ABSTRAK
Salah satu cara meningkatkan kualitas susu sapi perah dengan memperhatikan prosedur
pemerahan. Peternak harus memiliki pengetahuan prosedur pemerahan yang baik.
Pengetahuan merupakan interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan, dalam
hal ini pengetahuan peternak biasanya bermodalkan pengetahuan secara turun menurun.
Peternak dapat meningkatkan kualitas susu apabila peternak menyadari bahwa prosedur
pemerahan sangat penting. Sikap dan tindakan peternak dalam mengambil keputusan
merupakan landasan dari keterbatasan pengetahuan peternak secara teori. Sikap juga
merupakan kesediaan seseorang/peternak untuk bertindak. Penelitian ini bertujuan
mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap peternak terhadap tingkat penerapan prosedur
pemerahan kemudian menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap peternak dengan
penerapan prosedur pemerahan di Kelurahan Cipageran Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi
Jawa Barat. Objek penelitian ini adalah 30 peternak sapi perah dan menggunakan
proportional random sampling method. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan peternak dan sikap peternak sapi perah dengan penerapan prosedur pemerahan
76,67% termasuk kategori tinggi artinya peternak sudah mengetahui dan memahami prosedur
pemerahan dengan baik, dan tindakan penerapan prosedur pemerahan 86,67% termasuk
kategori sedang artinya peternak hanya melakukan 15 prosuder pemerahan dari 25 prosedur
pemerahan. Terdapat hubungan yang lemah antara tingkat pengetahuan dan sikap peternak
dengan penerapan prosedur pemerahan ini dilihat dari rs sebesar 0,348 dan thitung (1,965) < ttabel
(2,048).
ABSTRACT
One way to increase the quality of dairy cow are making to attention milking procedures. The
dairy farmers should have good knowledge for milking procedures. Knowledge is interaction
personal between environment by continuously. By means, farmers have to knowledge for
legacy to the next generation. Farmers are increase the quality of milk when they realize that
the attitude of milking procedures are very important. As the theory, the attitude and
application for decision maker are the basic knowledge. Attitude also is doing for the farmers
to act. The aims of this research is to determine knowledge, attitude and application of
farmers by milking procedures and then analyze the correlation of knowledge and attitude
farmers by the application of milking procedures in Cipageran Village, North Cimahi District,
West Java Province. Object of this research were 30 dairy cow farmers and using proportional
random sampling method. The results shows that the level of milking procedures knowledge
and attitude is 76.67%, it means the farmers were already know and understand about good
milking procedures and the application of milking procedures is 86.67%, it means the farmers
were only do 15 milking procedures from 25 milking procedures. There is a weak correlation
about knowledge and attitude of farmers by application milking procedures, the rs of this
research is 0.348 and the thitung is (1.965) < ttabel (2.048).
PENDAHULUAN
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan gizi
masyarakat. Susu sangat berperan sebagai asupan untuk kesehatan, kecerdasan dan
14,01% selama periode antara tahun 2002 dan tahun 2007. Namun di sisi lain produksi susu
besar 90% produsen Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) merupakan peternak rakyat (Miftah
dkk, 2011). Kemampuan produksi dan kualitas susu dari peternak rakyat masih rendah.
Untuk meningkatkan kualitas dan produksinya, peternak sapi perah rakyat menghadapi
kendala mulai dari skala usaha ternak yang relatif masih kecil, kemampuan induk untuk
memproduksi susu belum optimal serta kemampuan penanganan ternak dan kualitas produk
susu segar yang relatif rendah. Perlu adanya peningkatan kualitas dan produksi susu yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tetapi susu yang dihasilkan peternak rakyat juga harus
terjaga kebersihannya atau higienis, tidak tercemar bakteri dan terjamin kualitasnya.
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas susu adalah dengan memperhatikan
sapi perah, jika tidak dikelola dengan baik, maka kualitas susu yang dihasilkan belum tentu
memenuhi standar yang telah ditetapkan dan kuantitas yang dihasilkan juga belum maksimal.
Peternak hanya bermodalkan pengetahuan turun menurun atau dari lingkungan sekitar,
Pengetahuan adalah interaksi yang terus menerus antara individu dan lingkungan. Dengan
demikian pengetahuan adalah suatu proses. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat
merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sikap dan tindakan peternak dalam
teori.
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap peternak terhadap
penerapan prosedur pemerahan berbeda-beda, ada yang tahu dan sudah menerapkan, belum
tahu prosedur pemerahan tapi sudah menerapkan, sudah tahu prosedur pemerahan tapi
belum menerapkan dll dan ada yang belum menerapkan sama sekali. Hal tersebut dipengaruhi
oleh sikap manusia mulai dari pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, dan
media massa.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik meneliti hubungan antara pengetahuan dan
sikap peternak dengan prosedur pemerahan pada peternak yang ada di Kelurahan Cipageran
1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah yang memiliki sapi yang sedang
laktasi di Kelurahan Cipageran Cimahi Utara Kota Cimahi Propinsi Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan dengan metode survei pada anggota kelompok peternak sapi
yaitu Kelompok Mekar Mandiri, Kelompok Berkah Darulni’maah dan Mitra Berkah yang
berada di Jl. Karya Bakti Kelurahan Cipageran Cimahi Utara. Maka pemilihan daerah ini
didasarkan karena memiliki kelompok ternak di kelurahan Cipageran yang sudah
berkembang, aktif dalam kegiatan pemerahan, setiap anggota kelompoknya memiliki ternak
yang dikelola sendiri, sudah mendapatkan pelatihan dari pemeritahan kota Cimahi.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan proportional random
sampling method. Menurut Kerlinger dan Lee (2000), jumlah minimal sampel yang dapat
digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah 30 responden. Jumlah sampel dalam penelitian
ini yaitu 30 responden dari total populasi tiga kelompok sebanyak 62 orang. Pengambilan 30
responden ini didasarkan adanya peternak disekitar kandang dan jarak yang dapat ditempuh
oleh peneliti. Berdasarkan pada ketentuan bahwa sampel yang besar jika jumlahnya lebih
besar atau sama dengan 30, maka akan mendekati kurva distribusi normal (Singarimbun dkk,
1989)
Jumlah responden dari setiap kelompok ditentukan dengan menggunakan rumus Parel
dkk., (1963) yang menyatakan bahwa metode tersebut merupakan desain pengambilan sampel
yang setiap elemen tunggal dalam peluang mempunyai peluang yang diketahui dan sama
untuk terpilih menjadi subjek rumus Parel dkk., (1963) yang digunakan yaitu :
ܰ
݊ = ×݊
ܰ
Keterangan :
Tabel 1. Jumlah Anggota Yang Menjadi Responden Pada Kelompok Peternak Sapi
Perah Di Kelurahan Cipageran.
dikarenakan peternak melakukan pemerahan sapi perah belum bertujuan untuk mendapatkan
jumlah susu yang maksimal dari ambingnya (Williamson dkk, 1993), mengeluarkan air susu
sapi perah, menjaga kesehatan ambing, menjaga kualitas susu ternak dan mendapatkan susu
yang ASUH (Arif dkk, 2013) melainkan untuk kebutuhan sehari-hari (ekonomi keluarga).
Peternak belum mengetahui secara jelas bahwa memerah susu sapi perah bukan hanya untuk
ekonomi saja tetapi dapat berpengaruh untuk kesehatan ternak juga. Di dalam tubuh sapi, air
susu dibuat oleh kelenjar susu di dalam ambing. Apabila air susu sapi perah tidak dikeluarkan
peternak sebagian besar sudah mengetahui tahapan yang dilakukan untuk memenuhi prosedur
pemerahan, yaitu persiapan pemerahan, pelaksanaan pemerahan, dan setelah pemerahan. Pada
saat dilakukan wawancara peternak menjelaskan secara berurutan namun dengan tidak
menggunakan istilah yang ada pada kuisioner. Peternak sudah mengetahui tahapan-tahapan
yang dilakukan dan tahapan yang selalu dilakukan adalah tahapan persiapan pemerahan.
Sesuai dengan pendapat Syarief dan Sumoprastowo (1984) bahwa pemerahan dibagi menjadi
tiga tahapan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan.
ini menunjukan bahwa responden rata-rata sudah mengetahui dan memiliki pengetahuan
kebersihan ternaknya, dan kebersihan peternaknya itu sendiri. Dari segi kebersihan kandang
memerah itu dapat mencegah penyakit namun responden masih belum mengetahui tentang
peralatan yang baik dan standar untuk wadah penampungan susu yang baik dan benar.
Responden hanya mengatakan untuk menampung susu yang terpenting semua peralatan
bersih dan tidak bocor dan 10% dari responden sudah mengetahui bahwa pentingnya
memperhatikan kebersihan diri sebelum memerah itu juga dapat mempengaruhi kesehatan
ternaknya juga, apabila kuku pemerah panjang, telapak tangan pemerah kotor ternak
berpengaruh terhadap kebersihan susu dan kesehatan ternak (dilihat dari jawaban kuisioner).
Hal ini sesuai dengan pendapat Muljana (1985) yang menyatakan bahwa sebelum pemerahan
dimulai sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan peralatan telah
Ini menunjukkan bahwa sebagian responden sudah mengetahui tujuan kebersihan ambing dan
puting, peralatan untuk membersihkan ambing dan puting, tujuan pemerahan awal, cara
pemerahan awal, teknik pemerahan dan tujuan akhir pemerahan. Namun diantara pengetahuan
tersebut beberapa responden masih kurang mengetahui mengenai pembersihan ambing dan
puting dengan air hangat itu bertujuan selain untuk ambing dan puting menjadi bersih juga
untuk merangsang pengeluaran susu, dengan mengusapkan benda hangat pada ambing akan
merangsang otak untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Cara pemerahan awal peternak tidak
mengetahui harus mengeluarkan 3-4 pancaran dari setiap puting, peternak hanya mengetahui
harus diperiksa tiap puting saja tanpa memperhatikan pancaran yang dikeluarkan. Pada teknik
pemerahan peternak tidak mengetahui bahasa asing atau istilah dari teknik-teknik tersebut.
Peternak hanya mengatakan bahwa teknik pemerahan itu menggunakan seluruh jari, dijepit
dengan kedua jari dan ditarik. Pemerahan dengan seluruh tangan (whole hand), pemerahan
dengan memijat puting antara ibu jari (knevelen), pemerahan dengan menarik puting antara
puting, manfaat dari penyucihamaan puting dan manfaat mencatat produksi harian. Dengan
melakukan penyucihamaan yang baik dan benar seperti melakukan pengosongan susu pada
puting, membersihkan puting dari vaselin, melakukan dipping dan menggunakan spray dapat
mencegah terjadinya mastitis, mencegah masuknya bakteri dan hinggapan lalat. (Sudono,
1999). Dari 30 responden hanya beberapa yang sudah mengatakan bahwa cara
penyucihamaan itu harus menggunakan spraying dan dipping agar tidak ada bakteri dan
timbulnya penyakit. Responden yang mengetahui hal tersebut merupakan responden lulusan
SMP dan responden yang selalu mengikuti penyuluhan dari pemerintah kota Cimahi.
Pencatatan produksi dikalangan peternak juga sudah diketahui agar dapat melihat
Menurut Saifuddin (1988) sikap dapat dikatakan sebagai respon seseorang. Sikap peternak
tindakan suatu perilaku. Sikap peternak terhadap prosedur pemerahan 100% dikategorikan
tinggi. Ini dikarenakan peternak memahami dengan prosedur pemerahan yang baik, namun
sikap bukan berarti tindakan yang dilakukan. Peternak menyetujui memahami dengan tujuan
penyelesaian pemerahan tetapi belum tentu peternak melakukannya. Tiga kompenen pokok
pada sikap itu ada kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, kehidupan emosional, evaluasi
terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini
secara bersamaan membentuk sikap seorang peternak secara utuh (total attitude). Dalam
penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan
yang penting.
Sikap juga memiliki beberapa tingkatan antara lain tingkat pertama berupa penerimaan
dengan menerima peternak memahami prosedur pemerahan dengan baik. Tingkat kedua yaitu
merespon (responding) yang artinya memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu
pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari prosedur pemerahan yang
dilakukan benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut. Tingkat ketiga yaitu
menghargai (valving) yang artinya peternak mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan tentang prosedur pemerahan bisa dikatakan sebagai menghargai. Tingkat yang
keempat yaitu bertanggung jawab (responsible) yang artinya bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Jika diihat dari sikap peternak terhadap
prosedur pemerahan sudah mencapai 100% berarti peternak sudah mau memahami prosedur
pemerahan yang akhirnya akan menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab
menunjukan sikap memahami dari tujuan pemerahan. Peternak memahami tujuan pemerahan
dengan baik. Peternak akan mendapatkan banyak keuntungan untuk dirinya sendiri apabila
peternak menjaga kesehatan ambing ternak, memproduksi air susu sapi yang sedang laktasi
dan menjaga kualitas susu sapi. Dari sikap peternak yang memahami hal tersebut peternak
akan mendapatkan harga jual susu yang tinggi dan ternak harus sehat, maka dari itu peternak
dapat memberikan konsumen air susu yang aman sehat utuh dan halal. Apabila air susu yang
didapatkan dari peternak itu tidak memenuhi standar kualitas yang sesuai akan merugikan diri
peternak sendiri karena tidak mendapatkan harga yang tinggi dari koperasi atau IPS. Selain
peternak harus memahami dan menyetujui peternak juga harus menyadari bahwa hal tersebut
harus dilaksanakan.
menyetujui melakukan tahapan pemerahan secara berurutan baik dan benar. Responden sudah
mau mengerjakan prosedur pemerahan dimulai dari persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian
pemerahan. Sikap itu merupakan keadaan dalam diri manusia yang menggerakkan untuk
bertindak menyertai seseorang dalam keadaan–keadaan tertentu dalam menghadapi objek dan
pemerahan, peralatan kandang, pemerah dan lingkungan sekitarnya juga harus mendukung.
Dengan ini responden memiliki sikap menyetujui bahwa semua persiapan pemerahan tersebut
harus dilaksanakan dengan baik dan bersih. Hampir seluruh responden memiliki rasa
antusiasme dalam persiapan pemerahan. Dengan memiliki rasa antusiasme responden akan
kurang menyetujui dan memahami bahwa pemerah harus memperhatikan kebersihan diri
sebelum pemerahan, responden mengatakan bahwa tidak harus menggunakan baju yang
bersih pada saat pemerahan asalkan ternaknya sudah bersih dan tangan pemerah pun bersih,
namun jika dilihat dari penggunaan pakaian yang terdapat kotoran pun juga dapat
pemerahan yang sesuai. Dalam pelaksanaan pemerahan sikap yang ditunjukkan oleh peternak
lebih rendah dibandingkan persiapan pemerahan. Sikap dalam pelaksanaan pemerahan yaitu
sikap pembersihan puting ambing dengan menggunakan lap bersih, air hangat mendahulukan
pembersihan puting dan ambing , memeriksa setiap puting sebelum pemerahan, menggunakan
media gelap, melakukan pemerahan awal, menggunakan teknik, melakukan pemerahan akhir.
Sikap pelaksanaan pemerahaan yang kurang mendapatkan perhatian dari peternak antara lain,
Responden kurang menyetujui bahwa peternak harus mendahulukan puting kemudian ambing
puting ambing secara acak keseluruhan, ini dikarenakan responden memiliki beberapa sapi
ambing dahulu baru puting atau secara acak dan akan merangsang pengeluaran hormon
oksitosin terlalu dini. Biasanya responden menggunakan air hangat untuk sapi yang habis
ini menyatakan bahwa responden menyetujui dan melakukan penyelesaian setiap kali akan
pemerahan, menyaring susu hasil pemerahan dan mencatat hasil produksi susu harian. Dilihat
dari data yang sudah diperoleh penyaringan susu hasil pemerahan yang kurang disetujui oleh
responden karena peternak sudah menganggap bahwa susu yang diperahnya sudah bersih
terlihat dari kasat mata. Apabila bila tidak dilakukan penyaringan dapat terkontaminasi oleh
bulu bulu halus dari sapi perah itu sendiri. Responden dalam penyucihamaan sudah
menyetujui tetapi responden hanya menggunakan air seadanya. Responden menyetujui dan
Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun
kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Tindakan peternak
sedang. Peternak melakukan pemerahan agar peternak dapat memenuhi kehidupan sehari-hari.
Tindakan peternak ini didapatkan dari pelatihan yang diadakan pada tahun 2015 oleh
pemerintah kota Cimahi. Peternak sudah melakukan pemerahan dengan cukup baik namun
belum mendekati sempurna yang artinya seluruh prosedur belum dilaksanakan. Ini karena
adanya beberapa faktor seperti keterbatasan materi, sebagai kebiasaan, agar waktu cepat
Tindakan peternak terhadap persiapan pemerahan 80% termasuk kategori sedang dari
persiapan pemerahan tindakan yang jarang dilakukan yaitu pemerah dalam keadaan bersih ini
merupakan salah satu faktor pendukung tumbuhnya bakteri pemerah harus menyiapkan diri
sebelum memerah karena apabila pemerah memiliki kuku yang panjang akan melukai
ambing dan puting, kebersihan telapak tangan juga berpengaruh terhadap kebersihan dan
kesehatan susu. Tangan yang kotor atau tangan yang tidak dibersihkan akan mengandung
kuman. Bakteri yang banyak terdapat dalam tangan yang tidak dibersihkan yaitu
Staphylococcus aureus. Seluruh responden melakukan pembersihan sapi yang kotor dengan
cara dimandikan, seharusnya sapi yang akan diperah lebih baik tidak dimandikan atau
dimandikan setelah pemerahan. Jika ternak hendak diperah dan kondisinya kotor, ternak
tersebut dapat dimandikan dengan syarat : hanya membersihkan bagian yang kotor saja dan
tinggi dengan arti peternak sudah banyak melakukan pelaksaanan pemerahan sesuai dengan
pedoman prosedur pemerahan, namun pada penggunaan teknik full hand pada pemerahan
merupakan tindakan yang jarang dilakukan dikarenakan responden merasa lelah apabila
menggunakan teknik full hand, waktu yang ditempuh untuk pemerahan lama sedangkan
menurut pendapat Arif dkk (2013) menggunakan teknik full hand memiliki keuntungan
seperti puting tidak menjadi panjang puting tidak mudah lecet, dapat memproduksi susu lebih
banyak, tidak perlu menggunakan vaselin sehingga puting lebih mudah disucihamakan
dengan desinfektan, dan dapat terhindar dari penularan penyakit. Puting dahulu baru ambing
juga jarang dilakukan oleh peternak. Peternak mengetahui bahwa harus mendahulukan puting
namun tidak dilakukan pada saat pelaksanaan pemerahannya. Lama pemerahan juga sangat
jarang diperhatikan oleh responden. Responden menghabiskan waktu 10-15 menit untuk
Pada tindakan penyelesaian ini pendinginan susu hasil pemerahan juga jarang dilakukan
karena susu hasil pemerahan ini langsung disetorkan pada mobil dari penampung.
Responden menunggu mobil pengangkut susu di ruang terbuka atau di depan rumah masing-
masing, tidak menutup wadah penampung susu dan tidak juga mendinginkan susu hasil
perahannya. Ini akan memberikan peluang kepada mikroba untuk berkembang biak dan susu
akan menjadi cepat rusak. Strategi untuk menghadapi kendala ini susu bisa didinginkan
dalam waktu 2 jam dengan suhu susu segar harus mencapai 2-4 derajat celcius,
mempersingkat waktu tempuh dengan ini waktu pemerahan dan pengumpulan harus singkat
maksimum 30 menit, dan menghindari semaksimal mungkin mengangkut susu segar yang
Tingkat pengetahuan dan sikap peternak merupakan variabel bebas dari penelitian ini
dan variabel terikat yaitu penerapan prosedur pemerahan (tindakan). Dari tingkat pengetahuan
dan sikap peternak terhadap prosedur pemerahan ini 76,67% dikategorikan tinggi, artinya
responden sudah mengetahui dan memahami tentang tujuan pemerahan, tahapan pemerahan,
mulai dari pemerintahan kota, penyuluhan-penyuluhan, bahkan pada zaman ini sudah dapat
dikatakan mudah mendapatkan pengetahuan melalui media massa dan sikap juga merupakan
Tabel 5. Rekapitulasi penilaian tingkat pengetahuan dan sikap peternak sapi perah
dengan penerapan prosedur pemerahan.
ember khusus pemerahan, pemerahan dalam waktu 7 menit, penyarngan susu hasil
pemerahan, pendahuluan puting kemudian ambing, pembersihan ambing dan puting dengan
air hangat, pengangkutan susu dengan milkcan/alumunium tertutup dan pencatatan produksi
susu harian.
sama dengan pengetahuan dan sikap peternak yang dikategorikan tinggi juga. Adanya faktor
yang menjadikan tindakan responden pada prosedur pemerahan tidak sama dengan
pengetahuan dan sikap responden pada prosedur pemerahan yaitu lingkungan sekitar,
ketersediaan bahan-bahannya, waktu, tenaga kerja, biaya dan kebutuhan untuk mencukupi
sehari-hari pun harus dijalani yang mengakibatkan tingkat penerapannya pun sedang.
antara tingkat pengetahuan dan sikap peternak dengan penerapan prosedur pemerahan
menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,348. Menguji signifikan rs dapat diketahui thitung
yang didapat sebesar 1,965 dari ttabel diperoleh data bahwa untuk N = 28 pada taraf nyata 5%
diperoleh nilai ttabel adalah 2,048 sehingga terlihat thitung < ttabel hal ini berarti Ho diterima dan
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang cukup berarti antara tingkat
Guilford (1998) hubungan kedua variabel dengan rs = 0,348 berada pada kisaran 0,20 ≤ rs
pemerahan hanya 34,8% dari kedua variabel tersebut. Ini disebabkan oleh responden banyak
yang mengetahui pengetahuan kemudian responden menyetujui sikap yang dilakukan namun
dalam tindakan responden belum mampu memenuhinya dikarenakan responden melihat dari
kondisi yang ada disekitar dan kebutuhan dari responden. Dengan ini faktor eksternal yang
merupakan pengalaman pribadi, infomasi, dan sosial budaya (kebiasaan) juga dapat
mempengaruhi, dan 65,2% merupakan faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
KESIMPULAN
puting kemudian ambing, pembersihan ambing dan puting dengan air hangat,
pengangkutan susu dengan milkcan dan pencatatan produksi susu harian, sehingga
3. Terdapat hubungan yang lemah antara dua variabel yaitu tingkat pengetahuan dan sikap
peternak sapi perah dengan penerapan prosedur pemerahan. Tingkat pengetahuan dan
sikap peternak sapi perah tidak berpengaruh terhadap penerapan prosedur pemerahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Hidayat. 2013 Buku Petunjuk Praktis untuk Peternak Sapi Perah tentang Manajemen
Kesehatan Pemerahan. Proyek Peningkatan Teknologi Sapi Perah Kerjasama antara
Pemerintah Indonesia cq. Departemen Pertanian dan Dinas Peternakan Propinsi Jawa
Barat dengan Pemerintah Jepang cq. JICA. Bandung.
Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2010. Road Map Revitalisasi Persusuan Nasional.
Direkrorat Budidaya Ternak Ruminansia tahun 2010-2014.Kementrian pertanian.
Jakarta.
Kerlinger, F. N. dan H. B. Lee. 2000. Foundation of Behavioral Research Fourth Edition
Holt, Reinnar & Winston, Inc. USA.
Miftah, Faridz dan Heny Sukesi. 2011. Pengembangan Susu Segar Dalam Negeri Untuk
Pemenuhan Kebutuhan Susu Nasional. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Volume
5. No, 2. Jakarta
Muljana W. 1985. Ternak Sapi Perah. C.V. Aneka Ilmu. Semarang.
Parel, C.P, G.C Caldito, P.L Ferrer, G. G De Guzman, G. H Tan. 1983. Sampling Design and
Procedures Social Research Design, dalam Suseno, SH. 1982.Teknik Pengambilan
Sampel dan Prosedurnya, Fakultas Pertanian, Universitas Jendral Sudirman
Purwokerto.
Singarimbun M. dan S. Effendi. 1989. Metode Penelitian. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan., 2011. Beternak Sapi Perah secara Intensif.
Agromedia. Jakarta.
Syarief M.Z dan C.D. Sumoprastowo. 1984. Ternak Perah. C.V. Yasaguna. Jakarta.
Williamson, G. dan W.G.A Payne 1993.An Indruction to Animal Husbandary in the Tropic.
Longman Group Limited. London.