Abstrak
Pakan merupakan salah satu persoalan dalam industri perunggasan yang
harus diperhatikan, karena pak an merupakan faktor terpenting, dimana pakan di
Indonesia (jagung) masih impor, sehingga perlu mencari bahan pakan alternatif
yang memiliki kandungan gizi yang bisa dimanfaatkan, harga relatif mudah, tidak
beracun dan tidak mengganggu kesehatan ternak mengkonsumsinya. Salah satu
bahan pakan yang dapat digunakan adalah limbah dari Ubi Kayu. Luas panen
tanaman Ubi kayu di Indonesia yaitu 943.386 ha dengan produksi mencapai
23.712.611 ton (badan pusat statistik 2020). Dengan banyaknya jumlah produksi
Ubi Kayu dapat menghasilkan limbah berupa Kulit Umbi dan Ubi Kayu yang
memiliki potensi untuk di jadikan pakan ternak.
kata kunci : Pakan, Kulit Umbi dan Ubi Kayu
1. Pendahuluan
Kulit Umbi Ubi Kayu (KUUK) merupakan limbah dari Ubi Kayu yang
berpotensi sebagai bahan pakan. Perkiraan potensi KUUK yang dihasilkan kurang
lebih 16% dari produksi ubi Kayu (darmawan, 2006). Banyak hasil penelitian
yang menyatakan bahwa Kulit Umbi dan Daun Ubi Kayu cukup baik di jadikan
untuk pakan ternak. Habibi (2008), menyatakan bahwa KUUK mengandung
protein kasar 5,37% dan serat kasar 23,77%. Banyak penelitian yang menyatakan
bahwa penggunaan KUUK hanya dapat dipakai sampai level 10% dalam ransum
broiler.
Daun Ubi Kayu (DUK) merupakan limbah dari produksi Ubi Kayu.
Kandungan nutrisi dari DUK yaitu protein kasar 23,42% dan serat kasar 15.80%
(Tenti, 2006). Penggunaaan DUK hanya dapat dipakai sampai level 15% dalam
ransum broiler.
Limbah dari KUUK dan DUK ini selain kandungan gizinya hamper sama
dengan jagung, khususnya energi metabolism KUUK dan DUK dapat
mengantikan jagung, sehingga kita bisa memanfaatkan limbah tersebut.
Tujuan penulis adalah untuk mengurangi pakan impor dan dapat
memanfaatkan limbah Kulit Umbi dan Daun Ubi kayu untuk pakan ungags.
Manfaatnya adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa
pembeian KUUK dan DUK dapat digunakan dalam ransum untuk mengantikan
jagung.
Dalam artikel ini penulis menggunakan metode kualitatif, karena dapat dilihat
dari berbagai persoalan dalam industri perunggasan yang harus di perhatikan,
sehingga perlu di tindak lanjuti agar industri perunggasan bisa lebih maju lagi.
3. Pembahasan
3.1 Potensi Kulit Umbi Ubi Kayu sebagai pakan ternak ungags
Saat ini pemanfaatan kulit umbi ubi kayu sebagai pakan ternak belum optimal
karena mengandung sianida yang tinggi (Gushairianto, 2006). Kulit umbi ubi
kayu termasuk salah satu bahan pakan yang mempunyai energi (Total Digestible
Nutrient =TDN) tinggi dan masih mengandung bahan-bahan organic seperti
karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan organic ini dapat digunakan
sebagai bahan dasar protensial untuk proses biokonversi oleh mikroba antara lain
dengan memanfaatkan kulit umbi ubi kayu sebagai substrat pertumbuhan mikroba
untuk memproduksi sel tunggal melalui fermentasi (Rukmana, 1997).
Kandungan zat-zat makanan kulit umbi ubi kayu adalah sebagai berikut Air
7,9-10,32%, Pati 44-59%, Protein 1,5-3,7%, Lemak 0,8-2,1%, Abu 0,2-2,3%,
Serat kasar 17,5-27,4%, Ca 0,42-0,77%.
3.2 Potensi daun ubi kayu sebagai pakan ternak ungags
Daun ubi kayu merupakan hijauan yang potensial untuk ternak. Daun ubi kayu
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena memiliki kandungan nutrisi yang
tinggi. Daun ubi kayu selain mudah didapatkan juga harganya relativ murah.
Biaya produksi daun ubi kayu tergolong murah dan daun ubi kayu yang
diproduksi tidak termanfaatkan serta tidak berkompetisi dangan umbinya yang
merupakan produk komersial utama dari tanaman ubi kayu (Wanapat, 2000).
Tanaman ubi kayu dapat menghasilkan daun ubi kayu 7-15 ton per hektar
setiap panennya (Sudaryanto dkk, 1982). Dari luas tanaman ubi kayu dan
produksi daun ubi kayu per hektar diatas, maka ketersediaan daun ubi kayu segar
sangatlah melimpah. Daun ubi kayu yang digunakan sebagai bahan pakan hingga
5% dalam ransum ayam broiler yang sedang tumbuh tanpa mengurangi bobot
badan (Darma et al., 1994).
Ayam broiler adalah ayam jantan dan ayam betina yang dipanen biasanya
pada umur 4-5 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kastasudjana dan
Suprijatna, 2006). Sedangkan menurut Rusdi Rusdi (2000) broiler merupakan
istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang berkarakteristik
ekonomis, dennga ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, irit dan
konversi pakan. Pada umumnya ayam broiler ini siap dipanen pada umur 28-45
hari dengan bobot badan 1,2-1,9 kg/ekor (Prayatno, 2000). Dalam ransum ayam
broiler sampai umur 4 minggu, makanan harus mengandung protein kasar 21-
24%, lemak kasar 2,5%, serat kasar 4%, Ca 1%, P 0,7-0,9%, dan energi
metabolism 2900-3500 kkal/kg (Cahyono, 2004). Menurut Ichwan (2005) dalam
ransum broiler harus mengandung protein kasar 21-23%, lemak kasar 2,5-8%,
serat kasar 3-5%, Ca 0,9-1,1%, P 0,7-0,9%, dan energi metabolism 2800-3500
kkal/kg.
4. Kesimpulan
UCAPAN TERIMAKASIH
Dalam penulisan karya ilmiah ini, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada:
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kesehatan
kepada saya untuk dapat menulis karya ilmiah ini.
Ibu Meksi Rahma Nesti, M. Hum. Selaku Dosen mata kuliah umum
Bahasa Indonesia. Terima kasih ibu.
Teman-teman kelas Bahasa Indonesia 98 yang telah membantu saya dalam
proses penyusunan artikel ilmiah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam. 2020. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian. Kementerian Pertanian 2020.
Darmawan. 2006. Pengaruh kulit umbi kitela pohon fermentasi terhadap tampilan
kambing kacang jantan. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 9 (2): 115-
122.
Habibi, F. 2008. Pengaruh pemberian kulit umbi kayu (Manihot utillisma, Pohl)
yang difermentasi dengan kapang Penicillum sp dalam ransum terhadap
performa broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas.
Padang.
Gushairiyanto. 2006. Pengaruh kandungan sianida kulit umbi kitela pohon melalui
perendaman. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan, 9 (2): 106-114.
Rukamana, R. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
Wanapat, M. 2000. Role of cassava hay as animal feed in the tropic. In: proc.
International workshop on current reseach and development in use of
cassava as animal feed. Jully 23024, 2001, Khon Kaen University,
Thailand. Pp. 13-19.
Sudaryanto, B., I. N. Rangkuti dan A. Prabowo. 1982. Penggunaan tepung daun
singkong dalam ransum babi. Ilmu Peternakan, BPT Ciawi. Bogor.
Darma, J., T,. Purwadari, T. Haryanti, A. P. Sinurat dann R Dharsana. 1994.
Upgrading the Nutritional Value of Cassava Leaves Though Fungal
Biotechnology. Research Institutefor Animal Production Report For
FAO/ANBAPH. Ciawi. Bogor.
Kastasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Rasidi, 2000. 302 Formulasi Pakan Alternatif Untuk Unggas. Cetakan Ke-3
Penerbit Swadaya, Jakarta.
Priyatno, M. A. 2000. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Cetakan ke-3.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Cahyono, B. 2004. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ichwan, M. 2005. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. PT Agromedia Pustaka.
Jakarta.