Anda di halaman 1dari 14

 

PENGERTIAN IBADAH DAN KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM  

MAKALAH
FIQIH IBADAH

PENGERTIAN IBADAH DAN KEDUDUKAN DALAM ISLAM

Dosen Pengampu:
SYAMSU RIJAL, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1.  Melitania 1911060362


2.  Pegi Aprianti 1911060395
3.  Zulfa Ardhi Widhi M. 1911060463 

Kelas/Semester : F/1

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1441 H/2019 M
 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
 berjudul ibadah.

Makalah ini berisikan tentang pengertian Ibadah, tujuan dan fungsi ibadah, dan ibadah
dalam kedudukan islam. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang ibadah. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
sert a
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi semua usaha kita. Amin

Bandar Lampung,
Lampung, 28 Agustus
Agustus 2019

Penyusun

i
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................


.........................................................................
..................................
............ i

DAFTAR ISI ..........................................


................................................................
............................................
..................................
............ ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................
.................................................................
......................................
............... 1
A.  Latar Belakang ...............................................
......................................................................
......................................
............... 1
B.  Rumusan Masalah ..........................................
.................................................................
......................................
............... 1
C.  Tujuan Masalah ................................
......................................................
............................................
..............................
........ 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................


..........................................................
............................................
........................ 3

A.  Pengertian ibadah ................................


......................................................
.............................................
...........................
.... 3
B.  Tujuan dan Fungsi ibadah
C.  Syarat diterimanya
diteriman ya dan cara penerimanya
peneri manya ...........................
...........................................
................ 7

BAB III PENUTUP .......................................................


.............................................................................
..................................
............ 9

A.  Kesimpulan ............................................


..................................................................
............................................
........................ 9
B.  Saran ............................................
..................................................................
............................................
..................................
............ 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................


..........................................................................
..................................
............ 10
 

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia dalam rangka pengabdian

atau kepatuhan kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam tidak hanya terbatas pada
hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan juga terdapat hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya serta antara manusia dengan alam (Razak, 1993: 18).

Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu ibadah mahdlah dan ghairu mahdhah.
Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan penjalanan syariat Islam yang
terkandung dalam rukun Islam. Contoh ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa dan
haji. Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam
hubungannya dengan sesama manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah dikenal
dengan ibadah muamalah (Nata, 2002: 55)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud ibadah?
2. Makna ibadah dalam islam?
3. Kedudukan ibadah dalam islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ibadah menurut ibadah dan istilah.
2. Untuk mengetahui makna-makna Ibadah yang terkandung di dalam islam.
3. Untuk mengetahui kedudukan ibadah serta memahami dan mengamalkanya.

1
 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengetian Ibadah

1. Definisi Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
 para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.
Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.

Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah
ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad
adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-
macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
  ‫ا‬ ‫ ة‬  ‫ا‬ ‫ذو‬ ‫زاق‬ 
‫ا‬   ‫ن‬  ‫ن‬‫ ط‬ ‫ ن‬ 
 ‫ا‬   ‫ ر‬  ‫ون‬    ‫س‬ ‫وا‬   ‫ا‬  ‫خ‬ ‫و‬ 
‫ رر‬ ‫و‬ ‫رزق‬    ‫م‬ ‫ر‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada -
Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki
Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

2
 

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan


manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa
yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah

kepada- Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah


mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan
apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan
Allah).

B. Pilar-Pilar Ubudiyyah yang benar


Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu: hubb (cinta),
khauf (takut), raja’ (harapan).  
Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan
raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur -unsur
-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat
hamba-hamba-Nya yang mukmin:
‫م‬  َ   
“Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai- Nya.”  Nya.” [Al-Maa-idah: 54]
‫وا‬ ‫ا‬ ‫آ‬ َ‫ش‬   ‫ح‬   

“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta- nya kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]
‫م‬  ‫ا‬  ‫ن‬‫رع‬  ‫ي‬ ‫ات‬ ‫ا‬ ََ ‫ع‬ ‫و‬  ‫رغ‬ ‫ور‬    ‫ا‬ ‫و‬ َ  
‫ش‬‫خ‬ 
“Sesungguhnya   mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka
adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al -Anbiya’: 90] 
Sebagian Salaf berkata, “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia
adalah zindiq , siapa yang beribadah kepada- Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’[4].
Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy
Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah
mukmin muwahhid.”1 

1
 DR.Shalin bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan BAB 1: BUKU FIQIH SEMESTER 1.(online) diakses di
https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam. 

3
 

C. Syarat Diterimanya Ibadah


Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan

 berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang


yang ditolak) sebagaimana sabda
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :
 ‫ع‬ ‫ع‬ ‫س‬   ‫ع‬ َ    ‫رد‬.
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, mak a amalan tersebut tertolak.”
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa
dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
a.  Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
 b.  Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia

mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.
Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia
menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal -kan bid’ah atau
ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 
 ‫ ى‬  ‫ م‬  ‫وج‬    ‫و‬     ‫ه‬‫ ج‬ ‫ع‬
‫ع‬ ‫ر‬  ‫و‬ ‫ف‬
 ‫خ‬ ‫م‬ ‫ع‬  ‫و‬ ‫م‬ ‫ن‬   
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan
ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112]

Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua
muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Rasul- Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Syaikhul Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pil ar yaitu kita tidak beribadah kecuali
hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, tidak
dengan bid’ah.” 
Sebagaimana Allah berfirman:
 ‫ن‬ ‫ج‬     ‫ر‬   ‫ع‬   ‫ص‬  ‫و‬ ‫ك‬  ‫دة‬   ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ ح‬ 
“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb -nya maka hendaknya ia
mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah

kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]


 

Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua kalimat syahadat Laa
ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah.2 
Pada yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-
 Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada
Allah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kita dari hal -hal baru atau bid’ah.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat.  
Bila ada orang yang bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah
tersebut?” 
Jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata.
Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 

 ‫ع‬ 
   
    
‫ا‬
 ‫ا‬ 
“Maka sembahlah Allah dengan tulus i khlas beragama kepada- Nya.”
 Nya.” [Az-Zumar: 2]
2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ (memerintah dan melarang).
Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan
dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia tela h melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.
Tas yri’. 
3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita. Maka, orang yang membuat
tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh
 bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).
kekurangan).
4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya

sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian
halnya, maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya
karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan
kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan
menurut syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul -Nya.

2
. Muhammad A
Abduh
bduh Tuasikal:Bab 2 (online
(online)https://rumasyho.com,
)https://rumasyho.com, bandung,hal.34
 bandung,hal.34

5
 

D. Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai -
 Nya. Karenanya lah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan
menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang
enggan melaksanakannya dicela.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 


‫ا‬ ‫ن‬   ‫م‬  ‫ب‬  ‫ ي‬‫ادع‬ ‫م‬‫ر‬ ‫ل‬‫و‬ 
‫داخ‬ ‫م‬‫ج‬ ‫ن‬ ‫خ‬  ‫د ي‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ون‬   


“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan


 bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan
masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min: 60] 

Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia,
dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu

disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat
dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.

Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan
mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.

Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah


melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara
tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan
makanan dan minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap
kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada
kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi
hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap
(bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan
kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun
seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah maka kelezatan dan
kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama
sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.

6
 

Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah
kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan
keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan
abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang
ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.

Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang
merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan
kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan
ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya
daripada yang lain.

Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk


melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur
seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan
mengalami rasa sakit, semua itu
i tu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.

Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada


Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk,
ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri
dan berjiwa besar karena ia berharap
berhar ap dan takut hanya kepada Allah saja.

Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama
untuk meraih keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.

2. Makna ibadah
dari bahasa Arab ‘Ibadah
Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa (‫دة‬‫)عع‬.
Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) kata ini memiliki arti:
Perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah
penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan
atau Tuhan yang didasari
olehperaturan agama.
olehperaturan agama.Segala
Segala usaha lahir dan batin yang sesuai perintah agama
perintah  agama yang harus
dituruti pemeluknya.
Upacara yang berhubungan dengan agama.
dengan agama.  
7
 

Makna ibadah menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimullah :


Ibadah adalah segala sesuatu yang mencakup semua hal yang dicintai dan diridhai Allah
Ta’ala, baik berupa ucapan dan amalan, yang nampak dan yang tersembunyi. 

3. kedudukan ibadah dalam islam.

Secara umum pengertian ibadah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ibadah dalam
 pengertian umum dan ibadah dalam pengertian khusus . ibadah dalam pengertian umum ialah
segala aktivitas jiwa dan raga manusia (makhluk, yang diciptakan) yang ditujukan kepada
Allah (al-khaliq, sang maha pencipta), sebagai tanda ketundukan dan kepatuhan hamba
tersebut kepada-Nya. Sedangkan ibadah dalam arti khusus ialah semua kegiatan ibadah yang
ketentuannya telah digariskan leh nash- nash Al- Qur’an dan hadits yang ketentuan-
ketentuan itu tidak boleh ditambah atau dikurangi atau diubah.
Kedudukan ibadah dalam islam menempati posisi yang paling tinggi dan penting serta

menjadi titik sentral dari seluruh aktifitas muslim. Namun tujuan islam mendirikan ibadah
 bukanlah untuk ibadah saja . ibadah dalam islam adalah semua perbuatan manusia yang
diarahkan kepada Allah baik berupa ibadah ritual maupun ibadah sosial. 3 
B. Dasar Ibadah
Sebagaimana dasar melakuakan ibadah diatur dalam al- qur’an dan as sunnah seperti
di bawah ini :
Dalam surat An –  Nisa’
  Nisa’ ayat 36:
‫و‬ ‫واع‬  ‫ا‬ ‫وا‬ َ‫ش‬ 
Artinya : Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu

apapun. (Q.S An- Nisa : 36).


Surat az –  Zariyat
 Zariyat ayat 56:
‫و‬  ‫خ‬   ‫س‬ ‫و‬    ‫ون‬   
Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku. (Q.S az- Zariyat : 56).4 

6.
 Abdul 2009. Fiqih
2009.  Fiqih ibadah,Bandung:Pustaka
ibadah,Bandung:Pustaka setia, hal.54 
7..
8.Kitab ath-Thariq ilal islam(cet.Darul
al-Ubudiyyah oleh Syaikul islam ibnuWathan th. 1421 H)
Taimiyah
8
 

BAB II 
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah meliputi segala yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, perkataan dan
 perbuatan lahir dan batin. Termasuk di dalamnya shalat, puasa, zakat, haji, berkata benar dll.
Sementara tujuan ibadah itu sendiri ialah menghambakan diri kepada Allah Swt dan
mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan.

B. Saran

Dari makalah ini penulis sangat berharap pada rekan-rekan mahasiswa prodi
Pendidikan Agama Islam yang sejatinya adalah calon guru dapat memahami apa sebenarnya

itu ibadah dan mengerti bagaimana cara menjadi guru yang susuai dengan ajaran agama
Islam. Semoga apa yang menjadi cita-cita kita sebagai mahasiswa prodi Pendidkan Agama
islam dapat diridoi dan dikabulkan oleh Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

9
 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul 2009. Fiqih ibadah,Bandung:Pustaka setiaLihat surat Al-Maa-idah ayat3.

DR.Shalin bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan BAB 1: BUKU FIQIH SEMESTER

1.(online) diakses di https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.[8

Desember 2017]

Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih,

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001,

[Cetakan ke 3]Read more https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.htm


more https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.htm

Ibnu button dalam Al lalika’i : dalam sunah (1/21/1)  


Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan (hal. 67), oleh Syaikh ‘Ali Hasan
‘Ali ‘Abdul Hamid. 
Muhammad Abduh Tuasikal:Bab 2 (online)

http://duniamimasadepan.blogspot.com/2017/12/kedudukan-ibadah-dalam-islam.html

makalahkuindonesia.blogspot.com  
makalahkuindonesia.blogspot.com

 Nata,Abudin 2008 kajian tematik Al Quran tentang fiqih Ibadah

Ramli. 2003 Memahami konsep dasar islam, Semarang: UPT MKU UNNES
 

Anda mungkin juga menyukai