PENDAHULUAN
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini
perusahaan. Hal ini dikarenakan tingkat fluktuatif laba perusahaan yang ada pada
laporan keuangan menjadi fokus utama para investor untuk melakukan kegiatan
(Mona, 2013). Kondisi ini akan memotivasi para manajer perusahaan untuk
ekspetasi para investor. Dalam suatu perjanjian bisnis, pemegang saham akan
memberikan sejumlah insentif dan bonus sebagai feedback atas kinerja manajer
dalam menjalankan operasional perusahaan. Bonus yang relatif lebih besar
nilainya hanya akan diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian
yang baik demi mendapatkan bonus yang maksimal. Motivasi tersebutlah yang
mempengaruhi nilai laba yang akan dilaporkan yang dikenal dengan manajemen
laba (Purnama, 2017). Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan
mengubah laporan keuangan. Hal ini dapat menyesatkan stakeholder yang ingin
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan berupa informasi laba yang
di pasar modal (Riyatno, 2017). Ketika perusahaan tidak mampu untuk mencapai
laba yang diharapkan, hal ini memicu manajer untuk melakukan praktik yang
information). Jika informasi laba yang diberikan tidak benar, maka hal tersebut
untuk membuat keputusan. Manajemen laba juga dapat menambah bias dalam
mengetahui informasi yang disajikan tidak benar, maka harga saham yang
Sampai saat ini praktik manajemen laba masih sering terjadi di Indonesia.
Salah satu kasus manajemen laba yang terjadi adalah kasus dari PT Timah Tbk.
kepada publik dari yang sebenarnya terjadi, di mana sejak tahun 2013 direksi PT
Timah (Persero) Tbk menurut Ikatan Karyawan Timah (IKT) yang berasal dari
kesalahan dan kelalaian semasa menjabat selama tiga tahun sejak tahun 2013 lalu,
yaitu dengan memberikan informasi yang berbeda kepada publik mengenai
press release laporan keuangan semester I-2015 yang mengatakan bahwa efisiensi
dan strategi yang dilakukan oleh pihak PT Timah Tbk telah menghasilkan kinerja
rugi sebesari Rp 59 miliar. Hal ini dilakukan tentu agar kinerja perusahaan dinilai
baik oleh publik sehingga dapat menarik minat investor pada perusahaan. Selain
100 persen dibanding tahun 2013. Pada tahun 2013, utang perseroan hanya
mencapai Rp 263 miliar. Namun, jumlah utang ini meningkat hingga Rp 2,3
dilihat dari tingkat leverage atau tingkat utang. Leverage adalah penggunaan aset
dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap, sumber dana yang
berasal dari pinjaman karena mereka memiliki bunga sebagai beban tetap untuk
tingkat leverage perusahaan tinggi. Hal ini dapat terjadi karena manajer berusaha
menghindari kegagalan pada perjanjian utang dan tingkat leverage yang tinggi
memotivasi untuk menghasilkan laba yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh
Utari dan Sari (2016) menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif pada
manajemen laba. Hal ini berarti leverage yang tinggi akan mendorong manajemen
perjanjian utang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanok,
terhadap manajemen laba. Namun, hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian
yang dilakukan Gunawan et.al. (2015) bahwa leverage tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
mempunyai informasi yang penting bagi pihak eksternal. Hal ini dikarenakan
apabila tingkat profitabilitas tinggi, maka kinerja perusahaan dapat dikatakan baik
untuk berlomba-lomba untuk menunjukkan kualitas dan kinerja yang baik. Oleh
adalah ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan menjadi kecil pada periode
waktu tertentu yang mana hal tersebut memicu perusahaan untuk melakukan
berpengaruh signifikan terhadap praktik manajemen laba. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Wibisana et.al. (2014) yang menyatakan
yang dilakukan oleh Bestivano (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak
profitabilitas.
pemilik dan manajemen perusahaan atau disebut agency conflict. Konflik itu
bertambah dan agent yang tertarik untuk menerima kepuasan berupa kompensasi
dinamakan sebagai biaya keagenan atau agency cost. Menurut Jensen dan
Meckling (1976), agency cost adalah biaya-biaya yang ditanggung oleh pemegang
adalah laba perusahaan yang dibagikan dalam bentuk dividen. Menurut Jensen
dan Meckling (1976), agency cost dibagi menjadi tiga kategori, yaitu monitoring
cost, bonding cost, dan residual loss. Monitoring cost adalah biaya pemantauan
perilaku agen yang dikeluarkan oleh principal untuk mengukur, memantau, dan
mengendalikan perilaku agen. Contoh dari monitoring cost adalah biaya audit,
(budget restriction), dan aturan operasi. Iskak (1999) mendefinisikan fee audit
auditee atas jasa audit yang dilakukan akuntan publik terhadap penetapan fee audit
yang dilakukan KAP berdasarkan perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang
terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Menurut Leventis (2011),
ketika auditor berada di bawah tekanan dari klien agar mengendalikan atau
mengurangi biaya atas perjanjian audit yang dilakukan oleh pihak auditor dan
perusahaan klien. Hal ini tentunya akan menciptakan tekanan biaya yang
meningkat pada perusahaan klien dan membuat manajer lebih sensitif terhadap
struktur biaya. Jika biaya operasi pada suatu perusahaan cukup besar, maka
agency cost yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan akan semakin besar
melakukan praktik perataan laba (income smoothing) jika agency cost yang
manajemen laba?
manajemen laba?
Manfaat yang diberikan dari penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoretis
b. Manfaat Praktis
tersebut.
terjadi.
LANDASAN TEORI
Principal atau pemegang saham diasumsikan hanya tertarik kepada laba yang
dihasilkan oleh perusahaan atau dari investasi yang telah mereka tanamkan di
yang berbeda antara prinsipal dan agen, maka muncullah konflik kepentingan.
asumsi sifat manusia, yaitu manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri
(self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
pribadinya.
Menurut Rachmawati (2013), manajemen laba muncul sebagai dampak
pemilik dan manajemen perusahaan atau disebut agency conflict. Konflik itu
bertambah dan agent yang tertarik untuk menerima kepuasan berupa kompensasi
keuangan.
dengan agen (agent). Sebagai hasilnya akan timbul apa yang dinamakan biaya
keagenan (agency cost) yang meliputi monitoring costs, bonding costs, dan
residual losses. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh
principal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan
mengontrol perilaku agen. Contoh biaya ini adalah biaya audit dan biaya untuk
aturan operasi. Sementara bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agen
untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen yang
Pemegang saham hanya akan mengijinkan bonding cost terjadi jika biaya tersebut
dapat mengurangi monitoring cost. Sedangkan residual loss timbul dari kenyataan
(Nabila dan Daljono, 2013). Menurut Meutia (2004) dalam Soraya dan Harto
laporan keuangan dengan sengaja dalam batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-
menggunakan basis akrual (accrual bassis). Konsep model akrual terdiri dari dua
1985). Discretionary accrual adalah komponen akrual yang dapat diatur sesuai
dengan diskresi yang dimiliki oleh manajemen. Sementara itu, non-discretionary
accrual adalah komponen akrual yang tidak dapat diatur sesuai dengan diskresi
2.3 Profitabilitas
sumber daya yang dimilikinya, baik dari kegiatan penjualan, penggunaan aset,
atau penggunaan modal (Hery, 2017). Perubahan tingkat profitabilitas yang tinggi
sebagai alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja
secara efektif atau tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai
mengalami kegagalan.
margin atas laba penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah membandingkan
hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Untuk
mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih
c. Return on Equity
Return on Equity adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak
sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kuat pula posisi sebuah
perusahaan.
Rasio Laba per Lembar Saham atau Earning Per Share adalah rasio yang
pula sebaliknya.
e. Rasio Pertumbuhan
2.4 Leverage
perusahaan dalam hal menginvestasikan dana atau memperoleh sumber dana yang
(Irawati, 2006). Leverage dapat menanggung sejumlah beban atau biaya, baik
biaya tetap operasi maupun biaya finansial. Biaya tetap operasi merupakan beban
atau biaya tetap yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari fungsi pelaksanaan
investasi, sedangkan biaya finansial adalah beban atau biaya yang harus
Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian modal sendiri yang dijadikan
Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk
Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang
sendiri.
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang
jumlah aktiva ditambah tangible dan hutang lancar dibagi dengan hutang
jangka panjang
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari
Biaya keagenan dapat timbul saat kepentingan yang dimiliki agen tidak selaras
dengan kepentingan yang dimiliki prinsipal dan mempengaruhi kinerja serta
aturan operasi. Selain itu, monitoring cost dapat berupa kompensasi manajemen
seorang agen atau manajer yang baik dan bertindak untuk kepentingan prinsipal
atau shareholders, maka biaya monitoring yang dikeluarkan akan lebih kecil
namun agen akan memperoleh gaji lebih besar dan begitu juga sebaliknya. Audit
juga dapat menurunkan konflik antara prinsipal dan agen. Dewan direksi yang
monitoring terhadap manajemen (agen) karena hal itu juga merupakan bagian dari
monitoring cost.
2.6 Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Peneliti Variabel Penelitian
No Hasil Penelitian
(Tahun) dan Metode Analisis
1 Dilla Febria Variabel Penelitian: Profitabilitas
(2020) Y = Manajemen Laba berpengaruh positif
X1 = Leverage terhadap manajemen
X2 = Profitabilitas laba, Leverage dan
X3 = Kepemilikan kepemilikan manajerial
Manajerial tidak memiliki pengaruh
terhadap manajemen
Metode Analisis: laba.
Menggunakan proksi
discretionary accrual
sesuai dengan model
Modified Jones Models
manajemen laba sampai saat ini masih seringkali dilakukan oleh manajer demi
meningkatkan kekayaan pribadi (bonus). Oleh sebab itu, berdasar isu tersebut,
fokus kajian kali ini adalah menjelaskan perilaku atau tindakan manajer baik
dalam operasinya maupun dalam pelaporan akuntansi pada suatu periode tertentu,
praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
rasio tersebut menghitung tingkat pengembalian total aset setelah bunga dan pajak
(Brigham dan Joel, 2010). Pada umumnya nilai profitabilitas suatu perusahaan
perusahaan dalam menghasilkan laba juga tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wibisana et al., (2014) yang menyatakan bahwa tingkat
perusahaan, dimana tindakan perataan laba merupakan salah satu metode yang
mengabaikan profitabilitas.
(Sawir, 2004). Jika tingkat leverage lebih tinggi, maka kemungkinan untuk
manajemen laba. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat leverage, maka praktik
manajemen laba akan semakin tinggi pada suatu perusahaan. Jika perusahaan
tidak dapat menggunakan dana yang dimiliki secara efisien, maka akan
Hal ini sejalan dengan penelitian Putri dan Titian (2014) yang menyatakan
bahwa leverage mempunyai arah koefisien positif terhadap manajemen laba, yang
berarti semakin besar leverage maka akan meningkatkan praktik manajemen laba
yang semakin oportunis. Robert (2011) menyatakan bahwa leverage tidak akan
leverage tinggi akibat total utang terhadap total aset akan menghadapi risiko tidak
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal itu tampak dari laba yang dihasilkan
manajemen laba adalah ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan kecil pada
periode. Nilai rasio profitabilitas yang rendah akan dianggap bahwa manajemen
mempertahankan investor (Purnama, 2017). Hal ini terjadi akibat dari kurangnya
diajukan adalah:
manajemen laba.
2.8.4 Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba dengan Monitoring
finansialnya baik dalam jangka pendek, maupun jangka panjang atau mengukur
sejauh mana perusahaan dibiayai oleh utang (Wiagustini, 2010). Struktur utang
dapat berperan sebagai alat untuk memonitor biaya agensi dalam suatu perusahaan
(Linda, 2012). Nilai rasio leverage yang tinggi akan dianggap mempunyai banyak
pelanggaran perjanjian utang (Purnama, 2017). Hal ini terjadi akibat dari
Jensen dan Meckling (1976), konflik kepentingan antara manajemen (agen) dan
manajemen laba.
di mana seluruh proyek penelitian didasarkan. Rerangka teoritis yang baik akan
menjelaskan secara teoretis hubungan antara variabel yang akan diteliti,
Gamba
r 1. Rerangka Teoretis
Desain pada penelitian ini didapat dari lima variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu manajemen laba sebagai variabel dependen (Y),
BAB III
METODE PENELITIAN
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
dapat diakibatkan karena ada pengaruh dari perubahan besaran dari variabel
yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa berbeda
pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama atau pada waktu yang
sama untuk objek atau orang yang berbeda. Dalam penelitian itu terdapat tiga
variabel moderasi.
yang menjadi perhatian utama peneliti. Dengan kata lain variabel terikat
dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang kemudian diberi simbol (Y).
eksternal, tujuan manajemen adalah untuk menyajikan laba dengan cara yang
berbeda (naik atau turun) dari apa yang mereka ketahui untuk mencapai manfaat
manajer dalam penyusunan laporan keuangan yang akan diberikan kepada pihak
TA ¿ =N ¿ −CFO¿ ...........................(1)
Keterangan :
Keterangan:
PPEt = Aktiva tetap (gross property, plant, and equipment) pada periode t
Keterangan:
NDAit = nondiscretionary accruals pada tahun t
PPEt = Aktiva tetap (gross property, plant, and equipment) pada periode
accruals
Keterangan:
disebut juga variabel yang mempengaruhi. Sedangkan menurut Sekaran & Bougie
a. Profitabilitas (X1)
Profitabilitas adalah kemampuan dari perusahaan untuk mengatur sumber
dayanya agar dapat menghasilkan keuntungan (Lestari dan Oky, 2019). Rasio ini
dengan laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Menurut
b. Leverage (X2)
terbatas.
ini untuk mengukur leverage digunakan proksi Debt to Assets Ratio (DAR).
berikut.
total hutang
DAR= ×100 … … … … … … …(6)
total asset
(1976), monitoring cost adalah biaya yang muncul untuk mengawasi, mengukur,
mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Dalam penelitian ini, untuk mengukur
monitoring cost digunakan proksi fee audit. Data mengenai fee audit diwakili oleh akun
professional fees yang terdapat dalam laporan keuangan. Dasar pengambilan keputusan
ini adalah belum tersedianya data tentang fee audit dikarenakan pengungkapan data
tentang fee auditor di Indonesia masih berupa voluntary disclosures, sehingga belum
banyak perusahaan yang mencantumkan data fee auditor dalam annual report (Rifki
yang sama untuk diambil sebagai sampel (Sekaran & Bougie, 2019). Menurut
Silaen (2018), populasi adalah keseluruhan dari objek atau individu yang
disebut sebagai universum (universe) yang berarti keseluruhan obyek (benda) atau
subyek (individu) yang dapat berupa benda hidup ataupun benda mati. Sedangkan
kualitas dan ciri yang dapat ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan dengan
kasus manajemen laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun
(2018) mendefinisikan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Sekaran & Bougie (2019), pengertian
sampel adalah sebagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah anggota yang
dipilih dari populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
keuangan perusahaan dengan kasus manajemen laba yang terdaftar di Bursa Efek
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sekaran
dan Boogie (2019), data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber-sumber yang sudah ada. Data ini digunakan untuk
mendukung informasi primer yang telah diperoleh, yaitu dari bahan pustaka,
literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini,
Menurut Sekaran & Bougie (2019), metode pengumpulan data ialah bagian
pengumpulan data adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial
dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat. Cara atau teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan melakukan
pengamatan, dan gabungan dari ketiga cara tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara mendokumentasikan data yang terdapat pada laporan
keuangan perusahaan.
SPSS (Statistical Package for Social Sciences) untuk mengetahui pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis data dalam penelitian ini
digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai
rata-rata, standar deviasi, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness.
keterangan mengenai suatu data atau keadaan. Dengan kata lain, statistika deskriptif
statistika deskriptif (jika ada) hanya ditujukan pada kumpulan data yang ada.
analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji
asumsi yang ada dalam permodelan regresi linear berganda. Hal ini menyebabkan
data dapat dianalisis lebih lanjut tanpa menghasilkan data yang bias. Berikut ini
a. Uji Normalitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
Asymp Sig (2-tailed). Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05,
maka data tidak terdistribusi secara normal, namun sebaliknya, jika nilai
signifikansi > 0.05, maka data terdistribusi secara normal (Suganda, 2018).
b. Uji Multikolinearitas
keterkaitan atau hubungan yang erat antar variabel independen dalam model
dan Tolerance. Suatu model regresi dikatakan baik jika tidak ada korelasi
atau sama dengan 10, kemudian angka Tolerance sekitar 0.1 hingga angka 1
(Suganda, 2018).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
menghasilkan estimator yang bias untuk nilai variasi Ut. Akibatnya, uji t, uji F,
dan estimasi nilai variabel dependen menjadi tidak valid. Untuk melihat
dapat dilakukan beberapa uji, diantaranya adalah Uji Glejser, Uji Spearmen,
Uji Park, dan uji tambahan berupa Uji Scatter Plot (Suganda, 2018)
d. Uji Autokorelasi
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara
adalah time series, atau berdasarkan waktu berkala, sepeti bulanan, tahunan,
dan seterusnya, karena itu ciri khusus uji ini adalah waktu (Santoso, 2012:241).
data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis
yang diajukan.
dua persamaan. Persamaan pertama untuk melihat efek utama, yaitu variabel
Keterangan:
α = Konstanta
β = Variabel Koefisien
Prof = Profitabilitas
Lev = Leverage
Dalam melakukan analisis regresi linear berganda, dilakukan uji sebagai berikut.
Deviance < 0.05) maka model yang terbentuk adalah layak (Ghozali, 2016).
signifikansi dalam penelitian ini adalah 5%. Jika p-value yang terdapat pada
kolom sig ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika p-value > 0,05,
signifikan terhadap variabel dependen yang dapat dilihat dari koefisien regresi
atau beta (β) yang dihasilkan dari pengaruh interaksi atau perkalian variabel
penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki kasus manajemen laba yang
analisis.
dari nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi. Variabel
yang diuji statistik deskriptifnya dalam penelitian ini adalah variabel dependen,
penelitian ini, yaitu manajemen laba. Variabel independen dalam penelitian ini
digunakan monitoring cost. Berikut ini adalah hasil perhitungan (output) uji
merupakan data penelitian selama 11 (sebelas) tahun di mulai dari tahun 2010-
2020. Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif pada tabel 4.1, dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Manajemen Laba
jones model dan mencari Discretionarry Accrual (DA) untuk mengukur ada
atau tidaknya praktik manajemen laba melalui aktivitas akrual dalam laporan
keuangan.
Dapat dilihat pada Tabel 4.1, diketahui bahwa besarnya manajemen laba
dari 88 unit analisis memiliki nilai minimum -0,36169 dan nilai maksimum
yang kecil karena nilainya lebih yang lebih tinggi dari mean yaitu 0,0997645.
laba pada perusahaan sampel. Hal ini ditandai dengan discretionarry accrual
memanfaatkan akrual.
tertinggi terjadi pada PT Garuda Indonesia (persero) Tbk tahun 2020, yaitu
tahun 2020 melakukan manajemen laba dengan menaikkan angka laba (income
yang paling rendah jika dibandingkan dengan perusahaan sampel lain. Angka
Assets (ROA). Hasil uji statistik deskriptif pada Tabel 4.1 dapat diketahui
bahwa besarnya ROA dari 88 unit penelitian memiliki rentang nilai dari -
264,10 hingga 60,72. Nilai terendah dari profitabilitas adalah -264,10, nilai
Sejahtera Food Tbk pada tahun 2015. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas
(ROA) tertinggi sebesar 60,72 diperoleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
pada tahun 2019. Hal ini mencerminkan kemampuan PT Tiga Pilar Sejahtera
Food Tbk dalam memperoleh laba sebesar 60,72% atas pengelolaan aset dalam
kegiatan operasionalnya.
menghasilkan laba (profit) sebesar -1.6255% yang berasal dari aktivitas bisnis
perusahaan.
3. Leverage
(DAR). Hasil statistik deskriptif pada Tabel 4.1, nilai minimum leverage adalah
sebesar 0,26 oleh PT Timah (Persero) Tbk periode 2012 yang artinya
pendanaan PT Semen Indonesia Tbk periode 2012 sebesar 26% dibiayai oleh
hutang. Nilai maksimum leverage pada penelitian ini sebesar 2,90 oleh PT Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk periode 2018, yang artinya perusahaan tersebut
memiliki tingkat DAR sebelas kali lebih besar dari modalnya sendiri.
hutang jangka pendek maupun jangka panjang) yang semakin besar daripada
total aset sendiri yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain perusahaan lebih
semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, yaitu kreditur. Nilai rata-
rata leverage sebesar -1,6255 dengan nilai standar deviasi sebesar 33,32532.
4. Monitoring Cost
fee audit. Dari hasil statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 88 sampel data yang
manajemen laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2020.
Variabel monitoring cost dalam penelitian ini memiliki rentang nilai dari 15,90
sampai 26,23.
15,90 berasal dari PT Agung Podomoro Land Tbk pada periode 2010, di mana
hal itu menunjukkan perusahaan tersebut memiliki fee audit paling rendah
menunjukkan simpangan data yang cukup baik karena nilainya yang lebih kecil
a. Uji Normalitas
(independent) dalam model regresi. Uji normalitas juga dapat digunakan untuk
terdistribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam penelitian ini
signifikansi sebesar 0,002, 0.000, 0.012, dan 0,001 dimana nilai tersebut < (lebih
kecil dari) 0,05. Hasil tersebut dimaknai bahwa data terdistribusi tidak normal dan
b. Uji Multikolinearitas
mengetahui ada tidaknya keterkaitan atau hubungan yang erat antar variabel
independent dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah model
regresi yang tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Uji multikolinearitas
(VIF) di mana jika torelance > 0,01 dan VIF < 10, maka tidak terjadi gejala
0,1 (> 0,1) dan nilai VIF di bawah 10 (< 10), sehingga dapat disimpulkan
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Dalam
untuk model regresi pertama dan 1,853 untuk model regresi kedua. Nilai dL
yang didapatkan pada penelitian ini sebesar 1,6071 dan nilai dU sebesar
1,6999. Setelah itu nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam rumus dU < dw <
(4-dU) untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi atau tidak. Dari rumus
tersebut didapatkan hasil 1,6999 < 1,828 < 2,3001 untuk model regresi
pertama dan 1,6999 < 1,853 < 2,3001 untuk model regresi kedua, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dari kedua model regresi yang diuji tidak terdapat
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan yang
uji statistik Glejser dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi untuk
variabel independent lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
autokorelasi:
bahwa nilai signifikansi variabel ROA (X1) adalah sebesar 0,418 dan nilai
DAR (X2) adalah sebesar 0,933. Maka, dapat disimpulkan bahwa data
lebih dari satu terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini menggunakan
Keterangan:
Manlab = Manajemen Laba
ROA = Return on Assets (Profitabilitas)
DAR = Debt to Assets Ratio (Leverage)
Analisis ini diolah menggunakan program SPSS 21. Hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Uji Analisis Regresi
Variabel Beta
Konstanta 0.0884
ROA (X1) 0.0148
DAR (X2) -0.1470
MC (Z) -0.0041
ROA*MC (Moderasi 1) -0.0081
DAR*MC (Moderasi 2) 0.0064
Sumber: Data Diolah (2022)
Berdasarkan hasil uji analisis regresi pada tabel 4.7, maka dapat diperoleh
Keterangan:
Manlab = Manajemen Laba
ROA = Return on Assets (Profitabilitas)
DAR = Debt to Assets Ratio (Leverage)
MC = Monitoring Cost
ROA*MC = Moderasi 1
DAR*MC = Moderasi 2
4.3.3 Uji F
apabila nilai Goodness of Fit Test < 0,05 (nilai signifikansi Pearson dan Deviance
< 0,05), maka model yang terbentuk adalah layak (Ghozali, 2016). Hasil yang
Berdasarkan hasil uji F pada tabel 4.8, diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,038. Maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian tersebut dinyatakan layak
Berikut ini adalah tabel yang merupakan hasil dari uji koefisien determinasi
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R2) pada tabel 4.9,
diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,143 atau sebesar 14,3%. Dapat disimpulkan
monitoring cost dalam menjelas variabel dependen, yaitu manajemen laba sebesar
14,3% sedangkan sisanya 100% - 14,3% = 85,7% dijelaskan oleh variabel lain
signifikansi (α) dalam penelitian ini adalah 5%. Jika p-value yang terdapat pada
kolom sig ≤ 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya, jika p-value >
0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak (Santoso, 2014). Berikut ini adalah tabel
yang merupakan hasil dari uji parsial (Uji T) yang telah dilakukan.
Moderat 1 0.001
Moderat 2 0.520
sebesar 3,401 dan memiliki tingkat signifikansi 0,001, nilai tersebut lebih
sebesar -0,666 dan memiliki tingkat signifikansi 0,507, nilai tersebut lebih
oleh Lina Budi Utami (2020) yang menunjukkan bahwa leverage tidak
penelitian yang dilakukan oleh Diana Savitri dan Denies Priantinah (2019)
manajemen laba.
3) Hasil Pengujian Hipotesis 3 dan Pembahasan
signifikansi 0,001, nilai tersebut lebih kecil dari alpha 0,05. Hasil tersebut
monitoring cost.
signifikansi 0,520, nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi 0,05.
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Rangkuman mengenai hasil uji
PENUTUP
5.1 Simpulan
laba yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2020. Berdasarkan hasil
laba, dan monitoring cost tidak berpengaruh terhadap hubungan antara leverage
pemilik dan manajemen perusahaan atau disebut agency conflict. Konflik ini
bertambah dan agent yang tertarik untuk menerima kepuasan berupa kompensasi
5.2 Keterbatasan
Keterbatasan pada penelitian ini, yaitu terletak pada jumlah sampel yang
hanya 88, dikarenakan banyak perusahaan yang tidak masuk ke dalam kriteria
leverage yang dimoderasi oleh monitoring cost dengan baik. Selain itu penulisan
data pada laporan keuangan perusahaan karena masih terdapat perbedaan format
penyesuaian kembali.
5.3 Saran
1. Perusahaan