits sangat banyak sekali,
4
M.M. Abu Syuhbah, Kutubus Sittah (Terjemah), (Surabaya: Pustaka Progressif, 2006), hlm. 49-
50.
5
Ibid, hlm. 57.
6
Ibid, hlm. 56.
7
Ibid, hlm. 74.
6
diantarany adalah: Usman bin Abi Syaibah, Abu Bakar bin Syaibah,
Syaiban bin Farukh, Qutaibah bin Sa’id dan lain sebagainya.
Imam Muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup
banyak. Diantaranya adalah Al-Jami’us Sahih, Al-Musnadul Kabir Alar
Rijal, Kitab al-Asma’ wal Kuna, Kitab al-Ilal, Kitab al-Aqran, Kitab
Sualatihi Ahmad bin Hanbal, Kitab a-Intifa’ bi Uhubis Siba’, dan banyak
lainnya. Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jami’us Sahih
atau Sahih Muslim.
Imam Muslim sangat teliti dalam mempelajari para rawi, menyeleksi
yang diriwayatkan, dan membandingkan antara riwayat yang satu dengan
lainnya, meneliti susunan lafaznya dn memberikan petunjuk bila terdapat
perbedaan pada lafaz-lafaz itu. Dari usaha ini menghasilkan kitab sahih
yang menjadi rujukan bagi para peneliti dan para ulama.
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim pada hari
ahad sore, dan dimakamkan di kampung Nasr Abad daerah Naisabur pada
hari senin, 25 Rajab 261 H dalam usia 55 tahun.8
1. Amanah dalam menjaga harta benda yang ada hubungannya dengan hak
orang lain. Saham-saham dan deviden dalam sebuah perseroan harus dijaga
dengan baik.
2. Menjaga dan tidak membocorkan rahasia yang membahayakan teman
sejawat. Rahasia yang dimintanya untuk disimpan baik-baik. Rahasia yang
menentukan hidup matinya, bahagia atau sengsaranya. Jika rahasia tersebut
merupakan sebuah kejahtan yang berusaha disembunyikan (pembunuhan,
mencuri, dll.) harus dilaporkan kepada yang berwajib. Kawan dan lawan
dalam menegakkan kebenaran sama saja.
3. Menunaikan tugas dengan jujur. Diawasi atau tidak, ia tetap bekerja dengan
baik. Seorang petugas negara tingkat bawah atau atas harus jujur dalam
menunaikan tugasnya.
4. Jujur dan berkata benar walaupun dalam hal-hal yang mungkin tidak
diketahui orang. Seorang dokter, tidak sepantasnya memberikan obat
dengan serampangan. Ia tidak tahu apa penyakit pasiennya yang sebenarnya.
5. Amanah berinteraksi dengan wanita. Pernahkah engkau berpikir bahwa
ketika engkau melarang istrimu mengunjungi keluarganya berarti engkau
telah mengkhianati amanah? Pernahkah engkau berpikir bahwa ketika
engkau memukul istrimu berarti engkau telah mengkhianati amanah?
Sesungguhnya istri merupakan sebuah amanah yang ada di pundak suami.
Dan istri adalah amanat suamimu dirumah. Maka, jagalah rahasianya dan
berusahalah menaatinya. Jangan kau masuk ke rumah orang yang tidak ia
suka. Dan didiklah anak-anak secara islami.11
6. Amanah kepada anak dalam berinteraksi dengan orang tua. Diantara sikap
amanah adalah bahwa engkau harus meminta izin kepada keduanya dan
10
Oemar Bakry, Akhlak Muslim, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 45.
11
Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak, (Jakarta: Zaman, 2010), hlm. 132-133.
8
“Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki
(sifat) amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati
janjinya” (HR. Ahmad)
Jika kita bukan orang yang amanah maka kita bisa disebut sebagai orang
yang munafik. Dalam artian bahwa kita telah melaukan kemunafikan akhlak.
Nabi Muhammad SAW. bersabda:
ٌ ق ثَاَل
:ث َ َ ق-صلَّى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم
ِ ِ اَيَةُال ُمنَاف:ال َ - ِأن َرسُوْ َل هللا َّ ُض َى هللاُ َع ْنه ِ َوع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر
ٌ َ ُمتّف, َ َواِ َذااْؤ تُ َمنَ خَ انf, َ َواِ َذا َو َع َدَأ ْخلَف,ب
ق َعلَ ْي ِه َ ث َك َذ
َ ِإ َذا َح َّد.
12
Amr Khaled, Buku Pintar Akhlak, (Jakarta: Zaman, 2010), hlm. 135.
13
Ibid, hlm. 136.
14
Salim Bahreisj, Terjemah Riadhus Shalihin I, (Bandung: PT Alma’arif, 1986), hlm. 210.
9
Allah SWT., karena sifat-sifat kemunafikan yang bersemi dalam dada mereka.
keadaan mereka digambarkan seperti kambing yang kebingungan diantara dua
kawanan kambing.15 Salah satu tanda orang munafik ialah saat di percaya, ia
berkhianat (tidak amanah) sesungguhnya menjadi manusia yang amanah
merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang lebih baik
kedepannya.
Mendidik anak merupakan amanah. Jangan mengira bahwa ketika
mengeluarkan biaya untuk mereka berarti telah menunaikan amanah itu
tidaklah benar. Karena kita baru menunaikan amanah atas mereka ketika kita
mendidik mereka dengan cara islami.
15
Ahsin W. Alhafidz, Indahnya Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010),
hlm. 108.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepercayaan (Amanah) ialah menjaga tanggung jawab dan
menunaikannya dengan baik menurut semestinya. Sehubungan dengan perintah
menunaikan amanah, terdapat hadits sebagai berikut:
ٌ ق ثَاَل
:ث َ َ ق-صلَّى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم
ِ ِ اَيَةُال ُمنَاف:ال َ - ِأن َرسُوْ َل هللا َّ ُض َى هللاُ َع ْنه ِ َوع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ َر
ٌ َ ُمتّف, َ َواِ َذااْؤ تُ َمنَ خَ انf, َ َواِ َذا َو َع َدَأ ْخلَف,ب
ق َعلَ ْي ِه َ ث َك َذ
َ ِإ َذا َح َّد.
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
C.
20
D.
27
E.
30