Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan anugerah-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tidak lupa pula
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Mata Kuliah
Fisika Umum II yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis,
terutama terkait penulisan makalah ini.
Adapun makalah ini penulis rangkum dari sumber yang dapat dipercaya yang
penyajiannya penulis sajikan dalam lembar Daftar Pustaka. Penulis menyadari penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya
saran dan kritik agar dapat memperbaiki pembuatan makalah ke depannnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
kemampuan kita dalam bidang Ilmu Fisika sebagaimana yang kita semua harapkan. Sekian
dan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i


Daftar Isi ....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................1
D. Manfaat Penulisan ......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................................2

A. Cahaya ........................................................................................................................2
B. Piringan Newton .........................................................................................................2
C. Macam – Macam Optik Fisis ......................................................................................3

C.1 Dispersi .................................................................................................................3


C.2 Interferensi Cahaya ...............................................................................................5
C.3 Difraksi .................................................................................................................8

BAB III PENUTUP ........................................................................................................................22

A. Kesimpulan ................................................................................................................22
Daftar Pustaka .............................................................................................................23

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat dibuat adalah :
a. Apakah yang dimaksud dengan cahaya?
b. Apa itu piringan Newton?
c. Apa saja macam-macam optik fisis?
d. Apa saja contoh penerapan optik fisis dalam kehidupan sehari-hari

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui defenisi dan teori cahaya.
2. Mengetahui konsep piringan Newton.
3. Memahami macam-macam optik fisis
4. Mengetahui contoh penerapan optik fisis dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat penulisan
1. Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
optik fisis.
2. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan makalah
khususnya mengenai materi optik fisis.
3. Bagi seluruh pembaca, dengan adanya makalah ini maka pembaca dapat lebih
mengetahui lebih luas mengenai optik fisis.

i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cahaya

Cahaya merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat di diteksi mata


manusia. Karena itu, selain memiliki sifat-sifat gelombang secara umum misalnya
Dispersi, Interferensi, Difraksi, dan Polarisasi cahaya juga memiliki sifat-sifat
gelombang elektromagnetik, yaitu dapat merambat melalui ruang hampa. Cahaya
terbagi atas dua yaitu cahaya polikromatik dan cahaya monokromatik. Cahaya
polikromatik adalah cahaya putih. Adapun cahaya monokromatik adalah cahaya
yang terdiri atas satu warna dan satu panjang gelombang.
B. Piringan Newton
Piringan Newton terdiri dari atas 7 warna : merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila
dan ungu yang diputar dengan cepat akan tampak bewarna putih. Sehingga dapat
disimpulakan :
a. Sinar-sinar yang dapat diuraikan atas beberapa komponen warna seperti
sinar putih disebut sinar polikromatik.
b. Dalam ruang hampa, cahaya mempunyai:
 Kecepatan perambatan sama
 Frekuensi masing-masing warna berbeda
 Panjang gelombang masing-masing warna berbeda.
c. Sinar-sinar yang tidak dapat diuraikan lagi atas beberapa komponen disebut
sinar monokromatik. Rumus kecepatan cahaya c = f.𝜆

i
C. Macam - Macam Optik Fisis
1. Dispersi
Bila seberkas cahaya sinar putih (polikromatik) mengenai batas antara dua media
bening yang mempunyai indeks bias yang berbeda, maka selain di biaskan, berkas sinar
inipun akan diuraikan menjadi berbagai warna, hal ini biasanya menggunakan prisma
sebagai media bening.

β=r1 = i2
Jika ditentukan sudut pembias prisma sudah diketahui selanjutnya kita dapat
mencari nilai sedut deviasi prisma atau sudut pembias prisma, menggunakan rumus:
  (i1  r1 )  (r2  i1 )  i1  r2  
Sudut deviasi minimum terjadi saat
i1  r2 , untuk menentukan niai deviasi minimum
degunakan persamaan:   2i  
keterangan:
i1=sudut datang yang masuk pada prisma
i2=sudut datang pada permukaan prisma
r1=sudut bias prisma
r2=sudut yang meninggalkan prisma
 m =sudut deviasi minimal
β=sudut pembias prisma
Bila sudut pembias kurang dari 150, besar sudut deviasi minimum dihitung
D  
menggunakan rumus : n sin( m )

Bila sudut pembias kurang dari 150, besar sudut deviasi minimum dihitung
menggunakan rumus:   (n21 1)
dengan:

i
n=indeks bias relatif prisma terhadap medium
n1= indeks bias medium (udara)
n2=indeks bias prisma
 m =sudut deviasi menimum(0)
β=sudut pembias prisma (0)

Perhatikan ∆BQR
<BQR = 900-r1
<BRQ = 900-i2
<QBR = 1800-<BQR-<BRQ
<QBR = β
β=1800-(900-r1)-( 900-i2)
β= r1+ i2
Perhatikan ∆QRS
<SRQ= r2-i2
dan
<SRQ= i1 - r1
<QSR = 1800-<SQR-<SRQ
<QRS=1800- (i1-r1)- (r2-i2)
<QSR=1800-i1+r1-r2+i2

Sudut deviasinya (  )dapat dicari sebagai berikut:


 =1800-<QSR
 =1800-(1800 -i1+r1-r2+i2)
 = i1+r1-r2+i2

i
 =(i1+r2)- (i2-r1) ingat r1+i2=β

i
maka:
  (i1  r2 )  
Keterangan:
i1 = sudut datang yang masuk prisma
r1 = sudut bias prisma
r2 = sudut yang meninggalkan prisma
i2 = sudut datang pada permukaan prisma
σ = sudut deviasi
β = sudut pembias prisma

Jika kita tinjau berdasarkan susunan spektrumnya:


1. Indeks bias : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
2. Deviasi : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
3. Frekuensi : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
4. Energi Photon : Ungu terbesar sedang merah terkecil.
5. Panjang Gelombang:Ungu terkecil sedang merah terbesar.
6. Kecepatan : Ungu terkecil sedang merah terbesar

Deviasi sinar merah :𝛿𝑚 = (𝑛𝑚 − 1) dimana 𝑛𝑚 adalah indeks bias merah

2. Interferensi Cahaya
a. Pengertian Interferensi
Interferensi merupakan perpaduan dua gelombang atau lebih yang memiliki beda
fase konstan dan amplitudo yang hampir sama yang dapat menghasilkan suatu pola
gelombang baru. Interferensi cahaya adalah penjumlahan superposisi dua gelombang
cahaya atau lebih yang menghasilkan suatu radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-
masing komponen radiasi gelombangnya.
Interferensi dapat bersifat membangun dan merusak. Bersifat membangun
(interferensi konstruktif) jika beda fase kedua gelombang sama sehingga gelombang baru
yang terbentuk adalah penjumlahan dari kedua gelombang tersebut. Bersifat merusak
(interferensi destruktif) jika beda fasenya adalah 180°, sehingga kedua gelombang saling
menghilangkan.

i
Interferensi cahaya bisa terjadi jika ada dua atau lebih berkas sinar yang bergabung.
Jika cahayanya tidak berupa berkas sinar, maka interferensinya sulit diamati. Interferensi
cahaya sulit diamati karena dua alasan :
a) Panjang gelombang cahaya sangat pendek, kira-kira 1% dari lebar rambut.
b) Setiap sumber alamiah cahaya memancarkan gelombang cahaya yang fasenya
sembarang (random) sehingga interferensi yang terjadi hanya dalam waktu sangat
singkat.

Tidak terjadi Interferensi

Terjadi Interferensi

b. Syarat – Syarat Interferensi


Interferensi terjadi jika terpenuhi dua syarat berikut ini:
1. Kedua gelombang cahaya harus koheren, dalam arti bahwa kedua gelombang cahaya
harus memiliki beda fase yang selalu tetap, oleh sebab itu keduanya harus memiliki
frekuensi yang sama.
2. Kedua gelombang cahaya harus memiliki beda fase, frekuensi dan amplitudo yang
hampir sama.

i
Untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya koheren agar dapat menghasilkan pola
interferensi adalah :
1. Sinari dua (atau lebih) celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal
(satu celah). Hal ini dilakukan oleh Thomas Young.
2. Dapatkan sumber-sumber koheren maya dari sebuah sumber cahaya dengan
pemantulan saja. Hal ini dilakukuan oleh Fresnel. Hal ini juga terjadi pada pemantulan
dan pembiasan (pada interferensi lapisan tipis).
3. Gunakan sinar laser sebagai penghasil sinar laser sebagai penghasil cahaya koheren.

Cara untuk mendapatkan cahaya koheren adalah dengan cara sebagai berikut:
a. Dengan Cermin Fresnell
b. Dengan Celah Ganda Young
Percobaan yang dilakukan oleh Thomas Young dan Fresnel pada dasarnya adalah
sama, yang membedakan adalah dalam hal mendapatkan dua gelombang cahaya yang
koheren. Thomas Young mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan
menjatuhkan cahaya dari sumber cahaya pada dua buah celah sempit yang saling
berdekatan, sehingga sinar cahaya yang keluar dari celah tersebut merupakan cahaya yang
koheren. Sebaliknya Fresnel mendapatkan dua gelombang cahaya yang koheren dengan
memantulkan cahaya dari suatu sumber ke arah dua buah cermin datar yang disusun
hampir membentuk sudut 180o, sehingga akan diperoleh dua bayangan sumber cahaya.
Sinar yang dipantulkan oleh cermin I dan II dapat dianggap sebagai dua gelombang cahaya
yang koheren.
Skema percobaan Young

Gambar 5. Interferensi celah ganda percobaan Young

i
Untuk menunjukkan hasil interferensi cahaya, di depan celah tersebut diletakkan
layar pada jarak L maka akan terlihat pada layar berupa garis gelap dan terang. Garis
terang merupakan hasil interferensi yang saling memperkuat dan garis gelap adalah hasil
interferensi yang saling memperlemah. Hasil interferensi bergantung pada selisih jarak
tempuh/lintasan cahaya dari celah ke layar. Akan terjadi garis terang jika selisih lintasan
merupakan kelipatan bilangan genap kali 1 𝜆 atau kelipatan bilangan bulat kali λ atau (nλ).
2

Sebaliknya akan terjadi garis gelap jika selisih lintasan merupakan kelipatan bilangan
ganjil kali 1 𝜆 .
2

Hasil interferensi dari dua sinar/cahaya koheren menghasilkan pola terang dan gelap.
 Interferensi maksimum/terang/konstruktif, terjadi bila :
Apabila dua gelombang bertemu, dan saling menguatkan, maka akan terjadi
interferensi maksimum dan terbentuk pola garis terang. Pada celah ganda, interferensi ini
akan terjadi apabila kedua gelombang memiliki fase yang sama (sefase), yaitu apabila
keduanya berfrekuensi sama dan titik-titik yang bersesuaian berada pada tempat yang sama
selama osilasi pada saat yang sama.
 Interferensi maksimum/terang/konstruktif, terjadi bila :
Interferensi maksimum terjadi jika dua gelombang bertemu dan saling menguatkan.
Namun, jika dua gelombang tidak bertemu, dan akan saling meniadakan maka terjadi
interferensi minimum, sehingga terbentuk pola garis gelap. Interferensi ini terjadi pada dua
gelombang yang tidak sefase.

3. Difraksi
a. Pengertian Difraksi
Difraksi merupakan gejala pembelokan cahaya bila mengenai suatu celah sempit.
Semakin sempit celah yang dilalui cahaya, semakin dapat menghasilkan perubahan arah
penjalaran cahaya yang semakin lebar.
Penghalang ini hanya meneruskan sebagian kecil dari gelombang yang dapat
melalui lubang celah dapat terus, yang lainnya berhenti atau kembali.

i
Cahaya masuk melalui celah yang cukup lebar akan membentuk bayangan
geometris pada layar. Bagian yang terang persis sama lebar dengan panjang celah. Di luar
bagian yang terang adalah bayangan geometris. Sekarang bila celah dipersempit, maka
bagian yang terang pada layar akan melebar ke daerah bayangan geometmetrisnya.
Difraksi pertama kali ditemukan oleh Francesco M. Grimaldi (1618-1663) dan gejala
ini juga diketahui oleh Huygens (1620-1695) dan Newton (1642-1727). Akan tetapi
Newton tidak melihat kebenaran tentang teori gelombang disisni, sedangkan, Huygens
yang percaya pada teori gelombang tidak percaya pntuk menerangkan difraksiada difraksi.
Oleh karena itu, ia tetap menyatakan bahwa cahaya berjalan lurus. Frensel (1788-
1827) secara tepat menggunakan teori Huygens yang disebut prinsip Huygens frensel,
Berbunyi :
“ Setiap titik muka gelombang di celah merupakan sumber cahaya titik dari gelombang
bola, sehingga muka gelombang neto pada titik-titik diluar celah adalah hasil superposisi
gelombang bola yang bersumber dari titik muka gelombang muka dicelah”.

Beberapa peristiwa pada difraksi:


1. Difraksi pada Kisi
Kisi adalah kumpulan sederetan celah yang mana lebar celah dan penutupnya sama
besar. Kisi difraksi terdiri atas banyak celah dengan lebar yang sama. Lebar tiap celah pada
kisi difraksi disebut konstanta kisi dan dilambangkan dengan d.

i
Jika dalam sebuah kisi sepanjang 1 cm terdapat N celah konstanta kisinya adalah:
𝟏
𝐝=
𝐍

Dengan,
d = lebar celah dan penutupnya (m)
N = jumlah celah tiap satuan panjang (garis/m)

Hasil difraksi pada kisi sama dengan hasil interferensi pada celah ganda, hanya saja
intensitas cahaya hasil interferensi akan menjadi lebih terang karena berasal dari banyak
sinar yang berasal dari kisi.
Interferensi maksimum (garis terang) terjadi jika memenuhi persamaan:
d sin θ = n λ, dengan n =0, 1, 2, 3, …

dengan d adalah konstanta kisi dan θ adalah sudut difraksi.


Interferensi minimum (garis gelap) terjadi jika memenuhi persamaan:
d sin θ = (n – ½ )λ, dengan n =1, 2, 3, …

2. Difraksi Celah Tunggal

Pola difraksi yang disebabkan oleh celah tunggal dijelaskan oleh Christian
Huygens. Menurut Huygens, tiap bagian celah berfungsi sebagai sumber gelombang
sehingga cahaya dari satu bagian celah dapat berinterferensi dengan cahaya dari bagian
celah lainnya.

i
Interferensi minimum yang menghasilkan garis gelap pada layar akan terjadi, jika
gelombang 1 dan 3 atau 2 dan 4 berbeda fase ½, atau lintasannya sebesar setengah panjang
gelombang.

Gambar 2.1 difraksi celah tunggal

Berdasarkan Gambar 2.1 tersebut, diperoleh beda lintasan kedua gelombang (d sin θ)/2.

ΔS = 𝑑 sin θ dan ΔS = 1 λ,
2 2

1
Dengan demikian didapatkan, 𝑑 sin θ = λ, atau d sin θ = λ
2 2

Jika celah tunggal itu dibagi menjadi empat bagian, pola interferensi minimumnya menjadi

𝑑 sin θ
Δ𝑆 = dan ΔS = ½ λ, jadi d sin θ = 2 λ.
4

Berdasarkan penurunan persamaan interferensi minimum tersebut, diperoleh persamaan


sebagai berikut.

d sin θ = mλ 2.1.1

dengan:

d = lebar celah

m = 1, 2, 3, . . .

i
Untuk mendapatkan pola difraksi maksimum, maka setiap cahaya yang melewati
celah harus sefase. Beda lintasan dari interferensi minimum tadi harus dikurangi dengan
1
𝜆 sehingga beda fase keduanya mejadi 360°. Persamaan interferensi maksimum dari pola
2

difraksinya akan menjadi :

𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = 𝑚𝜆 − 1 𝜆 2.1.2
2

1
𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = 𝜆(𝑚 − )
2

1
𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = (2𝑚 − 1)
2𝜆 2.1.3

Dengan (2m – 1) adalah bilangan ganjil, m = 1, 2, 3, …

Persamaan pola difraksi umum celah tunggal juga dapat dituliskan menjadi :

𝑑 𝑆𝑖𝑛 𝜃 = (𝑚 − 1)𝜆
2

4. Polarisasi

Polarisasi merupakan peristiwa perubahan arah getar gelombang cahaya yang acak
menjadi satu arah getar. Polarisasi cahaya merupakan proses pembatasan getaran
gelombang cahaya sehingga menjadi satu arah getar saja. Gejala polarisasi hanya dapat
dialami oleh gelombang transversal saja, sedangkan gelombang longitudinal tidak
mengalami gejala polarisasi. Fakta bahwa cahaya dapat mengalami polarisasi
menunjukkan bahwa cahaya merupakan gelombang transversal.

i
Pada umumnya, gelombang cahaya mempunyai banyak arah getar. Suatu gelombang yang
mempunyai banyak arah getar disebut gelombang tak terpolarisasi, sedangkan gelombang
yang memilki satu arah getar disebut gelombang terpolarisasi.
Gejala polarisasi dapat digambarkan dengan gelombang yang terjadi pada tali yang
dilewatkan pada celah. Apabila tali digetarkan searah dengan celah maka gelombang pada
tali dapat melewati celah tersebut. Sebaliknya jika tali digetarkan dengan arah tegak lurus
celah maka gelombang pada tali tidak bisa melewati celah tersebut.
Suatu cahaya dikatakan terpolarisasi apabila cahaya itu bergerak merambat ke arah
tertentu. Arah polarisasi gelombang ini dicirikan oleh arah vektor bidang medan listrik
gelombang tersebut serta arah vektor bidang medan magnetnya. Beberapa macam/jenis
polarisasi antara lain adalah polarisasi linear, polarisasi melingkar, polarisasi ellips.
Gelombang dengan polarisasi melingkar dan polarisasi ellips dapat diuraikan menjadi 2
gelombang dengan polarisasi tegak lurus. Polarisasi linear terjadi ketika cahaya merambat
hanya dengan satu arah yang tegak lurus terhadap arah rambatan atau bidang medan
listriknya.
Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara, antara lain :
1. Polarisasi karena peristiwa pemantulan

2. Polarisasi karena pembiasan

3. Polarisasi karena bias kembar

4. Polarisasi karena absorbsi selektif

5. Polarisasi karena hamburan.

1. Polarisasi karena Pemantulan

Jika cahaya tak terpolarisasi jatuh pada bidang batas antara 2 medium yang transparan
seperti kaca ke udara atau udara ke kaca, berkas cahaya yang dipantulkan dan dibiaskan
akan terpolarisasi sebagian. Lalu tingkat Polarisasi tergantung pada sudut datang serta
indeks bias medium dan ketika terbentuk sudut sedemikian tersebut sinar-sinar yang
dihasilkan oleh pemantulan dan pembiasan akan saling tegak lurus, maka saat itulah
cahaya terpolarisasi sempurna atau terjadi saat sinar pantul dan sinar bias membentuk
sudut 90o.

i
Misalkan sinar datang dari cermin datar dengan sudut 57 o, maka sinar pantul merupakan
sinar terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan
dipantulkan ke cermin.Apabila cermin II diputar sehingga arah getar antara cermin I dan
cermin II saling tegak lurus, maka tidaka akan ada caya yang akan dipantulkan oleh cermin
II.Peristiwa yang terjadi ini merupakan peristiwa terjadinya polarisasi. Cermin I disebut
Polarisator, sedangkan cermin II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar
yang awalnya termasuk sinar tak terpolarisasi menjadi sinar yang terpolarisasi. Sedangkan
analisator akan menganalisi apakah sinar tersebut termasuk sinar terpolarisasi atau
tidak.Persamaannya adalah :
𝒊 + 𝒓 = 𝟗𝟎° 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒓 = 𝟗𝟎° − 𝒊

2. Polarisasi Karena Pemantulan dan Pembiasan


E.L.Malus merupakan insinyur dan ilmuwan dari Prancis pada tahun 1808
menemukan polarisasi dari cahaya alam menggunakan pemantulan dari permukaan kaca.
Dia melihat ketika cahaya alam mengenai sebuah bidang pada kaca dalam sudut tertentu,
sinar yang dipantulkan merupakan bidang polarisasi.

i
Polarisasi karena pemantulan dan pembiasan dapat terjadi apabila cahaya yang
dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan saling tegak lurus atau membentuk sudut 90o.
Di mana cahaya yang dipantulkan merupakan cahaya yang terpolarisasi sempurna,
sedangkan sinar bias merupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudut datang sinar yang dapat
menimbulkan cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskan merupakan sinar
yang terpolarisasi. Sudut datang seperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atau sudut
Brewster.
Pada saat sinar pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90 o) akan
berlaku ketentuan bahwa:
𝒊𝒑 + 𝒓 = 𝟗𝟎° atau 𝒓 = 𝟗𝟎° − 𝒊𝒑........................................(1)
Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa:
𝒏𝟐 𝐬𝐢𝐧 𝒊𝒑 𝐬𝐢𝐧 𝒊𝒑 𝐬𝐢𝐧 𝒊𝒑
= = = = 𝐭𝐚𝐧 𝒊 ..................(2)
𝒏𝟏 𝐬𝐢𝐧 𝒓 𝐬𝐢𝐧(𝟗𝟎°−𝒊𝒑) 𝐜𝐨𝐬 𝒊𝒑 𝒑

Jadi, diperoleh persamaan


𝒏𝟐
𝒏𝟏 = 𝐭𝐚𝐧 𝒊𝒑 ......................................................(3)
Dengan n2 adalah indeks bias medium tempat cahaya datang n1 adalah medium
tempat cahaya terbiaskan, sedangkan ip adalah sudut pantul yang merupakan sudut
terpolarisasi. Persamaan di atas merupakan bentuk matematis dari Hukum Brewster. Sudut
Polarisasi ip juga dikenal sebagai sudut Brewster dan dituliskan dengan iB. Cahaya
dipantulkan dari segala arah dan sudut Brester terpolarisasi sebagian.

3. Polarisasi karena pembiasan ganda


Polarisasi ini dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai
indeks bias ganda atau lebih dari satu. Jika berkas kaca dilewatkan pada kaca, kelajuan
i
cahaya yang keluar akan sama ke segala arah. Hal ini karena kaca bersifat homogen,
indeks biasnya hanya memiliki satu nilai. Namun, pada bahan-bahan kristal tertentu
misalnya kalsit, mika, Kristal gula, Kristal es dan kuarsa, kelajuan cahaya di dalamnya
tidak seragam karena bahan-bahan itu memiliki dua nilai indeks bias (birefringence).

Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.

Perhatikan gambar diatas, seberkas cahaya yang jatuh tegak lurus pada permukaan
kristal kalsit, maka cahaya yang keluar akan terurai menjadi dua berkas cahaya, yaitu satu
berkas cahaya yang tetap lurus dan berkas cahaya yang dibelokkan. Cahaya yang lurus
disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi.
Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi
hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.

Efek polarisasi ganda/kembar/rangkap yang terjadi ketika cahaya/sinar dilewatkan


melalui kristal Iceland spar (yang sekarang kita kenal sebagai kristal kalsit) pertama kali
ditemukan oleh Bartholinus pada tahun 1669. Lalu, kemudian pada tahun 1690, Christian
Huygens menemukan fenomena polarisasi cahaya dengan melewatkan cahaya melalui dua
buah kristal kalsit yang disusun secara seri. Huygens mendapatkan bahwa jika sebuah sinar
masuk ke dalam kristal kalsit dalam berbagai sudut masuk, maka sinar itu akan terpecah
menjadi dua buah sinar yang keluar dari kristal kalsit, yakni sinar biasa (sinar o) dan sinar
luar biasa (sinar e). Pembelokan rangkap/ganda/rangkap dari sebuah sinar yang
ditransmisikan melalui kalsit dinamakan refraksi ganda/kembar

Jadi, jika cahaya melalui kaca, maka cahaya lewat dengan kelajuan sama ke segala
arah. Ini disebabkan kaca mempunyai satu indeks bias. Tetapi dalam bahan kristal tertentu
seperti kalsit dan kuarsa. Kelajuan cahaya tidak sama untuk ke segala arah. Ini disebabkan
kristal mempunyai lebih dari satu nilai indeks bias. Jadi cahaya yang lewat mengalami

i
pembiasan ganda.Ketika berkas cahaya yang tidak terpolarisasi memasuki bahan bias
kembar, cahaya itu akan terpisah menjdi 2 cahaya yang terpolarisasi.

 Sinar pertama tidak dibelokkan. Sinar ini di sebut sinar biasa yang tidak
mengikuti hukum Snellius tentang pembiasaan.
 Sinar kedua mengalami pembelokkan. Sinar ini di sebut sinar luar biasa atau
istimewa yang mengikuti hukum Snellius tentang pembiasaan.

Sinar biasa dan sinar istimewa keduanya terpolarisasi saling tegak lurus.Jadi
polarisasi pembiasan ganda terjadi pada kristal yang memiliki lebih dari satu nilai indeks
bias. Jika seberkas sinar datang searah dengan sumbu normal, maka akan dibagi menjadi
dua, yaitu sinar biasa dan sinar istimewa.

4. Polarisasi Karena Absorbsi Selektif

Teknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah


menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah getarnya
sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah getar lainnya.
Menurut fungsinya polaroid dibedakan menjadi: polaroid pertama disebut polarisator dan
polaroid kedua disebut analisator. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya
terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami). Analisator berfungsi untuk
mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi. Polarisasi karena absorbsi.

Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar
gelombang cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Polaroid banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari
sinar matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.

Gambar Polarisasi karena Absorbsi Selektif


i
Prinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju
polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor
medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan
lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik belum
berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan polarisator adalah
θ). Di analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu analisator yang diteruskan.
Kristal diploid adalah kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu
komponen yang tegak lurus dari cahaya alam (tak terpolarisasi). Kristal ini mempunyai
sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linier sejajar dengan sumbu ini datang
pada Kristal, maka cahaya akan diteruskan dengan redaman yang sangat kecil. Sumbu ini
disebut sumbu mudah atau sumbu polarisasi. Biasanya dipasang dua buah Kristal diploid
sebagai polarisator dan yang lain sebagai analisator. Jika sumbu mudah kedua Kristal
saling tegak lurus, maka tidak ada cahaya yang sampai dapat menembus analisator
(medan listrik terserap sempurna). Jika sumbu mudah analisator membentuk sudut
terhadap sumbu mudah polarisator, maka cahaya akan dapat sampai pada pengamat
dengan intensitas sebesar:
I1= I0 cos2 θ

Dengan: I1 = Intensitas cahaya setelah melewati analisator


I0 = Intensitas cahaya sebelum melewati analisator
θ = Sudut yang dibentuk antara sumbu mudah polarisator dan
analisator.

5. Polarisasi Melalui Hamburan

Ketika cahaya datang mengenai suatu bahan, maka electron-elektron dalam bahan
akan menyerap dan meradiasikan kembali sebagian cahaya. Fenomena penyerapan dan
radiasi kembali ini disebut dengan hamburan.
Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa
terhamburnya cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi
Bumi. Cahaya matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah
sebabnya pada hari yang cerah langit kelihatan berwarna biru karena cahaya biru memiliki
panjang gelombang lebih pendek daripada cahaya merah. Hal itu disebabkan oleh warna

i
cahaya biru dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang
lainnya.
Jika cahaya dilewatkan pada suatu medium, partikel-partikel medium akan
menyerap dan memancarkan kembali sebagian cahaya itu. Penyerapan dan pemancaran
kembali cahaya oleh partikel-partikel medium ini dikenal sebagai fenomena hamburan.
Pada peristiwa hamburan, cahaya yang panjang gelombangnya lebih pendek cenderung
mengalami hamburan dengan intensitas yang besar. Hamburan ini dapat diamati pada
warna biru yang ada di langit kita.Hamburan cahaya oleh partikel kecil bahan adalah salah
satu fenomena alam yang indah. Langit biru dan merahnya sunset adalah peristiwa
hamburan. Seperti sinar matahari melewati atmosfer, sebagian besar diserap oleh molekul
udara dan dengan seketika diberikan pada beberapa arah yang baru. Fenomena hamburan
sama dengan perilaku gelombang air pada benda yang mengapung. Ketika sebuah batu
kecil tenggelam dalam air yang sama, sebuah gabus kecil yang mengapung akan bergerak
naik turun dengan frekuensi dari gelombang yang melewatinya. Gelombang cahaya
divisualisasikan bergerak dalam cara yang sama pada molekul udara. Pertama sebuah
gelombang cahaya mengatur sebuah molekul atau partikel ke dalam sebuah getaran,
gelombang dapat dipancarkan lagi.

D. Penerapan Optik Fisis dalam Kehidupan Sehari – Hari


Dalam kehidupan sehari-hari banyak penerapan optik fisis, baik melalui difraksi,
interferensi, dan juga polarisasi yakni :
a. X-Ray powder diffraction (XRD) : teknik analisa dalam
mengidentifikasiphase dan struktur dimensi cell materi kristal
Kemajuan sebuah teknologi selalu perubahan yang dapat dilakukan. Dalam
bidang fisika, teknologi khususnya dalam hal optika, berkembang sangat pesat. Dari
sekian panjang rentatetan teori yang telah dikembangkan, telah menghasilkan berbagai
teknik analisa ataupun teknologi muktakhir. Salah satu teknik yang diterapkan dalam
analisa mikroskopik adalah XRD yaitu x-raypowder diffraction. Setiap berkas sinar
yang menuju materi Kristal akanterdifraksi menurut pola struktur cellnya. Pada bidang
diffraksi, akan muncul dan terbentuk pola yang mewakili bidang Kristal pada sumbu 3-
D. Efek inilah yang kemudian digunakan dalam analisa struktur.

i
b. Lensa Difraksi pada Kamera Photography : Terapan Konsepsi
DifraksiDalam Mempengaruhi Resolusi Dan Pencahayaan Hasil Photograpy
Pada Sebuah Kamera
Dalam dunia photography, resolusi yang semakin baik dari sebuah alat optis,
terutama kamera itu sendiri akan mampu menghasilkan gambar yang semakin tajam.
Ada banyak jenis alat optis yang disusun sedemikian rupa untuk memperoleh sebuah
bayangan nyata. Jejak-jejak optis direkam dan divisualisasi untuk ditampilkan menjadi
photo yang kita kenal dalam keseharian. Bagian optis seperti lensa pada kamera
memgang peranan yang dukup penting. Ukuran aperture yang bersesuaian akan
mengahasilkan ketajaman gambar yang tepat. Karena pada dasarnya, menurut Rayleigh
criterion mengenai daya pemisah pada efek diffraksi munculnya efek yang lebih baik
akan berkontribusi pada ketajaman gamabr yang diperoleh.
c. Salah satu penerapan penting dari proses polarisasi adalah Liquid CrystalDsiplay
(LCD).
LCD digunakan dalam berbagai tampilan, dari mulai jam digital, layar
kalkulator, hingga layar televice. LCD dapat diartikan alat peraga kristal cair, berisi
dua filter polarisasi yang saling menyilang dan didukung oelh sebuah cermin. Biasanya
polarisator yang saling menyilang menghalangi semua cahaya yang melewatinya.
Namun, diantara kedua filter itu terdapat lapisan kristal cair. Selain energi listrik alat
ini dipadamkan, kristalnya memutar sinar-sinar yang kuat dengan membentuk sudut
900. Sinar-sinar yang berputar itu kemudian dapat menembus filter (penyaring) bagian
belakang. Kemudian sinar-sinar itu dipantulkan oleh cermin sehingga peraga (layar)
tampak putih. Angka atau huruf pada peraga dengan menyatakan daerah-daerah kristal
cair. Ini mengubah posisi kristal cair tersebut sehingga kristal-kristal tidak lagi
memutar cahaya.

d. Gelembung air sabun


Dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat gelembung air sabun akan terlihat
berwarna-warni. Begitu juga genangan minyak tanah diatas permukaan air, akan
terlihat sama berwarna warni. Warna-warni pelangi menunjukkan pada kita bahwa
sinar matahari adalah gabungan gabungan dari berbagai macam warna dari spektrum
kasat mata. Akan tetapi warna pada gelombang sabun, lapisan minyak, warna bulu
burung merah dan burung kalibri bukan disebabkan oleh pembiasan. Tetapi karena
terjadi interferensi konstruktif dan distruktif dari sinar yang dipantulkan oleh suatu
i
lapisan tipis. Adanya gejala interferensi ini bukti yang paling menyakinkan bahwa
cahaya itu adalah gelombang.
Warna - warni terbentuk karena adanya interferensi gelombang cahaya yang
memasuki lapisan tipis sabun. Karena cahaya putih seperti sinar matahari memiliki
banyak panjang gelombang maka sinar yang masuk kedalam lapisan sabun dan yang
dipantulkan oleh lapisan sabun itu juga akan mengalami pembiasan dan pemantulan
yang tidak sama karena masing-masing panjang gelombang memiliki indeks bias
sendiri-sendiri. Lintasan yang dilalui masing-masing gelombang tidak sama. Sinar
putih ini mengalami dispersi atau penguraian warna dan terbentuklah cahaya
berwarna-warni. Berwarna-warni karena cahaya yang jatuh ke gelembung sabuk
dipantulkan dan dibiaskan secara tidak merata karena indeks bias yang berbeda di tiap
titik gelembung gara-gara tidak samanya ketebalan gelembung sabun.

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

i
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai