Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Pada Klien Dengan Sindrom Down
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Pada Klien Dengan Sindrom Down
2) Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi translokasi kromosom
21 dan 15.
3) Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA
menuju ke RNA.
4) Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan.
5) Frekuensi koitus akan merangsang kontraksi uterus, sehingga dapat berdampak pada janin.
(Nurarif, 2012).
2) Pendidikan
a. Pendidikan khusus
Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain bangunan
dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down’s syndrome.
Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus
disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu
melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.
2. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat menurunkan angka
kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau Homologous recombination gene dapat
dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotif
sindrom down dapat dinon-aktifkan. (aningadeputri, 2012).
2. Intelegensia
Bervariasi dari retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
Kelambatan Bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif
2. Kerusakan menelan berhubungan dengan hipotonia, lidah besar, kerusakan kognitif.
Tujuan :
Kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1) Hisap hidung bayi setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu.
R: untuk menghilangkan mucus.
2) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering; biarkan anak untuk beristirahat selama
pemberian makan.
R: karena mengisap dan makan dalam waktu lama sulit dilakukan dengan pernafasan mulut.
3) Jelaskan pada keluarga bahwa menarik lidah merupakan respons normal pada anak dengan lidah
menjulur dan tidak berarti penolakan terhadap makanan.
4) Berikan makanan padat dengan mendorong mulut bagian belakang dan samping; gunakan
sendok bayi yang panjang dan bertangkai lurus; jika makanan didorong keluar, berikan kembali
makanan ke mulut bayi.
5) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi kebutuhan energi; hitung asupan berdasarkan tinggi
dan berat badan, bukan berdasarkan urutan usia, karena pertumbuhan cenderung lebih lambat
pada anak-anak dengan sindrom Down.
6) Pantau tinggi badan dan berat badan dengan interval yang teratur.
R: untuk mengevaluasi asupan nutrisi.
7) Rujuk ke spesialis untuk masalah makan yang spesifik.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1) Pantau frekuensi dan karakteristik defekasi.
R: untuk mendeteksi konstipasi.
2) Tingkatkan hidrasi adekuat.
R: untuk mencegah konstipasi.
3) Berikan diet tinggi serat pada anak.
R: untuk meningkatkan evakuasi feses.
4) Berikan pelunak feses, supositoria, atau laksatif sesuai kebutuhan dan intruksi.
R: untuk eliminasi usus.
4. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hiperekstensibilitas sendi, instabilitas
atlantoaksial.
Tujuan :
Pasien mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1) Anjurkan aktifitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran,
koordnasi dan ketahanan.
R: untuk menghindari cedera.
2) Anjurkan anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala
dan leher (mis., lompat tinggi, senam, menyelam) yang dievaluasi secara radiologis untuk
instabilitas atlantoaksial.
3) Ajari keluarga dan pemberi perawatan (mis., guru, pelatih) gejalainstabilitas atlantoaksial (nyeri
lahir, kelemahan, tortikolis).
R: sehingga perawatan yang tepat dapat diberikan.
4) Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap,
hilangnya keterampilan motoric stabil dan control kandung kemih/usus, perubahan sensasi).
R: untuk mencegah keterlambatan pengobatan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
sindrom Down.
Tujuan untuk keluarga 1 :
Pasien (keluarga) menunjukkan perilaku kedekatan orang tua dan anak.
Hasil yang diharapkan :
Orang tua dan anak menunjukkan perilaku kedekatan.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1) Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku anda sendiri.
R: karena orang tua sensitive terhadap sikap afektif orang lain.
2) Jelaskan pada keluarga bahwa kurangnya molding atau clingingpada bayi adalah karakteristik
fisik dari sindrom Down.
R: karena hal ini mungkin diinterpretasikan dengan mudah sebagai tanda ketidakdekatan atau
penolakan.
3) Anjurkan orang tua untuk membedung atau menyelimuti bayi dengan ketat dalam selimut.
R: untuk memberikan keamanan dan kompensasi terhadap kurangnya molding atau clinging.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1) Rujuk keluarga ke lembaga komunitas dan kelompok pendukung.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1) Rujuk ke pelayanan konseling genetic bila diindikasikan dan/atau diinginkan.
R: agar keluarga mendapatkan informasi dan dukungan.
2) Rujuk pada organisasi dan kelompok orang tua yang dirancang untuk keluarga dengan anak
sindrom Down.
R: agar keluarga mendapatkan dukungan lanjutan.
3) Tekankan aspek positif dari merawat anak di rumah.
R: untuk membantu keluarga memaksimalkan potensi perkembangan anak.
7. Risiko tinggi cedera (fisik) berhubungan dengan faktor usia orang tua.
Tujuan :
Tidak terjadi Sindrom Down.
Intervensi Keperawatan/Rasional
1) Diskusikan dengan wanita berisiko tinggi tentang bahaya melahirkan anak dengan sindrom
Down.
R: agar keluarga dapat membuat keputusan reproduktif.
2) Dorong semua wanita hamil yang berisiko (lebih dari usia 35, riwayat keluarga Sindrom Down,
atau yang sebelumnya meahirkan anak dengan sindrom Down) untuk mempertimbangkan
pengambilan sampel vilus korionik atau amniosentesis.
R: untuk menyingkirkan sindrom Down pada janin.
3) Diskusikan pilihan aborsi elektif dengan wanita yang mengandung janin dengan gangguan ini.
4) Diskusikan dengan orangtua anak remaja sindrom Down tentang kemungkinan konsepsi pada
wanita dan perlunya metode kontrasepsi.
R: agar keluarga dapat membuat keputusan reproduktif berdasarkan informasi