Bab I Pendahuluan: Fiqhiyah Adalah Mutlak Diperlukan Untuk Melakukan Suatu "Ijtihad" Atau
Bab I Pendahuluan: Fiqhiyah Adalah Mutlak Diperlukan Untuk Melakukan Suatu "Ijtihad" Atau
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.
2
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Qawaidul Fiqh?
2. Apa saja kaidah-kaidah pokok Qawaidul Fiqh?
3. Apa perbedaan antara kaidah ushul dengan kaidah fiqh?
4. Apa tujuan mempelajari Qawaidul Fiqh?
D. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Qawaidul Fiqh.
2. Untuk mengetahui kaidah-kaidah pokok Qawaidul Fiqh.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara kaidah ushul dengan kaidah fiqh.
4. Untuk mengetahui tujuan mempelajari Qawaidul Fiqh.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qawa’id al-fiqhiyyah terdiri atas dua kata yang brasal dari bahasa arab
yaitu, qawa’id dan fiqhiyyah. Kata qawa’id merupakan bentuk jamak dari kata
qa’dah.1 Kata ini telah diserap dalam bahasa Indonsia menjadi kaidah, yang
Secara etimologi arti kaidah adalah dasar (asas) yang menjadi dasar berdirinya
sesuatu. Bisa juga diartikan dasar sesuatu dan fondasinya (pokoknya).2
Pengertian fondasi disini diibaratkan dengan fondasi rumah dan bisa diartikan
sebagai dasar-dasar agama.
Demikian juga firman Allah pada surat an-Nahl (16: ayat 26) :
م َوَأتَاهُ ُمZْ قَ ْد َم َك َر الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم فََأتَى هَّللا ُ بُ ْنيَانَ ُه ْم ِمنَ ا ْلقَ َوا ِع ِد فَخَ َّر َعلَ ْي ِه ُم ال َّس ْقفُ ِم ْن فَوْ قِ ِه
َْث لَا يَ ْش ُعرُون ُ ْال َع َذابُ ِم ْن َحي
“sesuatu amal yang tidak disyaratkan untuk dijelaskan, baik secara rinci
atau global, bila dipastikan dan ternyata salah, maka kesalahannya tidak
membahayakan (tidak membatalkan)”
Maksud dari kedua kaidah ini adalah ketika seseorang salah dalam
niat shalat maghrib dengan menyebut shalat isya, maka kesalahannya itu
membatalkannya.
Maksud dari kaidah tersebut adalah bahwa pada asalnya sesuatu itu
belum terjadi, tidak ada. Seperti pada kasus seseorang apakah sudah shalat
atau belum, maka kembali kepada kaidah ini, yakni dia belum shalat, atau
seseorang ragu wudhunya sudah batal atau belum, maka berdasar kaidah ini
wudhunya belum batal.
ٍ لَِأْلصْ ِل فِي ُك ِّل َح ِدي
َث تُقَ ِّد ُرهُ بآقرب ال َّز َمان
Maksud dari kaidah ini adalah seperti pada kasus seorang yang ragu
apakah sudah tiga rakaat atau dua rakaat, maka berdasar kaidah ini diambil
yang dua rakaat.
“apabila suatu perkara itu sempit maka hukumnya menjadi luas, sebaliknya
jika suatu perkara itu luas, maka hukumnya menjadi sempit”
Maksud dari kaidah ini adalah pada umumnya suatu perkara yang
sempit dalam arti sulit, maka hukumnya menjadi luas. Seperti orang yang
berpuasa dalam keadaan susah, maka hukum puasa itu menjadi luas, ia
8
boleh untuk tidak berpuasa, dan menggantikan puasa di hari lain. Juga jika
perkara itu luas, hukumnyamenjadi terbatas. Seperti pada kasus ibadah haji
yang termasuk perkara yang luas karena dapat dilaksanakan pada tahun-
tahun yang dikehendaki, tetapi hukumnya menjadi sempit dan terbatas
hanya untuk orang-orang yang mampu.
الضرورةتبيح لمحظورات
“yang baik itu menjadi ‘urf, sebagaimana yang disyaratkan itu menjadi
syarat.”
“yang ditetapkan melalui ‘urf sama dengan yang ditetapkan melalui nash.”
5
Imam Hanafi, Pengantar Ushul Fiqh & Ilmu Fiqh, (Surabaya: Pena Salsabila, 2018), hlm.11-13.
6
Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pranada Media),hlm.133
7
Ibid, hlm.133-134.
12
8
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 13.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengrtian qawa’id fiqhiyyah adalah, sekumpulan kaidah-kaidah fiqh
yang berbentuk rumusan-rumusan yang bersifat umum yang didalamnya
terkandung ketentuan-ketentuan hukum fiqh dalam berbagai bidang yang
termasuk dalam ruang lingkupnya. Kaidah-Kaidah Pokok Qawaidul Fiqh
yaitu; Al-Umuru bi maqashidiha (Setiap Pekerjaan Itu Bergantung Pada
Maksudnya), Al-Yaqinu la Yuzalu bi asy-Syakk (Keyakinan Tidak Hilang
Dengan Keraguan), Al-Masyaqqatu Tajlib at- Taysir (Suatu Kesusahan
Mengharuskan Adanya Kemudahan), Adh-Dhararu Yuzal (kemudharatan dapat
dihilangkan), Al- ’Adatu Muhakkamah (Suatu Adat Dapat Dijadikan Hukum).
Perbedaan Kaidah Ushul dan Kaidah Fiqh yakni Kaidah ushul diperoleh
secara deduktif, sedangkan kaidah fiqh secara induktif. Kaidah Ushuliyah
mencakup seluruh bagian-bagian dan objek-objeknya. Sedangkan kaidah
fiqhiyah hanya mencakup sebagian besar bagian-bagianya. Dengan
memperhatikan kaidah-kaidah fiqh akan lebih mudah menetapkan hukum bagi
masalah-masalah yang dihadapi. Dengan kaidah fiqh akan lebih arif dalam
menerapkan materi-materi dalam waktu dan tempat yang berbeda, untuk
keadaan dan adat yang berbeda . Meskipun kaidah-kaidah fiqh merupakan
teori-teori fiqh yang diciptakan oleh Ulama.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka
penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam
memahami pengertian, runga lingkup dan tujuan Qawaid Fiqhiyah.
14
DAFTAR PUSTAKA