Anda di halaman 1dari 5

Nama : Otniel Telos Djoni

NIM : 2113031021
Prodi : Pendidikan Kimia
Resume : Termodinamika

TEORI KINETIK GAS


Teori kinetik gas meerupakan teori yang menjelaskan mengenai sifst-sifat gas ideal secara
teoritis. Berdasarkan teori kinetik gas, gas terbentuk dari molekul-molekul yang bergerak
secara acak dengan arah gerak konstan. Molekul gas bergerak dengan kecepatan tinggi saling
bertubrukan dengan molekul lainnya dan dinding secara terus menerus. Teori ini adalah teori
pertama yang menjelaskan tekanan gas berdasarkan tubrukan antar molekul, bukan
berdasarkan gaya statik yang menyebabkan molekul menjauh satu sama lain. Teori kinetik
gas juga menjelaskan bahwa kecepatan gerak molekul dapat dipengaruhi oleh ukuran
molekul di dalam gas tersebut.
Agar teori kinetik gas dapat menjelaskan alasan kenapa gas bereaksi seperti seharusnya,
maka di perlukan asumi-asumsi yang mendukun properti gas tersebut berdasarkan teori
kinetik, asumsi-asumsi tersebut sebagai berikut:
 Perlakuan statistika dapat diterapkan karena banyaknya molekul sangatlah banyak.
 Tumbukan-tumbukan partikel gas terhadap dinding wadah bersifat elastis.
 Gas terdiri dari partikel-partikel sangat kecil, dengan massa tidak nol.
 Molekul-molekul ini bergerak secara konstan dan acak. Partikel-partikel yang
bergerak sangat cepat, secara konstan bertumbukan dengan dinding-dinding wadah.
 Molekul-molekul berbentuk bola dan bersifat elastis.
 Efek-efek relativistik dapat diabaikan.
 Persamaan-persamaan gerak molekul berbanding terbalik terhadap waktu.
 Interaksi antar molekul dapat diabaikan (negligible). Mereka tidak mengeluarkan gaya
satu sama lain, kecuali saat tumbukan terjadi.
 Energi kinetik rata-rata partikel-partikel gas hanya bergantung pada suhu sistem.
 Keseluruhan volume molekul-molekul gas individual dapat diabaikan bila
dibandingkan dengan volume wadah. Ini setara dengan menyatakan bahwa jarak rata-
rata partikel gas cukuplah besar bila dibandingkan dengan ukuran mereka.
 Efek-efek mekanika kuantum dapat diabaikan. Artinya bahwa jarak antar partikel
lebih besar dari pada panajng gelombang panas de Borglie dan molekul-molekul
dapat diperlakukan sebagai objek klasik.
 Waktu selama terjadinya tumbukan molekul dengan dinding wadah dapat diabaikan
karena berbanding lurus terhadap waktu selang antar tumbukan.
A. Gas Ideal
Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara acak
dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat berguna karena memenuhi hukum gas
ideal, sebuah persamaan yang disederhanakan sehingga dapat dianalisa dengan mekanika
statistika. Hukum dasar dari gas ideal adalah hukum Boyle-Mariotte.
Pada kondisi normal seperti temperatur dan tekanan standar, kebanyakan gas nyata
berperilaku seperti gas ideal. Banayk gas seperiti nitrogen, oksigen, hidrogen, gas mulia, dan
karbon dioksida dapat diperlakukan seperti gas ideal dengan perbedaan yang dapat ditolerir.
Secara umum, gas berperilaku seperti gas ideal pada temperatur tinggi dan tekanan rendah,
karena kerja yang melawan gaya intermolekuler menjadi jauh lebih kecil dibandingkan
dengan energi kinetik partikel, dan ukuran molekul juga jauh lebih lebih kecil bila
dibandingkan dengan ruangan kosong antar molekul.
Model gas ideal tidak dapat dipakai pada suhu rendah tekanan tinggi, karena gaya
intermolekul dan ukuran molekuler menjadi penting. Model gas ideal juga tidak dapat dipakai
pada gas-gas berat seperti refrigeran atau gas dengan gaya intermolekul kuat. Pada beberapa
titik suhu rendah dan tekanan tinggi, gas nyata akan menjalani fase transisi menjadi liquid
dan solid. Model gas ideal tidak dapat menjelaskan atau memperbolehkan fase transisi. Hal
ini dapat dijelaskan dengan persamaan keadaan yang lebih kompleks.
Keadaan gas dapat ditinjau melalui volume, tekanan, suhu dan jumlah mol. Gas mempunyai
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Molekul gas tidak mempunyai volume
 Tidak ada interaksi antar molekul-molekul gas
Pada proses isobarik tekanan gass tetap, sedangkan volume dan temperatur gas berubah.
Demikian juga dalam proses isokhorik dan iso termal, terdapat satu variabel atau besaran gas
yang berada dalam keadaan tetap, sedangkan kedua variabel gas lainnya berubah.
Dari keetiga hubungan antara volume, tekanan, dan suhu gas yang didapatkan dari hukum
Boyle dan hukum Gay-Lussac dapat diturunkan suatu persamaan keadaab gas ideal.
Persamaan keadaan gas ideal dinyatakan dengan persamaan :
PV/T=Konstan
Atau
P1V1/T1 = p2V2/T2

Oleh karena setiap proses yang dilakukan pada gas yang berada dalam ruangan tertutup,
jumlah molekul molekul gas yang terdapat pada ruangan tersebut dapat ditentukan senagai
jumlah mol gas(n) yang jumlahnya selalu tetap. Karena mol adalah suatu besaran yang
digunakan untuk menyatakan massa suatu mzat dalam gram yang besarnya sama dengan
jumlah molekul zat tersebut. Dengan demikian, persamaan keadaan gas ideal dapat dituliskan
menjadi:

pV =nR t

p = tekanan gas (N/m2)

V = volume gas (m3)

n = jumlah mol (mol)

R = konstanta gas universal (R=8,315 J/mol.K)

T = suhu mutlak gas (K)


Volume molekul gas dan interaksi antar molekul-molekulnya tidak bisa diabaikan dan
keadaan gas dalam kenyataannya mengalami penyimpangan dari gas ideal. Oleh karena itu,
gas ideal hanya merupakan gas hipotesis. Untuk mengambarkan penyimpangannya, dapat
dinyatakan dengan perbandingan molarnya terhadap volum molar gas ideal. Perbandingan ini
disebut faktor kompresibilitas (Z).
Gas ideal mempunyai nilai Z=1
Suatu gas akan mendekati sifat gas ideal pada tekanan yang sangat rendah dan suhu yang
sangat tinggi. Pada keadaan tersebut, volum gas menuju tak hingga sehingga kerapatannya
mendekati nol. Pada keraptan nol, tidak ada interaksi antar molekul gas dan volum molekul
gas dapat diabaikan.
Definisi mol yang menyatakan bahwa :
Jumlah mol = massa/massa relatif molekul
atau
n = m/Mr
Persamaan dapat ditulisakan menjadi :
pV = (m/Mr) RT (1)
Bahwa massa suatu jenis zat adalah perbandingan antara massa dan volume zat tersebut. Oleh
karena itu persamaan (1) dapat diperoleh persamaan massa jenis gas, yaitu:
ρ = m/V = p Mr/RT (2)
Menurut prinsip Avogadro, satu mol gas mengandung jumlah molekul gas yang sama.
Jumlah molekul gas ini dinyatakan dengan bilangan Avogadro (NA) yang besarnya sama
dengan 6,02 x 1023 molekul/nol. Dengan demikian persamaan (2) dapat dinyatakan menjadi:
pV = (N/NA) RT
atau
pV = N (R/NA)T (3)

N= banyak partikel gas


NA= bilangan Avagadro (6,02 x 1023)
Oleh karena persamaan (3) merupakan suatu nilai tetapan yang disebut konstanta Boltzmann
(k), dimana k = 1,38 x 1023 J/K maka persamaan keadaan gas ideal dapat juga dituliskan
menjadi persamaan berikut :
pV=NkT
B. Distribusi Kecepatan Molekul
Walapun persamaan teori kinetik memungkinkan perhitungan cakr dari molekul, akan tetapi
persamaan ini tidak memberikan keterangan apa-apa tentang kecepatan dari masing-masing
molekul. Molekul-molekul dalam suatu gas bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Lagi pula kecepatan dari sebuah molekul selalu berubah dan dapat bervariasi antara harga
yang rendah sekali dan harga yang sangat tinggi, akibat daripada tumbukan dengan molekul-
molekul yang lain.
Pada tahun 1860 Maxwell menunjukkan bahwa distribusi kecepatan diantara molekul-
molekul mengikuti suatu pola tertentu. Berdasarkan teori kebolehjadian, Maxwell berhasil
menurunkan suatu persamaan untuk menghitung fraksi dari jumlah total molekul yang
mempunyai kecepatan antara c dan c+dc, dengan dc ialah suatu bilangan yang sangat kecil.
Persamaan ini, yang terkenal sebagai Hukum Distribusi Kecepatan Molekul, adalah

dN m 3/2 −mc 2 /2 kT 2
=4 π ( ) e c dc
N 2 π kT
(2)

Dengan dN ialah jumlah molekul dari jumlah total N, dengan kecepatan antara c dan c+dc, m
ialah massa molekul dan k ialah tetapan Boltzmann
(R/N0 = 1,3805 x 10-16 erg molekul-1 der-1 ). dN/N menyatakan fraksi dari jumlah total
molekul dengan kecepatan antara c dan c+dc.
Kebolehjadian untuk menemukan sebuah molekul dengan kecepatan antara dua harga (antara
c dan c+dc) diberikan oleh luas di bawah kurva antara kedua harga kecepatan ini.
Titik maksimum pada kurva menunjukkan bahwa sebagian besar dari molekul-molekul
mempunyai kecepatan di sekitar titik maksimum ini. Bila temperatur dinaikkan maka titik
maksimum akan bergeser ke arah kecepatan yang lebih besar dan kurva menjadi lebih
melebar dan luas di bawah kurva-kurva ini adalah sama, yaitu sama dengan satu.

Kecepatan pada titik maksimum disebut kecepatan paling boleh jadi (the most probable
speed), cpb, yang dapat dihitung dengan cara mendiferensialkan Persamaan (2) dan hasilnya
disamakan dengan nol. (catatan: nilai maksimum suatu fungsi akan diperoleh jika y’=0)

𝑑𝑁 𝑚 3/2 −𝑚 𝑐 2 /2𝑘𝑇 2
= 4𝜋( ) 𝑒 𝑐 𝑑𝑐
𝑁 2𝜋𝑘𝑇
𝑑𝑁 𝑚 3/2 −𝑚𝑐 2 /2𝑘𝑇 2
= 4𝜋( ) 𝑒 𝑐
𝑁𝑑𝑐 2𝜋𝑘𝑇

Turunkan terhadap c, lalu nilai turunan pertama = 0 (y’ = 0)

𝜗 𝑑𝑁 𝑚𝑐 2 𝑚𝑐 2
൬ ൰= 𝑐𝑒 − 2𝑘𝑇 ቆ2 − ቇ=0
𝜗𝑐 𝑁𝑑𝑐 𝑘𝑇

𝑚𝑐 2
ቆ2 − ቇ=0
𝑘𝑇

Sehingga
Cpb = Ö2 kT/m = Ö2 RT/M (3)
Cpb = kecepatan paling boleh jadi = the most probable speed

Kecepatan rata-rata , ĉ, yang didefenisikan sebagai

𝑁
1
𝑐 = ෍ 𝑐𝑖
𝑁
𝑖=1
(4)
dapat dihitung dari

1 𝑐=~
𝑐= න 𝑐𝑑𝑁
𝑁 𝑐=0
(5)

dengan memasukkan nilai dN dari persamaan (2) ke dalam persamaan (5) diperoleh

𝑚 3/2 𝑐=~ 3 −𝑚𝑐 2 /2𝑘𝑇


𝑐 = 4𝜋( ) න 𝑐 𝑒 𝑑𝑐
2𝜋𝑘𝑇 𝑐=0

yang akhirnya menhasilkan

8𝑘𝑇 8𝑅𝑇
𝑐=ඨ =ඨ
𝜋𝑚 𝜋𝑀
(6)
C. Energi Molekul Gas
Energi kinetik sejumlah gas yang terdapat dalam suatu ruangan tertutup disebut energi dalam
gas (U). Jika dalam ruangan tersebut terdapat N partikel gas, energi dalam gas dapat
dituliskan:
U=NEK
Dengan demikian, energi dalam gas untuk gas monoatomik atau gas diatomik pada suhu
rendah adalah :
U=NEK=3/2 NkT
Adapun, energi dalam gas diatomik pada suhu sedang dapat dinyatakan dengan :
U= 5/2 NkT
Pada suhu tinggi, besar energi dalam gas adalah :
U = 7/2 NkT

Anda mungkin juga menyukai