Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BAHASA INGGRIS

“HIV DAN AIDS”

DOSEN PEMBIMBING:
Nurmayanti,S.Pd,MA

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
 Difa Diana Lestari
 Nova Klavia
 Putri

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini dalah untuk memenuhi tugas dari ibu
Nurmayanti,S.Pd,MA pada mata kuliah bahasa inggris . Selain itu, tugas ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Nurmayanti,S.Pd,MA, selaku dosen
bahasa inggris yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran saya nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Kendari,06 agustus 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
a. Latar belakang.........................................................................................................
b. Rumusan masalah....................................................................................................
c. Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
a. Definisi hiv dan aids................................................................................................
b. Apa etiologi hiv dan aids.........................................................................................
c. Bagaimana patofisiologi hiv dan aids......................................................................
d. Apa saja tanda dan gejala hiv dan aids....................................................................
e. Bagaimana cara mencegah hiv dan aids..................................................................
f. Bagaimana pengobatan hiv dan aids
g. Bagaimana asuhan keperawatan hiv dan aids..........................................................
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................
a. Kesimpulan..............................................................................................................
b. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV adalah penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia. Menurut data dari
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan bahwa 940.000 orang
meninggal karena HIV. Ada sekitar 36,9 juta orang yang hidup dengan HIV pada akhir
tahun 2017 dengan 1,8 juta orang menjadi terinfeksi baru pada tahun 2017 secara global.
Lebih dari 30% dari semua infeksi HIV baru secara global diperkirakan terjadi di
kalangan remaja usia 15 hingga 25 tahun. Diikuti dengan anak-anak yang terinfeksi saat
lahir tumbuh menjadi remaja yang harus berurusan dengan status HIV positif mereka.
Menggabungkan keduanya, ada 5 juta remaja yang hidup dengan HIV (WHO, 2017).
Pada tahun 2017, angka kejadian Infeksi HIV dan AIDS baru pada remaja di ASIA dan
Pasifik menunjukkan bahwa terdapat 250.000 remaja yang menderita HIV dan AIDS.
Infeksi HIV baru telah mengalami penurunan sebesar 14% sejak tahun 2010. Ada
penurunan 39% orang meninggal karena HIV & AIDS (UNAIDS, 2017).

Menurut data Direktorat Jenderal Pengendalian dan Pencegahan Penyakit


Kemenkes RI menyatakan bahwa jumlah kasusu HIV dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2017 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Kasus HIV di Indonesia pada tahun
2016 tercatat 41.250 kasus dan data terakhir hingga Desember 2017 tercatat 48.300
kasus. Sedangkan kasus AIDS di Indonesia
pada tahun 2016 tercatat 10.146 kasus dan data terakhir hingga Desember 2017 tercatat
9.280 kasus. Presentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49
tahun (69,2%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,7%), kelompok umur ≥50 tahun
(7,6%), kelompok umur 15-19 tahun sebesar 4%, dan umur <15 tahun sebesar 2,5%.
Kejadian HIV mengalami peningkatan sementara untuk kejadian AIDS mengalami
penurunan. Adanya penurunan tersebut bukan berarti HIV dan AIDS merupakan penyakit
yang tidak berbahaya lagi. Mengingat dalam kasus ini berlaku Teori Ice Berg atau sering
disebut juga Teori Gunung Es, artinya bahwa angka-angka yang tersaji dari sumber
adalah 25% dari fakta yang ada dan 75% lainnya tersembunyi karena berbagai macam
faktor (Dirjen P2P Kemenkes RI, 2017).

B. Rumusan Masalah

1. Definisi hiv dan aids


2. Apa etiologi hiv dan aids
3. Bagaimana patofisiologi hiv dan aids
4. Apa saja tanda dan gejala hiv dan aids
5. Bagaimana cara mencegah hiv dan aids
6. Bagaimana pengobatan hiv dan aids
7. Bagaimana asuhan keperawatan hiv dan aids
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Definisi hiv dan aids


2. Untuk mengetahui Apa etiologi hiv dan aids
3. Untuk mengetahui Bagaimana patofisiologi hiv dan aids
4. Untuk mengetahui Apa saja tanda dan gejala hiv dan aids
5. Untuk mengetahui Bagaimana cara mencegah hiv dan aids
6. Untuk mengetahui Bagaimana pengobatan hiv dan aids
7. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan hiv dan aids
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi hiv dan aids

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang


sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh
melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum
ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa
memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa
menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir.
Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki
kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

2. Etiologi hiv dan aids


Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang
disebut HIV dari sekelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut
Lympadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukimia
Virus (HTL-III) yang juga disebut Human T-Cell Lympanotropic Virus
(retrovirus). Retrovirus mengubah asam rebonukleatnya (RNA) menjadi
asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk kedalam sel pejamu
(Nurrarif & Hardhi, 2015).
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri
dari lima fase yaitu:
a) Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
b) Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala
flu like illness.
c) Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan
gejala tidak ada.
d) Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah,
rash, limfadenopati, lesi mulut.
e) AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis
3. patofisiologi hiv dan aids
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan.
Seiring pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel
limfosit CD 4+ akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV
dan timbulnya gejala klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun.
Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik, seperti
demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan, limfadenopati, dan
ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan periode laten yang
asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan jumlah sel limfosit
CD 4+ selama bertahun – tahun hingga terjadi manifestasi klinis AIDS
akibat defisiensi imun (berupa infeksi oportunistik). Berbagai manifestasi
klinis lain dapat timbul akibat reaksi autoimun, reaksi hipersensitivitas,
dan potensi keganasan (Kapita Selekta, 2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun)
adalah sel – sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Dengan
menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti http://repository.unimus.ac.id 14 berkurangnya fungsi
sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong (Susanto &
Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun –
tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000
sel per ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 300 per ml darah,
2 – 3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala –
gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik) (Susanto & Made
Ari, 2013).

4. Gejala-gejala hiv dan aids


a) Tahap pertama:
1. Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa
minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
2. Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
3. Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan
kelenjar getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

b) Tahap kedua:
1. Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama
bertahun-tahun.
2. Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
3. Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang
lain.
4. Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

c) Tahap ketiga
1. Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan
berlanjut menjadi AIDS.
2. Demam  terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
3. Merasa lelah setiap saat.
4. Sulit bernapas.
5. Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
6. Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
7. Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
8. Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

5. Bagaimana cara mencegah hiv dan aids


Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah
penularan HIV dan AIDS, antara lain:
a. Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik
hubungan intim vaginal maupun anal.
b. Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
c. Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV,
agar pasangan juga menjalani tes HIV.
d. Diskusi dengan dokter jika didiangnosis positif HIV saat
hamil, mengenai penanganan selanjutnya, dan perencanaan
persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.
e. Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.
f. Jika menduga baru sja terinfeksi atau tertular viris HIV,
seperti setelah melakukan hubungan intim dengan penggidap
HIV, maka harus segera ke dokter.

6. Bagaimana pengobatan hiv dan aids


Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan
HIV, tetapi ada jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus.
Jenis obat ini disebut antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan
menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan
diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Jenis obat ARV
memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz, Lamivudin,
Zidovudin, dan juga Nevirapine.
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor
jumlah virus dan sel CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap
pengobatan. Hitung sel CD4 akan dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan
pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal pengobatan, lalu dilanjutkan
tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.
Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus
segera mengonsumsi ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko
pengidap HIV untuk terserang AIDS akan semakin besar jika pengobatan
ditunda, karena virus akan semakin merusak sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV sesuai
petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus
HIV berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.
Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap
ikuti jadwal berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak,
segera bicarakan dengan dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi
resep atau dosis yang sesuai. Dokter juga dapat menggantinya sesuai
dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga boleh untuk
mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

7. asuhan keperawatan hiv dan aids


A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama , umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, nomor rekam
medis, diagnosa medis, tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas.
2. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien, terlihat lemah dan pucat,
batuk lebih dari 2 minggu, nafsu makan berkurang dan terdapat
stomatitis dimulut. Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan merasakan
demam dan diare terus menerus (Katiandagho, 2015).
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat perjalanan penyakit yang dialami pasien mulai awal timbul
gejala dirumah hingga upaya pengobatan dirumah sampai pasien
dibawa kerumah sakit dan dijelaskan keluhan pasien saat dirumah
sakit. Biasanya pasien mengeluh hipoksia, sesak nafas, jari tabuh,
limfadenopati (Jauhar & Bararah, 2013).
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada pasien HIV/AIDS dikaji riwayat pernah dirawat dirumah sakit
dengan penyakit berbeda atau sama sebelumnya. Sebelumnya 48
pasien mengeluh mengalami penurunan BB lebih dari
10%,demam,dan batuk dengan waktu yang cukup lama. (Jauhar &
Bararah, 2013). Kaji riwayat pengobatan pemberian obat ARV terdiri
atas beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase
inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease (Yulrina &
Lusiana, 2015).
5. Riwayat penyakit keluarga
Pada pasien HIV/AIDS perlu dikaji apakah keluarga mempunyai
penyakit HIV sama dengan pasien. Perlu dikaji juga penyakit TBC
yang dapat menular ke pasien dan menyebabkan pasien terkena TB.
Kaji juga riwayat penyakit hepatitis dan DM. Biasanya penyakit HIV
di tularkan dari ibu ke anaknya (Jauhar & Bararah, 2013).
6. Riwayat psikososial
Rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapat. Isolasi dan kesepian terjadi
perubahan pada interaksi keluarga atau orang tedekat. Aktivitas yang
tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan (Desmawati, 2013).
Persepsi pasien tentang kondisi yang dialami berbeda-beda beberapa
pasien HIV/AIDS memiliki pengetahuan tentang kondisinya dan
melakukan kegiatan yang menunjang peningkatan daya tahan tubuh
dengan tidur teratur makan seimbang dan konsumsi ARV rutin yang
49 dipengaruhi oleh strategi koping terhadap respon psikologis
masingmasing pasien (Nursalam & Ninuk, 2013).
7. Pola kesehatan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada pasien HIV tidak nafsu makan, terjadi perubahan
kemampuan untuk mengenali suatu makanan, disfagia, nyeri
retrosternal saat menelan, mual atau muntah, dan terjadi
penurunan berat badan yang cepat.
b. Eliminasi BAK/BAB
Pada pasien HIV terjadi diare terus menerus, sering dengan
atau tanpa rasa kram pada perut. Nyeri pada panggul saat BAK
rasa seperti terbakar. Feses encer dengan atau tanpa disertai
mucus atau darah, diare pekat, perubahan dalam jumlah, warna
dan karakteristik urine.
c. Personal hygiene
Tidak mampu menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari.

d. Aktivitas/istirahat
Pada istirahat tidur terjadi perubahan pola tidur. Mengalami
mudah lelah, kelelahan/malaise dan berkurang toleransi
terhadap aktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien HIV/AIDS menurut Desmawati (2013)
sebagai berikut :50
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan umum klien ditemukan pasien tampak lemah,
kesadaran composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan
kesadaran apatis, somnolen, stupor sampai koma. Pemeriksaan
TTV, Tekanan darah normal, nadi takikardia, frekuensi
pernafasan meningkat, dan suhu meningkat.
b. Mata
Terjadi perubahan ketajaman pada penglihatan. Konjungtiva
anemis.
c. Hidung
Terjadi pernafasan cuping hidung.
d. Telinga
Auditorius kurang bersih akibat penyebaran penyakit.
e. Mulut
Terdapat lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih dan
perubahan warna, bibir terlihat pucat/ sianosis. Kesehatan gigi
atau gusi yang buruk.
f. Leher
Tekanan vena jugularis tidak meninggi, pada kelenjar tiroid
biasanya ada pembesaran dan timbulnya nodul-nodul, pelebaran
kelenjar limfe.51
g. Thorak :Paru-paru
Pergerakan dada simetris, nafas pendek dan progresif, takipneu,
dan perubahan bunyi nafas adventisius.
h. Abdomen Terjadi distensi abdomen, peristaltic usus meningkat
>25x/menit akibat virus yang menyerang usus. Nyeri tekan pada
abdomen.
i. Ekstremitas
Terjadi kelemahan pada otot, menurunnya massa otot dan tremor,
kebas, kesemutan pada ekstermitas dan terdapat pembengkakan
pada sendi.
j. Integritas kulit
Warna kulit terlihat pucat dan terdapat bintik-bintik yang gatal.
Turgor kulit menurun, akral teraba hangat jika teraba dingin
waspada terjadi syok. CRT (Capilary Refil Time) > 2
detik.Perubahan integritas kulit (ruam, perubahan warna, mudah
terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya).
k. Genetalia
Adanya lesi atau abses rektal, perianal. Terdapat juga herpes, kutil
kelamin dan pada anus terjadi peradangan gatal dan terdapat
bercak atau bintik
B. Diagnosis
Keperawatan Diagnosis yang muncul pada pasien HIV/AIDS menurut T.
Heather & Shigemi dalam NANDA (North Nursing Diagnosis Association
NIC-NOC, 2018) antara lain yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d pneumocystis carinii pneumonia
(PCP) peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk
batuk menyertai kelemahan serta keadaan mudah lelah.
2. Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan makan.
4. Resiko infeksi b.d imunodefisiensi.
5. Defisiensi pengetahuan b.d Kurang sumber pengetahuan, kurang informasi

C. Intervensi
a. Manajemen nutrisi
1) Identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
2) Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
3) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
gizi
b. Pengajaran:
Peresepan diet
1) Kaji pola makan pasien saat ini dan sebelumnya, termasuk makanan yang
disukai dan pola makan saat ini
2) Instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang dipantang dan
mengkonsumsi makanan yang diperbolehkan
3) Jelaskan pada pasien mengenai tujuan kepatuhan terhadap diet yang disarankan
terkait dengan kesehatan secara umum
4) Bantu pasien untuk memilih makanan kesukaan yang sesuai dengan diet yang
disarankan
5) Libatkan pasien dan keluarga

D. Implementasi
Implementasi merupakan pengolahan dan perwujudan dari suatu rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap intervensi/ perencanaan. Focus pada
intervensi keperawatan antara lain mempertahankan daya tahan tubuh,
menetapkan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan dokter (Sri
Wahyuni, 2016). Dari 3 jurnal yang telah dipilih didapatkan implementasi yang
diberikan pada pasien HIV/AIDS untuk mengatasi masalah defisiensi
pengetahuan tentang pemenuhan nutrisi adalah dengan edukasi dan dijelaskan.

E . Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan yang digunakan untuk mengetahui atau
mengevaluasi sejauh mana keberhasilan perawatan yang sudah dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap Asuhan Keperawatan yang sudah diberikan
oleh perawat (Zaidin Ali, 2009). Teknik penulisan SOAP
 S (Subjektif) : informasi atau respon berupa ungkapan yang didapatkan
dari klien setelah mendapatkan tindakan.
 O (Objektif) : Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan perawat setelah tindakan.
 A (Analisis) : Membandingkan antara informasi subjektif & objektif
dengan tujuan & kriteria hasil yang kemudian dapat ditarik kesimpulan
bahwa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah tidak
teratasi.
 P (Planning) : Rencana keperawatan lanjutan yang akan diberikan
berdsarkan hasil analisa.

Anda mungkin juga menyukai