Anda di halaman 1dari 8

Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.

I (2017) 49-56 | 49

HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN KLASIFIKASI


LABIOSCHISIS DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
Artathi Eka Suryandari
Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto
artathi.ylpp@gmail.com

Abstrak
Labio palatoshcisis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan berupa celah pada bibir atas,
gusi, rahang dan langit-langit. Kelainan bawaan ini menduduki peringkat ke tiga terbanyak berdasarkan
survei yang dilakukan di 13 rumah sakit besar di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
hubungan antara umur ibu dengan klasifikasi labioschisis. Penelitian ini menggunakan rancangan cross
sectional retrospectif, data diambil dari rekam medis selama periode 1 Januari 2010 sampai dengan 31
Desember 2016. Jumlah sampel 42 responden, data dianalisis menggunakan uji X2 dengan tingkat
kemaknaan ρvalue 0,005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami
labioschisis yaitu 57%, sedangkan 43% responden mengalami labiopalatoschisis dan
labiognatopalatoschisis. Sebagian besar umur ibu dengan anak mengalami labioschisis adalah 20-35tahun
yaitu 67%. Tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan klasifikasi labioschisis (ρvalue 0,186).
Kata Kunci : labioschisis, umur ibu
Abstract
Labio palatoshcisis cleft lip or palate is a congenital defect such as a crack in the upper lip, gums,
jaw and palate. Congenital abnormalities is ranked third highest based on a survey conducted in 13 major
hospitals in Indonesia. The purpose of this study was to analyze the relationship between maternal age
with labioschisis classification. This study used cross sectional retrospective design, data extracted from
medical records during the period January , 2010 to December, 2016. Total sample of 42 respondents, the
data were analyzed using chi squaretest with significance level ρ value of 0.005. The results showed that
most respondents had labioschisis at 57%, while 43% of respondents experienced labiopalatoschisis and
labiognatopalatoschisis. The lives of most mothers with children experiencing labioschisis is 20-35 years
old ie 67%. There was no relationship between the mother's age with classification labioschisis (ρ value
0.186).
Keywords : labioschisis, mother’s age
Kelainan kongenital atau bawaan adalah
I. PENDAHULUAN kelainan yang sudah ada sejak lahir yang
Ibu dan anak terutama bayi baru lahir dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun
merupakan kelompok masyarakat yang non genetik. Ilmu yang mempelajari kelainan
rentan dan perlu mendapat perhatian serius bawaan disebut dismorfologi (Effendi, 2006
dari pemerintah dan masyarakat, karena dalam Neonatologi IDAI 2008). Kelainan
masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) bawaan seringkali bersifat multipel, sehingga
dan Angka Kematian Bayi (AKB) di apabila menemukan suatu cacat, perlu
Indonesia. Berdasarkan Survei Demografi mencurigai kemungkinan adanya cacat yang
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKB di lain. Kelainan bawaan dapat terlihat pada
Indonesia sebesar 32/1.000 kelahiran hidup waktu lahir atau beberapa waktu setelah lahir,
dan kematian neonatal 19/1.000 kelahiran tetapi dengan kemajuan teknologi kedokteran
hidup (Kemenkes RI, 2010). Adapun data kelainan bawaan dapat pula dideteksi selama
laporan Riset Kesehatan Dasar 2007 masa kehamilan.
menunjukkan, 1,4 persen bayi baru lahir
Kementerian Kesehatan RI bekerja sama
meninggal pada usia 0-6 hari pertama
dengan 13 RS melaksanakan surveilans
kelahiran dan 18,1 persen bayi baru lahir usia
sentinel. Surveilans kelainan bawaan berbasis
7-28 hari, meninggal karena kelainan bawaan.
RS ini dilakukan sejak September 2014 di 13
Rumah Sakit pemerintah maupun swasta,
50 | Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 49-56

yaitu: RSUP H. Adam Malik (Medan), RS lingkungan, seperti umur ibu, obat-obatan,
Budi Kemuliaan (Jakarta), RS Bunda penyakit infeksi yang dialami ibu saat hamil,
(Jakarta), RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo serta ibu hamil yang mengkonsumsi
(Jakarta), RSAB Harapan Kita (Jakarta). minuman beralkohol atau merokok. Risiko
RSU Dr. Karyadi (Semarang), RSUP Dr. M. terkena kasus ini akan semakin tinggi pada
Djamil (Padang), RSUP Sanglah (Denpasar), anak yang memiliki saudara kandung atau
RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), RSUD Dr. orangtua yang juga menderita kelainan ini.
Soetomo (Jawa Timur), RSUP Dr. Wahidin Bayi yang terlahir dengan bibir sumbing
Sudiro Husodo (Makassar), RS Hermina harus ditangani oleh dokter ahli dari berbagai
(Jakarta), dan RSUP Dr. Hasan Sadikin disiplin ilmu karena harus
(Bandung). (Kemenkes RI, 2016) mempertimbangkan masalah pendengaran,
Surveilens dilaksanakan dengan memilih bicara, gigi geligi, dan psikososial. Secara
kasus yang mudah dikenali saat lahir, dapat umum,operasi bibir sumbing dilakukan pada
didiagnosa secara visual dan mudah dikenali bayi usia 2- 4bulan. (Anggarani, 2013)
tanpa bantuan alat penunjang, yaitu: 1) Hasil dari surveilans kelainan bawaan
Kelainan Sistem Syaraf (Spina Bifida, berbasis RS pada periode awal September
Anenchepaly, Meningo/Encephalocele, dan 2014 sampai dengan akhir Agustus 2015
Hydrocepalus); 2) Kelainan Mata (katarak menunjukkan 231 bayi yang mengalami
kongenital); 3) Kelainan Bibir dan langit- kelainan bawaan sebagian besar lahir dengan
langit (celah langit-langit saja, celah bibir 1 jenis kelainan bawaan (87%), dan
saja, dan celah bibir dan langit-langit); 4) ditemukan pula bayi lahir dengan > 1 jenis
Kelainan genitalia dan saluran kemih kelainan bawaan (13%). Sebagian
(Hypospadia dan Epispadia); 5) Kelainan besar kasus kelainan bawaan di 13 RS
Sistem Muskulo-skeletal (Talipes dilaporkan terjadi pada bayi dengan berat
equinovarus, dan Reduksi extremitas), 6) lahir < 2500 gram: bayi berat lahir < 1500
Kelainan Saluran Gastrointestinal (Atresia gram (19.5%) dan bayi berat lahir antara
ani dengat atau tanpa fistula), serta 7) 1500-2499 gram (37.7%). Kelainan bawaan
Kelainan lain seperti Omphalocele, yang paling banyak ditemukan adalah dari
Gartroschizis, dan kembar siam. (Kemenkes kelompok sistem muskulo skeletal (talipes),
RI, 2016) sistem saraf (anenchepali, spina bifida dan
Kelainan bibir dan langit-langit atau biasa meningochele), celah bibir dan langit-langit
disebut dengan bibir sumbing atau dan omphalocele. (Kemenkes RI, 2016).
labioschisis adalah kelainan bawaan adanya Data yang peneliti peroleh dari Rumah Sakit
celah di antara kedua sisi kanan dan kiri Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
bibir. Kelainan ini terjadi saat pembentukan terdapat 74 kasus pasien dengan bibir
janin, kadang kala meluas mencapai langit- sumbing selama periode Januari 2010 –
langit bahkan merusak estetika cuping Desember 2016.
hidung yang disebut dengan Kelainan bawaan yang terjadi sebenarnya
labiopalatoschisis atau labiognatoschisis. dapat dicegah, misalnya melalui vaksinasi
Bayi dengan bibir sumbing akan mengalami dan konsumsi zat-zat tertentu, seperti asam
kesulitan dalam koordinasi, pengolahan folat dan iodium, menghindari konsumsi obat
nafas, dan kesulitan menghisap saat yang tidak direkomendasikan oleh dokter,
menyusu. Akibatnya anak akan bingung saat alkohol atau zat berbahaya seperti pengawet
sedang makan atau minum. Bahkan kadang dan pewarna buatan, hindari terpapar dari
terlihat seperti berhenti bernafas, malas bahan berbahaya dan beracun seperti timbal,
makan, padahalanak tersebuttakut menelan merkuri, dan pestisida, beraktivitas
karena ia tahu pasti akan tersedak. fisik/olahraga teratur dan menghindari asap
Penyebab pasti dari labioschisis memang rokok selama kehamilan.
belum diketahui secara pasti. namun faktor
penyebab yang diperkirakan adalah
kombinasi antara faktor genetik dan faktor
Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 49-56 | 51

II. LANDASAN TEORI keduanya dapat dijelaskan dengan hipotesis


A. Definisi
multifaktor. Teori multifaktor yang
Bibir sumbing merupakan kelainan diturunkan menyatakan bahwa gen-gen yang
kongenital yang seringkali menyebabkan berisiko berinteraksi satu dengan lainnya dan
menurunnya fungsi bicara, pengunyahan, dan dengan lingkungan menyebabkan cacat pada
penelanan sangat berat sampai dengan perkembangan janin.
penurunan fungsi pendengaran. Sumbing bibir dan palatum merupakan
Labio palatoshcizis merupakan suatu kegagalan bersatunya jaringan selama
kelainan yang dapat terjadi pada daerah perkembangan. Gangguan pola normal
mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio pertumbuhan muka dalam bentuk defisiensi
shcizis (sumbing pada bibir) yang terjadi prosesus muka merupakan penyebab
akibat gagalnya perkembangan embrio kesalahan perkembangan bibir dan palatum.
(Hidayat, 2005). Sebagian besar ahli embriologi percaya
bahwa defisiensi jaringan terjadi pada semua
B. Klasifikasi deformitas sumbing sehingga struktur
1. Celah bibir (Labioschisis) anatomi normal tidak terbentuk.
a. Celah bibir satu sisi
1) Celah bibir satu sisi tidak Periode perkembangan struktur anatomi
lengkap. Terjadi pada satu sisi bersifat spesifik sehingga bibir sumbing
dan terlihat sebagai suatu celah dapat terjadi terpisah dari sumbing palatum,
kecil pada bibir meskipun keduanya dapat terjadi bersama-
2) Celah bibir satu sisi lengkap sama dan bervariasi dalam derajat
b. Celah bibir dua sisi keparahannya tergantung pada luas sumbing
1) Celah bibir dua sisi tidak yang dapat bervariasi mulai dari lingir
lengkap. Hanya terkena bibir alveolar (alveolus ridge) sampai ke bagian
saja akhir dari palatum lunak. Variasi dapat pula
2) Celah bibir dua sisi lengkap dimulai dari takik ringan pada sudut
2. Celah langit-langit (palatochisis) mulut/bifid uvula sampai deformitas berat
a. Celah langit-langit tidak lengkap berupa sumbing bibir yang meluas ke tulang
Bagian langit-langit lunak alveolar dan seluruh palatum secara bilateral.
b. Celah langit-langit lengkap Variasi yang terjadi merupakan refleksi
Terjadi di daerah palatum sampai dari deviasi rangkaian perkembangan
dengan foramen insicivus palatum yang dimulai dari minggu ke-8 pada
3. Celah bibir dan celah langit-langit regio pre maksila dan berakhir pada minggu
(Labio-palatoschisis) ke-12 pada uvula di palatum lunak. Jadi, jika
a. Unilateral: cacat celah bibir dan faktor penyebab bekerja pada minggu ke-8,
celah langit-langit yang hanya di sumbing akan terjadi lebih ke posterior dan
satu sisi kiri atau kanan pasien juga anterior termasuk alveolus, palatum
saja. keras dan palatum lunak, serta uvula,
b. Bilateral: cacat celah bibir dan membentuk cacat yang serius. Sebaliknya
langit-langit yang ada di dua sisi jika penyebab bekerja dekat akhir periode
kiri dan kanan pasien. perkembangan (minggu ke-11), sumbing
c. Campuran: Labiogenatoschisis, yang terlihat hanya pada palatum lunak
terjadi di daerah bibir, langit-langit bagian posterior, menyebabkan bibir
dan hidung terbelah. sumbing sebagian atau hanya pada uvula
C. Etiologi dan Patogenesis sebagai cacat ringan yang tidak perlu terapi.
Biasanya, bibir sumbing dan palatum
disertai kelainan bawaan lain, misal Sumbing yang hanya mengenai bibir
hidrosefalus, sindaktilia, atau polidaktilia. dinamakan cheiloschisis. Sumbing bibir
Penyebab bibir sumbing dan palatum umumnya terjadi pada minggu ke 6-7 intra
tidak diketahui dengan pasti. Sebagian besar uterin, sesuai dengan waktu perkembangan
kasus bibir sumbing/ sumbing palatum atau bibir normal dengan terjadinya kegagalan
penetrasi dari sel mesodermal pada groove
52 | Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 49-56

epitel di antara prosesus nasalis medialis dan menerima tindakan operasi, asupan gizi yang
lateralis. Lebih sering pada bayi laki-laki dan cukup dilihat dari keseimbangan berat badan
lebih sering bagian kiri daripada kanan. yang dicapai dan usia yang memadai.
Sumbing pada bibir bawah selalu di bagian Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten
tengah akibat gagalnya perpaduan kedua meliputi:
prosesus mandibularis. Pada sindrom Pierre a. berat badan lebih dari 10 pounds atau
Robin yang menyerang wanita, ditemukan sekitar 4-5 kg
sumbing palatum lunak tanpa sumbing bibir b. Hb lebih dari 10 gr %
dan disertai mikrognasia dan mikroglobia. c. Usia lebih dari 10 minggu
Jika bayi belum syarat tersebut sebaiknya
Penyebab lain dari labioschisis adalah
pemberian minum harus dengan dot khusus
faktor lingkungan dimana salah satunya
yaitu lubang tidak terlalu besar yang
adalah faktor usia ibu, dengan bertambahnya
membuat bayi tersedak atau terlalu kecil
usia ibu waktu hamil daya pembentukan
sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak
embrio pun akan menurun, sehingga
cukup. Atau dilakukan bantuan sendok
bertambah pula risiko dari
secara perlahan dalam posisi setengah duduk
ketidaksempurnaan pembelahan meiosis
atau tegak. Celah pada bibir harus direkatkan
yang akan menyebabkan bayi dengan
dengan menggunakan plester khusus non
kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan
alergenik untuk menjaga gusi tidak menonjol
kira-kira 400.000 gamet dan tidak
kearah depan (protrusio pre maksila) akibat
memproduksi gamet-gamet baru selama
dorongan lidah pada prolabium. Jika hal ini
hidupnya. Jika seorang wanita umur 35
terjadi tindakan koreksi pada saat operasi
tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35
akan menjadi sulit dan kurang sempurna.
tahun. Risiko mengandung anak dengan
Plester non alergenik tadi harus tetap
cacat bawaan tidak bertambah besar sesuai
direkatkan sampai waktu operasi tiba.
dengan bertambahnya usia ibu.
D. Terapi 2. Tahapan Operasi
Umumnya, bibir sumbing diperbaiki a. Usia optimal adalah usia 3 bulan,
sedini mungkin selama masa bayi, sebelum mengingat pengucapan bahasa bibir
memasuki fase anak dan berat badan minimal dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga
5 kg dengan kadar Hb 10mg/dL. Seringkali jika koreksi pada bibir lebih dari usia
cheiloplasty dibutuhkan kemudian. tersebut maka pengucapan huruf bibir
Penutupan sumbing palatum lunak dengan sudah terlanjur salah sehingga kalau
sliding flap pharyngeal, dianjurkan pada usia dilakukan operasi pengucapan huruf
1th untuk membantu mendorong bibir tetap menjadi kurang sempurna
perkembangan bicara yang normal. Obturator b. Operasi untuk langit-langit
palatal seringkali dibuat untuk bayi dengan (palatoplasty) optimal pada usia 18 -
sumbing palatum yang mengalami kesukaran 20 bulan mengingat anak aktif bicara
menyusu atau mengalami gangguan usia 2 tahun dan sebelum anak masuk
masuknya makanan/cairan melalui rongga sekolah. Operasi yang dilakukan
hidung. Evaluasi bicara dan pendengaran sesudah usia 2 tahun harus diikuti
yang dini sangat dianjurkan dan alat bantu dengan tindakan speech teraphy
pendengaran sering digunakan untuk karena jika tidak, setelah operasi
mencegah timbulnya masalah belajar pada suara sengau pada saat bicara tetap
anak dengan sumbing palatum yang terjadi karena anak sudah terbiasa
seringkali juga mendapat serangan otitis melafalkan suara yang salah, sudah
media. ada mekanisme kompensasi
Ada 3 tahap penanganan bibir sumbing memposisikan lidah pada posisi yang
yaitu tahap sebelum operasi, tahap sewaktu salah
operasi dan tahap setelah operasi, yaitu: c. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis)
1. Tahap sebelum operasi kelainannya menjadi
Pada tahap sebelum operasi yang labiognatopalatoschizis, koreksi
dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8-
Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 49-56 | 53

9 tahun bekerja sama dengan dokter IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


gigi ahli ortodonsi
Penelitian ini dilakukan pada bulan
3. Tahap setelah operasi
Januari 2017 dengan jumlah responden 42
Penatalaksanaanya tergantung dari tiap-
kasus. Data diambil dari rekam medis
tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya
periode Januari 2010 sampai dengan 31
dokter bedah yang menangani akan
Desember 2016 dari total populasi 74 kasus.
memberikan instruksi pada orang tua pasien
misalnya setelah operasi bibir sumbing luka 1. Distribusi labioschisis
bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap
menggunakan sendok atau dot khusus untuk 18 labioschisis
24
memberikan minum bayi. 43% 57%
Banyaknya penderita bibir sumbing yang
labiopalatoschisis dan
datang ketika usia sudah melebihi batas usia labiognatopalatoschisis
optimal untuk operasi membuat operasi
hanya untuk keperluan kosmetika saja
sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, Diagram 1. Distribusi Labioschisis
fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau Sumber: Rekam Medis RSUD Prof Dr. Margono
dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak Soekarjo, 2017
sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak Berdasarkan data di atas dapat diketahui
banyak bermanfaat. bahwa sebagian besar responden mengalami
labioschisis yaitu 57%.
III.METODE PENELITIAN
2. Distribusi labioschisis berdasarkan umur
Penelitian ini menggunakan rancangan
ibu
cross sectional retrospectif, dilakukan selama
periode 1 Januari 2010 sampai dengan 31 14
Desember 2016 di Rumah Sakit Prof. Dr. 33% 28
20-35tahun
Margono Soekarjo Purwokerto. Data diambil 67%
dari rekam medis pasien rawat inap Bagian <20th dan >35th
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Margono
Soekarjo Purwokerto. Populasi sejumlah 74
kasus. Subjek penelitian yang memenuhi Diagram 2. Distribusi Labioschisis
kriteria inklusi dan diambil dengan Berdasarkan Umur Ibu
Sumber: Rekam Medis RSUD Prof. Dr. Margono
menggunakan rumus Slovin yaitu ( , )
. Soekarjo (2017)
Sehingga didapatkan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 42 responden. Diagnosis Berdasarkan data di atas dapat diketahui
kelainan bawaan berdasarkan hasil anamnesa, bahwa mayoritas umur ibu dengan anak
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan mengalami labioschisis adalah 20-35tahun
penunjang. Kriteria inklusi adalah bayi dan yaitu 67%. Hal ini bertentangan dengan teori
anak dengan kelainan bawaan labioschisis dimana umur ibu yang kurang dari 20 tahun
yang dirawat di Rumah Sakit Prof. Dr. atau lebih dari 35 tahun lebih berisiko
Margono Soekarjo Purwokerto. Kriteria mengalami labioschisis. Banyak faktor risiko
eksklusi adalah pasien dengan data yang yang menyebabkan terjadinya labioschisis
tidak lengkap. yaitu faktor genetik dan faktor lingkunga
Data yang dicatat meliputi klasifikasi selain umur antara lain obat-obatan, infeksi
selama kehamilan nutrisi, stress yang
labioschisis, umur ibu, dan jenis kelamin
bayi. Variabel yang berhubungan dengan dialami ibu dan trauma. Berdasarkan data
yang peneliti dapatkan 2 responden dimana
kejadian kelainan bawaan dianalisis
menggunakan uji X2 dengan tingkat ibu mengalami infeksi CMV dan TB selama
masa kehamilan. Selain itu juga terdapat 6
kemaknaan ρvalue 0,005. Data diolah dengan
program SPSS for window 17.0 ibu hamil lainnya mengalami keracunan
kehamilan (PER dan PEB).
54 | Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 49-56

3. Distribusi labioschisis berdasarkan jenis 4. Distribusi usia operasi pada penderita


kelamin labioschisis
3 bulan
22 20 Laki-Laki 11 7 4 bulan
52% 48% Perempuan 11 8 5 bulan
21
3 22 4 6 bulan
7 bulan
8 bulan
9 bulan
Diagram 3. Distribusi Labioschisis 11 bulan
Berdasarkan Jenis Kelamin 12 bulan
Sumber: Rekam Medis RSUD Prof. Dr. Margono Diagram 4. Distribusi Usia Operasi pada
Soekarjo (2017) Penderita Labioschisis
Berdasarkan data di atas sebagian besar Sumber: Rekam Medis RSUD Prof. Dr. Margono
responden yang mengalami labioschisis Soekarjo (2017)
berjenis kelamin perempuan yaitu 52%
Berdasarkan data di atas dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden yaitu 11
responden belum menjalani operasi. Hal ini
disebabkan karena responden pindah alamat
atau menjalani operasi di rumah sakit lainnya
atau mengikuti program operasi bibir
sumbing gratis yang diadakan oleh instansi-
instansi tertentu.
5. Hubungan umur ibu dengan klasifikasi labioschisis
Tabel 1. Hasil Uji Statistik
Klasifikasi labiopschisis
labiopalatoschisis dan Total ρ value
Labioschisis
labiognatopalatoschisis
20-35 tahun Count 18 10 28
Expected Count 16.0 12.0 28.0
% within
64.3% 35.7% 100.0%
Umur Ibu
Umur Ibu
<20 tahun Count 6 8 14
atau Expected Count 8.0 6.0 14.0
0,186
> 35 % within Umur
tahun 42.9% 57.1% 100.0%
Ibu
Total Count 24 18 42
Expected
24.0 18.0 42.0
Count
% of Total 57.1% 42.9% 100.0%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan teori dengan bertambahnya usia ibu waktu
bahwa ρvalue 0,186 berarti tidak terdapat hamil daya pembentukan embrio pun akan
hubungan antara umur ibu dengan klasifikasi menurun sehingga bertambah pula resiko dari
labioschisis. Namun berdasarkan data yang ketidaksempurnaan pembelahan meiosis
peneliti dapatkan pada responden dengan yang akan menyebabkan bayi dengan
umur ibu < 20 tahun > 35 tahun cenderung kehamilan trisomi.Wanita dilahirkan dengan
mengalami labiopalatoschisis dan kira-kira 400.000 gamet dan tidak
labiognatopalatoschisis, artinya semakin memproduksi gamet-gamet baru selama
muda atau semakin tua usia ibu hamil akan hidupnya.Jika seorang wanita umur 35 tahun
lebih berisiko melahirkan bayi dengan maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun
labiopalatoschisis dan yang berarti semakin tua pula sel-sel telurnya
labiognatopalatoschisis. Hal ini diperkuat yang dapat mengakibatkan
Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 49-56 | 55

ketidaksempurnaan proses pembelahan sel kasus tertinggi yang ditemukan adalah kasus
sampai dengan organogenesis. sumbing bibir dan alveolus yang disertai
dengan sumbing palatum lunak dan keras
Saat usia kehamilan mencapai 6 minggu,
yaitu 65,5% dari 142 responden. Hal ini
bibir atas dan langit-langit rongga mulut bayi
berbeda dengan hasil penelitian dimana
dalam kandungan akan mulai terbentuk dari
mayoritas (57%) responden mengalami
jaringan yang berada di kedua sisi dari lidah
labioschisis saja yaitu pasien mengalami
dan bersatu di tengah-tengah. Apabila
celah pada bibir saja.
jaringan-jaringan ini gagal bersatu maka akan
terbentuk celah pada bibir atas atau langit- V. KESIMPULAN
langit rongga mulut (Anggarani, 2013).
Sebagian besar responden mengalami
Celah ini terjadi antara minggu keenam dan
labioschisis yaitu 57%.Sebagian besar umur
kesepuluh pada masa embrio. Selama
ibu dengan anak mengalami labioschisis
minggu keenam dan ketujuh, prosessus
adalah 20-35 tahun yaitu 67%. Tidak terdapat
maksilaris dari lengkung brankial pertama
hubungan antara umur ibu dengan klasifikasi
tumbuh ke depan dan bersatu dengan
labioschisis (ρvalue = 0,186). Selanjutnya
prosesus nasalis-lateralis lalu berlanjut
disarankan untuk meneliti variabel lain
bersatu dengan prosessus nasalis medialis
mengenai klasifikasi labioschisis terhadap
membentuk bibir bagian atas, dasar hidung,
jenis operasi maupun lama operasi.
dan palatum primer. Semua struktur ini
berkembang cepat, lidah membesar dan DAFTAR PUSTAKA
berdiferensiasi tumbuh vertikal mengisi Anggarani, D.R. dan Subakti, Y. 2013.
kavum stomodealis primitivum. Pada minggu Kupas Tuntas Seputar Kehamilan.
kedelapan sampai kesembilan, tulang Jakarta: PT.Agromedia Pustaka.
palatum meluas ke medial untuk berkontak Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian suatu
pada midline menghubungkan anterior ke Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.
posterior membentuk tulang palatum yang Jakarta: Rineka Cipta
memisahkan hidung dan rongga mulut. Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Perkembangan yang tidak sejalan dan Nelson. Jakarta: EGC.
kegagalan proliferasi dari mesoderm untuk Betz, L.C. dan Sowden, A.L. 2002.
membentuk jaringan ikat penghubung yang Keperawatan Pediatric: alih bahasa, Yan
melintasi garis fusi disebutkan sebagai salah Tambayong; editor edisi bahasa
satu sebab dari bermacam-macam proses Indonesia, Sari Kurnia Ningsih. Monica
embrio dalam pembentukan celah. Tidak Este, Jakarta: EGC.
terbentuknya komponen-komponen Darusalam, D dan Thaib, TM. 2013.
mesoderm menyebabkan komponen- Hubungan Kelaianan Kongenital
komponen bibir akan terpisah, sedangkan Anomali Gastrointestinal pada Neonatus
sisa jaringan epitel yang belum ditembus dan Kematian. Sari Pediatri, Vol 14, No.
oleh mesoderm dan tertinggal akan 6, April 2013.
membentuk beberapa celah pada bibir dan Dorland. 1998. Kamus saku Kedokteran
tepi alveo lus.Hal ini didukung penelitian Dorland Ed 25. Jakarta: EGC.
yang dilakukan oleh Natalia Loho periode Effendi SH, Indrasanto, E. 2008. Buku Ajar
Januari 2011 sampai dengan Oktober 2012 di Neonatologi. 1st Ed. Jakarta: Badan
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Penerbit IDAI.
mengenai prevalensi kejadian labioschisis Kemenkes RI. 2016. Inilah Hasil Surveilans
dimana kejadian labioschisis paling banyak Kelainan Bawaan. Diunduh daru URL:
disebabkan karena faktor lingkungan http://www.depkes.go.id/article/view/16
termasuk di dalamnya adalah umur ibu yaitu 030300002/inilah-hasil-surveilans-
62%. kelainan-bawaan-.html
Penelitian yang dilakukan oleh Supandi Natalia Loho, J. 2013. Prevalensi
pada periode tahun 2011-2013 di RSUP Dr. Labioschisis di RSUP. Prof. Dr. R.D.
R.D. kandou Manado menyebutkan bahwa Kandou Manado Periode Januari 2011 –
56 | Artathi Eka Suryandari / Indonesia Jurnal Kebidanan. Vol. I No.I (2017) 49-56

Oktober 2012. Jurnal e-biomedik (eBM). Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Ed


Vol. 1. No: 1, Maret 2013. Hal. 396-401. 2. Jakarta: EGC.
url: Sudiono, J. 2009. Gangguan Tumbuh
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebi Kembang Dentokraniofasial. Jakarta:
omedik/article/download/4569/4097 EGC
Saifuddin, A.B. 2002. Panduan Praktis Supandi, A., Monoarfa, A., Oley, M.H. 2104.
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Angka kejadian Sumbing Bibir di RSUP.
Neonatal. Jakarta: YBPSP. Dr. R.D. Kandou. Manado periode 2011-
Sastrawinata, S., Soebrata, DM., 2013. Skripsi: Universitas Sam
Wirakusumah, FF. 2005. Obstetri Ratulangi Manado.

Anda mungkin juga menyukai