Anda di halaman 1dari 27

Lampiran Materi Pembelajaran

Pengertian Kronologis ,diakronis, sinkronis ruang dan waktu dalam sejarah.

Dalam mempelajari dan menyusun peristiwa sejarah akan selalu terkait dengan waktu.
Waktu adalah sesuatu yang selalu bergerak dari masa lalu masa kini dan masa yang akan datang.
Peristiwa-peristiwa tersebut harus brgerak sehingga melahirkan peristiwa baru yang saling terkait
dan tidak pernah berhenti. Upaya yang dilakukan para sejarawan untuk menyusun peristiwa
sejarah secara teratur menrut urutan waktunya disebut kronologi sejarah.

Hal yang membedakan antara kronologi dan periodisasi hanyalah dalam batasan waktunya.
Periodisasi mengatur pembagian atau pembabakan peristiwa masa lampau dengan batasan waktu
yang terbatas.

Dalam kenyataan sejarah yang sebenarnya, tidak di kenal adanya kronologi ataupun
periodisasi sejarah. Karena pada hakikatnya peristiwa saling berkesinambungan antara yang satu
dengan yang lainnya dan tidak akan terputus dalam satu periodisasi. Tujuan periodisasi dan
kronologi dalam penulisan sejarah bertujuan untuk mempermudah dalam mempelajari sejarah.

Istilah kronologi di artikan dan dipahami sebagai urutan peristiwa yang disusun
berdasarkan terjadinya. Kronologi berasal dari bahasa yunani yaitu chronos berarti waktu dan
logos berarti ilmu atau pengetahuan. Secara harfiah berarti ilmu tentang waktu.

Dalam sejarah kronologi adalah ilmu untuk menentukan waktu terjadinya suatu peristiwa
dan tempat peristiwa tersebut secara tepat berdasarkan urutan waktu. Tujuan kronologi adalah
menghindari anakronisme atau kerancuan waktu sejarah.

Dengan memahami konsep kronologi kita juga dapat melihat kaiatan-kaitan peristiwa yang
terjadi di masa lalu dan direkonstruksi kembali secara tepat berdasarkan urutan waktu terjadinya.
Berkat bantuan konsep kronologi kita juga dapat melihat kaitan peristiwa sejarah yang terjadi di
belahan bumi yang lain. Kronologi merupakan ilmu dasar yang sangat penting dalam ilmu
sejarah karena konsep ini menggambarkan proses sejarah. Misalnya bulan, hari tahun terjadinya
suatu peristiwa penting. Catatan tahun terjadinya suatu peristiwa sejarah biasa di sebut kronik.

Cara terbaik dalam menunjukan suatu peristiwa secara kronologi adalah dengan menggunakan
garis waktu. Garis waktu tersebut menjajarkan peristiwa yang terjadi di masa lalu urut
berdasarkan waktu terjadinya. Mengenai tentang waktu yang di pakai tergantung ruang lingkup
peristiwa yang akan di paparkan.

Menurut Galtung, sejarah adalah ilmu diakronis berasal dari kata diachronich; ( dia dalam bahasa
latin artinya melalui/ melampaui dan chronicus artinya waktu ). Diakronis artinya memanjang
dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang.

Sinkronis artinya meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu.

Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu terjadinya.
Kronologi dalam peristiwa sejarah dapat membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa
berdasarkan urutan waktu secara tepat, selain itu dapat juga membantu untuk membandingkan
kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda yang terkait peristiwanya

 Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah

Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial
itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan
membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.

Contoh:
1.  Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920
2.  Terjadinya Perang Diponegaro, 1925-1930
 Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah

        Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas
dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap
pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa
yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan
keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan
fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.

Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu – ilmu sosial ).  mencatat bahwa ada
persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada
kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah
Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis 

Contoh:

– Peranan militer dalam politik,1945-1999  ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik )

– Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi )

Konsep Ruang
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
·         Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa – peristiwa sejarah dalam
perjalanan waktu.
·         Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari
ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut.
·         Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang
menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.

Konsep waktu
·         Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa
lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
·         Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa
lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab
sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran
bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di
masa mendatang.
·         Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk
perencanaan masa yang akan datang

 Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah


1.    Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam
suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku
sejarah
2.  Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian.
3.  Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena
perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana
manusia hidup  (beraktivitas).
Materi
1. Perubahan dalam sejarah
Perubahan ini dapat diartikan sebagai segala aspek kehidupan yang terus bergerak seiring
dengan perjalanan kehidupan masyarakat. Heraclitus mengatakan “Panta rei”, artinya tidak
ada
yang tidak berubah, semuanya mengalir, masyarakat sewaktu-waktu bergerak danberubah.
Wertheim, menuliskan, History is a continuity and change (Sejarah adalah peristiwayang
berkesinambungan dan perubahan). Perkembangan kehidupan dalam masyarakat ada
yangberlangsung lambat dan ada yang cepat. Arah perubahan dibedakan atas keadaan yang
lebih baik(progres) dan keadaan yang lebih buruk (regres).

2. Berkelanjutan dalam sejarah


Dalam mempelajari sejarah, rangkaian
peristiwa yang ada merupakan peristiwa
yangberkelanjutan. Kehidupan manusia saat
ini merupakan mata rantai dari kehidupan
masa lampau,sekarang dan masa mendatang.
Setiap peristiwa tidak berdiri sendiri dan tidak
terpisahkan dariperistiwa lain.Disebut
GUA mengalami perkembangan apabila dalam
kehidupan masyarakat terjadi geraksecara
berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk
yang lain. Perkembangan terjadi biasanyadari
bentuk yang sederhana ke bentuk yang
kompleks. Misalnya adalah
perkembangandemokrasi di Amerika yang
mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya
masyarakat diAmerika tinggal di kota-kota
kecil. Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-
LOPO dewan kota, tempatorang berkumpul. Dari
kota-kota kecil mengalami proses menjadi
kota-kota besar hinggamenjadi kota
metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang
mengikuti perkembangan kota.

Faktor – faktor penyebab perubahan dan keberlanjutan


sejarah
FaktorIntern
Ada beberapa faktor yang bersumber dalam
masyarakat itu sendiri yang menyebabkan
RUMAH MEWAH terjadinyaperubahan sosial, yaitu perubahan
Gambar 1. perubahan keberlanjutan dalam penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik
kehidupan nyata sesuai perkembangan dalammasyarakat, dan pemberontakan.
zaman.
perubahan Penduduk
Perubahan penduduk berarti bertambah atau berkurangnya penduduk dalam suatu
masyarakat.Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan kematian, namun juga bisa karena
adanyaperpindahan penduduk, baik transmigrasi maupun urbanisasi. Transmigrasi dan urbanisasi
dapatmengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk daerah yang dituju, serta berkurangnya
jumlahpenduduk daerah yang ditinggalkan.Akibatnya terjadi perubahan dalam struktur
masyarakat,seperti munculnya berbagai profesi dan kelas sosial.

Penemuan-PenemuanBaru
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan barang dan jasa semakin
bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai penemuan baru diciptakan oleh manusia
untukmembantu atau memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Penemuan baru
yangmenyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi proses discovery, invention, dan inovasi.
o Discovery, yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu atau kelompok
dalamsuatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-alat baru ataupun ide-ide baru.
o Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga penemuan baru
itumendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Discovery baru menjadi
inventionapabila masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan
baru ini dalam
kehidupan nyata di masyarakat.
o Inovasi atau proses pembaruan, yaitu proses panjang yang meliputi suatu penemuan
unsur baruserta jalannya unsur baru dari diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai oleh
sebagian besarwarga masyarakat. Suatu penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah
(imaterial) maupunjasmaniah (material) mempunyai pengaruh bermacam-macam.
Biasanya pengaruh itumempunyai pola sebagai berikut.

Konflik dalam Masyarakat


Suatu konflik yang kemudian disadari dapat memecahkan ikatan sosial biasanya akan
diikutidengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan sosial tersebut. Apabila
demikian,maka biasanya terbentuk keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi
konflik.Contohnya konflik antarteman di sekolah. Konflik dapat merubah kepribadian orang-
orang yangterlibat di dalamnya, misalnya jadi murung, pendiam, tidak mau bergaul, dan lain-
lain. Namunapabila orang-orang yang terlibat konflik sadar akan hal itu, maka mereka akan
berusaha untukmemperbaiki keadaan itu agar lebih baik dari sebelumnya.
Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat
Revolusi di Indonesia pada 17 Agustus 1945 mengubah struktur pemerintahan kolonial
menjadipemerintahan nasional. Hal itu diikuti dengan berbagai perubahan mulai dari lembaga
keluarga,sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.
Faktor Ekstern

Dengan melakukan interaksi sosial, banyak pengaruhpengaruh dari luar masyarakat kita yang
mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor ekstern yang menyebabkan perubahan
sosial adalah sebagai berikut.
Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah
Bagi manusia, alam mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupannya. Misalnya
alammempunyai nilai estetika yang mendorong manusia untuk cinta pada alam, alam sebagai
sumberpenyediaan bahan-bahan makanan dan pakaian, serta alam menjadi sumber
kesehatan,keindahan, dan hiburan atau rekreasi.Mengingat pentingnya alam bagi kehidupan
manusia, maka sudah seharusnyalah kita menjalinkeserasian hubungan dengan alam yang ada di
sekitar kita agar tetap terjaga kelestariannya.Namun apa yang terjadi? Tidak jarang tindakan
manusia justru mengakibatkan munculnyakerusakan alam. Misalnya tindakan manusia
menebang hutan secara liar. Tindakan tersebut dapatmenimbulkan banjir dan tanah longsor pada
musim penghujan karena terjadinya pengikisantanah oleh air hujan (erosi). Akibatnya banyak
masyarakat yang kehilangan tempat tinggal,keluarga, dan sarana umum lainnya.
Peperangan
Peperangan yang terjadi antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat
menyebabkanterjadinya perubahan yang sangat mendasar, baik seluruh wujud budaya (sistem
budaya, systemsosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun seluruh unsur budaya (sistem
pengetahuan,teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem religi, dan kemasyarakatan).
Perubahan-perubahanitu umumnya terjadi pada negara yang kalah perang karena biasanya
negara yang menangcenderung untuk memaksakan nilai-nilai, budaya, cara-cara, dan lembaga
kemasyarakatannyakepada negara tersebut.
Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain adalah sebagai berikut.
 Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal balik. Di
samping
dipengaruhi, suatu masyarakat akan memengaruhi masyarakat lain.
 Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa seperti radio,
televisi,majalah atau surat kabar. Dalam hal ini pengaruh kebudayaan hanya terjadi
sepihak, yaitu
pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.
 Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf
kebudayaan yangsama, terkadang yang terjadi justru kultural animosity, yaitu
keadaan di mana dua masyarakatyang meskipun berkebudayaan berbeda dan saling
hidup berdampingan itu saling menolakpengaruh kebudayaan satu terhadap yang
lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat yang padamasa lalunya mempunyai
konflik fisik ataupun nonfisik.
 Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang lebih tinggi,
maka yangterjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-unsur kebudayaan
masyarakat yang telah majuoleh kebudayaan yang masih rendah.
Lampiran 1: Materi Pembelajaran
Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari keberadaan bentangan
luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan
itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran
Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs manusia purba dari Kala
Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut
merupakan pusat perkembangan manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia
sejak 150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer pada arah utara-
selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa
cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai
dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan tersingkapnya
berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk artefak.
Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan pasir fluviovolkanik,
tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada musim kemarau. Sangiran pertama kali ditemukan oleh
P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari
wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang
lama. Eugene Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan temuan-
temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald menemukan artefak litik di wilayah
Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah Sangiran.
Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von
Koenigswald, Situs Sangiran menjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo
erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam
sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia modern. Situs Sangiran
tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia saja, akan tetapi juga memberikan
gambaran nyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan
dalam seri geologis-stratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun,
menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat evolusi manusia di dunia.
Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593
Daftar Warisan Dunia (World Heritage List) UNESCO.

2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur


Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koenigswald
menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa
penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois
dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak
Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan
pemiliknya telah berjalan tegak. Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi
memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia
modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat
penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang kepala
terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya
sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa. Selain
tempattempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa
Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis
manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.
1.Jenis Meganthropus
Jenis manusia purba ini teutama berdasarkan penelitian Von Koeningswald di Sangiran tahun
1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi ini
kemudidian para ahli menamakan jenis manusia ini dengan sebutan meganthropus paleojavanicus, artinya
manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini memeliki ciri rahang kuat dan badan tegap.
Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuh-tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada
zaman pleistosen awal.

2.Jenis Pithecantropus
Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa
di pinggiran Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk kerangka manusia, teteapi
masih terlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itu jenis ini juga dinamakan pithecantropus erektus artinya
manusia kera yang berjalan tegak. Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut Pithecantropus
Mojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo Erectus ini paling banyak
ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar Zaman
pleistosen tengah.
3.Jenis Homo
Fosil jenis homo ini pertama diteliti oleh Von reitschoten di Wajak. Penelitian dlanjutkan oleh Eugene
Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia homo ini
muka lebar, hidung dan mulutnya mennjol. Dahi juga masih menonjol, sekaipun tidak semenonjol jenis
pithecantropus. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan
jenis manusia ini sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di
Indonesia tetapi juga di Filipina dan Cina selatan.
Hal ini mengindikasikan bahwa secara fisik Homo saprens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu
tersebut. Di lain pihak, ciri-ciri morforogis maupun biometriks Homo sapiens menunjukkan karakter yang
lebih berevolusi dan lebih modern dibandingkan dengan Homo erectus. sebagai misar, karakter evolutif
yang paling signifikan adalah bertambahnya kapasitas otak. Homosapiens mempunyai kapasitas otak yang
jauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc), dengan atap tengkorak yang jauh lebih bundar dan rebih tinggi
dibandingkan dengan Homo erecfus yang mempunyai tengkorak panjang dan rendah, dengan kapasitas
otak 1.000 cc.
Segi-segi morfologis dan tingkatan kepurbaannya menunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata
antara kedua spesies dalam genus Homo tersebut. Hoimo sapiens akhirnya tampil sebagai spesies yang
sangat tangguh dalam beradaptasi dengan lingkungannya, dan dengan cepat menghuni berbagai
permukaan dunia ini. Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusia modern awal di Kepulauan
indonesia dan Asia Tenggara paling tidak telah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Dalam
perkembangannya, kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu (i)
kehidupan manusia modern awal yang kehadirannya hingga akhir zaman es (sekitar i2.000 tahun lalu),
kemudian dilanjutkan oleh (ii) kehidupan manusia modern yang lebih belakangan, dan berdasarkan
karakter fisiknya dikenal sebagai ras Austromelanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu muncul
penghuni baru di Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagai penutur bahasa Austronesia. Berdasarkan
karakter fisiknya, mahkluk manusia ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang kemudian
berkembang hingga menjadi bangsa lndonesia sekarang. Beberapa spesimen (penggolongan) manusia
Homo sapiens dapat dikelompokkan sebagai berikut,
a. Manusia Wajak
Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu-satunya temuan di lndonesia yang untuk
sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modernawal dari akhir Kala Pleistosen.
Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten disebuah ceruk di lereng
pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur.
b. Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia
ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah guaLiang Bua oleh tim peneliti gabungan
lndonesia dan Australia.Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara
harfiah merupakan sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan permukaan
tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang nyaman bagi manusia pada masa praaksara. Hal itu
bisa dilihat dari kondisi lingkungansekitar gua yang sangat indah, yang berada di sekitar bukit dengan
kondisi tanah yang datar di depannya. Liang Bua merupakan sebuah temuan manusia modern awal dari
akhir masa Pleistosen di lndonesia yang
menakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal usul manusia di Kepulauan lndonesia. Manusia Liang
Bua ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuan itu
dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudian diberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan
tempat ditemukannya fosil manusia Liang Bua.
Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulu menemukan beberapa fragmen tulang manusia
di Liang Bua' Saat itu ia menemukan tulang iga yanq berasosiasi dengan berbagai alat serpih dan gerabah.
Tahun 1965, ditemukan tujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kubur yang antara lain berupa
beliung dan barang-barang gerabah. Diperklrakan Liang Bua meruPakan sebuah situs neolitik dan
paleometali. Manusia Liang Bua mempunyai ciri tengkorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil,
densan volume otak 380 cc. Kapasitas kranial tersebut berada jauh di bawah Homo erectus (1.000 cc),
manusia modern Homo sapiens (1.400 cc), dan bahkan berada di bawah volume otak simpanse (450 cc).
 Materi Pembelajaran

Berdasarkan hasil kebudayaannya, secara garis besar kebudayaan Zaman Praaksara dibagi
menjadi Zaman Batu dan Zaman Logam.

1. Zaman Batu

Pada Zaman Batu, peralatan yang digunakan manusia purba terbuat dari batu. Zaman Batu
dibedakan menjadi empat zaman, yaitu Zaman Palaeolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, dan
Megalithikum.

 Zaman Palaeolithikum (Zaman Batu Tua)

Disebut Zaman Batu Tua karena hasil kebudayaan dibuat dari batu dan pengerjaannya masih
sederhana dan kasar. Hasil kebudayaan pada Zaman Palaeolithikum yang terkenal adalah
kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.

1) Kebudayaan Pacitan
Pacitan adalah nama salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah.
Pada zaman purba, diperkirakan aliran Bengawan Solo mengalir ke selatan dan bermuara di
pantai Pacitan. Pada 1935, Von Koenigswald menemukan beberapa alat dari batu di Pacitan.
Alat-alat tersebut bentuknya menyerupai kapak, tetapi tidak bertangkai sehingga menggunakan
kapak tersebut dengan cara digenggam. Alat-alat batu dari Pacitan ini disebut dengan kapak
genggam (chopper) dan kapak perimbas. Di Pacitan juga ditemukan alat-alat berbentuk kecil
yang disebut serpih. Berbagai benda peninggalan tersebut diperkirakan digunakan oleh manusia
purba jenis Meganthropus.

2) Kebudayaan Ngandong
Ngandong adalah salah satu daerah dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur. Di daerah Ngandong dan
Sidorejo banyak ditemukan alat dari tulang dan alat-alat kapak genggam dari batu. Alat-alat dari
tulang itu di antaranya dibuat dari tulang binatang dan tanduk rusa. Selain itu, ada juga alat-alat
seperti ujung tombak yang bergerigi pada sisi-sisinya. Berdasarkan penelitian, alat-alat itu
merupakan hasil kebudayaan Homo Soloensis dan Homo Wajakensis. Karena ditemukan di
daerah Ngandong, dikenal secara umum dengan Kebudayaan Ngandong.
Di dekat Sangiran, dekat dengan Surakarta ditemukan juga alat-alat berbentuk kecil yang biasa
disebut flake. Manusia purba sudah memiliki nilai seni yang tinggi. Pada beberapa flake ada
yang dibuat dari batu indah, seperti chalcedon.

Info Untukmu

Pada zaman batu, tidak berarti manusia purba hanya memakai alat dari batu. Mereka juga
menggunakan alat dari kayu. Namun, bekasnya tidak bisa ditemukan lagi karena sudah lapuk.

 Zaman Mesolithikum (Zaman Batu Madya)

Dua hal yang menjadi ciri Zaman Mesolithikum adalah kebudayaan Kjokkenmoddinger dan
abris sous roche.

1) Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark. Kjokken berarti dapur dan modding
berarti sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah-sampah dapur.
Kjokkenmoddinger merupakan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung. Di
dalam Kjokkenmoddinger ditemukan banyak kapak genggam. Kapak tersebut berbeda
dengan chopper (kapak genggam dari Zaman Palaeolithikum).
Kapak genggam tersebut dinamakan pebble atau Kapak Sumatra berdasarkan tempat
penemuannya. Di samping pebble, ditemukan pula kapak pendek (hache courte) dan
pipisan (batu bata penggiling beserta landasannya).
2) Abris Sous Roche
Manusia purba menjadikan gua sebagai rumah. Kehidupan di dalam gua yang cukup lama
meninggalkan sisa-sisa kebudayaan dari mereka. Abris sous roche adalah kebudayaan yang
ditemukan di dalam gua-gua. Di daerah mana alat-alat tersebut ditemukan? Alat-alat apa saja
yang ditemukan di dalam gua tersebut?

Di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur banyak ditemukan alat-alat, seperti flake, kapak,
batu penggilingan, dan beberapa alat dari tulang. Karena di gua tersebut banyak ditemukan
peralatan dari tulang, disebut Sampung Bone Culture. Selain di Sampung, gua-gua sebagai abris
sous roche terdapat juga di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.

Zaman Neolithikum (Zaman Batu Baru/Batu Muda)

Zaman Neolithikum merupakan perkembangan zaman dari kebudayaan batu madya. Alat-alat
dari batu yang mereka hasilkan lebih sempurna dan telah lebih halus disesuaikan dengan
fungsinya. Hasil kebudayaan yang terkenal pada Zaman Neolitikum adalah jenis kapak persegi
dan kapak lonjong.

1) Kapak Persegi
Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi yang besar sering
disebut beliung atau pacul (cangkul). Sementara yang berukuran kecil disebut trah (tatah) yang
digunakan untuk mengerjakan kayu. Alat-alat itu, terutama beliung, sudah diberi tangkai. Daerah
persebaran kapak persegi adalah daerah Indonesia bagian barat, misalnya di daerah Sumatra,
Jawa, dan Bali.

2) Kapak Lonjong
Kapak lonjong dibuat dari batu berbentuk lonjong yang sudah diasah halus dan diberi tangkai.
Fungsi alat ini diperkirakan untuk kegiatan menebang pohon. Daerah persebaran kapak lonjong
umumnya di daerah Indonesia Bagian Timur, misalnya di daerah Irian, Seram, Tanimbar, dan
Minahasa.

Pada Zaman Neolithikum, di samping ada berbagai kapak, juga ditemukan berbagai alat
perhiasan. Misalnya, di Jawa ditemukan gelang-gelang dari batu indah dan alat-alat tembikar
atau gerabah. Pada zaman itu sudah dikenal adanya pakaian. Hal ini terbukti dengan
ditemukannya alat pemukul kulit kayu yang dijadikan sebagai bahan pakaian.

 Zaman Megalithikum (Zaman Batu Besar)

Peninggalan kebudayaan Megalithikum terbuat dari batu berukuran besar. Kebudayaan


Megalithikum tidak hanya untuk keperluan memenuhi kebutuhan hidup manusia secara fisik.
Mereka juga telah membuat berbagai bangunan batu untuk kepentingan berbagai upacara
keagamaan, di antaranya dipergunakan dalam persembahyangan maupun untuk mengubur
jenazah. Hasil-hasil Kebudayaan Megalithikum, antara lain sebagai berikut.

1) Menhir
Menhir adalah tiang atau tugu batu yang didirikan sebagai sarana untuk memuja arwah nenek
moyang. Menhir banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah.

2)Dolmen
Dolmen merupakan bangunan berbentuk seperti meja batu, berkaki menhir (menhir yang agak
pendek). Bangunan ini digunakan sebagai tempat sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang.
Ada juga dolmen yang di bawahnya berfungsi sebagai kuburan. Bangunan semacam ini
dinamakan pandusha.

3) Sarkofagus
Sarkofagus adalah peti kubur batu yang bentuknya seperti lesung dan mempunyai tutup.
Sarkofagus banyak ditemukan di daerah Bali. Bersama Sarkofagus juga ditemukan tulang-tulang
manusia beserta bekal kubur, seperti perhiasan, periuk, dan beliung.
4)KuburBatu
Kubur batu hampir sama dengan sarkofagus, begitu juga dengan fungsinya. Bedanya, kubur batu
ini terbuat dari lempengan atau lembaran batu yang lepas-lepas dan dipasang pada keempat
sisinya, bagian alas dan bagian atasnya. Kubur peti batu ini banyak ditemukan di daerah
Kuningan, Jawa Barat.

5)PundenBerundak
Punden berundak adalah bangunan dari batu yang disusun secara bertingkat. Fungsi bangunan ini
adalah untuk pemujaan. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan.

6)Arca
Arca adalah patung yang dibuat menyerupai bentuk manusia dan binatang. Binatang yang
digambarkan, di antaranya gajah, kerbau, kera, dan harimau. Arca ini banyak ditemukan, antara
lain di Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Apa yang dapat kalian simpulkan dari berbagai peninggalan pada Zaman Batu Besar?
Bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan manusia pada masa tersebut? Apakah mereka hanya
membutuhkan keperluan untuk memenuhi perutnya? Berbagai peninggalan pada Zaman
Megalithikum menunjukkan kepada kita bahwa manusia pada Zaman Praaksara telah sadar akan
adanya kekuatan di luar manusia. Walaupun mereka tidak meninggalkan bentuk agama yang
jelas, mereka telah menunjukkan ketaatan kepada Sang Pencipta.

2. Zaman Logam

Pada Zaman Logam, manusia telah mengembangkan teknologi yang cukup tinggi. Mengapa
dikatakan teknologi tinggi? Sebab batu tinggal membentuk sesuai kehendak pemahat. Logam
sementara itu tidak dapat dipahat dengan mudah sebagaimana halnya batu.

Manusia purba membuat peralatan dari logam seperti perunggu dan besi. Mereka telah mengolah
bahan tersebut menjadi beraneka macam bentuk. Hal ini membuktikan bahwa manusia purba
telah mengenal peleburan logam. Kebudayaan Zaman Logam sering juga disebut Zaman
Perundagian.

Manusia purba membuat peralatan dari logam, baik sebagai alat berburu, mengerjakan ladang,
maupun untuk keperluan upacara keagamaan. Alat-alat dari perunggu, misalnya kapak corong
atau kapak sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, serta Sulawesi
Tengah dan Selatan.

Di beberapa daerah di Indonesia juga ditemukan nekara. Nekara digunakan untuk upacara
keagamaan (kepercayaan pada masa purba). Misalnya, dalam upacara memanggil hujan dan
persembahan lainnya. Nekara ini berbentuk seperti berumbung yang berpinggang bagian
tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Jadi, seperti dandang telungkup. Daerah penemuannya di
Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor ditemukan
nekara yang berukuran kecil yang disebut moko. Selain nekara, juga ditemukan alat atau benda-
benda perhiasan, seperti kalung, cincin, anting-anting, dan manik-manik.
A. KEBUDAYAAN ZAMAN BATU.
Lampiran 2 Materi pelajaran

Sejarah Masuk dan Berkembangnya Hindu-


Buddha di Indonesia
A. TEORI MASUKNYA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA

Perkembangan ajaran Hindu-Buddha di Indonesia tidak terlepas dari letak strategis Indonesia

yang menjadikannya sebagai daerah dengan banyak bangsa asing yang tertarik untuk melakukan

perdagangan. Interaksi yang terjadi dengan orang asing memungkinkan pertukaran ilmu

pengetahuan, agama, budaya dan berbagai hal, termasuk di dalamnya ajaran Hindu-Buddha.

Ajaran Hindu-Buddha telah banyak mewarnai kehidupan di negeri ini. Akan tetapi, proses pasti

dari masuknya agama Hindu-Buddha di Indonesia masih belum terkuak. Ada beberapa teori

yang dikemukakan oleh para ahli sejarah perihal masuk dan berkembangnya agama Hindu-

Buddha di Indonesia. Teori tersebut adalah :

1. Teori Brahmana

Teori ini dikemukakan oleh J.C.Van Leur. Dia berpendapat bahwasanya ajaran agama Hindu-

Budha di Indonesia dikembangkan oleh para kaum Brahmana (golongan pemuka agama) dari

negeri India. Hal ini didukung dengan penemuan-penemuan prasasti di Indonesia yang hamper

semuanya menggunakan huruf Pallawa atau Sansakerta. Di India, aksara dan bahasa Pallawa

maupun Sansakerta hanya dikuasai oleh kaum Brahmana.

Selain dari bukti prasasti yang menjadi bukti teori Brahmana, terdapat satu lagi hal yang menjadi

bukti pendukung teori ini, yaitu kebiasaan ajaran Hindu di Indonesia hampir sama dengan ajaran

Hindu di India. Di dalam ajaran Hindu, pengajaran agama yang baik dan benar hanya boleh

dilakukan oleh kaum Brahmana, dikarenakan mereka mempunyai ilmu yang cukup untuk

menyebarkannya. Para kaum Brahmana dari negeri India diundang oleh para ketua suku di

nusantara untuk mengembangkan dan mengajarkan ajaran agama Hindu-Budha di Indonesia.

Pada saat itu, di Indonesia masih menganut kepercayaan animisme atau dinamisme.

2. Teori Waisya
Teori ini berpendapat bahwa ajaran agama Hindu-Budha di Indonesia dibawa masuk dan

berkembang berkat peran dari penganut agama dari golongan Waisya (pedagang) yang

merupakan mayoritas penduduk di India. Para pedagang ini selain melakukan perdagangan di

Nusantara, juga menyebarkan paham agama Hindu-Budha di Indonesia.

Pada zaman tersebut, pelayaran masih sangat ditentukan oleh musim angin atau tidak. Saat

musim angin tidak ada, maka para pedagang dari India tidak bisa kembali ke daerahnya dengan

menggunakan kapal-kapal. Maka pada saat itu, mereka menetap sementara di wilayah nusantara

sampai musim angin tiba. Diantara kegiatan mereka pada saat menetap ialah menyebarkan

kepada penduduk pribumi ajaran agama Hindu-Budha. Teori ini dikemukakan oleh N.J.Kroom.

3. Teori Ksatria

Dalam teori ini yang dikemukakan oleh C.C.Berg, Mookerji, dan J.L.Moens ini berpendapat

bahwasanya ajaran agama Hindu dan Budha di Indonesia dibawa oleh kaum golongan ksatria.

Hal ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan agama Hindu Budha di India. Saat itu di

India, terjadi perebutan kekuasaan antara golongan penguasa kerajaan di India. Oleh karena itu,

para golongan ksatria yang kalah perang harus melarikan diri ke daerah-daerah lain, tidak

terkecuali Indonesia.

Di Indonesia, mereka berusaha mendirikan kelompok-kelompok dan pada akhirnya mendirikan

sebuah kerajaan yang bercorak Hindu-Budha seperti pada daerah asalnya. Dalam

perkembangannya, mereka juga menyebarkan ajraan gama Hindu-Budha kepada masyarakat

lokal tempat kerajaan itu berdiri.

4. Teori Arus Balik (Nasional)

Dalam teori ini, penyebaran agama Hindu-Budha di Indonesia tidak terlepas dari pastisipasi aktif

penduduk nusantara dalam menyebarkan ajaran ini. Pada saat pertama kali dikembangkan oleh

para pemuka agama Hindu-Buddha dari negeri India, mereka tertarik dan pada akhirnya

berusaha mempelajari ajaran tersebut ke negeri asalnya, yaitu India.


Para penduduk lokal berangkat ke India untuk mempelajari langsung ajaran-ajaran yang

dipraktekkan di dalam agama Hindu-budha. Jika dirasa sudah cukup, maka mereka pulang ke

Indonesia dan menyebarkan ajaran yang telah mereka dapatkan dengan masyarakat lainnya.

Teori ini dikembangkan oleh F.D.K Bosch

5. Teori Sudra

Teori ini dikembangkan oleh Van Faber. Dia berpendapat bahwa ajaran agama Hindu-Budha

dikembangkan di Indonesia melalui para kaum Sudra (budak) yang bermigrasi dari India ke

Indonesia untuk mencari penghidupan dan kehidupan yang layak. Di samping itu, mereka juga

menyebarkan ajaran agama Hindu-Budha kepada masyarakat lokal.

B. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA


1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur dan merupakan kerajaan tertua di Indonesia.

Kerajaan Kutai adalah kerajaan bercorak agama Hindu pertama di Indonesia. Terdapat

peninggalan sejarah di kerajaan ini, diantaranya adalah tujuh buah prasasti yang dipahat di atas

taing batu yang disebut dengan Yupa. Prasasti ini berbentuk huruf Pallawa dengan angka tahun

di dalamnya ialah 400 M. dengan ditemukannya prasasti dengan huruf Pallawa ini, Indonesia

sudah memasuki zaman sejarah dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan sebagai alat
untuk berkomunikasi. Diantara raja-raja yang pernah memerintah di kerajaan Kutai ialah

Kudungga, Asmawarman, dan Mulawarman.

2. Kerajaan  Tarumanegara

Kerajaan ini ditemukan di daerah Bogor, Jawa Barat dan diperkirakan sudah berdiri sejak abad

ke-5 Masehi. Diantara peninggalan-peninggalan kerajaan Taruma Negara yang terkenal

diantaranya pasasti tugu, lebak, pasir awi, jambu, muara cireteun, dan prasasti kebon kopi.

Dari prasasti-prasasti di atas, bercerita bahwasanya yang memerintah kerajaan Taruma Negara

adalah seorang raja yang snagat bijaksana dan adil serta sangat memperhatikan kemakmuran

pada rakyatnya. Ia adalah Purnawarman.

3. Kerajaan Melayu Dharmasraya

Kerajaan Melayu merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Budha di daerah Sumatera.

Selain kerajaan Melayu, terdapat satu lagi kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia, yaitu 

kerajaan Sriwijaya yang terletak di Sumatera Selatan. Kerajaan Melayu Dharmasraya terletak di

daerah Jambi.

4. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan ini sudah berdiri sekitar abad ke-7 Masehi. Kerajaan Sriwijaya terletak di daerah

Palembang, Sumatera Selatan. Bukti yang mendukung adanya kerajaan Sriwijaya adalah

prasasti-prasasti yang berhuruf Pallawa, yaitu prasasti Talang Tuo, Kota Kapur, Karang Berahi,

Kedukan Bukti,dan prasasti Telaga Batu. Dari prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui bahwa

kerajaan Sriwijaya menganut ajaran agama Budha dengan puncak kejayaan berada pada saat raja

Bala Putra Dewa memerintah.

5. Kerajaan Majapahit

Majapahit merupakan kerajaan bercorak Hindu-Budha  yang terletak di desa Tarik, Mojokerto,

Jawa Timur. Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya dengan puncak kejayaan berada

saat Gajah Mada memerintah. Setelah itu, puncak kekuasaan digantikan oleh Hayam Wuruk.

Setelah itu, kerajaan Majapahit sedikit demi sedikit mulai memudar dikarenakan karena penerus-
penerus dari Hayam Wuruk tidak mempunyai kemampuan yang mumpuni. Selain itu, adanya

perkembangan agama Islam dari kerajaan Demak juga sangat mempengaruhi runtuhnya kerajaan

Majapahit.

6. Kerajaan Bali

Sesuai dengan namanya, kerajaan ini terletak di Pulau Bali. Kerajaan Bali merupakan kerajaan

bercorak Hindu yang diakui kehebatannya. Bahkan sampai sekarang,  mayoritas penduduk Bali

masih beragama Hindu.

Pada tahun 914 Masehi seperti yang tertulis dalam prasasti Sanur, diceritakan bahwa terjadi

peperangan antara kerajaan Bali dengan kerajaan Padjajaran. Peperangan ini terjadi di bawah

kekuasaan raja Sri Baduga Maharaja. Perang ini juga terkenal dengan nama Perang Bubat.

7. Kerajaan Kediri

Kerajaan ini berdiri di daerah Daha, Kediri, Jawa Timur. Dari bukti-bukti yang pernah

ditemukan bahwa kerajaan Kediri mempunyai seorang raja yang terkenal adil dan sangat

memperhatikan kemakmuran rakyatnya. Raja tersebut bernama Jayabaya. Kerajaan ini berdiri

sekitar abad ke-12 Masehi.

8. Kerajaan Medang

Kerajaan Medang berdiri sekitar abad ke-10 Masehi dnegan pendirinya yaitu Mpu Sindok.

Sebenarnya, kerajaan Medang merupakan kerajaan pecahan dari kerajaan Mataram Kuno yang

mengalami kehancuran. Mpu Sindok menamakan dinasti kekuasaannya dengan nama Dinasti

Isyana. Kerajaan Medang terletak di sekitar sungai Brantas, Jawa Timur.

9. Kerajaan Singosari

Kerajaan Singosari terbentuk setelah meletusnya perang Ganter pada tahun 1222 Masehi antara

kerajaan Kediri yang dipimpin oleh raja Kertajaya melawan pasukan Brahmana yang dibantu

oleh Ken Arok. Setelah dinasti raja Kertajaya dapat ditaklukkan, maka berdirilah kerajaan

Singosari di bawah kepemimpinan  raja Ken Arok yang bergelar Kertarejasa.


10. Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan ini diperkirakan terbentuk sekitar abad ke-8 Masehi. Hal ini didukung dengan

penemuan prasasti Canggal. Diantara raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Mataram Kuno,

yang sangat terkenal adalah Dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra.

11. Kerajaan Sunda

Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang ada diantara tahun 932 Masehi-1579 Masehi di daerah

Bogor, Jawa Barat. Pada masa perkembangannya, kerajaan ini sudah dapat menguasai sebagian

wilayah selatan pula Sumatera. Sekitar abad ke-14 Masehi, ibukota kerajaan Sunda pindah ke

Pakuan Pajajaran dan memiliki dua pelabuhan yang terkenal, yaitu Kalapa dan Banten. Kerajaan

Sunda ditaklukkan oleh Maulana Yusuf pada tahun 1579 Masehi.

C. PENGARUH AJARAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA

Masuknya suatu ajaran yang telah lama berkembang pastinya akan meninggalkan suatu

pengaruh-pengaruh di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Pengaruh-pengaruh tersebut

dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, yaitu :

1. Agama

Sebelum mengenal ajaran Hindu-Budha, masyarakat lokal Indonesia telah menganut sistem

kepercayaan animisme dan dinamisme, yaitu kepercayaan yang mempercayai roh nenek moyang,

pohon-pohon besar, atau binatang sebagai dewa. Dengan masuknya ajaran Hindu-Budha, terjadi

perubahan-perubahan di dalam masyarakat, seperti upacara-upacara keagamaan, tata karma, serta

bentuk peribadatan.

2. Pemerintahan

Masyarakat Indonesia mulai mengenal sistem kepemerintahan sejak masuknya ajaran Hindu-

Budha di Indonesia yang dikenalkan oleh orang India. Di dalam sistem tersebut, kelompok-

kelompok kecil masyarakat bersatu di bawah tampuk kepemimpinan seseorang yang dianggap

memiliki kemampuan terbaik dan terkuat. Oleh sebab itu, timbullah kerajaan-kerajaan di

Indonesia dengan corak Hindu-Budha.


3. Arsitektur

Salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman megalitikum pada masyarakat Indonesia adalah

bangunan-bangunan seperti Punden Berundak. Dengan masuknya jaaran Hindu-Budha, maka

terjadi peleburan kebudayaan antara Indonesia dan India dengan lahirnya pembuatan-pembuatan

candi berbentuk limas dan bertingkat-tingkat (berundak-undak). Hal ini menjadi bukti

terdapatnya perpaduan antara budaya Indonesia dan India.

4. Bahasa

Sejak masuk dan berkembangnya ajaran Hindu-Budha di Indonesia, masyarakat pribumi yang

dulunya belum mengenal tulisan (zaman pra-sejarah) berubah menjadi telah mengenal tulisan

sebagai slaah satu media komunikasi (zaman sejarah). Hal ini didukung dengan penemuan

prasasti-prasasti dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansakerta. Bahkan sampai saat ini, bahasa

Sansakerta masih digunakan, contohnya adalah Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, dan

lain-lain.

5. Sastra

Dengan masuknya ajaran Hindu-Budha di Indonesia, tidak terlepas dari masuknya pengaruh-

pengaruh sastra dari India. Para penyebar ajaran Hindu-Budha membawa kitab-kitab yang

menjadi rujukan, seperti Ramayan dan Mahabrata. Adanya kitab-kitab tersebut memacu

semangat dari para pujangga Indonesia untuk menciptakan hal yang sama. Diantara banyak

karya-karya sastra, yang terkenal adalah Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, Kitab Sutasoma

karya Mpu Tantular, dan kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca.

Anda mungkin juga menyukai