Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, proses belajar tidak hanya dilakukan secara

tatap muka melainkan dapat juga dilakukan dengan metode jarak jauh dengan cara

memanfaatkan kemajuan ilmu teknologi dan informasi, oleh karena itu,

pemanfaatan teknologi khususnya internet merupakan hal yang sangat penting

dilakukan dimasa kini sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.

Perkembangan media baru yaitu teknologi komunikasi dan informasi yang

kini makin pesat telah membuat bola dunia terasa semakin kecil dan ruang seakan

menjadi tak berjarak lagi. Mulai dari wahana teknologi komunikasi yang paling

sederhana berupa perangkat radio dan televisi hingga internet dan telepon

genggam dengan protokol aplikasi tanpa kabel.

Teknologi komunikasi mengalir dengan sangat cepat dan meyeruak ruang

kesadaran banyak orang. Teknologi komunikasi dapat membentuk banyak pola

pikir, sudut pandang, pilihan hidup, tujuan hidup bahkan bahasa komunikasi

manusia tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Pengguna internet di

Indonesia pada awal 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat

15,5 persen atau 27 juta jiwa jika dibandingkan pada Januari 2020 lalu. Total

jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Ini artinya,

penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen. (Galuh Putri

Riyanto, 2021)
Teknologi komunikasi semakin mempermudah aktivitas manusia dalam hal

komunikasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan interaksi antar manusia.

Kemajuan teknologi komunikasi juga berakibat pada kehadiran berbagai macam

alat komunikasi yang semakin canggih, salah satunya adalah smartphone dan

internet. Teknologi komunikasi semakin membantu kehidupan manusia dengan

memberikan akses informasi yang tak terbatas kepada manusia dan mampu

mempermudah jalinan komunikasi (Kadir, 2003:2).

Kemajuan dibidang teknologi komunikasi memberikan dampak positif

yang besar dalam kehidupan manusia. Internet berperan sebagai penyalur

informasi bagi teknologi media informasi dan komunikasi baru. Internet juga

memudahkan penggunannya untuk melakukan komunikasi dengan manusia

sekitar dan manusia dari belahan dunia. Menurut penelitian Center of Innovation

Policy and Governance (CIPG) saat ini laju penetrasi internet Indonesia

merupakan yang tertinggi di Asia yang kini sudah mencapai 51%. Angka yang

lebih fenomenal terlihat dari jumlah pengguna selular. Di tahun 2016 di prediksi

ada sekitar 371,4 juta nomor selular yang aktif di Indonesia. Jumlah tersebut

bahkan lebih besar dari pada proyeksi jumlah penduduk Indonesia (Saefullah,

2020).

Hampir seluruh negara yang ada di dunia ini menggunakan internet

termasuk Indonesia. Pengguna internet di Indonesia sendiri setiap tahunnya

semakin meningkat pesat. Internet di Indonesia telah digunakan oleh banyak

bidang, dimana salah satunya adalah bidang pendidikan. Internet cukup berperan
dalam bidang pendidikan karena banyak pelajar yang menggunakan internet itu

sendiri.

Internet memiliki karekteristik yang berbeda dengan media massa yang

ada sebelumnya (cetak dan elektronik). Internet memiliki banyak kelebihan yang

digunakan oleh beberapa kalangan khususnya mahasiswa dalam aktivitas

belajarnya. Akses informasi untuk belajar saat ini sudah terbuka sangat lebar

karena kedatangan internet. Saking pesatnya teknologi internet mampu

menciptakan system belajar yang bias mempermudah pembelajaran yang biasa di

sebut e-learning.

Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik

atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael,

2013:27). E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang

memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Berikut

beberapa pengertian E-learning dari berbagai sumber, Proses pembelajaran jarak

jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan

teknologi (Chandrawati, 2010), Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai

sarana untuk proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap

muka secara langsung antara guru dengan siswa (Ardiansyah, 2013). Salah satu

bidang pendidikan yang memperoleh dampak dari adanya perkembangan dalam

bidang teknologi dan informasi adalah perguruan tinggi. E-learning memberikan

konstribusi yang sangat besar di perguruan tinggi,

Terdapat perbedaan aktivitas belajar mahasiswa jaman dulu dan sekarang.

Aktivitas belajar mahasiswa jaman dulu mau tidak mau harus benar- benar
memperhatikan dosen yang menerangkan. Tidak jarang mahasiswa yang mencacat

perkataan dosen kedalam kertas sehingga menjadi sebuah tulisan atau ringkasan.

Dari ringkasan inilah yang akhirnya menjadi tumpuan utama belajar mahasiswa.

Aktivitas belajar mahasiswa sekarang ini menjadi lebih mudah, akses informasi

untuk belajar sudah terbuka sangat lebar karena kedatangan internet. Untuk itu

lembaga-lembaga pendidikan bisa menjadikan internet sebagai sarana untuk

belajar selain dari buku. E-learning mampu menjadi solusi dalam mengatasi

masalah yang selama ini terjadi, misalnya keterbatasan tenaga ahli, jarak rumah

dengan lembaga pendidikan, biaya yang tinggi dan waktu belajar yang terbatas.

Menyadari bahwa di e-learning dapat ditemukan berbagai informasi apa saja,

maka penggunaan e-learning menjadi suatu hal yang wajar.

Keberadaan e-learning ini juga yang kemudian dimanfaatkan oleh

beberapa Universitas di Indonesia salah satunya Universitas Tadulako Palu. E-

learning telah memberikan kemudahan bagi komunikasi antara pelajar dengan

pendidik, karena komunikasi dapat dilakukan diluar kelas dengan lebih mudah dan

dapat dilakukan kapanpun dimanapun. Dengan e-learning proses perkuliahan pun

tidak harus berkumpul dikelas dan datang ke kampus. Universitas Tadulako Palu

mempunyai aplikasi pembelajaran e-learning yang bernama Learning

Management System (LMS). Pengguna fasilitas Learning Management System

(LMS) ini adalah Dosen dan Mahasiswa Universitas Tadulako Palu, dan cara

mengaksesnya melalui website lms.untad.ac.id.

Pengertian Learning management system (LMS) adalah perangkat lunak

yang dirancang untuk membuat, mendistribusikan, dan mengatur penyampaian


konten pembelajaran. Sistem ini bisa membantu para guru untuk merencanakan

dan membuat silabus, mengelola bahan pembelajaran, mengelola aktivitas belajar

para siswa, mengelola nilai, merekapitulasi absensi para siswa, menampilkan

transkrip nilai, dan mengelola tampilan e-learning. Karena berbasis aplikasi

digital, selain memudahkan para guru dalam merencanakan proses belajar online,

LMS juga memudahkan siswa untuk mengakses konten pembelajaran dari mana

saja dan kapan saja.

Dikalangan mahasiswa Universitas Tadulako Palu seluruh mahasiswa

sudah menggunakan system e-learning untuk menunjang proses pembelajaran

yakni dengan menggunakan Learning Management System (LMS), terlebih lagi

karena kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini yang membuat proses

pembelajaran sedikit terganggu karena tidak dapat melakukan kuliah tatap muka

sehingga harus menggunakan sistem daring (dalam jaringan) dengan bantuan

internet, namun jauh sebelum hal ini terjadi e-learning sudah sering digunakan

oleh mahasiswa untuk mencari materi tambahan yang berkaitan dengan materi

perkuliahan.

Fasilitas e-learning merupakan fasilitas yang berbasis pada perkembangan

teknologi komunikasi, dimana fasilitas ini mampu membantu meningkatkan

aktivitas belajar baik pendidik maupun peserta didik. E-learning membawa

pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konveksional ke dalam bentuk

digital. Proses pembelajaran dengan metode ini sangat memudahkan dan

menguntungkan bagi mahasiswa maupun dosen.


Kelebihan dari e-learning yaitu jauh lebih ringkas artinya tidak banyak

formalitas kelas, tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa

dimana saja dan bisa kapan saja. Kelebihan lainnya memberikan fleksibilitas,

interaktiviyas, kecepatan, visualisasi melalui berbagai kelebihan dari masing –

masing media. Konsep keberhasilan dari e-learning selain ditunjang oleh

perangkat teknologi informasi, juga diperhatikan oleh peranan dari para fasilitator,

dosen, staf, cara implementasi, cara mengadopsi teknologi baru, fasilitas biaya,

dan jadwal kegiatan (Natakusumah, 2002).

Universitas Tadulako (UNTAD) Palu telah mengembangkan fasilitas e-

learning untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam

meningkatkan pembelajaran, khususnya pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UNTAD Palu. Hal ini karena sebagai fakultas yang salah satunya

terdapat program studi yang mempelajari tentang komunikasi, yaitu jurusan Ilmu

Komunikasi tentunya dekat dengan hal-hal yang berhubungan dengan teknologi

komunikasi. Fasilitas Learning Management System (LMS) yang disediakan oleh

universitas ini belum maksimal digunakan.

Fasilitas e-learning disini mempermudah mahasiswa untuk melakukan

pembelajaran jarak jauh, dimana mahasiswa mampu berkomunikasi dengan

dosen, mengunduh materi ataupun mengumpulkan tugas dari jarak jauh. Akan

tetapi fasilitas ini belum diimplementasikan dengan baik di UNTAD. Seperti yang

dialami beberapa mahasiswa aktif dalam perkuliahan di fakultas ilmu sosial dan

politik yang pernah diwawancara singkat oleh peneliti dan mereka

mengungkapkan bahwa fasilitas sistem e-learning belum dipraktekkan dengan


sempurna karena belum adanya sosialisasi yang benar serta tidak dipraktekkan.

Hal ini kemudian menunjukkan bahwa internet yang bisa digunakan dalam

membantu meningkatnya aktivitas pembelajaran menjadi kurang bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana penggunaan Learning Management System (LMS)

sebagai media komunikasi pembelajaran antara mahasiswa dan dosen di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui penggunaan Learning Management System (LMS)

sebagai media komunikasi pembelajaran antara mahasiswa dan dosen di Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Palu.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori komunikasi khususnya

tentang penggunaan Learning Management System (LMS) sebagai media

komunikasi pembelajaran Mahasiswa dan dosen penelitian diharapkan dapat

bermanfaat bagi lembaga pendidikan agar lebih jeli lagi dalam melihat aktivitas

penggunaan internet sebagai media komunikasi dikalangan mahasiswa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Interpersonal (Antar Pribadi)

Komunikasi Interpersonal merupakan keharusan bagi manusia. Manusia

membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau

hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri

manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya.

Menurut Effendi (2005) proses komunikasi interpersonal terdiri dari dua

tahap yaitu :

1. Proses komunikasi primer

Menurut Effendi “proses komunikasi secara primer adalah proses

penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan (symbol) sebagai media”. Komunikasi primer secara individu

berlangsung kontak pribadi dan disebut juga komunikasi antar pribadi.

Komunikasi primer merupakan jenis komunikasi yang efektif untuk mengubah

sikap, pendapat dan tingkah laku.

2. Proses komunikasi sekunder

Effendi mengemukakan juga “bahwa komunikasi sekunder adalah proses

penyampaian pesan kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana

sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama”. Dalam
komunikasi sekunder tidak terdapat kontak pribadi, karena menggunakan alat

seperti telepon, teleks, faximile, memorandum, dan pengumuman efektivitas dan

efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyampaikan pesan-pesan bersifat

informatif.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal merupakan suatu proses. Hal ini berarti bahwa proses komunikasi

interpersonal merupakan saluran informasi dan serangkaian kegiatan pertukaran

makna yang harus dilalui dalam menyampaikan informasi secara timbal balik dan

berkelanjutan sehingga komunikasi interpersonal dapat berjalan dengan baik.

Terjadinya kegagalan dalam komunikasi interpersonal juga dikarenakan adanya

mis komunikasi antar kedua pihak yang memperhatikan/menjalankan proses

komunikasi dengan benar. Oleh karena itu, dengan memperhatikan sistematika

komunikasi interpersonal, maka akan tercipta komunikasi interpersonal yang

efektif.

Komunikasi Interpersonal atau komunikasi antar pribadi merupakan

komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau

lebih, baik secara teroganisasi maupun pada kerumunan orang. Penyampaian

pesan oleh satu orang dan penerima pesan oran lain atau sekelompok kecil orang,

dengan berbagai dampaknya, dan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Bittner menerangkan bahwa komunikasi interpersonal berlangsung apabila

pengirim menyampaikan infomasi berupa kata-kata kepada penerima dengan

menggunakan medium suara manusia. Barnlund mendefinisikan komunikasi

interpersonal sebagai pertemuan antara dua, tiga orang atau lebih yang terjadi
sangat spontan dan tidak berstruktur (Wiryanto 2004:32). Trenholm dan Jense

mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunkasi antara dua orang

yang berlangsung secara tatap muka (Wiryanto 2004:33). Everett M. Rogers

mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke

mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

Ciri Komunikasi Interpersonal sebagai berikut:

a. Arus pesan cenderung dua arah.

b. Konteks komunikasi dua arah.

c. Tingkat umpan balik sangat tinggi.

d. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, terutama selektivitas keterpaan

tinggi.

Menurut Harold Lasswell dalam buku (Riswandi 2009:81) terdapat banyak

komponen dalam komunikasi interpersonal/komunikasi antar pribadi (KAP),

komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengirim dan penerima

Komunikasi interpersonal paling tidak melibatkan dua orang. Istilah pengirim-

penerima digunakan untuk menekankan bahwa fungsi pengirim dan penerima

ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam KAP. Hal ini menegaskan

bahwa, pertama proses KAP tidak terjadi pada diri sendiri. Kedua KAP

berkaitan dengan manusia. Ketiga KAP terjadi di antara dua orang atau di
antara sekelompok kecil orang.

b. Encoding-decoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan. Artinya pesan-pesan yang

akan di sampaikan di rangkai terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata.

Decoding adalah tindakan untuk mengiterpretasikan dan memahami pesan-

pesan yang diterima.

c. Pesan

Dalam komunikasi interpersonal pesan-pesan bisa berbentuk verbal atau non-

verbal atau gabungan antara verbal dan non-verbal.

d. Saluran

Dalam komunikasi interpersonal para pelaku bertemu secara tatap muka.

e. Gangguan

Dalam komunikasi interpersonal gangguan mencangkup tiga hal, yaitu:

1) Gangguan fisik, seperti kegaduhan.

2) Gangguan psikologis, seperti emosi, sikap, nilai, atau status peserta.

3) Gangguan semantic, terjadi karena kata-kata atau symbol yang digunakan

seringkali memiliki makna ganda, sehingga penerima gagal menangkap

maksud si pengirim.
f. Umpan balik

Umpan balik memainkan peran sangat penting dalam proses komunikasi

interpersonal, karena pengirim dan penerima pesan secara terus menerus

dan secara bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik

verbal (dengan pertanyaan) maupun non-verbal (senyuman, anggukan).

Umpan balik ini bisa positif, netral, atau negatif.

a. Konteks

Ada tiga dimensi konteks dalam proses komunikasi interpersonal, yaitu:

1) Dimensi fisik, yaitu tempat di mana komunikasi belangsung.

2) Dimensi sosial psikologis, mencangkup misalnya status hubungan

diantara orang-orang yang terlibat komunikasi.

3) Dimensi temporal, adanya suatu pesan khusus yang sesuai dengan

rangkaian peristiwa komunikasi

2.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi yang menggunakan media massa lazim kita sebut sebagai

komunikasi massa. Secara konkretnya, Littlejohn mendefinisikan komunikasi

massa adalah Komunikasi massa adalah proses di dalam mana organisasi media

memprodusir dan menstransmisikan pesan-pesan kepada khalayak yang

besar/luas dan proses dengan mana pesan-pesan tersebut ditangkap, digunakan,

dan dikonsumsi oleh khalayak. (LittleJohn, 2009). Sedangkan Bittner merumuskan

”Mass Communication is message communicated through a mass medium to a


large number of people.”(Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan

melalui media massa pada sejumlah besar orang) (Rakhmat, 2011).

Untuk semakin memperjelas apa yang dimaksud dengan komunikasi massa

itu, Jalaluddin Rakhmat telah merangkum berbagai definisi yang diberikan para

ahli dalam satu pengertian. ”Komunikasi massa diartikan sebagai jenis

komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen,

dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat

diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 2011). Media dalam komunikasi ini

menunjuk pada media cetak (koran, majalah, tabloid) dan media elektronik (radio,

video, televisi, internet). Dari uraian diatas komunikasi massa dapat diartikan

dalam dua cara, pertama, komunikasi oleh media, dan kedua komunikasi untuk

massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap

orang. William L. Rivers, dkk menyebutkan salah satu ciri komunikasi massa

adalah adanya proses seleksi.

Adapun karekteristik yang dimiliki oleh komunikasi massa antara lain

adalah :

a. Komunikator Terlembagakan.

Sesuai dengan pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan

lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi kompleks, maka

proses pemberian pesan yang diberikan oleh komunikator harus bersifat

sistematis dan terperinci.


b. Pesan Bersifat Umum.

Pesan dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini. Namun tidak semua fakta

atau peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa.

Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi

kriteria penting atau menarik.

c. Komunikannya yang Anonim dan Heterogen.

Komunikan yang dimiliki komunikasi massa adalah anonym (tidak dikenal)

dan heterogeny (terdiri dari berbagai unsur).

d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan.

Keserempakan media mass aitu adalah keserempakan kontak dengan sejumlah

besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk

tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

e. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan.

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikin rupa berdasarkan

sistem tertentu dan disesuikan karekteristik media massa yang digunakan. Di

dalam komunikasi antarpersonal, yang menentukan efektivitas komunikasi

bukanlah struktur (Ardianto, 2004).

f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah.

Komunikator dan komunikan tidak dapat terlibat secara langsung, karena

prosen pada komunikasi massa yang menggunakan media massa.


g. Stimulasi Alat Indra.

Stimulasi alat indra tergantung pada media massa. Pada surat kabar dan

majalah, pembaca hanya melihat, pada media radio khalayak hanya

mendengarkan, sedangkan pada media televesi dan film kita menggunakan

indra pengelihatan dan pendengaran.

h. Umpan Balik Tertunda (Delayed).

Hal ini dikarenakan oleh jarak komunikator dengan komunikan yang

berjauhan dan karakter komunikan yang anonym dan heterogen (Ardianto,

2004).

2.1.3 New Media Communication

Berkembangnya teknologi seiring majunya zaman memicu lahirnya media-

media baru. Kehadiran media baru bukan diciptakan untuk mengganti media lama.

Istilah kata “media baru” (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan

telah mencakup seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin

berkembang (McQuail‟s, 2000: 43). Ada beberapa karakteristik dari media lama

yang tidak bisa digantikan oleh media baru. Teknologi media baru mempengaruhi

komunikasi sosial manusia.

Teknologi komunikasi yang paling sederhana berupa perangkat radio dan

televisi hingga internet dan telepon genggam dengan protokol aplikasi tanpa kabel,

informasi mengalir dengan sangat cepat dan menyeruak ruang kesadaran banyak

orang. Teknologi dapat membentuk bagaimana pola pikir, sudut pandang, pilihan
hidup, tujuan hidup bahkan bahasa komunikasi manusia tidak terlepas dari

perkembangan teknologi. Media baru juga merupakan perkembangan baru dari

media-media yang telah digunakan manusia.

Pergeseran teknologi tradisional ke teknologi digital juga membawa

perubahan besar dalam cara manusia berkomunikasi. Sebelumnya khalayak media

massa dikendalikan oleh informasi dari lembaga media massa, ketika perubahan

teknologi itu terjadi kearah digitalisasi maka terjadi pula perubahan pada pola

distribusi konten media yang kini dapat berpindah ke posisi khalayak (Tamburaka,

2013: 72).

Menurut Pavlik dalam (Lister, 2003: 12) Internet sebagai media massa

interaktif merupakan new media. Hal ini dikarenakan internet memiliki

karakteristik yang berbeda dengan media massa yang ada sebelumnya (cetak dan

elektronik). Menurut Lister dalam bukunya New Media : Critical Introduction

mendefinisikan internet kedalam beberapa pengertian yaitu, new textual

experiences, new ways of representing world, dan new relationship between

subject (users and consumers) and media technologies

Internet sebagai new textual experiences memiliki pengertian semacam

genre baru, bentuk tekstual, hiburan, kesenangan dan bentuk dari konsumsi media

(games computer, hypertexts, special effect cinema). Berikutnya sebagai new ways

of representing world, dimana media tidak bisa didefinisikan secara jelas dan

menawarkan representasi kemungkinan dan pengalaman (seperti dunia virtual,


multimedia interaktif) dan internet sebagai new relationship between subject

(users and consumers) and media technologies : perubahan dalam pengguna dan

penerimaan dari gambaran dan media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

serta dalam teknologi media. Bila pada media massa tradisonal konsumsi media

massa terjadi secara aktif, maka internet (new media) lebih menawarkan

interaktivitas secara langsung dan instan.

Karakter media baru ini berbentuk digital, dimana memudahkan

masyarakat untuk bertukar informasi maupun kegiatan lainnya. Salah satu jenis

teknologi media baru yaitu smartphone. Smartphone merupakan jenis media yang

dapat menyalurkan informasi secara cepat melalui fasilitas internetnya.

Smartphone mampu menghubungkan manusia satu dengan yang lain dalam jarak

yang jauh dengan fasilitas yang mendukung seperti SMS, chatting, maupun telefon

dan viber (telefon menggunakan fasilitas paket data internet). Pada pembahasan

sebelumnya disebutkan bahwa smartphone sebagai komputer mini atau komputer

saku. Dari sebuah perangkat komputer dapat mengakses informasi dengan cepat

melalui jaringan internet. Smartphone yang disebut sebagai komputer saku

tersebut memiliki kegunaan untuk mengakses situs jejaring sosial, newsgroup,

googling, searching, dan membuka website dengan bantuan internet (Severin,

James, 2009:4). Hal inilah yang menjadikan internet sebagai komponen dari media

informasi baru era cyber digital seperti sekarang. Dengan jaringan internet dapat

mengakses informasi dimanapun dan kapanpun yang tentunya menggunakan

fasilitas layanan wifi/hotspot atau dapat juga dengan berlangganan paket data pada

provider.
Internet memudahkan penggunanya untuk melakukan komunikasi sosial

dengan manusia sekitar dan manusia dari belahan dunia lain. Internet juga sebagai

penyalur informasi bagi teknologi media informasi baru. Dalam komunikasi

interaktif, siapapun bisa menjadi sumber dan juga penerima (source and receiver),

sama halnya ketika seseorang menggunakan telepon. Dalam interaktifitas, para

pelaku akan menemukan banyak kesempatan untuk bisa menjadi lebih partisipasi

aktif di dalam duniannya.

2.1.4 E-learning

Pesatnya perkembangan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi),

khususnya internet memungkinkan pengembangan layanan informasi yang lebih

baik dalam suatu institusi pendidikan. Di lingkungan perguruan tinggi, misalnya,

pemanfaatan TIK lainnya, yaitu diwujudkan dalam suatu sistem yang disebut

elektronik university(e-university). Pengembangan e-university bertujuan untuk

mendukung penyelenggaraan pendidikan, sehingga perguruan tinggi dapat

memberikan pelayanan informasi yang lebih baik kepada komunitasnya, baik di

dalam maupun diluar perguruan tinggi tersebut melalui internet.

Teknologi Informasi dan Komunikasi atau yang lebih dikenal dengan

istilah asing sebagai information, communication, and technologi (ICT)

mendorong para pembuat keputusan untuk mencantumkan muatan TIK ke dalam

kurikulum.2 Peran teknologi pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga kategori,

yaitu:

1) Pengembangan sistem pembelajaran yang inovatif.

2) Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses belajar


3) Peningkatan kinerja sumber daya manusia agar lebih produktif.

Adapun kedudukan dari TIK dalam pendidikan, yaitu:

1) Mempermudah kerja sama antara pakar dan mahasiswa,

menghilangkan batasan ruang, jarak, dan waktu.

2) Sharing Information, sehingga hasil penelitian dapat digunakan

bersama- sama dan mempercepat pengembangan ilmu pengetahuan.

3) Virtual University, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh

orang banyak.

Adapun manfaat TIK bagi bidang pendidikan yang lain, yaitu:

1) Akses keperpustakaan.

2) Akses ke pakar

3) Perkuliahan secara online.

4) Menyediakan layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan.

5) Menyediakan fasilitas mesin pencari data.

6) Menyediakan fasilitas diskusi.

7) Menyediakan fasilitas direktorat alumni dan sekolah.

8) Menyediakan fasilitas kerja sama.

Salah satu kebijakan yang dikeluarkan dan dapat dijadikan landasan dalam

pendayagunaan ICT untuk pendidikan ialah Action Plan for the Development

and Implementation of Information And Communication Technologies (ACT)

In Indonesia.Action plan berisi rencana pelaksanaan pendayagunaan


telematika dalam bidang pendidikan selama 5 tahun (2001-2005)

menekankan pada:

1) Pengembangan dan pengimplementasian kurikulum

2) Pendayagunaan ICT sebagai bagian kurikulum dan sebagai media

pembelajaran di sekolah atau perguruan tinggi dan diklat.

3) Mewujudkan program pendidikan jarak jauh termasuk berpartisipasi dan

bekerja sama dengan lembaga penyelenggara pendidikan jarak jauh di dunia.

4) Memfasilitasi pendayagunaan internet untuk meningkatkan efesiensi proses

pembelajaran.

Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia pendidikan

adalah e-learning atau pembelajaran elektronik. E-learning adalah sistem

pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat untuk

membantu kegiatan pembelajaran. Pengertian e-learning atau pembelajaran

elektronik sebagai salah satu alternatif kegiatan pembelajaran dilaksanakan

melalui pemanfaatan teknologi komputer dan internet. seseorang yang tidak

dapat mengikuti pendidikan konvensional karena berbagai faktor penyebab,

misalnya harus bekerja (time constraint), kondisi fisik yang tidak

memungkinkan (physical constraint), daya tampung sekolah konvensional

yang tidak memungkinkan (limited availeble seats), phobia terhadap sekolah,

putus sekolah, atau karena memang di didik melalui pendidikan keluarga di

rumah (home school) dimungkinkan untuk tetap belajar, yaitu melalui e-

learning.
Hal yang sama di sampaikan oleh Sitaremi, dkk bahwa e-learning merupakan

sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung

pengembangan kegiatan belaja rmengajar dengan media internet, intranet atau

media komputer yang lain, dengan adanya e-learning memungkinkan

terjadinya proses

2.1.5 Aktivitas Belajar Mahasiswa

Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari

berbagai aktivitas, tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan

aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah

belajar menulis, mencatat memandang, membaca, mengingat, berfikir, atau

praktek (Djamarah, 2008:38). Aktivitas istilah umum yang dikaitkan dengan

keadaan bergerak, eksplorasi dan berbagai repson lainnya terhadap rangsangan

sekitar (Syah, 2000:89). Sedangkan belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or

strengthening of behavior through experiencing) (Hamalik, 2008:27).

Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah dapat

terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melakukan aktivitas sendiri,

maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami ataupun tidak dipahami,

sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan sehari-hari kita

merupakan kegiatan belajar (Aunurrahman, 2009:33).


Aktivitas belajar adalah kegiatan siswa dalam proses belajar, mulai dari

kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Adapun Kegiatan fisik berupa keterampilan-

keterampilan dasar, sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan terintegrasi.

Keterampilan dasar antara lain mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,

mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan

terintegrasi antara lain terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi

data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar

variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun

hipotesis, mendefinisikan variabel eksperimen (Aunurrahman, 2009:33)

Aktivitas belajar yang dilakukan siswa sering mengalami beberapa

problem baik metode belajarnya maupun interaksi dalam proses belajar mengajar.

Hal ini membuktikan pemecahan terutama dalam menghadapi masalah yang lebih

pelik, manusia dapat menggunakan cara ilmiah, cara- cara pemecahan masalah

secara ilmiah inilah yang disebut dengan metode diskusi. Cara belajar dengan

metode diskusi sangat terkait dengan cara belajar rasional, yaitu cara belajar

dengan menggunakan cara berpikir logis, ilmiah dan sesuai dengan akal sehat.

Adapun jenis – jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B.

diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran,

berpendapat, diskusi, interupsi.


c. Listening Activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

menyalin.

e. Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak.

g. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.

h. Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,

berani, tenang.

2.1.6 Meningkatkan Aktivitas Belajar

Meningkatkan aktivitas belajar merupakan upaya yang dilakukan untuk

dapat meningkatkan intensitas belajar pada diri seseorang (Aprillia, dkk, 2012).

Dalam meningkatkan aktivitas belajar, disini harus tetap diperhatikan tentang

faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar.

(Sanjaya, 2007:141-144) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

keberhasilan dalam belajar pada aktivitas belajar.

a. Dosen/pendidik

Dosen/pendidik yaitu pekerjaan dengan tugas utama mentransformasikan,


mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi serta

seni melalui pendidikan, penelitian bahkan pengabdian kepada masyarakat.

Dosen adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan

kepada anak didiknya. Dengan ilmu yang dimilikinya dapat menjadikan anak

didiknya menjadi orang yang cerdas dan orang yang memiliki wawasan yang

luas (Djamarah, 2006). Seorang dosen merupakan ujung tombak dalam proses

pembelajaran yang sangat mempengaruhi keberhasilan aktivitas belajar siswa

karena dosen/pendidik berhadapan langsung dengan siswa.

Beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan aktivitas belajar siswa yang

ada pada dosen/pendidik antara lain: kemampuan dosen/pendidik, sikap

profesionalitas dosen/pendidik, latar belakang dosen/pendidikan pendidik,

pengalaman mengajar dan memperhatikan penampilan. Sebab bagaimanapun

dosen akan selalu dilihat atau diamati dan bahkan dinilai oleh para anak

didiknya (Sardiman, 2007). Semua orang yakin bahwa dosen memiliki peran

dan andil yang sangat besar terhadap keberhasilan dalam pembelajaran. Dosen

sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk

mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan

potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara

optimal tanpa bantuan dosen.

b. Sarana Belajar

Keberhasilan implementasi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa juga

dipengaruhi oleh ketersediaan sarana belajar. Sarana belajar adalah peralatan

belajar yang dibutuhkan dalam proses belajar agar pencapaian tujuan belajar
dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien (Roestiyah, 2004).

Yang termasuk ketersediaan sarana itu meliputi media dan sumber belajar.

c. Lingkungan belajar

Lingkungan belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi

keberhasilan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Ada dua hal yang

termasuk ke dalam faktor lingkungan belajar yaitu lingkungan fisik dan

lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan dan kondisi

sekolah, misalnya jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin, kamar

kecil yang tersedia; serta di mana lokasi sekolah itu berada. Termasuk ke

dalam lingkungan fisik lagi adalah keadaan dan jumlah guru. Keadaan guru

misalnya adalah kesesuaian bidang studi yang melatar belakangi pendidikan

guru dengan mata pelajaran yang diberikannya. Yang dimaksud dengan

lingkungan psikologis adalah iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu.

Misalnya, keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, antara guru

dengan kepala sekolah, termasuk ke-harmonisan antara pihak sekolah dengan

orangtua.

Meningkatkan aktivitas belajar juga dapat dikatakan sebagai metode atau

cara yang dilakukan untuk menambah semangat atau mencapai hasil belajar yang

memuaskan (Saputra, 2011). Sedangkan Zaini (2004) menyebutkan bahwa

meningkatkan aktivitas belajar berarti yang mengajak siswa untuk belajar secara

aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi

aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik

untuk menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan,


atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari kedalam satu persoalan

yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, siswa diajak untuk

turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga

melibatkan fisik. Cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih

menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

2.2 Kerangka Pikir

Pengguna Learning Managemen System


(LMS)

Komunikasi Interpersonal Menurut


Effendi (2005) :
1. Proses Komunikasi Primer
2. Proses Komunikasi Sekunder

Kegiatan Pembelajaran Antara Dosen dan


Mahasiswa

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Bagan kerangka pikir di atas merupakan sebuah gambar alur penelitian akan

di terapkan peneliti dalam penelitian ini. Dari bagan tersebut dapat di jelaskan
bahwa yang menjadi objek penelitian bagaimana penggunaan Learning

Managemen System (LMS) sebagai media komunikasi pembelajaran antara

mahasiswa dan dosen di lingkungan fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

universitas tadulako. Dengan menggunakan teori komunikasi interpersonal oleh

Efendi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe dan Dasar Penelitian

3.1.1 Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini menggunakan tipe penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif.

Tipe ini digunakan untuk memberikan gambaran dan menguraikan tentang keseluruhan objek

yang diteliti sesuai dengan data diperoleh. Jenis riset ini bertujuan membuat deskriptif secara

sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat populasi atau objek tertentu

(Kriyantono, 2008: 69).

Moleong (2007:5) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan

data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh

orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh

gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian

kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti

dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

3.1.2 Dasar Penelitian

Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sumber.

Penelitian ini telah dilakukan berdasarkan metode studi komunikator yaitu studi mengenai

komunikator sebagai individu maupun institusi (Kriyantono, 2006:12).

3.2 Definisi Operasional Konsep

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan objek, hubungan atau fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan

(Kriyantono, 2006: 17). Dalam hal ini peneliti ingin melihat bagaimana penggunaan internet

(e-learning) sebagai media komunikasi untuk meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tadulako Palu (UNTAD).
1. Proses komunikasi primer

Merupakan komunikasi atau penyampaian materi secara langsung yang dilakukan

antar Dosen dan Mahasiswa dalam proses belajar mengajar di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Tadulako

2. Proses komunikasi sekunder

Merupakan penyampaian materi oleh Dosen kepada Mahasiswa dalam proses

belajar mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako

melalui internet (WWW, E-Mail dan News Group/E-Learning)

3.3 Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, Calon peneliti menentukan Universitas Tadulako khususnya

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai lokasi penelitian. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Tadulako merupakan salah satu kampus Negeri yang berada di Sulawesi

Tengah yang banyak diminati. Akreditas Universitas Tadulako adalah B berdasarkan dengan

surat keputusan BAN-PT tahun 2018 dan berlaku hingga tahun 2023.

1.1 Subjek Dan Objek Penelitian

3.4.1 Subjek Penelitian

Teknik penentuan informan secara Purpossive Sampling yaitu dengan cara

menentukan informan berdasarkan keperluan peneliti dan dipilih dengan sengaja berdasarkan

pertimbangan peneliti. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi

dari hasil penelitiannya kualitatif tidak dikenal adanya populasi atau sampel (Suyanto, 2011:

171). Oleh karena itu, Subjek pada penelitian ini adalah dosen dan mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako Palu. Adapun, kriteria-kriteria pemilihan

informan dalam penelitian berikut ini :

1) Merupakan Mahasiswa dan Dosen aktif dilingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik

2) Mengetahui tentang adanya Learning Managemen System (LMS)

3) Mengetahui Kegunaan Learning Management System (LMS)

4) Menggunakan Learning Management System (LMS) selama kurang lebih 2 semester

Berdasarkan kriteria informan di atas, maka keseluruhan subjek yang ditetapkan dalam

penelitian ini yaitu, sebanyak 6 (enam) informan dimana orang-orang tersebut akan

menguraikan dan menjelaskan sesuai permasalahan penelitian. Hal ini, sesuai tabel berikut

ini:

Tabel 3.1 Daftar Informan


No Nama Keterangan

3.4.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pemusatan pada kegiatan penelitian,

atau dengan kata lain segala sesuatu yang menjadi sasaran penelitian (Sugiono, 2008:152).

Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian. Maka

objek penelitian yang diteliti disini adalah penggunaan LMS sebagai media komunikasi

dalam meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa dengan proses pembelajaran online.

3.5 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Jenis Data

Untuk menunjang penelitian ini, maka peneliti menggunakan jenis data yaitu data

primer dan skunder adalah jenis data yang dihimpun secara langsung dari sumber dan di olah

sendiri oleh peneliti untuk di manfaatkan, (Ruslan 2008:138). Data primer yang di gunakan

dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh langsung melalului observasi dan

wawancara.

Data menurut klasifikasi berdasarkan jenis dan sumbernya, yakni sebagai berikut:

a. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan

pertama dilapangan (Kriyantono, 2006 :43) yaitu dalam penelitian ini ,data primer akan

diperoleh secara langsung dari hasil wawancara mendalam dari para informan yaitu data

yang didapatkan dari informan melalui observasi dan wawancara mendalam secara

langsung.

b. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder

(Kriyantono, 2006: 44). dalam hal ini, data yang diperoleh yaitu dari buku buku,

makalah, sumber online dan dokumen-dokumen yang sudah ada.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data (Kriyantono 2006: 95). Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah melalui wawancara mendalam, selebihnya melalui observasi.

1. Observasi

Observasi adalah proses pengumpulan data dengan cara peneliti turun langsung ke

lapangan untuk mengamati apa saja yang terjadi di lapangan. Teknik observasi juga

memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya (Moleong 2012: 174). Adapun jenis

observasi yang dipilih oleh peneliti adalah observer sebagai partisipan. Di mana peneliti adalah

orang luar yang netral (outsider) yang mempunyai kesempatan untuk bergabung dalam

kelompok dan berpartisipasi dalam kegiatan dan pola hidup Kelompok tersebut sambil

melakukan pengamatan (Kriyantono 2006: 113). Pada konteks penelitian ini observasi

banyak dilakukan oleh penulis dengan masuk ke dalam lingkungan pergaulan informan.

Observasi awal dilakukan pada saat menyusun proposal penelitian ini yakni sekitar tanggal

01 Maret 2021. Dan peneliti mengumpulkan data dan informasi seputar Komunikasi Antar

Pribadi yang di lakukan antara Dosen dan Mahasiswa yang menggunakan aplikasi LMS.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab

secara langsung kepada narasumber. Tanya jawab tersebut dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewawancara (interview ) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong 2012: 186). Peneliti menggunakan

teknik wawancara mendalam (depth interview), dimana wawancara mendalam merupakan

suatu cara pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan

informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam (Kriyantono, 2006:102).

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

3.6 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif. Untuk itu, data

yang diperoleh dari penelitian lapangan digunakan sebagai bahan analisa kualitatif yakni
untuk menggambarkan dan menjelaskan proses komunikasi Antar Pribadi yang dilakukan

antara Dosen dan Mahasiswa Fisip yang masih aktif di universitas Tadulako.

Tehnik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang

dilakukan dengan memperjelas dan memperkuat argumentasi dan asumsi terhadap

permasalahan. Menurut Miles dan Huberman 1984 mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. (Sugiyono ,2009:91)

1. Reduksi data

Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara

sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Mereduksi data

berarti merangkum memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap

data yang telah terkumpul dari hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan cara

merangkum dan mengklarifikasikan sesuai masalah yang diteliti. Reduksi data dalam

penelitian ini meliputi penyusunan data hasil wawancara dalam bentuk deskripsi, dan

memilah informasi yang telah didapat dengan cara wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Sehingga data yang diperoleh dan digunakan nantinya, relevan dengan permasalahan yang

sedang dikaji.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

penarikan kesimpulan dan pendeskripsian data hasil penelitian. Dalam tahap ini dilakukan

penyusunan dari data yang diperoleh yang relevan dengan permasalahan yang dikaji peneliti.

Kegiatan ini memunculkan dan menunjukkan kumpulan data atau informasi yang
terorganisasi dan terkategori yang memungkinkan suatu penarikan kesimpulan. Tahap

penyajian data dalam penelitian ini meliputi: menyajikan data hasil wawancara dalam bentuk

deskriptif; membandingkan sistem perhitungan luas tanah yang digunakan oleh masyarakat

Kampung Naga dengan sistem perhitungan luas tanah berdasarkan konsep matematika. Dari

hasil penyajian data tersebut, kemudian disimpulkan yang berupa data temuan sehingga

mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Verifikasi adalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga

mampu menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian. Kesimpulan atau verifikasi

dilakukan peneliti dengan maksud untuk mencari makna, penjelasan yang dilakukan terhadap

data yang dikumpulkan denganmencari hal-hal yang penting. Agar memperoleh kesimpulan

yang tepat, maka kesimpulan tersebut diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Teknik tersebut pada dasarnya saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lainnya.

Kegiatan reduksi data sebagai langkah pertama dimulai dengan pengumpulan data (data

collection) melalui wawancara. Setelah reduksi data selesai, maka langkah kedua adalah

menampilkannya dalam bentuk bagan, grafik dan lain sebagainya. Kemudian, langkah

terakhir adalah melakukan penarikan kesimpulan yang didasarkan pada penyajian data dan

reduksi data. Artinya, kesimpulan yang ditarik harus tetap berpatokan pada langkah pertama

dan kedua serta pengumpulan data awal.

Anda mungkin juga menyukai